Ancaman Terhadap Keanekaragaman Hayati
Ancaman Terhadap Keanekaragaman Hayati
Pembunuhan yang terjadi secara eksesif bias terjadi melalui perburuan liar dan
penangkapan ikan secara tidak terkendali. Pada Negara yang sedang berkembang, kasus
pembunuhan yang tidak terkendali sangat memprihatinkan. Beberapa hewan diketahui
rentan terhadap perburuan tidak terkendali seperti gajah, badak, paus dll. Contoh klasik
adalah kasus perburuan Gajah Afrika untuk diambil dagingnya. Pada tahun 1970-an
ketika harga gading meningkat, terjadilah perburuan yang tidak terkendali. Kasus
kepunahan Harimau Jawa di Indonesia juga diduga disebabkan oleh perburuan tidak
terkendali pada tahun 1950-an, ketika populasi harimau tinggi.
Dalam sudut pandang konservasi, masalah yang dihadapi burung pelatuk ini
adalah kompetisi memperebutkan lowongan tempat bersarang. Dibandingkan membuat
sarang baru yang membutuhkan banyak energi untuk melubangi batang pohon, burung
pelatuk lebih memilih untuk berkompetisi memperebutkan sarang yang ada.
Penebangan pohon pinus yang sudah tua menjadikan sumber daya yang dibutuhkan
menyusut dan berdampak pada ukuran populasi burung.
Fragmentasi habitat menjadikan luas area yang dapat ditempati oleh populasi
menyusut dan suatu populasi terkotak- kotak dalam patch yang kecil. Dalam patch yang
kecil, Efek Allee mungkin bisa terjadi. Contoh fragmentasi habitat orang utan di
Kalimantan maupun Sumatera. Penebangan hutan ecara ilegal berpengaruh besar
menciptakan fragmentasi habitat.
Fragmentasi habitat tidak selalu terjadi pada habitat alami di hutan. Di kebun
raya Bogor, suatu penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh fragmentasi habitat
terhadap ukuran populasi. Hingga tahun 1936 kebun raya ini terhubung dengan hutan di
sekitar timur. Sejak adanya perkembangan kota maka selama lebih dari 60 tahun kebun
raya ini terpisah dari patch terdekat berjarak 5 km. Dari 62 jenis burung yang tercatat
memiliki lokasi sarang di kebun raya itu pada tahun 1932- 1952, tinggal 20 jenis saja
yang bertahan pada tahun 1980- 1985 dab sekitar 4 jenis terancam punah.
Spesies eksotis adalah spesies asing yang berasal dari negara asing. Introduksi
spesies eksotis menyebabkan terdesaknya spesies lokal. Diperkirakan 40% kasus
kepunahan disebabkan oleh kejadian ini. Kasus introduksi spesies ikan nila ke danau
Victoria telah dilaporkan menyebabkan terjadinya kepunahan 200 ikan- ikan
Perciformes lokal. Kepunahan 50% mamalia yang ada di Australia selama 200 tahun
terakhir juga diketahui disebabkan oleh kehadiran spesies eksotis. Terjadi hal yang
menarik bahwa spesies yang hilang di Australia tersebut memiliki kisaran berat tubuh
yang berada pada kisaran 35- 4200 gram. Spesies yang sangat kecil atau sangat besar
terhindar dari kepunahan. Beberapa hal diduga menjadi penyebab kepunahan, mulai
dari konversi habitat mamalia menjadi lahan pertanian, kehadiran herbivor asing dan
predator asing. Herbivor asing menjadi pesaing bagi mamalia lokal. Sedangkan
predator asing yang diharapkan dapat mengatahi herbivor asing ternyata juga
memangsa mamalia lokal. Srigala merah yang menjadi predator tersebut, diduga
menjadi penyebab utama kepunahan spesies lokal.
Kasus spesies eksotik lain yang menyita perhatian besar adalah introduksi
serangga hama dan pengganggu. Nyamuk Aedes Aegypti adalah nyamuk eksotik yang
berasal dari Mesir. Penyakit demam berdarah di Indonesia pertama kali ditemukan di
Surabaya pada tahun 1958. Nyamuk ini telah menyebabkan gangguan yang serius.
Setiap tahun dilaporkan korban penyakit demam berdarah lebih dari seribu. Pada saat
kejadian luar biasa pada tahun 1998, Departemen Kesehatan RI mencatat sebanyak
2.133 korban terjangkit penyakit ini dengan jumlah korban meninggal 1.414 jiwa.
Terdapat ratusan hingga ribuan spesies serangga eksotik yang menjadi hama
pertanian. Hama ulat daun adalah larva ngengat yang menyerang berbagai tanaman
budidaya seperti kubis. Hama ulat penggorok juga dilaporkan menyerang lebih dari
sepuluh tanaman budidaya termasuk jagung, kapas, tomat dll. Kerugian akibat serangan
hama tersebut mencapai milyaran rupiah.
4. Rantai Kepunahan
Kepunahan satu spesies dapat berakibat pada terjadinya rantai kepunahan spesies yang
tergantung pada spesies yang telah punah tersebut. Satu contoh rantai kepunahan yang terjadi
adalah kepunahan elang hutan di New Zealand. Elang ini memangsa burung tanah. Karena
burung tanah punah maka elang ini juga ikut punah.