OLEH:
OLEH:
OLEH:
Menyetujui:
Ketua Jurusan
Budidaya Tanaman Pangan DosenPembimbing
Mengetahui,
OLEH:
Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji Laporan Tugas Akhir
Program Studi Peternakan Jurusan Budidaya Tanaman Pangan
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Pada hari Rabu, tanggal 08 Juli 2015
TIM PENGUJI
No. Nama Jabatan Tanda Tangan
Ucapan terima kasih yang tiada tara untuk kedua Orang tua
Ku. Untuk Papa Jasman dan Mama Gusniba Hendri yang telah
menjadi Orang tua terhebat sejagad raya, yang selalu
memberikan motivasi, nasehat, cinta, perhatian, dan kasih
sayang serta doa yang tentu takkan pernahbisa Ku
balas.TanpapengorbanandanperjuanganmuberduaAkutakkanpern
ahsampaikedetikini.
UntukAdikkuAnggi Dwi Putri dan Agnes Chinti yang
sekarangsudahmulaiberanjakremaja, yang
selalumenjaditemanpenghiburdikalaKakakmu inibermuramdurja,
semogaprestasimuselalubaikdansegalacita-citamutercapai.
Dibimbing oleh
Drh. Ulva Mohtar Lutfi, M.Si
RINGKASAN
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
laporan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
Payakumbuh.
1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan berupa
Payakumbuh.
3. Bapak Ir. Setya Dharma, M.Si, selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman
4. Ibu Muthia Dewi, S.Pt, M.Sc, selaku Ketua Program Studi Peternakan.
Akademik.
6. Ibu dan Bapak Dosen yang telah memberi ilmu pengetahuan dalam
selaku Supervisor Setter dan Hatcher dan Bapak Aidil Maarif selaku
9. Abang Taufik, Kakak Lina, Alif, Kia, yang telah membantu serta
10. Saudari Mutiara, Ade, dan Rifka sebagai sahabat tim (PKPM) di PT.
12. Semua pihak yang telah terlibat dan ikut serta dalam membantu
Disadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh sebab
itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan laporan ini. Diharapkan semoga laporan ini bermanfaat bagi semua
pihak.
ANH
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ......................................................................................... i
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Tujuan ......................................................................................... 3
LAMPIRAN ........................................................................................... 29
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
LampiranHalaman
1. Dokumentasi ....................................................................................... 29
2. Daily report hatchability ..................................................................... 34
3. Sejarah perusahaan ............................................................................. 35
4. Denah ruang dalam Hatchery .............................................................. 37
I. PENDAHULUAN
utama kebutuhan daging dan telur. Perusahaan pembibitan merupakan salah satu
faktor penunjang keberhasilan suatu usaha peternakan. Oleh karena itu kontinuitas
produk harus terjaga dengan cara tersedianya bibit. Tersedianya bibit yang baik
apabila usaha penetasan berkembang dengan baik. Usaha peternakan tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya usaha penetasan yang baik. Usaha
penetasan telur ayam untuk menghasilkan anak ayam atau DOC (Day Old Chick)
merupakan salah satu usaha dibidang peternakan unggas, yang merupakan bagian
dari penyediaan bibit ayam. Kondisi DOC yang baik merupakan modal awal yang
sangat penting. Keberhasilan dalam suatu unit penetasan dipengaruhi oleh telur
Telur yang dapat ditetaskan adalah telur fertil atau yang lazim disebut
dengan telur tetas (hatching egg/HE). Telur tetas merupakan telur yang sudah
dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut disebut
telur infertil atau lazim disebut telur konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat
menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi saja. Secara umum
hanya telur berkualitas baik yang dipilih untuk diinkubasikan, ini berarti hanya
untuk telur yang bersih dan memiliki kerabang yang utuh saja yang layak untuk
ditetaskan. Telur yang kotor dan retak harus dikeluarkan dan tidak layak untuk
Oleh karena itu, diperlukan pembedaan telur bibit dari beberapa strain dan
grade untuk melihat persentase penetasan yang dihasilkan. Apabila terbukti hasil
persentase penetasan yang dihasilkan dari salah satu grade tertentu mencapai
angka yang bagus , maka perlu dikembangkan untuk lebih lanjutnya. Adapun HE
yang ada di perusahaan ini terdiri dari 6 grade yaitu HE dengan grade B1, B2, B3,
A1, A2, dan A3. Namun untuk pengambilan data LTA ini hanya memakai 3 grade
saja yaitu HE dengan grade A3, A2 dan A1. Yang mana diantara ketiga grade ini
Jameswayproduksi Amerika Serikat yang terdiri dari 20 unit mesin setter dan 20
unit mesin hatcher .serta mesin Pasreform produksi Belanda terdiri dari 6 unit
mesin setter dan 6 unit mesin hatcher.Namun mesin yang dipilih untuk
Tujuan dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah dapat mengetahui
mulaidaripengumpulan DOC
sampaipengirimansehinggalebihmudahbilamengaplikasikannyadalamduniakerja.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penetasan
ayam. Penetasan dapat dilakukan secara alami oleh induk ayam atau secara buatan
alami merupakan cara penetasan paling efisien. Namun, bagi ayam, kalkun, dan
tetas, mesin tetas, dan tatalaksana penetasan (Suprijatna et al., 2008). Walaupun
pada kondisi yang baik tetapi pada periode penyimpanan telur yang semakin lama
tersimpan yaitu lebih dari 6 hari sangat mempengaruhi daya tetas telur.
Telur tetas merupakan telur fertil atau telah dibuahi, dihasilkan dari
menghasilkan telur tetas yang berkualitas baik untuk menghasilkan anak ayam
pembibit (breeder) untuk menghasilkan telur tetas yang sesuai karakteristik jenis
ayam yang dihasilkan. Ayam pembibit harus terbebas dari penyakit, kecukupan
nutrisi pakan dan menyediakan lingkungan dalam kandang yang nyaman untuk
terjaminnya perkawinan bagi ayam pembibit. Telur tetas yang digunakan harus
berkualitas baik, yaitu memiliki fertilitas yang tinggi dan daya tetas yang tinggi
pula.
Telur tetas di PT. Charoen Pokphand ini terbagi atas 6 grade dengan
1-3 B2 45-49,9
4-5 B3 50-54,9
6-10 A1 55-61,9
11-15 A2 62-68,9
16 up A3 >69
Sumber : SOP Hatchery, 2015
Pada hakekatnya mesin tetas merupakan sebuah peti atau lemari dengan
terbuang. Suhu di dalam ruangan mesin tetas dapat diatur sesuai ukuran derajat
panas yang dibutuhkan selama periode penetasan. Prinsip kerja penetasan dengan
1. Telur tetas ditempatkan dalam mesin tetas dengan posisi yang tepat.
kebutuhan unggas.
proses pengeraman.
4. Ventilasi harus sesuai agar sirkulasi udara di dalam mesin tetas berjalan
dengan baik.
Tata laksana penetasan yaitu suatu rangkaian kegiatan mulai dari persiapan
mesin tetas, pemasukan telur ke dalam mesin tetas, kegiatan rutin selama
al., 2008).
merusak kehidupan untuk tujuan penetasan. Namun demikian, telur telur yang
disimpan pada temperatur 20-350C masih dapat berkembang terbatas, tetapi
kondisi optimum, telur akan cepat turun daya tetasnya yang tinggi bila periode
simpan sebelumnya lebih lebih dari 7 hari (Blakely dan Bade, 1991).
KmnO4 dengan dosis pemakaian sebagai berikut : 40cc formalin 40% + 20 gram,
kematian embrio. Hal ini disebabkan oleh karena jenis desinfektan yang kurang
tepat, atau dosisnya yang terlalu tinggi, atau pelaksanaan desinfeksi yang tidak
benar. Jenis desinfektan yang banyak digunakan pada proses penetasan adalah
membunuh mikroorganisme, antara lain, bakteri gram +/-, virus, jamur bahkan
penting sebagai sumber oksigen untuk bernafas. Ventilasi juga menjadi kunci
penyeimbang antara kelembaban dan suhu. Jika ventilasi lancar maka kelembaban
bisa berkurang, namun jika ventilasi terhambat maka suhu mesin akan meningkat
pertama. Pada mesin ini telur disusun menggunakan egg tray khusus dengan
posisi bagian tumpul telur diatas (Rahayu et al., 2011). Telur sebaiknya diputar
450 dengan total pemutaran 900 dan ini memberikan hasil yang memuaskan.
Jumlah pemutaran telur dalam inkubator cukup 3-4 kali perhari, sampai dengan
hari ke 18. Pemutaran ini dimaksudkan agar permukaan yolk (kuning telur) tidak
Tujuannya untuk mengetahui kondisi fertil (dibuahi oleh ayam jantan) atau
dibuahi / fertil maka akan terlihat gurat-gurat darah tetapi jika tidak dibuahi, telur
akan terlihat bening. Candling biasanya dikerjakan pada hari terakhir telur berada
pada mesin inkubator (pengeram), yaitu umur 18 hari akhir atau awal 19 hari
penetasan cukup tiga kali yaitu pada hari ke-5 atau ke-7, pada hari ke-14 dan pada
hari ke-3 sampai ke-2 menjelang telur menetas (Suprijatna et al., 2008).
mesin tetas mulai hari ke 19 sampai dengan hari 21 (Kartasudjana, 2001). Proses
hatching dilakukan dengan menggunakan mesin hatcher. Pada mesin ini telur
untuk troley hatcher. Mesin ini memerlukan suhu 98,80F dan kelembaban hari ke
19 sekitar 55-60% serta hari ke 20 21 kelembaban sekitar 80%. Pada mesin
telur untuk menetas. Daya tetas dapat dihitung dengan dua cara, yaitu pertama
membandingkan jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur yang dieramkan,
dan kedua membandingkan jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur yang
fertil (dibuahi). Daya tetas sangat berpengaruh terhadap kualitas telur tetas. Faktor
yang mempengaruhi daya tetas (hatchability) adalah dari breeding farm sendiri
(nutrisi yang diberikan kepada induk, penyakit, infertilitas, kerusakan telur dan
dan mesin hatcher). Daya tetas (hatchability) terjadi pada telurtelur tetas yang
setter (Sudaryani dan Santoso, 2002). Penyimpanan sampai hari ke-4 tidak begitu
mengurangi daya tetas telur, akan tetapi waktu penyimpanan lebih dari 4 hari
maka daya tetas telur ayam akan turun (Zakaria, 2010). Banyak faktor yang
mempengaruhi rendahnya daya tetas, antara lain cara atau metode penetasan,
Hatcery PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Pekan Baru 1 yang beralamat di Jln.
Siak II Km 16, Desa Umban Sari, Kecamatan Rumbai, Kota Pekan Baru, Provinsi
Riau. Kegiatan magang dimulai pada tanggal 16 Maret s/d 31 Mei 2015.
3.2.1. Alat
Pasreform, mesin hatcher Pasreform, alat kebersihan, alat candling, alat transfer
3.2.2. Bahan
3.3 Pelaksanaan
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Pekanbaru Riau. Sedangkan untuk metode
pengambilan data, data yang sudah diperoleh dari perusahaan disusun kembali
kontakdenganagenpenyakitbaikklinismaupunsubklinisdengantujuanmengoptimalk
anproduksi. Adapun sistem biosecurity yang harus dilalui ketika akan masuk
b. Memasuki dan melewati spray room, barang tidak tahan air disanitasi
keramas
Telur tetas yang diterima oleh unit Hatchery 1 Pekanbaru berasal dari farm
ketika telur tetas yang diantar melalui mobil box pengantar telur datang di
hatcher, kemudian telur dibongkar diruang penerimaan HE. Telur yang diterima
dari farm ini sudah dibedakan antara farm flock, strain serta grade . Setelah
Hal ini sesuai dengan pendapat Mahfudz (2006) yang menyatakan bawa
desinfeksi pada proses penetasan telur bukan hanya sebagai pelengkap pada
pembersihan mesin tetas, tetapi merupakan rangkaian sistem sanitasi dan memiliki
meningkatkan daya tetas telur. Hal ini dapat dimengerti, karena pada proses
penetasan, temperature pengeraman sangat sesuai dengan temperatur untuk
pertumbuhan mikroorganisme.
mikroorganisme yang berada pada telur terutama kerabang telur dan peralatan
pengangkutan seperti tray dan troly sebelum masuk ruang penyimpanan telur
colling room. Dosis yang digunakan yaitu 75 gram forcent + 150 ml formaline/5
m3. Gas yang terbentuk dari reaksiformalin dan forcent dalam ruangan diratakan
dengan kipas dengan tujuan agar dapat menjangkau seluruh sudut dan sela-sela
telur di dalam ruang. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2008) yang
menyatakan bahwa fumigasi yaitu dua bagian larutan formalin dalam mililiter
dicampur dengan kristal KmnO4 dalam gram. Pada penetasan secara modern
untuk usaha komersial (hatchery), dosis fumigasi ini disesuaikan dengan besar-
telur tetas masuk setter. Ruang penyimpanan tertutup rapat dan dilengkapi dengan
AC yang berfungsi menjaga suhu didalam ruang agar tetap sejuk sehingga selama
didalam ruang penyimpanan telur selama 5 hari . Hal ini sesuai dengan pendapat
yang baik yaitu ruang harus bersih, sejuk, suhu berkisar 18 oC, kelembaban 75-
80%, posisi ujung tumpul berada diatas, dan penyimpanan maksimal dua minggu.
Hartono dan Isman (2010) menyatakan bahwa daya tetas telur menurun sangat
cepat setelah berumur 7 hari, karena itu penyimpanan telur sebelum masuk
3.3.4.Setting egg
Setting egg pada mesin setter yaitu kegiatan memasukkan telur tetas dari
ruang penyimpanan telur tetas yang telah disett pada troly dan memasukkan
dalam mesin inkubator (setter). Telur yang telah dimasukkan kemudian pintu
ditutup dan melakukan pengecekan turning untuk mengetahui bahwa tidak ada
tray dalam troly dalam yang masih kurang tepat dan mengetahui mesin
turningberjalan normal. Setting telur dilakukan 4 kali dalam satu minggu yaitu
hari minggu, senin, rabu dan kamis yang dilakukan oleh petugas mekanik.
3.3.5Preheat
Preheat ditujukan agar telur ketika mulai dieramkan suhu telur suhunya
tidak meningkat terlalu drastis dan embrio dalam telur tidak shock dengan
dengan suhu ruangan. Temperatur yang digunakan selama preheat adalah 28 s/d
jam.
Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2010), jika telur tetas akan
dikeluarkan dari tempat penyimpanan dan akan dimasukkan ke dalam mesin tetas
maka telur tersebut harus bebas dari kondensasi atau pengembunan pada
temperatur yang rendah selama penyimpanan. Titik-titik air ini perlu dihilangkan
tetas, telur harus mengalami pemanasan dulu pada temperatur 28C dalam jangka
waktu 4 jam harus tercapai. Preheat dilakukan selama 12-24 jam dengan tujuan
langsung dimasukkan ke dalam mesin tetas akan segera turun. Hal ini akan
menyebabkan telur yang telah berada dalam mesin tetas menjadi lambat menetas.
temperatur dan kelembabanyang diatur secara otomatis oleh mesin melalui bok
panel mesin. Suhu selama proses pengeraman harus senantiasa konstan sesuai
dengan standar suhu yang ditetapkan oleh perusahaan dan dicek setiap 4 jam agar
merk Pasreform ini berdasarkan target temperatur output yang diukur setiap pagi
hari sekali, dimana target temperatur output yang mesti dicapai tertera sebagai
berikut:
Hal ini sesuai dengan pendapat Rahayu et al. (2011) yang menyatakan
bahwa suhu dan kelembaban pada mesin inkubator harus dijaga agar tetap stabil,
atau pemutaran telur setiap satu jam sekali dengan kemiringan sudut sebesar 450
Arah pemutaran atau turning telur tetas yaitu ke kanan dan kekiri
sehingga satu kali putaran penuh sudut putarnya sebesar 45. Pemutaran telur
bertujuan untuk meratakan suhu dan kelembaban pada seluruh permukaan yang
diterima telur tetas sehingga tidak terjadi penempelan embrio pada kerabang yang
diakibatkan dari suhu yang tidak merata. Pemutaran telur secara otomatis oleh
mesin dilakukan sampai umur 18 hari selama proses pengeraman. Hal ini sesuai
posisi dan pembalikan telur selama inkubasi sangat penting dilakukan untuk
memperoleh daya tetas yang tinggi. Posisi telur selama inkubasi, sebaiknya bagian
pemutaran 900 dan ini memberikan hasil yang memuaskan. Jumlah pemutaran
telur cukup 3-4 kali per hari, sampai hari ke-18. Pemutaran telur ini dimaksudkan
lagi berat telurnya. Rumus mengukur weight lost adalah sebagai berikut:
14%.Pada kegiatan pengukuran weight lost, sampel diambil pada kereta setter
kanan, rak nomor 22 dan pada kereta setter kiri pada rak nomor 67 (data
setter ke mesin hatcher pada umur 444 jam. Pada saat transfer ini diculling HE
yang infertil, busuk, kosong dan HE yang explode. Untuk HE yang infertil
disusun pada tray yang kemudian pada konsumen yang membeli untuk pakan
ternak.Pada mesin Jamesway telur yang dilakukan transfer yaitu bagian belakang
mesin setter karena telah berumur 444 jam sedangkan bagian depan telur yang
Telur hasil candling yang infertil langsung dimusnahkan. Telur tetas yang
busuk, dikumpulkan dalam tong untuk dibuang ditempat pembuangan yang telah
dilanjutkan untuk proses penetasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahayu et
al.(2011) yang menyatakan bahwa proses candling dilakukan diluar mesin tetas,
setelah terpisah antara telur fertil dan infertil maka telur fertil dimasukkan
kedalam mesin tetas. Candling dilakukan pada umur telur 4-7 hari dalam mesin
Mesin hatcher merupakan mesin penetas HE dari umur 18,5 s/d 21 hari.
Pengaturan sett point temperatur hatcher adalah 97,8 s/d 94 F dengan tingkat
humidity 50 s/d 76 %.Di dalam hatcher HE tidak lagi mengalami turning. Sanitasi
ruang hatcher yang sedang beroperasi juga sangat penting, yaitu dilakukan
akan menetas menjadi anak ayam. Jika 95 % sudah menetas, maka siap dilakukan
kegiatan pullchick.
Pada 3 hari terakhir menjelang telur menetas ini kadar kelembaban yang
menyebabkan anak ayam sulit untuk memecah kulit telur karena lapisan kulit
menjadi keras dan berakibat anak ayam melekat atau lengket diselaput bagian
DOC dari hatcher, pemindahan DOC dari bok plastik pada troly ke dalam bok
karton yang telah dirakit dan memisahkannya dari sisa-sisa proses penetasan
(cangkang telur dan telur yang tidak menetas) lalu diteruskan dengan proses
waktu setting yaitu pada hari senin, selasa, kamis dan jumat. Pengeluaran DOC
dari dalam hatcher menuju ruang pullchick oleh mekanik. Suprijatna et al. (2008)
menyatakan bahwa anak ayam yang menetas jangan tergesa-gesa dikeluarkan dari
mesin tetas. Biarkan dahulu sampai bulunya kering dan dapat berdiri tegak untuk
mencegah terjadinya cacat. Setelah dikeluarkan dari mesin tetas, tempatkan anak
ayam pada bok atau kotak kardus yang telah dipersiapkan. DOC yang siap di
sebagai berikut:
c. Grading
Seleksi anak ayam yang baru menetas merupakan pemisahan antara anak
ayam dengan kualitas baik dan yang tidak baik, untuk selanjutnya anak ayam
yang tidak baik akan diafkir (Suprijatna et al., 2006). Seleksi terhadap DOC yang
dihasilkan sangat perlu dilakukan supaya mortalitas ayam broiler rendah, lebih
lebih baik.
Grading DOC berdasarkan:
1. DOC saleable, yaitu DOC yang mempunyai nilai jual dengan kriteria:
mata jernih bersinar, bulu, paruh, dan kaki berwarna kuning cerah,
navel atau pusar menutup sempurna, serta gerakan fisik lincah dan
seragam.
2. Yellow navel, yaitu DOC yang masih mempunyai nilai jual, tetapi
3. DOC culling, yaitu DOC yang dikeluarkan dan tidak mempunyai daya
jual. Kriteria DOC ini adalah DOC yang cacat, lumpuh, black navel
(berdarah), string navel (tali pusar), wet neck, under grade (ukuran
4.1. Hasil
Tabel 2. Persentase telur infertil, explode, lossdan jumlah telur yang masuk
hatcher
Strain Total Infertil Explode Loss Jumlah telur yang
dan Sett masuk hatcher
Grade
Jml % Jml % Jml % Jml %
Tabel 3. Persentase DOC culling, DIS, saleable, yellow navel dan hatchability
Jumlah
Strain telur Culling DIS Saleable YN Hatchability
dan yang
Grade masuk
hatcher Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh %
RS
8528 129 1.65 723 8.47 7676 98.34 8 0.10 7805 91.52
A3
RS
8202 129 1.72 729 8.88 7344 98.27 6 0.08 7473 91.11
A2
RS
8477 128 1.64 699 8.24 7650 98.35 6 0.07 7778 91.75
A1
Catt: Hatchability dihitung dari jumlah telur yang masuk mesin hatcher
4.2. Pembahasan
1. Telur Infertil
10.31% grade A3, 13.23% grade A2, dan 10.94% pada grade A1. Dari data
tersebut dapat dilihat persentase telur infertil paling tinggi pada grade A2.
Hal ini disebabkan oleh penanganan dan manajemen parent stock yang
menghasilkan telur tetas tersebut selama di Breeding Farm. Fertilitas telur tetas
dipengaruhi oleh ada tidaknya pejantan dan betina melakukan perkawinan. Jika
betina dikawini oleh pejantan maka telur yang dihasilkan itu fertil, sebaliknya jika
betina tidak sempat dikawini oleh pejantan maka telur yang dihasilkan infertil dan
untuk mencapai infundibulum, apabila belum ada telur yang terbentuk. Gerakan
sperma dibantu oleh cilia dari oviduct, antiperistaltik otot, dan mortilitas sperma.
Telur infertil adalah telur yang tidak ada bibit di dalamnya. Mengetahui telur
yang infertil atau fertil dilakukan terlebih dahulu proses pengeraman baik
dilakukan proses candling pada umur pengeraman 4, 8, 12, dan 18 hari. Tetapi
pada PT. Charoen Pokphand proses candling hanya dilakukan pada hari ke 18,
yaitu pada proses transfer dari mesin setter ke hatcher. Alasan perusahaan
melakukan candling pada hari ke 18 untuk penghematan waktu dan biaya tenaga
kerja.
2. Telur Explode
Telur explode adalah telur yang busuk karena proses pembusukan yang
terjadi di dalam mesin setter pada saat proses pengeraman. Ini disebabkan oleh
temperatur dan kelembaban di dalam mesin yang tinggi. Dapat dilihat pada Tabel
Parli, 2013 menyatakan bahwa standar telur explodeuntuk satu kali produksi
adalah 10 %.
kebersihan telur, kelembaban pada mesin tetas dan suhu yang fluktuasi.Selain
keseragaman berat telur karena berat telur yang berbeda akan membutuhkan suhu
Loss merupakan telur yang busuk dan explode (meledak) yang telah dibuang
(hilang) pada grade A3 0,23%, grade A2 0,24% dan grade A1 0,24%. Hal ini
disebabkan oleh adanya telur yang meledak atau busuk pada saat masih berada di
dalam mesin setter, sehingga telur ini harus dibuang agar telur yang lain tidak
terkontaminasi . Selain itu proses setting juga sangat berpengaruh, karena apabila
setting tidak dilakukan dengan hati-hati maka telur bisa saja terjatuh dari kereta.
4. DOC Culling
DOC culling, yaitu DOC broiler yang dikeluarkan dan tidak mempunyai
daya jual. Tabel 2 menunjukkan jumlah dan persentaseDOC culling telur grade
A3 129 ekor dengan persentase 1,65 %, grade A2 129 ekor dengan persentase
1,72 %, dan grade A1 128 ekor dengan persentase 1,64 %. Adapun kriteria DOC
ini adalah cacat, lumpuh, black navel (adanya gumpalan hitam pada bagian pusar),
dehidrasi, bloody (berdarah), string navel (tali pusar), wet neck, under grade
(ukuran sangat kecil) dan bulu keriting (SOP hatchery, 2015).Hal ini disebabkan
oleh pengaturan sett point mesin hatcher, DOC yang tidak mampu keluar dari
cangkang akibat kurang nutrisi dari induk, tingginya temperatur sehingga DOC
Dead in shell adalah bibit yang mati dalam cangkang pada saat proses
penetasan atau bibit yang tidak bisa keluar dari cangkang pada proses penetasan.
Karena suhu dan kelembaban tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga penguapan
embrio (telur itik)yang ditetaskan ditemukan mati antara hari ke-22 sampai ke-27
selama inkubasi. Pada telur ayam DIS ini biasanya terjadi pada hari ke-18 sampai
hari ke-20. Hal ini disebabkan karena kesalahan posisi selama berkembang
dengan persentase 98,34%, grade A2 7344 ekor dengan persentase 98,27 dan
grade A1 7650 ekor dengan persentase 98.35 %. Adapun kriteria DOC saleable
sebagai berikut : mata jernih bersinar, bulu, paruh, dan kaki berwarna kuning
cerah, navel atau pusar menutup sempurna, serta gerakan fisik lincah dan seragam
serta memiliki berat >47 gram grade A3, 42-46.9 gram grade A2 dan 37-41.9
Dari data diatas dapat dilihat grade yang menghasilkan DOC saleable
terbanyak adalah grade A3 yaitu sebanyak 7676 ekor. Hal ini dikarenakan ukuran
telur yang besar maka DOC yang dihasilkan akan besar pula. Yang mana
ukuran besar.
Yellow navel adalah DOC yang masih mempunyai nilai jual, tetapi
termasuk kategori second production dengan harga jual yang rendah. Tabel 2
menunjukkan jumlah dan persentase DOC yellow navel telur grade A3 yaitu 8
ekor dengan persentase 0,10 %, grade A2 6 ekor dengan persentase 0,08 % dan
grade A1 6 ekor dengan persentase 0,07 %. Adapun kriteria DOC yellow navel
Daya tetas merupakan persentase telur yang menetas dari sejumlah telur yang
fertil. Daya tetas sangat dipengaruhi oleh jumlahdead embryo, dimana semakin
tinggi jumlahdead embryo maka daya tetas yang diperoleh akan semakin rendah.
Pada tabel 2 dapat dilihat rata-rata persentase daya tetas telur grade A3 91,52 %,
Charoen Pokphand Jaya Farm ini sudah menunjukkan angka yang baik.
Daya tetas dipengaruhi oleh baik buruknya manajemen yang diterapkan pada
hatchery, pemeliharaan breeding yang baik dan sanitasi atau biosecurity yang
baik pula. Daya tetas dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pembibitan dan penetasan.
induk dan tata laksana pemeliharaan meliputi kondisi kandang dan ransum.
Faktor yang berpengaruh terhadap daya tetas dari penetasan adalah suhu dan
kelembapan pada colling room, prose pre warm, suhu dan kelembapan pada setter
maupun hatcher dan sanitasi serta biosekurity yang diretapkan pada hatchery.
daya tetas adalah dari breeding farm (nutrisi induk, penyakit, infertilitas,
5.1. Kesimpulan
2. Telur tetas yang memiliki persentase explode tertinggi adalah grade A2 dengan
3. Telur yang memiliki loss terbanyak adalah grade A2 dan A1 dengan persentase
4.Telur tetas yang memiliki persentase DOC culling tertinggi adalah telur grade
persentase 1.64%.
5.Telur tetas yang memiliki DIS terbanyak adalah gradeA2 dengan persentase
6. Telur tetas yang memiliki DOC salable terbanyak adalah telur grade A3
dengan jumah 7676 ekor dan yang paling sedikit telur grade A2 dengan jumlah
7344 ekor.
7. Telur tetas yang memiliki daya tetas tertinggi adalah telur grade A1 dengan
persentase 91,11 %.
5.2. Saran
adalah penanganan yang baik terhadap telur tetas terutama dalam pemilihan
keberhasilan penetasan.
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J. dan Bade, D.H. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hartono, T. dan Isman. 2010. Kiat Sukses Menetaskan Telur Ayam. PT.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Paimin, B. Farry. 2002. Membuat dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Rahayu, I., T. Sudaryani, dan H. Santosa. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Delivery DOC
Telur Grade A3 Telur Grade A2
Jumlah HE
yang masuk
Strain Infertil Explode Loss Culling DIS
Total dalamHatcher
dan
setting
grade
Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh %
RS A3 9600 990 10.31 60 0.63 22 0.23 8528 88.83 129 1.65 723 8.47
RS A2 9600 1270 13.23 105 1.09 23 0.24 8202 85.43 129 1.72 729 8.88
RS A1 9600 1050 10.94 50 0.52 23 0.24 8477 88.30 128 1.64 699 8.24
Catt :
saleable.
Lampiran 3. Sejarah perusahaan
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery Pekanbaru terletak di Jln.
Siak 2 Km. 16 desa Umban Sari Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. Fasilitas
yang disediakan perusahaan ini adalah mess staff dan karyawan, kantor
administrasi, pos security, area parkir, kantin, bengkel, kantor utama, mushola,
lapangan olahraga serta ruangan biosecurity. Terdapat 2 jenis mesin penetasan di
hatchery ini, yaitu 20 unit mesin inkubasi (setter) Jamesway dan 6 unit mesin
Pasreform.
Aktivitas semua karyawan dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai pukul
17.00 WIB dengan waktu istirahat dimulai pada pukul 12.00 WIB sampai pukul
13.00 WIB. Masing-masing karyawan memiliki libur berdasarkan bagian kerja
masing-masing. Karyawan di hathery ini rata-rata lulusan SMA atau SMK
dengan gaji yang disesuaikan dengan Upah Minimum Regional (UMR) daerah
setempat. Hatchery unit Pekanbaru memiliki beberapa ruangan yang mempunyai
fungsi berbeda. Ruangannya terdiri dari ruangan penyimpanan telur (holding
room), ruang fumigasi, ruang preheat, ruang setter dan hatcher, ruang pullchick,
gudang box, ruang pencucian alat-alat, kantor, dan mushola.
Lampiran 4.DenahruangdidalamHacthery
RuangMekanik
Fumigasi
Holding Room Spray Gudang Gudang Fumigasi
Kantin Room Box Room
Room Office Barang
RuangMekanik
Fumigasi
Penerimaan
Fumigasi
Kantin Room
Holding Room Spray Room
Room Office
Keluar Penerimaan
Penerimaan Masuk
HE Keluar
Penerimaan Masuk
HE