Latar Belakang
untuk mengalir jika dikenakan gaya. Contohnya, fluida seperti madu, oli mesin
dan sirup mempunyai visikositas yang sangat besar. Sdangkan air, gas dan udara
Tapi biasanya kalau fluida yang punya visikositas yang besar (seperti
dinaikkan). Ini salah satu contoh bahwa visikositas fluida ada hubungannya
dengan temperatur.
Tapi secara garis besar perlu diketahui kalau sifat-sifat fluida itu berbeda-
beda kalau temperatur, tekanan, atau stress yang dikenakan atasnya berbeda-beda
macam jenis oli dan minyak pelumas. Kimiawan ini akan mendesain olinya untuk
fluida bergerak. Atau kalau tabung ini diletakkan di moncong pesawat, maka dia
1
2
digunakan sebagai pengukur kecepatan lajunya pesawat itu. Tabung pitot adalah
alat untuk mengukur kelajuan gas dalam pipa dari tabung gas.
stagnasi. Tekanan stagnasi adalah tekanan fluida yang mampu diukur pada aliran
pengukuran stagnasi pada tabung pitot diukur oleh lubang kecil di mulut tabung
meteran arus, dan anemometer putar dan kawat panas. Teknik pembagian aliran
instalisasi fluida pada industri, dimana tidak praktis untuk memasang peralatan
Tabung pitot adalah alat yag digunakan untuk mengukur laju air dari suatu
gas misalnya: udara, mengalir di dekat lubang. Tabung pitot, tabung langsing
bersatu dengan alirannya dan dapat diukur kecepatan lokal dengan perbedaan
tekanan.
Tujuan
Dalam suatu arus arus fluida terbuka, karena tekanan setempatnya adajah
nol meteran, maka head kecepatannya diukur sesuai dengan ketinggian mana
fluida bergerak. Atau kalau tabung ini diletakkan di moncong pesawat, maka dia
digunakan sebagai pengukur kecepatan lajunya pesawat itu. Tabung pitot, adalah
alat untuk mengukur kelajuan gas dalam pipa dari tabung gas.
2 gh'
Kecepatan gas dalam pipa: V =
Perbedaan tekanan (P2 - P1) = takanan hidrostatis zat cair dalam manometer
(warna hitam dalam manometer adalah zat cair, air rakasa misalnya). Secara
3
4
Ruas kirinya sama (P2 - P1). Persamaan in kita gunakan untuk menghitung laju
Tabung pitot statik memberikan cara yang sederhana dan relatif murah
hatian untuk mendapatkan nilai-ilai tekanan ini dengan akurat. Sebagai contoh,
suatu pengukuran tekanan statik yang akurat membutuhkan kondisi dimana tidak
ada sedikitpun energi kinetik fluida yang diubah menjadi kenaikan tekanan pada
titik pengukuran. Hal ini membutuhkan lubang yang halus tanpa adanya guratan
menyebabkan tekanan yang terukur lebih besar atau kurang dari tekanan
Ada banyak properti yang telah digunakan dalam praktek rekayasa untuk
metera arus, dan anenometer putar dan kawat panas. Teknik pembagian aliran
instalisasi fluida pada industri, dimana tidak praktis untuk merangsang peralatan
seperti kosen, venturi dan lain lain alat ukur yang terpasang tetap (Duncan, 1970).
Kerugian primer dari tabung pitot adalah bahwa pitot itu harus disesuaikan
denagn arah aliran. Untuk sudut penyimpanan lebih besar dari S, terdapat
kesalahan besar dalam pengukuran o dan n Tabung pitot berguna dalam zat cair
dan gas, untuk gas dibutuhkan korelasi ketermampatan bila bilangan Mach aliran
tinggi, karena tabung berisi fluida yang berhubungan dengan pengindra tekanan
pengukuran aliran taktunak. Piranti ini menyerupai titik dan dapt dibuat cukup
kecil untuk mengukur aliran darah dalam arteri dan vena misalnya. Tabung pitot
tidak sesuai untuk mengukur aliran gas kecepatan rendah, sebab perbedaan
satndar dan persamaan ( 6,129 ) kita hitung o - hanya 0.001 lbf/ft2 (0,048 Pa).
Kebanyakan alat ukur tekanan gas tidak cukup peka untuk mengukur tekanan
pipa. Ketentuan tersebut harus dibuat untuk sisipan tabung dalam pipa lalu
Ada banyak alat yang digunakan dalam praktek untuk mengukur aliran
fluida. Pengukuran kecepatan dilakukan dengan tabung pitot, meteran arus, dan
Dalam sebuah aliran fluida yang jauh dari dinding, atau dimana arah aliran
berliku, ukuran tekanan udara yang akurat dapat dibuat dengan menggunakan
sebuah pemeriksa tekanan udara statik, seperti alat pemeriksa harus dirancang
agar ukuran lubang tepat berkenaan ke ujung dan batang alat untuk menghindari
dalam terowongan angin atau saluran aliran yang di dalamnya, misalnya, model-
model dicoba. Harus merupakan instrument yang ramping sehingga tidak terlalu
menginterferensikan aliran.
(Dugdale, 1986).
yang diperoleh sepanjang suatu garis arus. Tekanan ini menunjukkan perubahan
dari seluruh energi kinetik menjadi sebuah kenaikan tekanan. Jumlah dari tekanan
fluida dapat dihitung. Hal ini merupakan prinsip yang mendasari tabung pitot
Tabung pitot statik memberikan cara yang sederhana dan relatif murah
untuk mendapatkan nilai-nilai tekanan ini dengan akurat. Pengukuran yang akurat
Medan.
Alat:
1. Gelas ukur, sebagai alat pengukur volume air yang akan digunakan.
- pipa pvc
- bambu
- alumunium
- besi
4. Penggaris 30 cm.
6. Stop watch.
7. Tabung pitot.
8. Ember plastik.
9. Lilin mainan.
Bahan :
- air
7
8
Prosedur Percobaan :
1. Dimasukkan pipa pitot pada bagian tengah pipa percobaan dengan lubang
2. Dihubungkan pipa selang dengan pipa selang yang jadi objek percobaan
5. Dibuka kran air sehingga air mengalir pada pipa dan dicatat ketinggian air
V
Debit (Q) =
t
t = waktu (s)
Q
Koefisien debit (Cd) = A 2 gh
h = ketinggian (m)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pipa PVC
Tinggi Koefisien
Ulangan Waktu (s) Volume (ml) Debit (m3/s)
(mm) Debit
1 3,5.10-2 60 6.920 1,15.10-4 4,42.10-3
2 2,3.10-2 60 12.980 2,16.10-4 1,08.10-2
3 2,4.10-2 60 2.200 3,66.10-4 1,83.10-3
Pipa Besi
Tinggi Koefisien
Ulangan Waktu (s) Volume (ml) Debit (m3/s)
(mm) Debit
1 3.10-2 60 8560 1,42.10-4 5,88.10-3
2 1,6.10-2 60 8360 2,39.10-4 7,85.10-3
3 2,10.10-2 60 8520 5,8.10-4 2,96.10-3
Pipa Alumunium
Tinggi Koefisien
Ulangan Waktu (s) Volume (ml) Debit (m3/s)
(mm) Debit
1 2,2.10-2 60 8360 1,39.10-4 6,68.10-4
2 2,3.10-2 60 8300 1,38.10-4 6,47.10-4
3 2,5.10-2 60 8400 1,4.10-4 6,3.10-3
Pipa Bambu
Tinggi Koefisien
Ulangan Waktu (s) Volume (ml) Debit (m3/s)
(mm) Debit
1 1,5.10-2 60 9320 1,5.10-4 9,06.10-3
2 2,3.10-2 60 7700 1,28.10-4 6,08.10-3
3 2,2.10-2 60 8800 1,48.10-4 7,06.10-2
Perhitungan
Volume (m 3 )
Debit (Q) =
waktu (s)
9
10
- Pipa PVC
6,92.10 2 m 3
Q1 = = 1,15.10-3 m3/s
60 s
0,1298 m 3
Q2 = = 2,16.10-3 m3/s
60 s
2,2.10 2 m 3
Q3 = = 3,6.10-3 m3/s
60 s
- Pipa Besi
8,56.10 2 m 3
Q1 = = 1,42.10-3 m3/s
60 s
8,36 m 3
Q2 = = 1,39.10-3 m3/s
60 s
8,52.10 2 m 3
Q3 = = 5,8.10-3 m3/s
60 s
- Pipa Alumunium
8,36.10 2 m 3
Q1 = = 1,39.10-3 m3/s
60 s
8,3 m 3
Q2 = = 1,38.10-3 m3/s
60 s
8,4.10 2 m 3
Q3 = = 1,4.10-3 m3/s
60 s
- Pipa Bambu
9,32.10 2 m 3
Q1 = = 1,5.10-3 m3/s
60 s
7,7 m 3
Q2 = = 1,28.10-3 m3/s
60 s
11
8,8.10 2 m 3
Q3 = = 1,46.10-3 m3/s
60 s
Debit
Koefisien Debit (Cd) = Luas penampang pipa x 2.g.tinggi pitot
- Pipa PVC
1,15.10-3 m 3 /s
Cd1 = = 4,42.10-3
1/4 (2.10 - 2 m) 2 x 2.10 m/s 2 .3,5.10 -2 m
2,16.10 -3 m 3 /s
Cd2 = = 1,08.10-3
1/4 (2.10 - 2 m) 2 x 2.10 m/s 2 .23.10- 2 m
3,6.10 -3 m 3 /s
Cd3 = = 4,42.10-3
1/4 (2.10 -2 2
m) x 2
2.10 m/s .23.10 -2
m
- Pipa Besi
1,42.10-3 m 3 /s
Cd1 = = 8,88.10-3
1/4 (2.10 - 2 m) 2 x 2.10 m/s 2 .3,10.10- 2 m
1,39.10 -3 m 3 /s
Cd2 = = 7,85.10-2
1/4 (2.10 -2 m) 2 x 2.10 m/s 2 .116.10 -2 m
5,8.10 -3 m 3 /s
Cd3 = = 2,96.10-3
1/4 (2.10 - 2 m) 2 x 2.10 m/s 2 .2.10 - 2 m
- Pipa Alumunium
1,39.10-3 m 3 /s
Cd1 = = 6,68.10-4
1/4 (2.10 - 2 m) 2 x 2.10 m/s 2 .2,2.10 - 2 m
1,38.10-3 m 3 /s
Cd2 = = 6,47.10-4
1/4 (2.10 - 2 m) 2 x 2.10 m/s 2 .2,3.10 -2 m
12
1,4.10 -3 m 3 /s
Cd3 = = 6,3.10-3
1/4 (2.10 - 2 m) 2 x 2.10 m/s 2 .2,5.10 -2 m
- Pipa Bambu
1,5.10 -3 m 3 /s
Cd1 = = 9,06.10-3
1/4 (2.10 - 2 m) 2 x 2.10 m/s 2 .1,5.10 -2 m
1,28.10-3 m 3 /s
Cd2 = = 6,08.10-2
1/4 (2.10 - 2 m) 2 x 2.10 m/s 2 .2,3.10 -2 m
1,46.10-3 m 3 /s
Cd3 = = 7,06.10-2
1/4 (2.10 - 2 m) 2 x 2.10 m/s 2 .2,2.10 - 2 m
Pembahasan
Dari data percobaan diperoleh debit dan koefisien debit untuk masing-
masing pipa. Pada pipa pvc,debit percobaan pertama adalah 1,15x10-4 dan
Pada pipa besi, debit percobaan pertama adalah 1,42x10-3 dengan koefisien
debitnya 2,96x10-3.
dengan koefisien debitnya 6,47x10-4. Pada percobaan ketiga jumlah debiot adalah
debitnya adalah 1.28x10-3 dengan koefisien geser debitnya adalah 6,08x10-3. Pada
7,06x10-2
- Volume fluida, dimana makin banyak volume fluida makin besar tekanan
- Gravitasi, dimana makin jauh benda dari pusat bumi, gravitasinya makin
kecil.
arus aliran.
- Diameter aliran, makin besar diameter air makin banyak air keluar.
- Luas penampang dan berat jenis, makin besar luas penampangnya makin
kecepatan aliran fluida. Koefisien debit adalah perbandingan antara debit absolut
dengan debit teoritis dimana aliran teoritis dari tangki besar melalui lubang relatif
kecil dengan luas pada kedalaman di bawah permukaan air bebas. Dari percobaan
yang dilakukan diperoleh debit air yang dilakukan secara berulang-ulang pada
Nilai koefisien debit yang terbesar terjadi pada pipa alumunium sebesar
1,39x10-3 disebabkan karena permukaan dari pipa alumunium sangat halus dan
licin sehingga laju aliran air tedak dihalangi oleh permukaannya. Nilai koefisien
debit yang terkecil pada pipa bambu yaitu sebesar 3,06x10-3. Hal ini terjadi karena
permukaan dari pipa bambu kasar sehingga mempengaruhi laju aliran air yang
- Permukaan dari pada pipa, jika permukaan pipa halus maka Cd-nya tinggi
pipa mempengaruhi besar kecil aliran fluida. Semakin besar diameter pipa
- Debit (Q), debit juga sangat berpengaruh karena semakin besar debitnya
1. Pada pipa PVC, jumlah debit dan koefisien yang paling tinggi adalah
2. Pada pipa besi, jumlah debit dan koefisien yang paling tinggi adalah
3. Pada pipa alumuniam, jumlah debit dan koefisien yang paling tinggi
4. Pada pipa bambu, jumlah debit dan koefisien yang paling tinggi adalah
dikarenakan pengaruh kecepatan aliran pada keran dan letak pipa pada saat
dipegang.
fluida makin kecil, karena fluida akan lambat keluar karena fluida
menempati seluruh penampang, dan apabila diamater besar, maka air akan
deras keluar.
=9,68x10-4.
fluida, volume fluida, diameter pipa, kemiringan pipa, posisi tabung pitot,
16
17
aliran air, waktu yang dibutuhkan, massa jenis fluida, kekentalan fluida
Duncan, W.J., A.S Thom., A.D Young. 1970. Mechanics of Fluida Second
Edition. The Pitman Press. London.
Fox, R.W and A.T. Mc Donald. 1985. Introduction to Fluid Mechanics, USA.
Minson, B.R dan Donald F.Young. 1997. Mekanika Fluida Jilid I. Erlangga.
Jakarta.
Pollard, D.J dan Edward H.Wilson. 1996. Mekanika Fluida Edisi Kedua.
Metrik. Jakarta.
18
DAFTAR ISI
Hal
DAFTER ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang......................................................................................... 1
Tujuan....................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI PRAKTIKUM
Tanggal dan Tempat Percobaan................................................................ 7
Alat........................................................................................................... 7
Bahan....................................................................................................... 7
Prosedur Praktikum.................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
i
TABUNG PITOT
LAPORAN
KELOMPOK VIII
FAKULTAS PERTANIAN
2009
i
TABUNG PITOT
LAPORAN
KELOMPOK VIII
Laporan sebagai Salah Satu Syarat Untuk dapat Mengikuti Praktikal Test
Mekanika Fluida di Laboratorium Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara