PEMELIHARAAN LIFT
BAB II
RUANG LINGKUP
Pemeliharaan preventif membantu agar peralatan dapat bekerja dengan baik sesuai
dengan apa yang menjadi ketentuan pabrik pembuatnya. Semua pekerjaan yang masuk
dalam lingkup pemeliharaan preventif dilakukan secara rutin dengan berdasarkan pada
hasil kinerja alat yang diperoleh dari pekerjaan pemeliharaan prediktif atau adanya
anjuran dari pabrik pembuat alat tersebut. Apabila pemeliharaan preventif dikelola
dengan baik maka akan dapat memberikan informasi tentang kapan mesin atau alat akan
diganti sebagian komponennya.
Pemeliharaan rutin dilakukan selang waktu satu bulan sekali. Tanggal pekerjaan
pemeliharaan dicatat pada Laporan Perwatan Elevator.
Informasi yang dicatat termasuk waktu pakai alat, komponen yang diganti, dan kinerja
peralatan. Dari data yang dicatat tersebut dapat diproyeksikan dan diramalkan waktu
pakai alat, sehingga dapat direncanakan untuk menggantinya pada saat yang ditentukan.
Sebelum instrumen pemeliharaan terencana diterapkan, harus diketahui peralatan apa saja
yang sudah ada dan berapa jumlahnya. Untuk itu, pekerjaan dapat dimulai dengan suatu
daftar inventaris yang lengkap untuk menjawab pertanyaan di atas.
Hal tersebut merupakan persyaratan utama dan layak dijadikan sebagai tugas pertama
untuk menyusun instrumen pemeliharaan yang baik. Daftar inventaris yang akurat dan
rinci dari segi teknis akan sangat berguna untuk instrumen pemeliharaan terencana.
Selanjutnya daftar inventaris peralatan tersebut dikelompokkan menjadi sejumlah
kelompok yang sesuai dengan jenisnya. Sebagai contoh : kelompok alat-alat tangan, alat-
alat khusus (Special service tool/SST), alat-alat ukur dan sebagainya
BAB III
TATALAKSANA
1. Secara praktis pemeliharaan dikerjakan oleh ahlinya yaitu Oleh PT Jaya Kencana.
Walaupun begitu pihak pengelola bangunan harus mendapat jaminan bahwa
pesawat lif berfungsi baik sebagaimana mestinya. Jaminan lift itu dapat berupa
sebagai berikut :
1. Tiap-tiap kemacetan harus sudah selesai diperbaiki dalam satu jam, atau
dua jam dengan alasan yang wajar.
2. Jumlah kemacetan dalam setahun tiap-tiap satuan pesawat, rata-rata tidak
lebih dari 3 kali.
3. Jumlah jam lift berhenti (tidak jalan) karena dilakukan perawatan dan
perbaikan ialah maksimal 5% dari jumlah jam tugasnya setahun. Lihat box
ilustrasi.
4. Setahun sekali diadakan audit atas pekerjaan fisik dan administrasi oleh
pihak ketiga (ahli bidang lift, kesehatan dan keselamatan kerja) untuk
menilai mutu dan hasil pelaksanaan pemeliharaan.( Ijin Lift setahun
sekali)
5. Sangsi atas jaminan harus jelas tersebut dalam kontrak (surat perjanjian).
Biaya inspeksi atau audit dipikul bersama agar auditur jujur tidak
memihak siapapun.
Catatan :
Jumlah jam operasi lift dalam suatu bangunan kantor kira-kira 3000 jam. Jumlah aktif lift
diizinkan istirahat untuk dirawat ialah 5% atau 150 jam, terdiri atas 100 jam pemeriksaan
berkala dan 50 jam cadangan untuk reparasi dan penyetelan ulang (readjustment). Jika
dalam satu tahun dilakukan 32 kali pemeriksaan (rata-rata 3 kali per bulan), maka tiap-
tiap kunjungan memakan waktu 3,2 jam diluar jam perjalanan.
Kontrak perawatan harus lengkap mencakup semua aspek, termasuk jadwal pemeriksaan.
Table dibawah ini adalah contoh jadwal untuk satu tahun pemeliharaan lift. Jadwal ini
merupakan lampiran dri kontrak pemeliharaan, dan mengikat untuk dilaksanakan.
Catatan :
Ada satu bulan dalam satu tahun dikosongkan, untuk mengulang pekerjaan yang dirasa
tertunda, dan atau reparasi yang direncanakan dalam rangka pemeliharaan pencegahan
(preventive maintenance).
Catatan :
1. Jadwal alternative dapat dibuat untuk tiap-tiap gedung agar menyesuaikan diri
dengan keadaan dan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Dasar penjadwalan tetap
berlaku, yaitu jumlah jam pemeriksaan untuk tiap-tiap komponen.
2. Komponen yang lebih sering mengalami pemeriksaan ialah pintu lantai, terutama
pintu di lobby karena tugas kerjanya lebih berat. Dianjurkan tiap-tiap bulan
diperiksa, yaitu door contack, interlock, door hanger roller, excentric roller, air
cord, door closer (weight), stopper, guides, dan cam roller.
Catatan :
1. Check list : Tiap-tiap suku ada umurnya, dan saat kapan mulai diperiksa, ditest
atau di re-adjust (stel ulang) dan terakhir kapan diganti baru (replacement).
2. Tiap-tiap lift mempunyai jam terbangyang berbeda, sehingga ramalan umur
suku/komponen berbeda.
Performance Guranted Maintenance (PGM).
1. Performance (unjuk atau tampil kerja) mempunyai unsure-unsur sebagai berikut :
a. Kenyamanan (Ride comfort).
b. Keamanan dan keandalan (Safety and Reliability).
c. Tanggap atas permintaan (System response).
d. Hasil guna kerjasama beberapa unit (Handling Efficiency of group
operation).
e. Taraf bising dan getaran (Noise and Vibriation level).
2. Dalam PGM, kontraktor berkewajiban senantiasa menjaga performance sama seperti
awal semula lift diserah terimakan pertama kali untuk dipakai, yaitu dalam kondisi
top performance. Kondisi sesungguhnya yang terjadi pada waktu-waktu tertentu,
harus dibandingkan dengan performance yang diharapkan oleh management (sebagai
acceptable performance). Perbedaan yang mungkin timbul harus diusahakan sekecil
mungkin (minimized), dan perbedaan ini dipakai sebagai ukuran untuk memberikan
insentive atau mengenakan penalty kepada kontraktor.
3. Perjanjian PGM harus jelas apa yang termasuk dan tidak termasuk dalam tanggung
jawab kontraktor, jika lift macet dan atau terjadi call back. Lihat daftar klasifikasi call
back. Jumlah call back service sebaiknya rata-rata 3 kali per unit per tahun. Jika
dalam suatu bangunan ada 10 unit tercakup dalam satu kontrak, maka jumlah CB
tersebut dapat ditoleransi sampai 30 kali per tahun. Jumlah selang waktu lift diam
tidak kerja (shut down hours) diperkenankan berjumlah 75 jam per unit per tahun.
Jumlah selang waktu temasuk reparasi, call back service, routine service dan
inspection, tetapi tidak termasuk kerusakan, karena hal-hal diluar kuasa kontraktor.
Melebihi batasan-batasan wajar tersebut, kontraktor dikenakan penalty.
4. Untuk menanggulangi kewajiban-kewajiban yang berat tersebut diatas kontraktor
harus mempunyai strategy yaitu :
a. Technology back up dari pabrikan : standard mutu yang tinggi dari tiap-
tiap komponen/suku/part.
b. Persediaan spare part (suku cadang) secara ilmiah cukup, dan berdasar
pengalaman.
c. Dukungan dari specialist sub-contractor dan vendor.
d. Sarana bengkel perbaikan (reparasi)
e. Fasilitas lending part, yaitu persediaan komponen untuk sementara
dipinjamkan, jika ada komponen rusak dan perlu diperbaiki
f. Informasi improvement atas part/ komponen dari pabrikan. (Lihat box).
5. Semua dukungan tesebut diatas pasti memerlukan biaya yang besar. Part 3
umpamanya, suncontraktor perlu diikat dengan perjanjian dengan up front payment
agar kita memperoleh pelayanan khusus yang cepat dari vendor. Dan semua
dukungan tersebut bertujuan agar tercapai target maximum 75 jam shut down hours
pertahun per lift. Sedangkan call back, harus ditekan dengan cara preventive
maintenance.
6. PGM adalah perluasan dari Full Maintenance, sehingga Preventive Maintenance
termasuk dalam lingkup kerja.
7. Kontraktor harus menjaga catatan atas kejadian call back, dan lamanya lift tidak
beroperasi dengan betul-betul perhitungan, agar pada akhir tahun dapat dipertanggung
jawabkan kepada management. Sebaliknya, management pun harus tanggap dan
waspada atas kejadian incidence, tegangan sumber tenaga atau perbuatan tangan jahil,
dan sebagainya. Hubungan dua arah komunikasi antara management dan teknisi dari
kontraktor harus terbuka dan jujur.
8. Management sebaiknya memanggil consultant (pihak ketiga) untuk membuat quality
audits atas pekerjaan kontraktor selama satu tahun. Tetapi ada beberapa keuntungan
yang dapat dinikmati. Tenants (penyewa) merasa puas, dan yang terpenting umur
instalasi lift dapat mencapai lebih dari 40 tahun atau seumur bangunannya dengan
melaksanakan major refurbishment 5 tahun sekali setelah lift berumur 15 tahun.
Perjanjian PGM sebaiknya ditanda tangani untuk jangka waktu paling sedikit 10
tahun.
a. Lingkup pekerjaan
b. Penggantian suku cadang yang termasuk/ tidak termasuk dalam harga kontrak
c. Reparasi suku cadang pinjaman
d. Call back sevice (24 hours service)
e. Jadwal jam-jam pekerjaan pemeliharaan
f. Orang yang bertanggung jawab dilapangan & penggantinya
g. Laporan bulanan (macet dan sebab-sebabnya)
h. Laporan tahunan (termasuk rencana kerja tahun berikut)
i. Testing tahunan atau rutin (safeties)
j. Pemeriksaan (inspection) 2 tahun sekali (quality audit)
k. Tanggung jawab dan kewajiban manajemen
l. Biaya, penyesuaian dan denda
m. Jangka waktu kontrak dn perpanjangannya
n. Kecelakaan
o. Arbitrasi
p. Penyelesaian hukum
q. Legalitas
1. Pengelola gedung harus memperoleh izin penggunaan lif dari instansi resmi
(Depnaker) yang menyatakan bahwa lif aman dipakai untuk umum dalam jangka
waktu tertentu, kemudian memperpanjang izin setelah dilakukan safety test.
Pengelola gedung wajib mengamati dan mematuhi peraturan Depnaker tentang
keselamatan dan menerapkan instalasi peralatan keselamatan pada pesawt lif.
2. Pengelola gedung harus menyimpan kunci darurat yang sewaktu-waktu dapat
diperoleh dengan mudah (available) untuk membuka pintu lif dalam keadaan
darurat (macet). Pelaksanaan membuka pintu lif dalam keadaan darurat harus oleh
orang-orang yang kompeten dan mengetahui tata caranya.
3. Pengelola gedung harus mempekerjakan teknisi (ahli teknik) terlatih untuk
melakukan pertolongan kepada penumpang-penumpang lif yang
membutuhkannya, terutama dalam keadaan darurat. Teknisi tersebut harus siap
siaga sewaktu-waktu dibutuhkan selama pesawat dalam keadaan dioperasikan.
4. Pengelola gedung harus menjaga agar gambar Pengawatan (Straight wiring
diagram) control lif tetap tersimpan didalam kamar mesin lif. Tiap-tiap kali ada
perubahan pengawatan control lif, maka revisi harus tergambar dengan tinta
merah pada gambar pengawatan tersebut, sehingga gambar tersebut menunjukan
keadaan pengawatan control yang sebenarnya, termasuk perubahan-
perubahannya. Pengelola wajib memperoleh surat approval dari pabrikan jika
terjadi bobot kereta, karena perubahan interior (umpama penambahan marmer),
dan melaksanakan static balance antara kereta dan bobot imbang (counterweight).
BAB IV
DOKUMENTASI