Anda di halaman 1dari 2

Presentasi Oral

Studi Kasus Penanganan Kolik Impaksio Pada Kuda


Langen Tunjungsari, Amrozi1, Chusnul Choliq1,2*
1Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
2Asosiasi Kedokteran Interna Veteriner Indonesia (AKIVI) Jl. Agatis Kampus IPB Dramaga Bogor, 16680
*Korespondensi: noelch08@gmail.com

Kata Kunci : impaksio, kolik, kuda, saluran pencernaan

Pendahuluan
Kolik didefinisikan sebagai rasa sakit pada bagian abdomen yang merupakan penyebab paling
umum kematian pada kuda. Kolik impaksio merupakan salah satu klasifikasi dari kolik yang paling
umum ditemui setelah kolik timpani dan kolik spasmodik. Impaksio merupakan kondisi yang
disebabkan oleh adanya obstruksi pada saluran pencernaan yang biasanya disebabkan oleh material
ingesta, benda asing atau pasir (Mair et al. 2013).
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan kejadian impaksio antara lain, perubahan
kualitas dan kuantitas pakan, masalah gigi, parasit, perubahan pelatihan, post operasi non-
gastrointestinal (khususnya muskoloskeletal) dan kurangnya asupan cairan (Wilson 2011).
Diagnosa dan penanganan kolik impaksio cenderung tidak sulit untuk dilakukan, tapi apabila
keadaan tidak segera ditangani akan menyebabkan material semakin mengeras dan menyebabkan
obstruksi komplit. Gejala kolik yang timbul pada kuda yang mengalami impaksio biasanya bersifat
moderat dan intermittten, penanganan harus dilakukan segera setelah gejala kolik muncul untuk
mencegah kondisi yang lebih parah seperti nekrosa dan ruptur pada usus (Mair et al. 2013). Studi
mengenai kolik impaksio pada kuda di Indonesia masih sangat terbatas, sehingga studi ini
diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi pemilik kuda, peneliti dan praktisi
hewan kuda mengenai kasus kolik impaksio pada kuda beserta penanganan yang diberikan.

Bahan dan Metode


Studi kasus ini dilakukan dengan mengkaji data sekunder dari rekam medis pasien Unit
Rehabilitasi Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Data diolah dengan menggunakan
Microsoft Word dan dianalisis secara deskriptif.

Hasil dan Pembahasan


Kuda bernama Stakina, berusia 4,5 tahun, jenis kelamin betina, warna rambut dawuk, berasal
dari ras warmblood. Kuda mengalami perubahan jenis pakan yang tinggi energi. Kuda dilaporkan
mengalam anoreksia, gejala kolik yang disertai dengan distensi abdomen dan keringat berlebihan.
Temuan klinis diantaranya suhu normal (38,5 C), kuda mengalami takhikardia (150 kali/menit),
tachypnoe dan dyspnoe (60 kali/menit), membran mukosa hiperemia, dehidrasi sedang, capillary
refill time (CRT) lebih dari 2 detik dan vena jugularis lambat mengisi, ekstremitas dingin saat
dipalpasi dan terlihat mengalami tremor. Gut sound tidak terdengar pada keempat kuadran dan
abdomen bagian flank redup saat diperkusi. Kuda belum defekasi dan urinasi.
Pemeriksaan melalui nasogastric intubation menghasilkan reflux cairan sebanyak 6 L yang
berwarna merah dan bercampur dengan asam lambung. Pada pemeriksaan perektal tidak ditemukan
adanya feses di dalam rektum. Pemeriksaan laboratorium terhadap hematologi dan kimia darah
dikoleksi saat kuda telah selesai diterapi. Hasil dapat dilihat pada Tabel 1da Tabel 2. Kuda didiagnosa
mengalami impaksio dengan diagnosa banding yaitu torsio dan obstruksi usus dengan prognosa
dubius hingga infausta. Kuda diterapi dengan magnesium hidroklorida, metampirone, xylazine,
flunixin meglumine, penisilin dihidrostreptomicin, transamin, vitamin B12, infus RL, NaCl, Glukosa,
pemberian parafin likuid melalui nasogastric intubation dan perektal.
Setelah diberikan terapi, status hidrasi membaik, kuda bernapas dengan normal, ekstremitas
mulai hangat, distensi abdomen mulai menurun, flank mulai terlihat. Pada penanganan setelah 48
jam kemudian, feses keluar dengan konsistensi yang lembek kuda mulai menunjukkan keinginan
untuk makan.
Motilitas usus dapat dipengaruhi oleh adanya aktivitas mekanik, dan transit makanan dalam
lumen usus. Kuda stakina didiagnosa mengalami kolik impaksio dengan kondisi abdomen yang
sangat besar, gut sound yang tidak terdengar dan tidak adanya feses di dalam rektum akibat
akumulasi cairan dan gas oleh ingesta yang tersumbat di saluran cerna. Perubahan pemberian pakan
pada kuda stakina dapat menjadi salah satu penyebabnya (Jassim and Andrew 2009)

Tabel 1 Data Hematologi dan Kimia Darah Kuda Stakina


Nama Test Satuan Hasil Ref. Normal*
Hb (g/dl) 12 11-19
PCV (vol %) 36 32-53
RBC (106/ul) 7.3 6.8-12.9
MCV (fl) 49.3 37-58.5
MCH (pg) 16.4 12.3-19.7
MCHC (g/dl) 33.3 31-38.6
WBC (/ul) 5200 5400-14300
Basofil (/l) 0 0-300
Eusinofil (/l) 0 0-1000
Neutrofil Batang (/l) 0 0-100
Neutrofil Segmented (/l) 2340 2260-8580
Limfosit (/l) 2548 1500-7700
Monosit (/l) 312 0-1000
Trombosit (/l) 15000 100000-350000
AST (U/l) 502 160-412
ALT (U/l) 38 3-23
BUN (mg/dl) 51 10-24
Kreatinin (mg/dl) 1.49 0.9-1.9
*Sumber : Radostits et al. (2006)

Hasil pemeriksaan darah menunjukkan kuda mengalami trombositopenia dan leukopenia


yang dapat diakibatkan oleh kondisi endotoxemia. Terapi utama yang harus diberikan pada kuda
yang mengalami kolik diantaranya mengurangi rasa sakit, memelihara kondisi hidrasi, melubrikasi
saluran pencernaan, dan menstimulasi motilitas usus (Mair et al. 2013). Pemberian infus selain dapat
memperbaiki kondisi hidrasi sistemik juga dapat membantu hidrasi pada saluran pencernaan.
Keadaan impaksio dan distensi abdomen akan menimbulkan rasa sakit yang cukup parah dan
biasanya tidak bisa berespon secara langsung pada pemberian analgesic. Penanganan dengan
menggunakan nasogastric intubation secara konsisten telah dilakukan untuk mengurangi tekanan
abdomen pada kasus obstruksi sederhana seperti impaksio dan proksimal enteritis (Wilson 2011).
Beberapa peneliti telah melaporkan korelasi postif antara peningkatan durasi gejala klinis
dengan penanganan yang diberikan dapat meningkatkan angka mortalitas pada kuda yang
mengalami impaksio. Kuda yang tidak menunjukkan respon baik seharusnya segera diberikan
perawatan dengan operasi karena dikhawatirkan kondisi akan berkembang menjadi nekrosa dan
ruptur. Akan tetapi bila memberikan respon yang baik dengan menunjukkan adanya perbaikan
status kardiovaskular, penurunan distensi abdomen dan rasa sakit serta konsistensi feses menjadi
lembek, penanganan secara medis akan dapat memberikan peluang kesembuhan yang baik pula
(Mair et al. 2013).

Simpulan
Keadaan post treatment yang baik ditunjukkan dengan parameter eritrosit yang baik pada
pemeriksaan hematologi. Peningkatan nilai BUN dan kreatinin terlihat akibat kondisi dehidrasi dan
penggunaan obat dalam terapi yang bersifat nefrotoksik. Keadaan akan kembali normal seiring
dengan perbaikan kondisi hidrasi dan kondisi kuda yang membaik.

Daftar Pustaka
Jassim RAM, Andrews FM. 2009. The bacterial community of the horse gastrointestinal tract and its relation to
fermentative acidosis, laminitis, colic, and stomach ulcers. Vet Clin Equine. 25 : 199-215.pdf
Mair TS, Love S, Schumacher J, Smith RKW, Frazer GS. 2013. Equine Medicine Surgery and Reproduction. China :
Saunders
Radostits OM, Gay CC, Hinchcliff KW, Constable DC. 2006. Veterinary Medicine : A Textbook of the Disease of
Cattle, Sheep, Goat, Pigs, and Horse 10th Ed. Saunders
Wilson DA. 2011. Clinical Veterinary Advisor The Horse. Missouri : Saunders

Anda mungkin juga menyukai