Salah satu syarat perlu untuk tercapainya transformasi struktural dari pertanian (industri
primer) ke industri manufaktur (industri sekunder) adalah adanya keterkaitan sektor pertanian dan
sektor industri yang tangguh. Kaitan yang paling sesuai adalah pengolahan produk-produk pertanian
ke dalam pengembangan agroindustri. Konsep agroindustri yang digunakan adalah agroindustri
dalam arti luas, yaitu selain mencangkup industri pengolah hasil pertanian dan industri penyedia
input bagi pertanian, juga termasuk seluruh subsektor dalam pertanian, yang meliputi tanaman
pangan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Dipilihnya agroindustri
tersebut berdasarkan adanya banyak bentuk interaksi pertanian-agroindustri seperti pada tabel
berikut.
Sistem Agribisnis
Agribisnis mencangkup subsistem sarana produksi atau bahan baku di hulu, proses produksi biologis
ditengah dan perdagangan di hilir, serta subsistem pendukung seperti jasa permodalan dan lain lain.
Sistem agribisnis mengedepankan suatu sistem budaya, organisasi dan manajemen yang rasional
Pemasaran
untuk memperoleh nilai tambah. Lihat gambar berikut.
Pengolahan
(Agroindustri)
Perbankan Pelayanan
Penyimpanan Penelitian
Produksi komoditas
Asuransi Penyuluhan
pertanian
Angkutan Pengaturan
dll Kebijakan
Pengadaan dan
penyaluran sarana
produksi alat alat dan
mesin pertanian
Sikap resmi pemerintah Indonesia terhadap strategi pertanian berwawasan agribisnis adalah:
(1) menarik dan mendorong sektor pertanian; (2) menciptakan struktur pertanian yang tangguh; (3)
menciptakan nilai tambah; (4) penerimaan devisa dan peluang kerja; (5) pembagian pendapatan.
Dari sini muncul strategi bahwa pengembangan ketahanan perlu diupayakan melalui sistem
dan usaha agribisnis di bidang pangan yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan
terdesentralisasi (Arifin 2004: 155).
Maksud dari berdaya saing adalah bahan pangan harus memenuhi kaidah-kaidah efisiensi.
Berkerakyatan yang dimaksud adalah unit rumah tangga, mayoritas petani, serta kaum miskin
menjadi sasaran pengembangan ketahanan pangan melalui proses pengambilan keputusan yang
demokratis. Berkelanjutan merujuk pada keberlanjutan dan kemampuan agribisnis untuk
meningkatkan kapasitas sumber daya pangan, pendapatan masyarakat, dan rasa keadilan
antarruang/tempat dan antarwaktu/generasi. Terdesentralisasi berbasis kompensi/keunggulan lokal,
dengan mengedepankan pemanfaatan sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal (Arifin, 2004:
153-155).