Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Taksonomi merupakan salah satu cabang ilmu botani yang mempelajari


pengelompokan tumbuhan. Taksonomi berasal dari Bahasa Yunani yaitu taxis yang
berarti susunan dan penataan, dan nomos yang berarti hukum atau aturan. Lawrence
(1969) mendefinisikannya sebagai studi yang meliputi identifikasi, tatanama
(nomenclature) dan klasifikasi dari suatu obyek.

1.2 Rumusan Masalah


a. Jelaskan tentang klasifikasi tumbuhan ?
b. Jelaskan tentang identifikasi tumbuhan ?
c. Jelaskan tentang tata nama tumbuhan ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui tentang klasifikasi tumbuhan.
b. Untuk mengetahui tentang identifikasi tumbuhan.
c. Untuk mengetahui tentang tata nama tumbuhan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Tumbuhan

Klasifikasi adalah penyusunan kelompok-kelompok tumbuhan ke dalam suatu


tingkatan taksonomi berdasarkan sifat-sifat tertentu. Sistem klasifikasi dalam
taksonomi tumbuhan sistem klasifikasi alam atau sistem klasifikasi filogenetik dan
sistem klasifikasi buatan (berdasarkan habitat). Sistem klasifikasi yang tinjauannya
didasarkan modifikasi dari sistem yang telah ada dengan penambahan data yang baru,
disebut sistem kontemporer. Sebelum adanya klasifikasi menurut Linnaeus, banyak
cara yang mula mula dilakukan oleh orang orang untuk melakukan klasifikasi.
Misalnya klasifikasi pada tumbuhan berdasarkan hal hal sebagai berikut :

a. Berdasarkan bentuk dan ukurannya, tanaman digolongkan menjadi tanaman


perdu, pohon, semak, dan rerumputan.
b. Berdasarkan manfaatnya, tanaman digolongkan menjadi tanaman pangan, obat-
obatan, sandang dan hias.
c. Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya, tanaman digolongkan menjadi
tanaman kering (xerofit), tanaman air (hidrofit), dan tanaman lembab (higrofit).
d. Berdasarkan cara hidupnya, tanaman digolongkan menjadi tanaman saprofit,
parasit, epifit.
Carolus Linnaeus membuat urutan klasifikasi dari tingkat yang terkecil hingga
tingkat yang terbesar yaitu sebagai berikut :
a) Unit dasar terkecil dalam klasifikasi adalah jenis jenis (spesies).
b) Jenis-jenis yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu
kelompok yang disebut marga (Genus).
c) Beberapa marga yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu
kelompok yang disebut suku (familia).

2
d) Beberapa suku yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu
kelompok yang disebut bangsa (ordo).
e) Beberapa bangsa yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu
kelompok yang disebut kelas (classis).
f) Beberapa kelas yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu
kelompok yang disebut phylum (division).
g) Beberapa divisio yang serupa dengan ciri tertentu di kelompokan menjadi satu
kelompok yang disebut kerajaan (kingdom).
Berdasarkan klasifikasi lima kingdom maka kingdom Plantae (tumbuhan ) dibagi
ke dalam beberapa filum yakni Lumut ( Bryophita ), Paku-pakuan (Pteridhophyta),
serta tumbuhan berbiji (Spermatophyta).

A. NON TRACHEOPHYTA (Tumbuhan Tidak Berpembuluh )

Bryophyta ( Lumut )

Klasifikasi tumbuhan lumut terdiri beberapa kelas :

1. Lumut Hati ( Hepaticeae )

Ciri-ciri :

Tubuhnya berbentuk lembaran,


Menempel di atas permukaan tanah,pohon atau tebing
Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan
Tidak memiliki batang dan daun
Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara
generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina.

Contoh: Marchantia, Ricciocarpus dan Lunularia.

2. Lumut tanduk (Anthoceratopsida)

Ciri-ciri :

3
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya
berupa kapsul memanjang
Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas.
Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang seloka
Reproduksi seperti lumut hati

Contoh: Anthocerros sp.

3. Lumut daun ( Bryopsida ).

Ciri-ciri :

Lumut daun juga disebut lumut sejati


Bentuk tubuhnya berupa tumbuhan kecil dengan bagian seperti akar (rizoid),
batang dan daun.
Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang-cabang batang.
Kuncup akan membentuk lumut barutubuhnya berbentuk lembaran.

Contoh: Spagnum fibriatum, Spagnum squarosum

B. TRACHEOPHYTA ( Tumbuhan Berpembuluh )

1. Pterydhophyta ( Paku )

Klasifikasi tumbuhan paku terdiri beberapa kelas :

1. Kelas Psilopsida (paku purba)

Ciri-ciri :

Daun mikrofil
Batang bercabang dikotom, dan berfungsi dalam fotosintesis
Pada ruas-ruas batang dihasilkan sporangium
Spora dihasilkan oleh sporangium

4
Contoh : Psilotum nodum

2. Kelas Sphenopsida (paku ekor kuda )

Ciri-ciri :

Hidup di daerah sub tropis, terutama di rawa


Memiliki daun mikrofil
Spora dihasilkan oleh strobilus
Batang keras dan berongga, mengandung silica

Contoh : Equisetum debile, Equisetum palustre

3. Kelas Lycopsida (paku kawat)

Ciri-ciri :

Memiliki daun yang berukuran kecil (mikrofil)


Spora dihasilkan oleh strobilus (kumpulan sporofil yang berbentuk (kerucut)
Pada selaginella, jenis spora yang dihasilkan ada 2 macam, yaitu mikrospora
dan megaspore
Mikrospora akan berkembang menjadi gametofit jantan, sedang megaspora
akan berkembang menjadi gametofit betina

Contoh : Lycopodium cernuum, Lcopodium clavatum,Selaginella

4. Kelas Filicinae (paku sejati)

Cir i-ciri ;

Telah dapat dibedakan akar, batang dan daunnya


Spora dihasilkan pada sporofil, terutama di bawah daunnya
Daun mudanya tumbuh menggulung (circinatus)
Contoh : Adiatum cuneatum (suplir), Alsophila glauca, Marselia
crenata(semanggi), Dryopteris felix-mas

5
Bedasarkan bentuk dan fungsinya daun paku dibedakan sebagai berikut :

a. Bentuk

Makrofil : daun berukuran besar

Mikrofil : daun berukuran kecil

b. Fungsi

Sporofil : penghasil spora

Tropofil : digunakan untuk berfotosintesis

Berdasarkan bentuk dan jeis sporanya paku dapat dibedakan menjadi :

1. Paku homospor : paku yang bentuk dan jenis sporanya sama.


Contoh : lycopodium ( paku kawat )Filicinae ( Paku darat ).
2. Paku peralihan : Paku yang bentuk sporanya sama tetapi jenis sporanya
berbeda.
Contoh L: Equisetum debile ( Paku ekor kuda ).
3. Paku Heterospor : Paku yang bentuk dan jenis sporanya berbeda.
Contoh : Marsilea crenata ( Paku semanggi )

2. Spermatophyta ( Tumbuhan Berbiji ).

1) Gymnospermae ( Tumbuhan Berbiji Terbuka )

Ciri-ciri :

Berkembang biak dengan biji


Biji tidak dilindungi jaringan buah
Struktur reproduksi terdapat pada kerucut (strobilus).
Siklus hidup: generasi sporofit dominan, hidup bebasgenerasi gametofit
tereduksi, tidak hidup bebas

6
Organ reproduksi pada gymnospermae disebut konus atau strobilus.Di dalam
strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang mengandung sel-sel induk butir
serbuk. Sel-sel tersebut bermeiosis dari setiap sel induk terbentuk 4 butir serbuk yang
bersayap.Pada strobilus betina terdapat banyak arkegonium. Pada tiap-tiap
arkegonium terdapat satu sel induk lembaga yang bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel
yang haploid. Tiga mati, dan satu sel hidup sebagai sel telur. Arkegonium ini
bermuara pada satu ruang arkegonium. Proses Penyerbukan dan Pembuahan:
Strobilus jantan => serbuk sari => jatuh pada tetes penyerbukan (ujung putik) =>
buluh serbuk => membelah => inti tabung dan inti spermatogen => inti spermatogen
=> membelah => dua inti sperma => membuahi sel telur di dalam ruang arkegonium
=> zigot => lembaga di dalam biji => tumbuhan baru.Pembuahan pada
gymnospermae disebut pembuahan tunggal, karena tiap-tiap inti sperma membuahi
satu sel telur.

2) Angiospermae ( Tumbuhan Berbiji Tertutup )

Klasifikasi tumbuhan berbiji tertutup berdasarkan jumlah keping bijinya dibedakan

menjadi dua yaitu :

a) Tumbuhan Berkeping Biji Satu (Monocotyledonae )

Ciri-ciri :

Bijinya berkeping Satu


Letak pembuluh angkut tersebarBatang tidak bercabang-cabang (lurus).
Tidak memiliki cambium.
Bagian-bagian bunganya berjumlah 2,4,5 atau kelipatannya.
Akar serabut
Mengalami pertumbuhan primer saja.
Tulang daun sejajar atau melengkung

Contoh : jagung, kelapa, bayam, dan lain sebagainya

7
b) Tumbuhan Berkeping Biji Dua (Dicotyledonae )

Ciri-ciri :

Bijinya berkeping dua


Letak pembuluh angkut teratur
Batang bercabang-cabang
Memiliki cambium
Bagian-bagian bunganya berjumlah 3 atau kelipatannya
Akar tunggang
Mengalami pertumbuhan primer dan sekunder
Tulang daun menjari atau menyirip

Contoh : jambu, jeruk, kembang sepatu, dan lain sebagainya.

2.2 Identifikasi Tumbuhan

Cara mengidentifikasi tumbuhan adalah sebagai berikut (sesuai dengan kunci


determinasi):
Mengamati beberapa karakter morfologi tumbuhan seperti bentuk, ukuran,
jumlah organ
Karakter lain seperti warna, aroma dan rasa dari daun, batang, dahan.
Adanya duri, aksesoris, buah dan biji.

Identifikasi tumbuhan yang tidak kita kenal,tetapi telah dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan,pada waktu ini tersedia beberapa sarana, antara lain :

1. Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seorang yang
kita anggap ahli.
2. Mencocokkan dengan spesimen herbarium yang telah diidentifikasikan.

8
3. Mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam buku-buku
flora.
4. Menggunakan kunci identifikasi dalam identifikasi tumbuhan.
5. Menggunakan lembar Identifikasi Jenis.
Untuk identifikasi tumbuhan yang tidak kita kenal tetapi telah dikenal oleh
dunia ilmu pengetahuan, dapat dilakukan dengan cara :
1. Menanyakan identitas tumbuhan tersebut kepada seseorang yang kita
anggap ahli dan kita perkirakan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan
kita.
2. Mencocokkan dengan spesimen herbarium yang telah diidentifikasikan.
3. Mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam buku-buku
flora atau monografi.
4. Menggunakan kunci identifikasi dalam identifikasi tumbuhan.
5. Menggunakan Lembar Identufikasi Jenis (Species Identification Sheet).

2.3 Tata nama Tumbuhan


Prinsip tatanama tumbuhan
1. Tatanama botani tidak berhubungan dengan tatanama zoologi. Nama yang
sama yang diberikan pada tumbuhan bisa juga digunakan ahli zoologi pada
hewan
2. Pelaksanaan penamaan di dalam kelompok taksonomi ditentukan dengan
menggunakan tipe tatanama. Tipe untuk famili adalah genus, tipe untuk genus
adalah jenis, tipe untuk jenis adalah spesimen dan seterusnya.
3. Tatanama dari kelompok taksonomi haruslah berdasar pada prioritas
publikasi, dan nama yang benar adalah nama yang telah dipublikasi terlebih
dahulu dan mengacu pada aturan-aturan. Tatanama yang telah dipublikasikan
lebih dulu harus dipakai sebagai dasar pada publikasi berikutnya.
4. Setiap kelompok taksonomi, batasannya, posisinya dan urutannya bisa
membuat satu nama yang benar.

9
5. Nama ilmiah kelompok taksonomi disajikan dalam bahasa Latin tanpa
menghiraukan asalnya. Aturan untuk penamaan genus dan penunjuk jenis
sama juga dengan yang lain harus dalam bahasa Latin
6. Aturan tatanama adalah berlaku surut kecuali hal-hal yang kecil.
7. Suatu nama yang sah tidak boleh ditolak karena alasan tidak disukai atau
karena kehilangan arti aslinya. Contoh: Hibiscus rosa-sinensis, aslinya bukan
di Cina. Perubahan nama hanya boleh dilakukan bila sudah betul-betul diteliti
taksonominya.
dari kegiatan taksonomi yang bertujuan untuk mendeterminasi nama yang
benar dari suatu Tatanama merupakan bagian takson atau kesatuan taksonomi.
Menurut Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT), pemberian nama
ilmiah tumbuhan didasarkan pada bahasa latin atau yang diperlakukan sebagai
bahasa latin, sehingga diharapkan dapat dipergunakan secara universal oleh para
ahli botani.

Dalam kehidupan sehari-hari kita jumpai begitu banyak nama tumbuhan yang
diberikan dalam bahasa yang sesuai dengan bahasa induk yang digunakan oleh
daerah masing-masing, yang sering disebut nama biasa. Oleh karena itu terbatas
pengertiannya pada orang-orang sebahasa saja, maka pemakaian nama ilmiah
sekarang sudah menjadi kebiasaan umum yang diterapkan di seluruh dunia.
Adapun perbedaan antara bahasa biasa dengan nama ilmiah adalah sebagai
berikut :

No. Nama Biasa No. Nama Ilmiah


1. Tidak mengikuti ketentuan 1. Diatur dalam KITT
manapun
2. Dalam bahasa setempat atau bahasa 2. Dalam bahasa yang duperlakukan
daerah Latin
3. Berlaku local 3. Berlaku internasional
4. Mudah dieja dan dilafalkan 4. Kadang-kadang sukar dieja dan

10
dilafalkan
5. Tidak jelas untuk kategori mana 5. Memberi indikasi untuk kategori
nama itu diberikan takson mana nama itu
diberikan
6. Satu takson dapat mempunyai lebih 6. Untuk tiap takson dengan definisi,
dari satu nama yang berbeda-beda posisi dan tingkatan tertentu hanya
menurut bahasa yang digunakan ada satu nama yang benar.
untuk penyebutan

Tatanama Takson Sesuai Dengan KITT

Spesies

1. Spesies (Latin) = Spesies (Inggris) = Soort (Belanda) = Jenis (Indonesia)


2. Nama jenis adalah kombinasi biner atau binomial (nama ganda) yang terdiri
atas nama marga disusul dengan sebutan jenis (epitheton specificum), yang
dalam penulisannya hanya huruf pertama saja yang ditulis dengan huruf besar
bagian lainnya termasuk sebutan jenisnya, semua ditulis dengan huruf kecil.
3. Sebutan jenis yang terdiri atas dua kata atau lebih harus disatukan atau diberi
tanda penghubung. Sebutan jenis bukan nama jenis (specific name). Hisbicus
rosa-sinensis L, tiga kata untuk menjadi dua kata harus ada tanda
penghubung.
4. Dibelakang nama spesies harus dituliskan nama orang yang pertama kali
memberi nama spesies tersebut (Author). Hisbiscus teleaceus L, L singkatan
Linneus tidak ditulis miring atau digaris bawah.
5. Sebutan jenis tidak boleh terdiri atas kata yan merupakan ulangan yang sama
atau hamper sama nama marga, dengan atau tanpa ditambah _irri_g yang telah
ditranskripsikan. Contoh : Boldu boldus, Linaria linaria

Genus

11
1. Genus (Latin) = Genus (Inggris) = Geslacht (Belanda) = Marga (Indonesia)
2. Nama marga merupakan kata benda berbentuk mufrad, atau kata lain yang
diperlakukan sebagai kata yang bersifat demikian. Nama marga dalam bahasa
Latin tediri dari satu kata, misalnya Morus l, Gossypium L, Mimosa, dsb.
3. Nama marga tidak dibenarkan berupa istilah yang lazim digunakan dalam
morfologi tumbuhan, seperti : Radicula atau Tuber, kecuali bila pemberian
nama telah terjadi sebelum 1 januari 1912.
4. Nama marga tidak boleh terdiri dari dua kata, atau kedua kata itu harus
disatukan dengan tanda penghubung, misalnya : Uva-ursi.
5. Kata-kata yang tidak dimaksud sebagai nama marga tidak dapat dianggap
sebagai nama marga, misalnya Anonymus (kata ini oleh penulisnya digunakan
untuk Scirpoides (mirip Scirpus). Kata kata ini harus ditolak.
6. Saran untuk membentuk nama marga:

Agar sedapat mungkin menggunakan bentuk Latin.

a) Menghindarkan penggunaan kata-kata yang tidak mudah disesuaikan


dengan bahasa latin
b) Tidak menggunakan kata yang panjang dan sukar dilafalkan dalam bahasa
Latin
c) Tidak menggunakan gabungan kata dari bahasa yang berlainan
d) Menhindarkan penggunaan kata sifat sebagai kata benda
e) Tidak menggunakan nama orang yang tidak ada kaitannya dengan ilmu
tumbuhan
f) Tidak menngunakan kata yang dijabarkan dari sebutan jenis (epitheton
specificum) yang tergolong dalam marga itu.

Familia

1. Familia (Latin) = Family (Inggris) = Familie (Belanda) = Suku (Indonesia)


2. Nama-nama suku merupakan satu kata sifat yang diperlakukan sebagai kata
benda yang berbentuk jamak, biasanya diambil dari nama marga yang dipilih

12
sebagai tipe tatanamanya ditambah akhiran aceae misalnya : Malvaceae (
Malva +aceae), Solanaceae (Solanum+aceae).

Ordo

1. Ordo (Latin) = Ordo (inggris) = Orde (Belanda) = Bangsa (Indonesia).


2. Nama ordo dalam tumbuh-tumbuhan adalah nama dalam bahasa latin, terdiri
satu kata, didasarkan pada kata pokok salah satu familia yang termasuk ordo
itu. Akhuran aceae diaganti akhiran ales.

Classis

1. Classes (Latin) = Class (Inggris) = Klasse (Belanda) = Kelas (Indonesia).


2. Nama kelas adalah nama dalam bahasa Latin, yang terdiri dari nama marga
dan diberi akhiran phyceae bagi Alga, -mycetes bagi Fungi, -opsida bagi
cormophyta, -inae untuk tumbuhan paku dan biji.

Division

1. Divisio (Latin) = Divisio (Inggris) = Afdeling (Belanda) = Devisi (Indonesia)


2. Nama divisi biasanya didasarkan atas _irri-ciri yang menunjukkan kodrat atau
sifat devisi itu sebaik-baiknya.
3. Untuk nama divisi seyogyanya digunakan satu kata majemuk berbentuk
jamak yang diambil dari _irri khas yang berlaku untuk semua warga divisi
dengan tambahan phyta, kecuali untuk jamur yang disarankan untuk diberi
akhiran mycota.
4. Istilah Phylum yang masih dijumpai dalam pustaka-pustaka taksonomi lama,
tidak lagi digunakan dalam taksonomi tumbuhan, yang digunakan adalah
istilah division.

Regnum

1. Regnum (Latin) = Kigdom (Inggris) = Rijk (Belanda) = Dunia (Indonesia).

13
2. Konsep dunia digunakan untik menujukkan keseluruhan tumbuhan atau
keseluruhan hewan yang masing-masing disebut dunia tumbuhan (Regnum
Plantarum) dan dunia hewan (Regnum Animale).

Tingkat takson dibawah spesies

1. Dalam suatu jenis dapat dibedakan beberapa kategori, berturut-turut adalah :


anak jenis (subspecies), varietas, anak varietas, forma, dan anak forma.
2. Nama takson dibawah tingkat jenis terdiri atas nama jenis dan suatu sebutan
yang dihubungkan dengan istilah untuk takson dibawah tingkat jenis yang
dimaksud. Sehingga nama itu sekurang-kurangnya terdiri dari 4 kata, 2 kata
untuk nama jenis, 1 kata untuk takson di bawah tingkat jenis, dan 1 kata yang
merupakn istilah untuk takson di bawah tingkat jenis yang dimaksud. Contoh :
Pedilathus tithymalodes subspecies retusus.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Sistem klasifikasi dalam taksonomi tumbuhan sistem klasifikasi alam


atau sistem klasifikasi filogenetik dan sistem klasifikasi buatan
(berdasarkan habitat).
2. Kegiatan taksonomi bertujuan untuk mendeterminasi nama yang benar
dari suatu Tatanama merupakan bagian takson atau kesatuan
taksonomi.
3. Dalam tata nama tumbuhan ada dua yaitu, nama biasa dan nama
ilmiah. Untuk nama ilmiah kita harus menerapkan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang termuat dalam KITT (Kode Internasional
Tatanama Tumbuhan).

15

Anda mungkin juga menyukai