Anda di halaman 1dari 69

MODUL CLINICAL SKILLS LAB

BLOK BRAIN AND MIND SYSTEM

PENYUSUN :

Adril Arsyad Hakim


Ronald Sitohang
Emir Taris Pasaribu
Hasanul Arifin
M. Fidel Ganis S
Cut Aria Arina
Hidayat S
Maya Savira
Iqbal Pahlevi
Yoan Carolina P
Yazid Dimyati
Johannes Saing
Elmeida Effendi
Mustafa Mahmud Amin

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
MODUL CLINICAL SKILLS LAB BLOK BRAIN AND MIND SYSTEM

I. PENDAHULUAN

Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK USU,


kegiatan Clinical Sklills Lab untuk mahasiswa semester 6 dilaksanakan pada blok
Brain and Mind System dan Emergency Medicine.
Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter
sesuai dengan KIPDI III adalah keterampilan klinik yang akan diajarkan pada
blok Brain and Mind System ini. Kepada mahasiswa semester 6 akan diajarkan
11 jenis ketrampilan klinis pada blok Brain and Mind System. Keterampilan klinik
yang akan diajarkan pada mahasiswa adalah keterampilan untuk melakukan :

1. Komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan gangguan Neurologi


2. Komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat gangguan psikiatrik yang
diperoleh dari pasien secara umum
3. Pemeriksaan Sistem Sensorik dan Vertebra
4. Komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat gangguan psikiatrik (riwayat
keluarga)
5. Pemeriksaan Sistem Motorik
6. Pemeriksaan Neurologi anak
7. Pemeriksaan Fungsi Cerebellum, Koordinasi dan Perangsangan
Meningeal
8. Komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat gangguan psikiatrik (detail
biografi
9. Komunikasi dokter-pasien mengenai gangguan psikiatrik yang
berhubungan dengan riwayat hubungan sosial
10. Pemeriksaan Refleks dan Tanda Nyeri Radikular
11. Pemeriksaan Status Mental

II. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok Brain and Mind System ini,
mahasiswa dapat terampil melakukan komunikasi dokter-pasien yang
berhubungan dengan gangguan neurologis, pemeriksaan sistem motorik,
pemeriksaan sistem sensorik dan vertebra, Pemeriksaan Refleks, Tanda Nyeri
Radikular, Pemeriksan Fungsi Cerebellum, koordinasi dan Perangsangan
Meningeal, Pemeriksaan neurologi anak, komunikasi dokter-pasien mengenai
riwayat gangguan psikiatrik yang diperoleh dari pasien secara umum,
Komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat gangguan psikiatrik (riwayat
keluarga), komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat gangguan psikiatrik
(detail biografi, komunikasi dokter-pasien mengenai gangguan psikiatrik yang
berhubungan dengan riwayat hubungan sosial, pemeriksaan status mental.

2. TUJUAN KHUSUS

2.1. Mahasiswa mampu melakukan komunikasi dokter pasien yang berhubungan


dengan kelainan neurologis.
2.2. Mahasiswa mampu Komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat gangguan
psikiatrik yang diperoleh dari pasien secara umum
2.3. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan sensorik dan vertebra
2.4. Mahasiswa mampu melakukan Komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat
gangguan psikiatrik (riwayat keluarga)
2.5 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan pemeriksaan sistem motorik
2.6. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan neurologi anak
2.7. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Fungsi Cerebellum, Koordinasi
dan Perangsangan Meningeal
2.8. Mahasiswa mampu melakukan Komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat
gangguan psikiatrik (detail biografi)
2.9. Mahasiswa mampu melakukan Komunikasi dokter-pasien mengenai
gangguan psikiatrik yang berhubungan dengan riwayat hubungan sosial
2.10. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Refleks, Tanda Nyeri
Radikular
2.11. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan status mental
SL. VI. BMS.1
KETERAMPILAN KLINIK
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI GANGGUAN NEUROLOGI

I. PENDAHULUAN

Pada skills lab pertama ini mahasiswa dilatih untuk melakukan


keterampilan komunikasi dokter-pasien mengenai gangguan neurologi.
Seorang dokter harus mampu mengelaborasi keterangan penderita yang
paling signifikan untuk ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa
pertanyaan yang harus diingat pada komunikasi dokter dan pasien dalam
mengelaborasi keluhan penderita agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Pertanyaan tesebut meliputi :
- Onset
- Location (lokasi)
- Duration (durasi)
- Character (karakter)
- Aggravating/Alleviating Factors (Faktor-faktor yang memperparah atau
mengurangi gejala)
- Radiation (penyebaran)
- Timing (waktu)
Kata-kata tersebut dapat disingkat sehingga mudah dingar yaitu:OLD CARTS
atau:
- Onset
- Palliating/Provokating Factors (Faktor-faktor yang mengurangi atau
memprovokasi gejala)
- Quality (kualitas)
- Radiation (Penyebaran)
- Site (Lokasi)
- Timing (Waktu)
Kata-kata tersebut dapat disingkat menjadi OPQRST

Tujuh pertanyaan yang berkaitan dengan gejala penderita:


1.Lokasi. Dimana lokasinya?Apakah menyebar?
2.Kwalitas. Seperti apa keluhan tersebut?
3.Kwantitas atau Keparahan. Seberapa parah keluhan tersebut?
4.Waktu.Kapan keluhan mulai dirasakan? Berapa lama keluhan tersebut
berlangsung? Seberapa sering keluhan tersebut muncul?
5.Keadaan/situasi saat serangan berlangsung. Termasuk faktor
lingkungan, aktifitas, emosi, atau keadaan lain yang mungkin dapat
mempengaruhi penyakit
6.Faktor-faktor yang menyebabkan remisi atau eksaserbasi. Apakah ada
hal-hal yang membuat gejala membaik atau semakin parah
7.Manifestasi lain yang berhubungan dengan gejala. Apakah penderita
merasakan hal-hal lain yang menyertai serangan?

II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar Mengajar Keterangan

20 menit Introduksi pada kelas besar (tdd 45 mahasiswa) Narasumber


- Penjelasan narasumber tentang anamnese
gangguan neurologi (10 menit)
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan narasumber

10 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber


Narasumber memperlihatkan tata cara komunikasi
dokter pasien pada penderita gangguan neurologi

Tahap I : Perkenalan, Anamnesa Pribadi &


Observasi
- Ketika pasien masuk ke ruang periksa, dokter
menyambut dengan ramah dan senyum, kemudian
memperkenalkan diri.
- Menanyakan identitas pasien, nama, umur, alamat,
sambil mencocokkan dengan data rekam medis.
- Perhatikan penampilan wajah, pandangan mata,
komunikasi, cara berbicara & interaksi dengan
lingkungan. Perhatikan pendamping yang
menyertai pasien, interaksi pasien dengan
pendamping

Tahap II : Anamnesa penyakit


Menanyakan keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat
penyakit dalam keluarga, riwayat pemakaian obat,
riwayat trauma (terjatuh atau terbentur).

Tahap III:Menanyakan riwayat sosio-ekonomi,


riwayat kebiasaan (misal: olah raga, merokok)

20 menit Coaching oleh instruktur:


- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 Instruktur
kelompok tdd 9 mahasiswa). Mahasiswa
- Tiap kelompok kecil memiliki 1 instruktur
- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian
(2-3 orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh
instruktur.
- Kepada mahasiswa diberikan 1 kasus simulasi.
- Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama
mahasiswa

90 menit Self practice : Mahasiswa melakukan anamnesis


sendiri secara bergantian masing-masing selama 10 Mahasiswa
menit. Mahasiswa diberikan 1 kasus dan mencatat Instruktur
hal-hal yang penting dari anamnesis dan
menyimpulkannya.
Instruktur memberikan penilaian pada lembar
pengamatan.
Diskusi Akhir :
Instruktur memberikan kesimpulan dari kasus
simulasi.
III.TUJUAN KEGIATAN

III.1. TUJUAN UMUM


Melatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keterampilan anamnese
dengan menggunakan tekhnik komunikasi yang benar pada pasien

III.2. TUJUAN KHUSUS


1. Mahasiswa mampu menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan
2. Mahasiswa mampu menguraikan penyakit secara deskriptif dan kronologis
3. Mahasiswa mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan
penyakit dalam keluarga
4. Mahasiswa mengetahui tentang adanya riwayat trauma,riwayat penyakit
sistemik, riwayat kebiasaan.
5. Mahasiswa mampu menerapkan dasar tekhnik komunikasi dan
berperilaku yang sesuai dengan sosio-budaya pasien dalam hubungan
dokter pasien

IV.PEDOMAN INSTRUKTUR

IV.1.PELAKSANAAN

1.Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang


2.Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh koordinator.
3.Cara pelaksanaan kegiatan
3.1 Instruktur melakukan demonstrasi selama 10 menit dan mahasiswa
memperhatikan dan diberi kesempatan bertanya
3.2.Coaching:Mahasiswa melakukan anamnese dengan dibimbing instruktur.
Pasien simulasi diperankan oleh mahasiswa
3.3.Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat.
3.4.Self practice:Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan
anamnese.
Pada saat self practice instruktur mengamati peragaan mahasiswa dengan
berpedoman pada checklist yang tersedia.
3.5.Pada pelaksanaan,mahasiswa bergantian bertindak sebagai dokter
maupun sebagai pasien.
4.Waktu pelaksanaan
-Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit
-Disesuaikan dengan jadwal skills lab blok Bain and Mind
5.Tempat pelaksanaan
-Ruang skills lab FK-USU (lantai 3)
6.Sarana yang diperlukan
6.1.Alat audiovisual
6.2.Materi audiovisual
6.3.Pensil/pulpen
6.4 Formulir anamnese

V.RUJUKAN
1. DeJONGS, The Neurologic Examination, 5th edition, Philadelphia: JB.
Lippincott; 1992
2. Fuller G, Neurological Examination Made Easy, London: Churchill
Livingstone; 1993
3. Gilman S, Clinical Examination of The Nervous System, Philadelphia:
McGraw Hill; 2000
4. Ford MJ, Clinical Examination, 8th edition, Philadelphia: Elsevier; 2005
5. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental, Jakarta:
FK UI; 2000
VI. KASUS SIMULASI

1. Seorang laki laki, umur 62 tahun, datang dengan keluhan lemah lengan
dan tungkai kanan, sejak 2 hari yang lalu yang dialami secara tiba tiba
saat ia sedang istirahat. Ia mempunyai riwayat penyakit jantung dan
hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, tetapi tidak teratur minum obat. Riwayat
merokok (+) sejak remaja. Riwayat trauma (-)
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien / keluarga pasien yang
berhubungan dengan keluhan utama pasien sesuai formulir anamnesis.

2. Seorang wanita, 45 tahun, datang dengan keluhan nyeri kepala yang terus
menerus, semakin lama semakin berat, telah dialami selama 1 tahun ini.
Dan 1 bulan belakangan ini nyeri kepala disertai dengan muntah. Riwayat
keluarga (kakak os) menderita penyakit yang sama, dan telah meninggal
dunia 2 tahun yang lalu.
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien / keluarga pasien yang
berhubungan dengan keluhan utama pasien sesuai formulir anamnesis.

3. Seorang laki laki, umur 17 tahun, datang bersama orang tuanya dengan
keluhan kejang seluruh tubuh, yang dialami sebanyak 2x selama 1 bulan
ini. Kejang bersifat menghentak, lama /x kejang kira- kira 3 menit. Ia
mempunyai riwayat kejang sewaktu kecil. Riwayat trauma (-)
Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien / keluarga pasien yang
berhubungan dengan keluhan utama pasien sesuai formulir anamnesis.
FORMULIR ANAMNESE KOMUNIKASI DOKTER PASIEN PADA
PENDERITA GANGGUAN NEUROLOGI
MAHASISWA USU SEMESTER VI
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama Mahasiswa :
Grup :
Tanggal anamnese:
Instruktur :
IDENTITAS PASIEN

Nama pasien :
Umur :
Alamat :
Jenis kelamin:
Pekerjaan :
Status :
_____________________________________________________________
RIWAYAT PENYAKIT

Keluhan utama :

Riwayat perjalanan penyakit:


Sudah berapa lama :
Tiba-tiba atau perlahan-lahan:
Terus menerus atau sesaat:

Riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan penyakit sekarang

Bila ada, sebutkan,sudah berapa lama:


Apakah ada memakai obat-obatan:
(Minum obat teratur atau tidak)

Riwayat penyakit dalam keluarga:

Riwayat penyakit lain yang diderita:

Riwayat trauma:(apakah ada terbentur atau pernah terjatuh)

Riwayat kebiasaan sehari-hari :(merokok, berolahraga)


VI. LEMBAR PENGAMATAN KOMUNIKASI DOKTER DENGAN PASIEN
YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN NEUROLOGI

PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS
Ya Tidak
1. Menyapa pasien dan keluarga pasien dengan ramah ;
- Memberi salam
- Mempersilahkan duduk
- Mengkondisikan suasana yang menyenangkan
sehingga pasien tidak segan untuk bercerita
- Melakukan observasi, seperti ; melihat penampilan
wajah, pandangan mata, cara berbicara, dsb
2. Memperkenalkan diri & berkenalan
- Menanyakan identitas pasien
3. Mendengarkan keluhan utama pasien
- Menunjukkan penghargaan pada pasien
- Memberikan waktu yang cukup untuk bercerita
4. Menggali perjalanan penyakit yang ada
(sudah berapa lama, tiba-tiba / perlahan, apakah ada yang
memperberat penyakitnya seperti aktifitas yang banyak,
apakah ada penyebaran misalnya nyeri kepala, kapan
timbulnya terus menerus atau sesaat)
5. Menanyakan riwayat pernyakit terdahulu yang berhubungan
dengan penyakit sekarang. Sudah berapa lama, apakah
mendapatkan pengobatan (minum obat teratur atau tidak)
6. Menanyakan riwayat penyakit di lingkungan keluarga.
7. Menanyakan riwayat :
- Trauma (apakah pernah terjatuh, terbentur)
- Kebiasaan merokok, berolah raga
8. Menuliskan / merangkum data dalam status
9. Mengucapkan salam dan terima kasih

Nota : Ya : Mahasiswa melakukan


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan
SL. VI. BMS. 2
KETERAMPILAN KLINIK
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI RIWAYAT GANGGUAN
PSIKIATRIK YANG DIPEROLEH DARI PASIEN SECARA UMUM

I. PENDAHULUAN
Pada skill lab ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan komunikasi
dokter-pasien (history taking) mengenai riwayat gangguan psikiatrik yang
diperoleh dari pasien secara umum.

II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN


Waktu Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan
(menit)
20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari Nara sumber
45 mahasiswa)
Pemutaran film tentang anamnesis
riwayat gangguan psikiatrik yang
diperoleh dari pasien secara umum.

10 menit Demonstrasi oleh Narasumber Narasumber


Narasumber memperlihatkan tata cara
komunikasi dokter pasien pada
anamnesis riwayat gangguan psikiatrik
yang diperoleh dari pasien secara
umum.
Tahap I : observasi
Ketika penderita masuk ruang periksa
perhatikan cara berjalan, penampilan
wajah, proporsi tubuh, pandangan mata,
komunikasi, cara berbicara, perilaku, dll
Tahap II : menanyakan identitas pasien
Tahap III : menanyakan sebab utama,
keluhan utama, riwayat gangguan
sekarang, riwayat gangguan terdahulu
(gangguan psikiatri, gangguan
psikosomatik, gangguan neurologi,
gangguan medik lain, gangguan zat)

30 menit Coaching : mahasiswa melakukan Instruktur,


simulasi secara bergantian dengan Mahasiswa
dibimbing oleh instruktur. Kepada
mahasiswa diberikan satu kasus
simulasi. Pasien simulasi akan
diperankan oleh sesama mahasiswa

90 menit Self practice : mahasiswa melakukan Mahasiswa


anamnesis secara bergantian dengan
fokus pada riwayat gangguan psikiatrik
yang diperoleh dari pasien secara
umum sesuai dengan formulir
anamnesis, sehingga total waktu yang
dibutuhkan 90 menit (tergantung
jumlah mahasiswa)
III. TUJUAN KEGIATAN
III.1. TUJUAN UMUM
Melatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keterampilan anamnese dengan
menggunakan teknik komuniasi yang benar pada pasien.

III.2. TUJUAN KHUSUS


1. Mahasiswa mengetahui kerangka anamnese riwayat psikiatrik yang
diperoleh dari pasien secara umum.
2. Mahasiswa mampu menemukan sebab utama, keluhan utama, riwayat
gangguan sekarang, dan riwayat gangguan terdahulu.
3. Mahasiswa mampu menguraikan riwayat gangguan psikiatrik yang
diperoleh secara umum dari pasien secara deskriptif.
4. Mahasiswa mampu menerapkan dasar teknik komunikasi dan perilaku
yang sesuai dengan sosio-budaya pasien dalam hubungan dokter-pasien.

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR


IV.1. PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi ke dalam keoompok kecil yang terdiri dari 9 orang.
2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.
3.Cara pelaksanaan kegiatan :
Coaching : mahasiswa melakukan anamnese dengan dibimbing instruktur.
Pasien simulasi bergantian diperankan oleh mahasiswa.
Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat.
Self practice : setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan
anamnesis. Pada saat self practice instruktur mengamati peragaan mahasiswa
dengan berpedoman kepada checklist yang ada.
Pada pelaksanaan, mahasiswa bergantian bertindak sebagai dokter maupun
penderita
V. WAKTU dan TEMPAT PELAKSANAAN
- Setiap kegiatan skills lab dilakukan selama 150 menit
- Disesuaikan dengan jadwal skills lab blok brain and mind
- Tempat pelaksanaan : Ruang skills lab FK USU lantai 3
VI. SARANA YANG DIPERLUKAN
- Pensil/Pulpen
- Formulir anamnesis
- Materi anamnesis
- Penderita dengan gejala-gejala depresi
VII. RUJUKAN :
1. Shea SC. Wawancara Psikiatri: Seni Pemahaman (Edisi Terjemahan).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996.
2. Zimmerman M. Interview Guide for Evaluating DSM-IV Psychiatric
Disorders and the Mental Status Examination. East Greenwich: Psych
Products Press, 1994.
3. Carlat DJ. The Psychiatric Interview. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins, 1999.
4. Othmer O, Othmer SC. The Clinical Interview Using DSM-IV. Vol 1.
Washington, DC: American Psychiatric Press, Inc, 1994.
5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi ke-10. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
6. Othmer E, Othmer SC, Othmer JP. Psychiatric Interview, History, and
Mental Status Examination. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, ed. Kaplan &
Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry. Edisi ke-8. Vol I.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005. h. 794-827.

VIII. KASUS SIMULASI ANAMNESE DOKTER-PASIEN PADA RIWAYAT


GANGUAN PSIKIATRIK YANG DIPEROLEH SECARA UMUM DARI
PASIEN

Kasus I
A, pria, usia 39 tahun, datang ke klinik pskiatrik dengan keluhan sulit tidur,
dalam 1 bulan ini sehingga OS juga merasakan fungsi-fungsinya dalam
bekerja dan bersosialisasi dengan orang lain terganggu.
FORMULIR ANAMNESIS BLOK BRAIN AND MIND
MAHASISWA FK USU SEMESTER VI

KETERANGAN PRIBADI PASIEN

Nama : ....................................................
( ditulis dengan huruf balok )
Jenis kelamin : ....................................................
Tempat & tanggal lahir / Umur : ....................................................
Status perkawinan : ....................................................
Bangsa : ....................................................
Suku : ....................................................
Agama : ....................................................
Pendidikan : ....................................................
Pekerjaan : ....................................................
Alamat & Telepon : ....................................................
Nama, alamat, No KTP keluarga : ....................................................
terdekat di Medan ( untuk pasien
dari luar Kota Medan ) : ...................................................
Pernah masuk Rumah Sakit dengan
keluhan yang sama atau berbeda :.
KETERANGAN DIRI ALLO / INFORMAN
Nama : ...................................................
Jenis kelamin : ....................................................
Umur : ....................................................
Pekerjaan : ....................................................
Pendidikan : ....................................................
Alamat & Telepon : ....................................................
Hubungan dengan pasien : ....................................................
Keakraban dengan pasien : ....................................................
Sudah berapa lama mengenal pasien : ....................................................
Kesan pemeriksa / dokter terhadap
keterangan yang diberikannya : ....................................................
I. ANAMNESIS
Keterangan / anamnesis di bawah ini diperoleh dari ( lingkari angka di bawah
ini ) :
Pasien Sendiri ( autoanamnesis )
Informan ( alloanamnesis )
Bila keterangan yang diperoleh melebihi ruangan / kolom yang tersedia
maka dapat dilanjutkan pada halaman sebelah kiri dengan mencantumkan
nomor dari topik yang ditanyakan

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan ( lingkari pada huruf
yang sesuai )
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa / Hakim
e. Dan lain - lain
2. Sebab utama pasien datang meminta pertolongan di laboratorium psikiatri
atau di opname ( dengan kata kata singkat saja )

3. Keluhan utama ( Chief Complaint ) pasien dan telah berapa lama keadaan ini
berlangsung

4. Riwayat perjalanan penyakit sekarang ini. Buat laporan singkat secara


kronologis dari awal sampai keadaan saat ini yang meliputi : kapan terjadinya,
gejala gejala utama, bagaimana perjalanan penyakitnya, apakah dapat
pengobatan ( dokter atau bukan dokter ) dan bagaimana hasilnya (apakah
pernah sembuh, makin parah atau tidak ada perubahan )

5. Riwayat penyakit sebelumnya ( psikiatrik ,bila ada ). Berikan keterangan


tentang serangan pertama pada usia berapa, adakah faktor pencetus dan
atau trauma psikis sebagai penyebab, sudah berapa kali serangan dengan
yang sekarang ini dan berikan gambaran klinik mengenai serangan terdahulu
itu.
Riwayat medikasi, penyakit medis, berobat kemana, riwayat alergi,
pemakaian zat, dan pembedahan sebelumnya
IX. LEMBAR PENGAMATAN KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN RIWAYAT
GANGGUAN PSIKIATRIK YANG DIPEROLEH DARI PASIEN SECARA
UMUM

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
1. Menyapa penderita dengan ramah
- memberi salam
- mempersilahkan duduk
- menggunakan komunikasi non verbal yang sesuai
(kontak mata, anggukan kepala, mimik muka)
- menkondisikan suasana menyenangkan sehingga
pasien tidak takut bercerita
- lakukan observasi. Ketika penderita masuk ruangan
periksa cara berjalan, penampilan wajah, bentuk
kepala, proporsi tubuh, pandangan mata,
komunikasi, cara bicara, interaksi dengan
lingkungan, perilaku, dll
2. Memperkenalkan diri & berkenalan
- menanyakan identitas pasien
3. Menanyakan sebab utama pasien (alloanamnese
/autoanamnese)
4. Menanyakan keluhan utama pasien (auto anamnese)
5. Menanyakan riwayat penyakitsekarang
6. Menanyakan riwayat penyakit terdahulu
7. Menuliskan/merangkum data dalam status
8.Menjelaskan kemungkinan-kemungkinan penyebab
permasalahan sesuai dengan informasi yang diperoleh
9. Mengucapkan salam dan terima kasih

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
SL. VI. BMS. 3
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK DAN VERTEBRA

I. PENDAHULUAN

Sistem sensorik menempatkan manusia berhubungan dengan sekitarnya.


Sensorik (sensibilitas / sensasi) dapat dibagi 4 jenis, yaitu: superfisial, dalam,
viseral (interoseptif), dan khusus. Pada skills lab ini yang dibahas hanya sensasi
superfisial dan sensasi proprioseptif.
Sensasi superfisial, disebut juga sebagai sensasi eksteroseptif atau
protektif, mengurus rasa raba, rasa nyeri dan rasa suhu. Sensasi dalam disebut
juga sebagai sensasi proprioseptif mencakup rasa gerak (kinetik), rasa sikap
(statognesia) dari otot dan persendian, rasa getar (pallesthesia), rasa tekan
dalam, rasa nyeri dalam otot. Pemeriksaan sensibilitas merupakan
pemeriksaan yang tidak mudah. Kita bergantung pada perasaan penderita, jadi
bersifat subjektif. Selain itu, reaksi seseorang terhadap rangsangan dapat
berbeda beda, malah pada 1 orang-pun reaksi tersebut dapat berbeda,
tergantung pada keadaannya, apakah ia sedang lelah atau pikirannya terpusat
pada hal yang lain. Faktor sugesti juga sangat berpengaruh. Tidak jarang pasien
meng-ia-kan saja apa yang disugestikan oleh dokter. Misalnya, jika seorang
dokter mengajukan pertanyaan yang bernada sugesti seperti: Kan disini terasa
sakit bila saya tusuk dan di tempat ini agak kurang sakitnya, bukan !?
Pertanyaan demikian mungkin di iya kan saja oleh pasien. Jadi sugesti harus
dihindarkan pada pemeriksaan sensibilitas.
Agar didapatkan hasil pemeriksaan yang baik perlu diperhatikan hal
berikut: selama pemeriksaan diupayakan agar pasien berada dalam keadaan
tenang dan perhatiannya dapat dipusatkan pada pemeriksaan. Untuk maksud ini
sebaiknya penderita memejamkan mata. Bila pasien merasa lelah sebaiknya
pemeriksaan ditunda. Namun demikian, kadang kadang kita terpaksa
melakukan pemeriksaan dalam keadaan pasien yang tidak tenang, sehingga
nilainya jadi kurang teliti.

PEMERIKSAAN SENSIBILITAS
Sebelum kita melakukan pemeriksaan kita tanyakan dulu apakah ada
keluhan mengenai sensibilitas, bila ada, suruh ia menunjukkan tempatnya
(lokasinya).
Waktu melakukan pemeriksaan perhatikan daerah kulit yang kurang
merasa, sama sekali tidak merasa atau daerah yang bertambah perasaannya.
Kata disestesia digunakan untuk menyatakan adanya perasaan yang berlainan
dari rangsang yang diberikan. Parestesia merupakan perasaan abnormal yang
timbul pontan, biasanya ini berbentuk rasa dingin, panas, kesemutan, ditusuk-
tusuk, rasa berat, rada ditekan atau rasa gatal.

PEMERIKSAN SENSIBILITAS EKSTEROSEPTIF


PEMERIKSAAN RASA RABA
Alat yang digunakan adalah kapas. Periksa seluruh tubuh dan bandingkan
bagian bagian yang simetris.
Thigmestesia berarti rasa raba halus. Kehilangan rasa raba ini disebut
thigmanesthesia.

PEMERIKSAAN RASA NYERI


Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan benda yang runcing.
Tusukan hendaknya cukup kuat sehingga betul betul dirasakan rasa nyeri dan
bukan rasa sentuh atau rasa raba. Kita periksa seluruh tubuh, dan bagian
bagian yang simetris dibandingkan.

PEMERIKSAAN RASA SUHU


Ada dua macam rasa suhu yaitu rasa panas dan rasa dingin. Rangsangan
rasa suhu yang berlebihan akan mengakibatkan rasa nyeri. Rasa suhu diperiksa
dengan menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan air es untuk rasa dingin
dan air panas untuk rasa panas. Pemeriksaan rasa suhu diperiksa di seluruh
tubuh dan dibandingkan bagian bagian yang simetris.

PEMERIKSAAN SENSIBILITAS PROPRIOSEPTIF


PEMERIKSAAN RASA GERAK DAN RASA SIKAP/ POSISI
Biasanya rasa gerak dan rasa posisi diperiksa bersamaan. Ini dilakukan
dengan cara menggerakkan jari jari secara pasif dan menanyakan apakah
pasien dapat merasakan gerakan tersebut serta mengetahui arahnya. Pada
orang normal ia sudah merasakan arah gerakan bila sendi interfalang digerakkan
sekitar 20 atau 1 mm. Selama pemeriksaan mata pasien dipejamkan atau ditutup.
Badan dan ekstremitas diistirahatkan dan dilemaskan. Semua gerakan volunter
dihindarkan.
Waktu kita menggerakkan bagian ekstremitas pasien, misalnya jari kaki,
kita harus memegang jari jarinya pada bagian lateral. Tujuannya adalah agar
pasien tidak menggunakan rasa eksteroseptifnya untuk mengetahui arah
gerakan tersebut. Jari yang diperiksa diupayakan agar tidak bersentuhan dengan
jari lainnya, karena hal ini dapat dimanfaatkan pasien untuk mengetahui arah
gerakan dari sentuhan, apabila rasa geraknya terganggu. Pasien juga dilarang
menggerakkan jarinya secara aktif karena, sebab hal ini dapat pula menolongnya
untuk mengetahui posisi jarinya.
Sambil memperhatikan hal yang tersebut di atas, kemudian pasien
disuruh mengatakan ya apabila ia merasakan suatu gerakan, kemudian disuruh
mengatakan ke arah mana gerakan tersebut, atas atau bawah.
Pada gangguan yang ringan yang pertama terganggu ialah rasa posisi
jari, kemudian rasa gerak.

PEMERIKSAAN RASA GETAR


Pemeriksan rasa getar biasanya dilakukan dengan jalan menempatkan
garpu tala (yang biasa digunakan yang berfrekuensi 128 Hz) yang telah
digetarkan pada ibu jari, maleolus lateral, dan medial kaki, tibia, spina iliaka
anterior superior, sakrum, prosessus spinosus vertebra, sternum, klavikula,
prosesus stiloideus radius, ulna dan jari jari.
Pasien ditanya pakah ia merasa getarannya, dan ia disuruh memberitahukan
apabila ia mulai tidak merasakan getarannya lagi. Bila getaran mulai tidak
dirasakan, garpu tala kita pindahkan ke pergelangan atau sternum atau klavikula
atau bandingkan dengan jari kita sendiri. Dengan demikian, kita dapat
memeriksa adanya rasa getar, dan sampai berapa lemah masih dapat dirasakan,
dengan jalan membandingkan dengan bagian lain dari tubuh atau dengan rasa
getar pemeriksa.
Untuk menyatakan hilangnya rasa getar dapat digunakan kata pallanesthesia.

PEMERIKSAAN RASA TEKAN DALAM


Rasa tekan dalam diperiksa dengan jalan menekan kulit dengan jari atau
dengan benda tumpul. Kemudian pasien disuruh memberitahu apakah ia
merasakan tekanan tersebut, dan diminta untuk menentukan lokasinya.

PEMERIKSAAN RASA NYERI DALAM


Rasa nyeri dalam ini diperiksa dengan jalan menekan otot atau tendon,
menekan serabut saraf yang terletak dekat dengan permukaan dan bisa juga
dengan jalan menekan testis atau bola mata.
PEMERIKSAAN VERTEBRA
Inspeksi, palpasi dan perkusi juga digunakan untuk pemeriksaan vertebra.
Pada inspeksi bisa dilihat adanya abnormalitas, deformitas, gangguan postur
atau perkembangan. Pergerakan (ataupun keterbatasan pergerakan) dari otot
otot spinal, misalnya fleksi, ekstensi, gerakan ke lateral, asimetris, kifosis,
lordosis dan skoliosis harus dinilai. Palpasi dapat membantu untuk mengetahui
adanya abnormalitas struktural, adanya arthropathies serta lokasi nyeri tekan
dan nyeri. Otot harus di palpasi untuk mengetahui adanya rigiditas ataupun
spasme. Perkusi vertebra dapat membantu menunjukkan ada tidaknya nyeri
yang terlokalisir ataupun nyeri tekan.

II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar mengajar Keterangan

20 menit Introduksi pada kelas besar Narasumber


- Penjelasan narasumber tentang pemeriksaan sistem
sensorik dan vertebra (10 menit)
- Pemutaran film tentang cara pemeriksaan sistem
sensorik dan vertebra (5 menit)
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan dan film yang diputar (5 menit)

10 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber


Narasumber memperlihatkan cara pemeriksaan secara
bertahap
Tahap I : Persiapan Alat
Tahap II : Pemeriksaan sistem sensorik dan vertebra

20 menit Coaching oleh instruktur: Instruktur


- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok Mahasiswa
tdd 9 mahasiswa).
- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-3
orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh instruktur.
- Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama
mahasiswa

90 menit Self practice : Mahasiswa melakukan pemeriksan sistem Mahasiswa


sensorik dan vertebra secara bergantian masing-masing Instruktur
selama 10 menit.
Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan.

III.TUJUANKEGIATAN

Setelah mahasiwa mengikuti skills lab ini diharapakan dapat melakukan


pemeriksaan sistem sensorik dan vertebra yang merupakan pemeriksaan dasar
yang sangat berguna untuk kepentingan diagnostik dalam ilmu penyakit saraf.

IV.PEDOMAN INSTRUKTUR
IV.1. PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang
2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.
3. Cara pelaksanaan kegiatan:
3.1 Demonstrasi:Instruktur melakukan demonstrasi pemeriksaaan sistem
sensorik dan vertebra, mahasiswa mengamati dan diberi kesempatan
bertanya.
3.2 Digunakan alat - alat yang telah disediakan oleh pengelola skills lab.
3.3 Coaching: mahasiswa melakukan secara bergantian sambil dibimbing
oleh instruktur.
3.4 Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat.
3.5 Self practice: mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan
pemeriksaan sistem sensorik dan vertebra secara mandiri.
4. Waktu pelaksanaan
4.1.Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit
4.2.Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa semester 6.
5. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab lantai 3.
6.Sarana yang diperlukan
6.1.Alat audiovisual
6.2.Materi audiovisual
6.3.Pensil/pulpen
6.4 Formulir pemeriksaan

VI. LEMBAR PENGAMATAN

LANGKAH / TUGAS
PENGAMATAN
PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK YA TIDAK
1. Menyapa dan memberi salam kepada penderita
2. Mempersilahkan penderita duduk
3. Memberitahukan kepada penderita apa yang akan dilakukan
4. Mempersiapkan alat dan bahan
5. Menanyakan pada pasien apakah ia ada mengalami gangguan
sensibilitas.
6. Pasien disuruh memejamkan / menutup matanya
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS EKSTEROSEPTIF
PEMERIKSAAN RASA RABA
1. Goreskan kapas (bulu halus yang terdapat pada ujung reflex
hammer) pada tubuh penderita. (cukup dilakukan pada lengan
bawah saja).
2. Tanyakan pada penderita apa yang dirasakannya
3. Bandingkan kanan dan kiri.
PEMERIKSAAN RASA NYERI
1. Tusukan benda yang agak runcing (yang terdapat pada ujung
reflex hammer) pada tubuh penderita. (cukup dilakukan pada
lengan bawah saja).
2. Tanyakan pada penderita apa yang dirasakannya
3. Bandingkan kanan dan kiri.
PEMERIKSAAN RASA SUHU
1. Sentuhkan tabung reaksi yang berisi air panas dan air dingin
secara bergantian ke tubuh penderita. (cukup dilakukan pada
lengan bawah saja).
2. Tanyakan pada penderita apa yang dirasakannya
3. Bandingkan kanan dan kiri.
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS PROPRIOSEPTIF
PEMERIKSAAN RASA GERAK DAN RASA SIKAP/ POSISI
1. Gerakkan salah satu jari pasien secara pasif, dengan cara
memegang jarinya pada bagian lateral dan usahakan tidak
menyentuh jari yang lainnya.
2. Tanyakan apakah pasien dapat merasakan gerakan tersebut
serta mengetahui arahnya
PEMERIKSAAN RASA GETAR
1. Getarkan garpu tala (128 Hz)
2. Tempatkan pada ibu jari, maleolus lateral, dan medial kaki, tibia,
spina iliaka anterior superior, sakrum, prosessus spinosus
vertebra, sternum, klavikula, prosesus stiloideus radius, ulna dan
jari jari.(Cukup dilakukan pada maleolus lateralis saja)
3. Tanyakan apakah pasien merasa getarannya, dan ia disuruh
memberitahukan apabila ia mulai tidak merasakan getarannya
lagi
4. Bila getaran mulai tidak dirasakan, garpu tala kita pindahkan ke
pergelangan atau sternum atau klavikula atau bandingkan
dengan jari pemeriksa.
PEMERIKSAAN RASA TEKAN DALAM
1. Menekan kulit pasien dengan jari atau dengan benda tumpul
2. Tanyakan pada pasien apakah ia merasakan tekanan tersebut,
dan suruh pasien untuk menentukan lokasinya.
PEMERIKSAAN RASA NYERI DALAM
1. Menekan otot atau tendon pasien atau bisa juga dengan jalan
menekan bola mata.
2. Tanyakan pada pasien apakah ia merasakannya.
PEMERIKSAAN VERTEBRA
1. Inspeksi : lihat ada / tidaknya abnormalitas, deformitas,
gangguan postur atau perkembangan, keterbatasan pergerakan
otot otot spinal, misalnya fleksi, ekstensi, gerakan ke lateral,
asimetris, kifosis, lordosis dan skoliosis.
2. Palpasi: nilai ada / tidaknya abnormalitas struktural,
arthropathies serta lokasi nyeri tekan dan nyeri, rigiditas ataupun
spasme.
3. Perkusi: nilai ada / tidaknya nyeri yang terlokalisir ataupun nyeri
tekan.
Note : YA : Mahasiswa melakukan
TIDAK : Mahasiswa tidak melakukan
SL. VI. BMS. 4
KETERAMPILAN KLINIK
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI
RIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRIK (RIWAYAT KELUARGA)

I. PENDAHULUAN
Pada skill lab ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan komunikasi
dokter-pasien untuk riwayat gangguan psikiatrik (riwayat keluarga).

II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN


Waktu Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan
(menit)
Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45
mahasiswa) Narasumber
20 menit
Pemutaran film tentang anamnesis riwayat
gangguan psikiatrik (riwayat keluarga)
Demonstrasi oleh Narasumber
Narasumber memperlihatkan tata cara
komunikasi dokter-pasien pada riwayat
gangguan psikiatrik (riwayat keluarga)

Tahap I : Observasi
Ketika pasien masuk ruang periksa
perhatikan cara berjalan, penampilan wajah,
pandangan mata, komunikasi, cara bicara, Narasumber
10 menit
interaksi dengan lingkungan, perilaku, dan
lain-lain.

Tahap II : Menanyakan identitas pasien

Tahap III : Menanyakan riwayat orang tua


dan saudara kandung, kepribadian orang tua
dan keluarga kandung, riwayat gangguan
mental emosional dalam keluarga.
Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5
kelompok kecil (1 kelompok terjadi dari 9
mahasiswa). Tiap kelompok kecil memiliki 1
instruktur
30 menit Coaching : Mahasiswa melakukan simulasi Instruktur,
secara bergantian dengan dibimbing oleh Mahasiswa
instruktur. Kepada mahasiswa diberikan 1
kasus simulasi. Pasien simulasi akan
diperankan oleh sesama mahasiswa.

Self Practice : Mahasiswa melakukan


anamnesis sendiri secara bergantian dengan
90 menit fokus pada riwayat keluarga sesuai dengan Mahasiswa
formulir anamnesis.
III. TUJUAN KEGIATAN

III.1. TUJUAN UMUM


Melatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keterampilan anamnesis dengan
menggunakan teknik komunikasi yang benar pada pasien.

III.2. TUJUAN KHUSUS


1. Mahasiswa mengetahui kerangka anamnesis pada pasien.
2. Mahasiswa menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan.
3. Mahasiswa mampu menguraikan penyakit secara deskriptif dan
kronologis.
4. Mahasiswa mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan
penyakit dalam keluarga.
5. Mahasiswa mampu menerapkan dasar teknik komunikasi dan
berperilaku yang sesuai dengan sosial-budaya pasien dalam hubungan
dokter-pasien.

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR

IV.1. PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam keloompok kecil yang terdiri dari 9 orang.
2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.
3. Cara pelaksanaan kegiatan :
3.1. Coaching : Mahasiswa melakukan anamnesis dibimbing instruktur.
Pasien simulasi diperankan bergantian oleh mahasiswa
3.2. Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat.
3.3. Self Practice : Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan
melakukan anamnesis. Pada saat self practice instruktur mengamati
peragaan mahasiswa dengan berpedoman pada checklist yang
tersedia.
3.4. Pada pelaksanaan, mahasiswa bergantian bertindak sebagai dokter
maupun pasien.
4. Waktu pelaksanaan
Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit.
Disesuaikan dengan jadwal skills lab blok Brain and Mind
5. Tempat pelaksanaan
Ruang skill lab FK USU (Lantai 3)
6. Sarana yang diperlukan :
6.1. Pensil/pulpen
6.2. Formulir anamnesis
7. Materi anamnesis :
Penderita dengan gejala-gejala depresi

IV.2. RUJUKAN

1. Shea SC. Wawancara Psikiatri: Seni Pemahaman (Edisi Terjemahan).


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996.
2. Zimmerman M. Interview Guide for Evaluating DSM-IV Psychiatric
Disorders and the Mental Status Examination. East Greenwich: Psych
Products Press, 1994.
3. Carlat DJ. The Psychiatric Interview. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins, 1999.
4. Othmer O, Othmer SC. The Clinical Interview Using DSM-IV. Vol 1.
Washington, DC: American Psychiatric Press, Inc, 1994.
5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi ke-10. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
6. Othmer E, Othmer SC, Othmer JP. Psychiatric Interview, History, and
Mental Status Examination. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, ed. Kaplan &
Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry. Edisi ke-8. Vol I.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005. h. 794-827.

V. KASUS SIMULASI KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN PADA RIWAYAT


GANGGUAN PSIKIATRIK (RIWAYAT KELUARGA)

Kasus IV
D, perempuan, 30 tahun, datang ke poliklinik pskiatrik ditemani oleh adiknya
dengan gejala-gejala bicara ngawur,sulit tidur, marah-marah tanpa sebab.
Gejala ini timbul 3 minggu setelah melahirkan anak kedua Sebelumnya D
belum pernah mengalami hal seperti ini.
Lampiran 1

Formulir Anamnesis Blok Brain and Mind


Mahasiswa FK-USU Semester VI

1. Identitas Orang Tua/Pengganti

Orang Tua/Pengganti
Identitas
Bapak Ibu

Bangsa :

Suku :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Umur :
Alamat
:
Akrab Akrab
Hubungan dengan OS : Biasa Biasa
Kurang Kurang
Tidak perduli Tidak perduli

Dan lain-lain :

2. Kepribadian
Bapak (Dijelaskan oleh )
Pemalas ( ), pendiam ( ), pemarah ( ), mudah tersinggung ( ), tidak suka
bergaul ( ), banyak teman ( ), pemalu ( ), perokok berat ( ), penjudi ( ),
pencemas ( ), penyedih ( ), perfeksi ( ), dramatisasi ( ), pencuriga (
), pencemburu ( ), egois ( ), penakut ( ), tak bertanggung jawab ( ).

Ibu (Dijelaskan oleh )


Pemalas ( ), pendiam ( ), pemarah ( ), mudah tersinggung ( ), tidak suka
bergaul ( ), banyak teman ( ), pemalu ( ), perokok berat ( ), penjudi ( ),
pencemas ( ), penyedih ( ), perfeksi ( ), dramatisasi ( ), pencuriga
( ), pencemburu ( ), egois ( ), penakut ( ), tak bertanggung jawab ( ).

3. OS bersaudara orang dan OS anak ke ......

4. Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung. Untuk OS


sendiri lingkari nomornya.
(i) lk / pr ( ) (vi) lk / pr ( )
(ii) lk / pr ( ) (vii) lk / pr ( )
(iii) lk / pr ( ) (viii) lk / pr ( )
(iv) lk / pr ( ) (ix) lk / pr ( )
(v) lk / pr ( )
5. Gambaran kepribadian masing-masing saudara OS dan hubungan OS
terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang ditanyakan serupa
dengan yang ditanyakan pada gambaran kepribadian pada orang tua.

Saudara Gambaran Hubungan dengan


Ke : Kepribadian Saudara

(i)

(ii)

(iii)

(iv)

(v)

(vi)

(vii)

6. Riwayat gangguan mental emosional dalam


keluarga: .................................................

VI. LEMBAR PENGAMATAN KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN PADA RIWAYAT


GANGGUAN PSIKIATRIK (RIWAYAT KELUARGA)

PENGAMATAN
LANGKAH/TUGAS
YA TIDAK
1. Menyapa pasien dengan ramah
Memberi salam
Mempersilahkan duduk
Menggunakan komunikasi non verbal yang sesuai
(Kontak mata, anggukan kepala, mimik muka)
Mengkondisikan suasana yang menyenangkan sehingga
pasien tidak segan dan takut bercerita
Lakukan observasi ketika pasien masuk ruang periksa, cara
berjalan, penampilan wajah, pandangan mata, komunikasi,
cara bicara, interaksi dengan lingkungan, perilaku dan lain-
lain
2. Memperkenalkan diri dan berkenalan
3. Menggali hal-hal/riwayat keluarga
Identitas orang tua
Kepribadian orang tua
Keterangan saudara kandung
Gambaran kepribadian sebelumnya
- Menanyakan riwayat gangguan mental emosonal dalam
keluarga
4. Menuliskan/merangkum data dalam status
5. Menjelaskan kemungkinan-kemungkinan penyebab
permasalahan sesuai dengan informasi yang diperoleh
6. Menjelaskan pemeriksaan yang harus dikerjakan (cara
melakukannya dibahas dalam pertemuan berikutnya)
7. Mengucapkan salam dan terima kasih.

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
SL. VI. BMS.5
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK

I. PENDAHULUAN

Pada skills lab kedua ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan
pemeriksaan sistem motorik.
Mahasiswa harus mahir melakukan pemeriksaan ini oleh karena sebagian
besar kelainan saraf bermanifastasi dalam gangguan gerak (motorik) yang
merupakan bukti nyata adanya suatu kelainan atau penyakit.

PEMERIKSAAN
Pada tiap bagian tubuh yang dapat bergerak harus dilakukan pemeriksaan:
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Pemeriksaan gerakan pasif
4. Pemeriksaan gerakan aktif
5. Koordinasi gerak
Pada minggu ini pemeriksaan yang dipelajari adalah yang no.1-4 saja.
Untuk pemeriksaan kekuatan otot, ada syarat- syarat yang harus dipenuhi agar
hasil pemeriksaan tersebut akurat; syarat syarat tersebut antara lain:
1. Pasien harus compos mentis
2. Pasien tidak mengalami gangguan berbahasa
3. Pasien tidak sedang mengalami nyeri pada bagian tubuh yang akan
diperiksa.
Pemeriksaan sistem motorik ini dilakukan secara sistematis, dimulai dari sisi
kanan tubuh pasien kemudian dibandingkan dengan sisi kirinya.

1.Inspeksi
Pada inspeksi diperhatikan, sikap, bentuk, ukuran dan adanya gerak
abnormal yang tidak dapat dikendalikan.

1.1. Sikap
Perhatikan sikap secara keseluruhan dan sikap tiap bagian tubuh. Bagaimana
sikap pasien waktu berdiri, duduk, berbaring, bergerak dan berjalan. Jika pasien
berdiri, perhatikan sikap dan posisi badannya, baik secara keseluruhan maupun
sebagian.
Gerakan bagian tubuh perlu diperhatikan dan dibandingkan. Pada anak yang
sedang meronta atau orang dewasa yang gelisah, bagian yang paresis terlihat
kurang digerakkan.
- Pasien dengan gangguan serebellum berdiri dengan muka menoleh ke
arah kontralateral terhadap lesi, bahunya pada sisi lesi agak lebih rendah,
dan badannya miring ke sisi lesi. Berjalan dengan tungkai mengangkang,
demikian juga penderita tabes dorsalis.
- Pasien tabes dorsalis selalu melihat ke bawah memperhatikan kaki dan
jalannya, sebab kalau tidak, ia akan jatuh.
- Pasien parkinson berdiri dengan kepala dan leher dibungkukkan ke
depan, lengan dan tungkai berada dalam fleksi. Bila berjalan, seolah
olah hendak jatuh ke depan; gerakan asosiatifnya terganggu, lengan
kurang dilenggangkan, dan terlihat tremor kasar, terutama ditangan.
- Pasien distrofia muskulorum progresiva terlihat lordosis yang jelas; bila ia
berjalan, panggul seolah olah berputar dengan maksud agar berat
badan berpindah ke tungkai yang sedang bertumpu.
- Pasien hemiparese karena gangguan sistem piramidal, lengan berada
dalam sikap fleksi, sedangkan tungkai dalam keadaan ekstensi. Bila ia
berjalan, tungkai membuat gerak sirkumdiksi.
- Pasien paraparese jenis sentral, cara berjalannya seperti gunting, yaitu
tungkai seolah olah seperti menyilang.
- Pasien polineuritis berjalan seperti ayam, yaitu tungkai difleksikan tinggi
tinggi pada persendian lutut, supaya dapat mengangkat kakinya yang
kurang mampu melakukan dorsofleksi.

1.2. Bentuk
Perhatikan adanya deformitas.

1.3. Ukuran
Perhatikan apakah panjang bagian tubuh sebelah kiri sama dengan sebelah
kanan. Kemudian perhatikan besar (isi), kontur (bentuk) otot. Adakah atrofi atau
hipertrofi. Pada atrofi besar otot berkurang dan bentuknya berubah. Kelumpuhan
jenis perifer disertai hipotrofi atau atrofi.

2. Palpasi
Pasien disuruh mengistirahatkan ototnya, kemudian dipalpasi untuk
menentukan konsistensi serta adanya nyeri-tekan. Dengan palpasi kita dapat
menilai tonus otot, terutama bila ada hipotoni. Penentuan tonus otot dilakukan
pada berbagai posisi anggota gerak dan bagian badan.

3. Pemeriksaan gerakan pasif


Penderita disuruh mengistirahatkan ekstremitasnya, bagian dari ekstremitas
ini kita gerakkan pada persendiannya. Gerakan dibuat bervariasi, mula mula
cepat, kemudian lambat, cepat, lebih lambat, dan seterusnya. Sambil
menggerakkan kita nilai tahanannya. Dalam keadaan normal kita tidak
menemukan tahanan yang berarti, jika penderita dapat mengistirahatkan
ekstremitasnya dengan baik. Perlu diketahui bahwa ada orang yang normal tidak
mampu mengistirahatkan ekstremitasnya dengan baik, terutama anak anak,
sehingga kita mengalami kesulitan menilai tahanan.
Kadang kadang tahanan didapatkan pada satu jurusan saja, misalnya
tungkai sukar difleksikan tetapi mudah diekstensikan. Keadaan ini misalnya
didapatkan pada lesi di traktus piramidal. Jangan lupa membandingkan bagian
bagian yang simetris. Pada gangguan sistem ekstrapiramidal, dapat dijumpai
tahanan yang sama kuatnya (rigiditas). Kadang kadang dijumpai keadaan
dengan tahanan hilang timbul (fenomena cogwhell)

4. Pemeriksaan gerakan aktif


Pada pemeriksaan ini kita nilai kekuatan (kontraksi) otot. Untuk
memeriksa adanya kelumpuhan, kita dapat menggunakan 2 cara berikut:
- Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya, dan
kita menahan gerakan ini.
- Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien, dan
pasien disuruh menahan.
Jadi dengan kedua cara tersebut di atas dapat dinilai tenaga otot. Dokter
umumnya menggunakan cara 1, yaitu pemeriksa yang menahan, sebab bila
pasien yang disuruh menahan, ditakutkan kekuatan yang dilakukan oleh dokter
terlalu besar.
Tidak selalu mudah membedakan parese (lumpuh) ringan dengan tidak ada
parese. Kita mungkin mendapat pertolongan dari beberapa hal berikut, yaitu:
- Keluhan pasien (mungkin ia mengungkapkan tenaganya berkurang).
- Otot di bagian yang simetris tidak sama tenaganya.
- Berkurangnya kelancaran gerakan. Parese ringan kadang kadang
ditandai oleh menurunnya kelancaran gerakan.
- Didapatkan gejala lain, misalnya : arefleksi, atrofi, hiperrefleksi, dan
refleks patologis

Dalam praktek sehari hari, tenaga otot dinyatakan dengan menggunakan skala
dari 0-5

0 : tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot; lumpuh total.


1 : terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan.
2 : didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya gravitasi
3 : dapat mengadakan gerakan melawan gaya gravitasi
4 : dapat melawan gaya gravitasi, dan dapat melawan sedikit tahanan yang
diberikan (tahanan ringan dan sedang).
5 : tidak ada kelumpuhan (normal)

Pemeriksaan Anggota Gerak Atas


Perhatikan apakah ada atrofi otot tenar, hipotenar,dan otot intrinsik
tangan. Periksa gerakan jari jari; bagaimana tenaga fleksi, ekstensi, abduksi,
adduksi. Periksa tenaga menggenggam. Hal ini dilakukan dengan menyuruh
pasien menggenggam jari pemeriksa dan kemudian pemeriksa berusaha
menarik jarinya hingga lepas dari genggaman pasien.
Gerakan di pergelangan tangan juga diperiksa, dan ditentukan tenaganya
pada gerakan pronasi dan supinasi. Fleksi dan ekstensi pada sendi siku, juga
diperiksa.
Gerakan pada persendian bahu juga diperiksa dengan menyuruh pasien
menggerakkan lengan yang diekstensi, pada bidang frontal dan sagital, dan juga
melakukan rotasi pada persendian bahu. Selain itu, juga gerakan bahu ke atas,
bawah, depan, dan ke belakang diperiksa.
Selain itu, periksalah otot pektoralis mayor, latisimus dorsi, seratus
magnus, deltoid, biseps dan triseps.
Cara memeriksa otot pektoralis mayor antara lain; inspeksi dada bagian
atas dan lipatan aksilaris anterior. Kemudian pasien disuruh meluruskan
lengannya ke depan, sambil menempatkan kedua telapak tangan dan kemudian
menekannya; sewaktu pasien menekankan kedua talapak tangannya, kita
palpasi otot pektoralis mayor. Untuk menentukan tenaganya, daya tekannnya
dinilai.
Untuk memeriksa otot latisimus dorsi, pasien disuruh merentangkan
lengan ke samping, kemudia disuruh gerakkan ke atas dan ke bawah sambil kita
tahan.
Otot seratus magnus diperiksa dengan cara memperhatikan posisi
skapula, bila terdapat parese, maka sudut inferior skapula mendekati vertebra.
Untuk memperjelasnya, pasien disuruh meluruskan lengannya ke depan dan
menekan telapak tangannya ke dinding. Skapula akan tampak menonjol (skapula
alata).
Otot deltoid diperiksa dengan cara menyuruh pasien mengangkat
lengannnya yang diluruskan ke samping samapai di bidang horizontal. Nilailah
tenaganya sewaktu melakukan gerakan ini.
Otot biseps diperiksa dengan cara; lengan yang sudah pada posisi
supinasi difleksikan pada persendian siku. Nilailah tenaga fleksi lengan bawah
ini.
Otot triceps diperiksa dengan cara; lengan yang sudah difleksikan, disuruh
ekstensikan. Nilailah tenaga ekstensi ini.

Pemeriksaan Anggota Gerak Bawah


Untuk ini diperiksa gerakan pada persendian jari jari, pergelangan kaki,
lutut, paha. Selain itu juga diperiksa otot kuadriseps femoris, iliopsoas, aduktor,
abduktor dan fleksor tungkai bawah.
Cara memeriksa otot kuadriseps femoris; lutut (tungkai bawah)
diekstensikan, sambil pemeriksa tahan. Untuk otot iliopsoas; pemeriksa
berbaring dan lutut difleksikan, kemudian paha difleksikan lebih lanjut sambil
ditahan. Untuk otot aduktor; pasien berbaring pada sisinya dan tungkai dalam
keadaan ekstensi, kemudian tungkai ini diaduksikan sambil ditahan. Untuk otot
abduktor; tungkai diabduksikan melawan tahanan. Untuk otot fleksor tungkai
bawah; tungkai bawah difleksikan sambil ditahan.
Dengan demikian dapat pula dinilai otot otot yang memplantarfleksikan
dan mendorsofleksikan kaki dan jari jari. Bila ditemukan kelumpuhan, perlu
dilakukan pemeriksaan yang lebih rinci.

SKEMA PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK


PEMERIKSAAN EKSTREMITAS ATAS:
Inspeksi
Palpasi
Kekuatan otot untuk :
Lengan atas (upper arm) abduksi, adduksi
Lengan bawah (lower arm) fleksi, ekstensi
Pergelangan tangan (wrist) fleksi, ekstensi
Metacarpal joint fleksi, ekstensi
Fingers joints fleksi, ekstensi

PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK BAWAH


Inspeksi
Palpasi
Kekuatan otot untuk :
Tungkai atas (upper limb) fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi
Lengan bawah (lower limb) fleksi, ekstensi
Pergelangan kaki (ankle) fleksi, ekstensi
Metatarsal joint fleksi, ekstensi
Toes joints fleksi, ekstensi

II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar mengajar Keterangan

20 menit Introduksi pada kelas besar Narasumber


- Penjelasan dari narasumber tentang pemeriksaan
sistem motorik (10 menit)
- Pemutaran film tentang cara pemeriksaan sistem
motorik (5 menit)
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan dan film yang diputar (5 menit)

10 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber


Narasumber memperlihatkan cara pemeriksaan secara
bertahap
Tahap I : Persiapan Alat
Tahap II : Pemeriksaan sistem motorik

20-30 Coaching oleh instruktur: Instruktur


menit - Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 Mahasiswa
kelompok tdd 9 mahasiswa).
- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-3
orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh instruktur.
- Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama
mahasiswa

90 menit Self practice : Mahasiswa melakukan pemeriksan sistem Mahasiswa


motorik secara bergantian masing-masing selama 10 Instruktur
menit.
Instruktur memberikan penilaian pada lembar
pengamatan.

III.TUJUAN KEGIATAN
Setelah mahasiwa mengikuti skills lab ini diharapakan dapat melakukan
pemeriksaan sistem motorik yang merupakan pemeriksaan dasar yang sangat
berguna untuk kepentingan diagnostik dalam ilmu penyakit saraf.

IV.PEDOMAN INSTRUKTUR

IV.1.PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang
2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.
3. Cara pelaksanaan kegiatan:
3.1 Demonstrasi:Instruktur melakukan demonstrasi pemeriksaaan sistem
motorik, mahasiswa mengamati dan diberi kesempatan bertanya
3.2 Digunakan alat - alat yang telah disediakan oleh pengelola skills lab
3.3 Coaching: mahasiswa melakukan secara bergantian sambil dibimbing
oleh instruktur
3.4 Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat
3.5 Self practice: mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan
pemeriksaan Sistem motorik secara mandiri
4. Waktu pelaksanaan
4.1.Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit
4.2.Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa semester 6.
5. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab lantai 3.
6. Sarana yang diperlukan
6.1.Alat audiovisual
6.2.Materi audiovisual
6.3.Pensil/pulpen
6.4 Formulir pemeriksaan

VI. LEMBAR PENGAMATAN

LANGKAH / TUGAS
PENGAMATAN
PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK YA TIDAK
1. Menyapa dan memberi salam kepada penderita
2. Mempersilahkan penderita duduk
3. Memberitahukan kepada penderita apa yang akan
dilakukan
PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK ATAS
1. Inspeksi (memperhatikan sikap, bentuk, ukuran dan
adanya gerakan abnormal yang tidak dapat dikendalikan)
2. Palpasi (menentukan konsistensi sekaligus menilai tonus
otot, dan ada / tidaknya nyeri tekan).
3. Pasien disuruh meng-abduksikan lengannya, kemudian
pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
4. Pasien disuruh meng-aduksikan lengannya, kemudian
pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
5. Pasien disuruh memfleksikan lengan bawahnya, kemudian
pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
6. Pasien disuruh mengekstensikan lengannya yang fleksi
tadi, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan
ototnya.
7. Pasien disuruh memfleksikan pergelangan tangannya,
kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
8. Pasien disuruh mengekstensikan pergelangan tangannya
yang fleksi tadi, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai
kekuatan ototnya.
9. Pasien disuruh memfleksikan sendi metacarpal-nya,
kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
10. Pasien disuruh mengekstensikan sendi metacarpalnya yang
fleksi tadi, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai
kekuatan ototnya.
11. Pasien disuruh mengabduksikan jarijarinya, kemudian
pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya. (Periksa
satu persatu, jari I-V)
12. Pasien disuruh meng-adduksikan jari-jarinya yang tadi
abduksi, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan
ototnya. (Periksa satu persatu, jari I-V)
PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK BAWAH
1. Inspeksi (memperhatikan sikap, bentuk, ukuran dan
adanya gerakan abnormal yang tidak dapat dikendalikan)
2. Palpasi (menentukan konsistensi sekaligus menilai tonus
otot, dan ada / tidaknya nyeri tekan).
3. Pasien disuruh memfleksikan pahanya, kemudian
pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
4. Pasien disuruh mengekstensikan pahanya yang fleksi tadi,
kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
5. Pasien disuruh mengabduksikan pahanya, kemudian
pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
6. Pasien disuruh meng-adduksikan pahanya yang abduksi
tadi, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan
ototnya.
7. Pasien disuruh memfleksikan sendi lututnya, kemudian
pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
8. Pasien disuruh mengekstensikan sendi lututnya yang fleksi
tadi, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan
ototnya.
9. Pasien disuruh memplantarfleksikan pergelangan kakinya ,
kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
10. Pasien disuruh mendorsofleksikan pergelangan kakinya ,
kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
11. Pasien disuruh memplantarfleksikan sendi metatarsalnya,
kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
12. Pasien disuruh mendorsofleksikan sendi metatarsalnya ,
kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
13. Pasien disuruh memfleksikan jari - jari kakinya , kemudian
pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya. (Periksa
satu persatu, jari I-V)
14. Pasien disuruh mendorsofleksikan jari jari kakinya ,
kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
(Periksa satu persatu, jari I-V)
15. Catat hasil pemeriksaan

Note : YA : Mahasiswa melakukan


TIDAK : Mahasiswa tidak melakukan
SL. VI. BMS. 6
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN REFLEKS PRIMITIVE PADA BAYI BARU LAHIR

I. PENDAHULUAN
Pada minggu ini mahasiswa akan diajarkan untuk melakukan pemeriksaan
refleks primitive pada bayi baru lahir. Dengan mengetahui adanya kelainan pada
refleks primitive ini, mahasiswa dapat menilai ada tidaknya kelainan neurologi
pada bayi tersebut.

Refleks primitive bayi baru lahir


Rooting refleks (refleks mencari)
Goreskan dengan jari bibir dan sudut mulut, bayi akan memutar ke arah goresan
dan mulut terbuka.

Glabellar Refleks (refleks berkedip)


Ketok dengan hati-hati diatas kening dan mata akan berkedip.

Grasp refleks (refleks menggemgam)


Letakan jari tangan pada telapak tangan bayi, dan bayi akan menggengggam jari
tangan tadi.

Neck righting refleks (refleks pembenaran leher)


Putarkan leher bayi ke kiri atau ke kanan dan pada saat yang sama bahu kontra
lateral bergerak ke arah yang sama.

Moro refleks (refleks memeluk atau gamang)


Letakkan bayi terlentang pada punggungnya di atas lengan pemeriksa, kemudian
jatuhkan belakang bayi 1 cm atau lebih, tapi tidak sampai ke kasur. Kedua
lengan adduksi dan ekstensi jari tangan. Bila asimetri sebagai tanda fraktur
klavikula, hemiparese atau kerusakan fleksus brachialis.
II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan


(menit)
20 menit Introduksi pada kelas besar ( terdiri dari 45 Narasumber
mahasiswa )
Pemutaran video/slide pemeriksaan refleks primitive
pada bayi baru lahir

10 menit Demonstrasi oleh Narasumber Narasumber


Narasumber memperlihatkan tata cara pemeriksaan
refleks primitive pada bayi baru lahir

30 menit Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil Instruktur,


(1 kelompok terdiri dari 9 Mahasiswa
mahasiswa). Tiap kelompok kecil diawasi seorang
instruktur.
Coaching: Mahasiswa melakukan pemeriksaan
refleks primitive bayi baru lahir, secara bergantian
dibimbing oleh instruktur

90 menit Self practice: Mahasiswa melakukan pemeriksaan Mahasiswa


sendiri secara bergantian, sehingga total waktu 85
menit (tergantung jumlah mahasiswa)

III.TUJUAN KEGIATAN

III.1. Tujuan umum


Meningkatkan keterampilan mahasiswa melakukan pemeriksaan refleks
primitive bayi baru lahir

III.2. Tujuan khusus


Mahasiswa mampu:
- Mengetahui penyimpangan / kelainan neurologi pada bayi baru
lahir
- Menangani kelainan neurologi yang ditemukan
- Menentukan tindakan lanjut/rujukan

IV. PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi atas kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang
2. Diskusi dipimpin seorang instruktur yang telah ditetapkan koordinator
3. Cara pelaksanaan kegiatan:
- Demonstrasi: Instruktur bertindak sebagai pelaksanaan
demonstrasi
- Coaching: Mahasiswa melakukan pemeriksaan refleks primitive
bayi dengan bimbingan instruktur, mahasiswa lain sebagai
pengamat.
- Self Practice: Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan
melakukan pemeriksaan refleks primitive bayi baru lahir.
Mahasiswa bergantian melakukannya.
4.Waktu pelaksanaan
- Kegiatan skill lab dilaksanakan selama 150 menit.
- Disesuakan dengan jadwal skill lab Blok Brain and Mind System.
5. Tempat pelaksanaan:
Ruang skills lab lantai 3

6. Sarana yang diperlukan:


- Formulir pemeriksaan refleks primitive bayi baru lahir
- Boneka
- Pensil
- Video

V. RUJUKAN
1. Tricia Lacy, Gomella. Neonatology, fourth edition, Appleton
Lange,International, 2006
2. Swaiman KF, Ashwal S, Ferriero DM. Pediatric Neurology, fourth edition,
Mosby Elsevier, 2006
3. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson BH, Nelson Text Book of Pediatrics,
Saunders, 17th edition, 2004

V.LEMBAR PENGAMATAN

No Langkah/Tugas Pengamatan
Ya Tidak
Rooting refleks
1 Membuat bayi baru lahir tidur terlentang
2 Menggoreskan jari pemeriksa ke bibir dan sudut pipi bayi
3 Mengamati mulut bayi berputar dan terbuka pada arah
goresan jari
Glabellar refleks
4 Membuat bayi baru lahir tidur telentang
5 Mengetuk dahi bayi baru lahir pada kening [Glabella]
dengan ujung jari telunjuk
6 Mengamati bedanya kelopak mata yang berkedip
Grasping Refleks
7 Membuat bayi baru lahir tidur terlentang
8 Meletakkan jari tangan pemeriksa pada telapak tangan
bayi
9 Melihat/merasa genggaman tangan bayi pada jari
tangan
Neck Righting Refleks
10 Membuat bayi baru lahir tidur terlentang
11 Memutar kepala bayi kekiri atau kekanan
12 Mengamati gerakan bahu kontralateral kearah yang
sama dengan arah putaran kepala
Moro Refleks
13 Meletakkan bayi baru lahir terlentang diatas satu lengan,
dengan punggung dibawah
14 Menjatuhkan lengan bersama bayi kebawah kira-kira 1
cm atau lebih, tidak sampai ketilam
15 Mengamati gerakan abduksi lengan bayi.
16 Mengamati garakan adduksi lengan bayi
17 Mengamati gerakan ekstensi jari tangan bayi
18 Mengamati gerakan simetris atau tidak

Note : Ya = mahasiswa melakukan


Tidak = mahasiswa tidak melakukan
SL. VI. BMS. 7
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FUNGSI CEREBELLUM, KOORDINASI DAN
PERANGSANGAN MENINGEAL

I. PENDAHULUAN

Koordinasi gerak terutama diatur oleh cerebellum. Secara sederhana


dapat dikatakan bahwa gangguan utama dari lesi di cerebellum ialah adanya
disinergia, yaitu kurangnya koordinasi. Artinya bila dilakukan gerakan yang
membutuhkan kerjasama antar otot, maka otot otot ini tidak bekerja sama
dengan baik, walaupun tidak didapatkan kelumpuhan. Hal ini terlihat jika pasien
berdiri, jalan , membungkuk atau menggerakkan anggota badan.
Cerebellum ikut berpartisipasi dalam mengatur sikap, tonus,
mengintegrasi dan mengkoordinasi gerakan somatik. Lesi pada cerebellum dapat
menyebabkan gangguan sikap dan tonus, dissinergia, gangguan koordinasi
gerakan (ataksia). Dengan perkataan lain; kombinasi gerakan yang seharusnya
dilakukan secara simultan dan harmonis, menjadi terpecah pecah serta kadang
simpang siur.
Gangguan cerebellum dapat diperiksa dengan berbagai cara yaitu: test
romberg, test tandem gait, percobaan telunjuk hidung, percobaan jari jari,
percobaan tumit lutut, diadokokinesia.

PEMERIKSAAN
Test Romberg
Penderita diminta berdiri dengan kedua kaki saling dirapatkan, mula
mula dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.
Romberg test dikatakan positif, bila penderita mampu melakukan test ini dengan
mata terbuka, tetapi terjatuh ketika menutup mata.

Test Tandem
Penderita diminta berjalan pada satu garis lurus diatas lantai, tempatkan
satu tumit tepat di depan jari jari kaki yang berlawanan, dengan mata terbuka

Percobaan Telunjuk Hidung


Bisa dikerjakan dengan pasien berbaring, duduk atau berdiri. Dengan
posisi abduksidan ekstensi lengan secara komplit, mintalah pada pasien untuk
menyentuh ujung hidungnya dengan ujung jari telunjuknya. Mula mula dengan
gerakan perlahan kemudian diganti dengan gerakan yang cepat, dengan mata
terbuka.

Percobaan Telunjuk - Telunjuk


Penderita diminta mengabduksikan lengan pada bidang horizontal dan
kemudian diminta untuk menggerakkan ke 2 ujung jari telunjuknya saling
bertemu / bersentuhan tepat di tengah tengah di bidang horizontal tersebut.
Pertama tama dengan gerakan perlahan kemudian dipercepat, baik dengan
mata terbuka dan tertutup.

Percobaan Tumit Lutut


Penderita diminta untuk menggerakkan tumit kakinya ke lutut
kontralateral, diteruskan dengan mendorong tumit tersebut secara lurus menuju
jari jari kakinya.
Diadokokinesia
Penderita diminta menggerakkankedua tangannya bergantian, pronasi
dan supinasi dengan posisi siku diam, mintalah gerakan tersebut secepat
mungkin, baik dengan mata terbuka maupun tertutup.

PEMERIKSAAN TANDA PERANGSANGAN MENINGEAL


Pemeriksaan ini meliputi kaku kuduk (nuchal/ neck rigidity), kernig, brudzinki I,
brudzinski II.

Pemeriksaan Kaku Kuduk (Nuchal/ Neck Rigidity)


Tangan kiri pemeriksa diletakkan di bawah kepala pasien yang sedang
berbaring, kemudian kepala pasien difleksikan dan diusahakan agar dagu dapat
menyentuh dada. Saat melakukan pemeriksaan iniperhatikanadanya tahanan.
Bila kaku kuduk positif maka akan didapati tahanan sehingga dagu tidak dapat
mencapai dada.

Pemeriksaan Kernig
Pada pemeriksaan ini, penderita yang sedang berbaring difleksikan pahanya
pada sendi panggul sampai membuat sudut 90 0, sementara sendi lutut
difleksikan maksimal. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian
lutut. Normalnya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 0, antara
tungkai bawah dan tungkai atas. Bila terdapat tahanan sebelum tercapai sudut
ini, maka dikatakan tanda Kernig positif.

Pemeriksaan Brudzinski I
Cara melakukan pemeriksaan ini sama dengan cara melakukan pemeriksaan
kaku kuduk, hanya beda yang dinilai. Pada pemeriksaan ini yang dinilai adalah
ada atau tidaknya fleksi kedua tungkai. Dikatakan positif adalah apabila terjadi
fleksi kedua tungkai. Sebelumnya perlu diperhatikan apakah tungkainya lumpuh
atau tidak, sebab jika lumpuh, tungkai yang lumpuh tersebut tidak fleksi.

Pemeriksaan Brudzinski II
Cara melakukan pemeriksaan ini sama dengan cara melakukan pemeriksaan
kernig, hanya beda yang dinilai. Pada pemeriksaan ini yang dinilai adalah ada
atau tidaknya fleksi tungkai kontralateral. Dikatakan positif adalah apabila terjadi
fleksi tungkai kontralateral. Sebagaimana halnya seperti perlu diperhatikan
apakah tungkainya lumpuh atau tidak, sebab jika lumpuh, tungkai yang lumpuh
tersebut tidak fleksi.

Pada skills lab minggu ini pemeriksaan kernig tidak dilakukan lagi, karena
sudahdilakukan pada minggu sebelumnya.

II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar mengajar Keterangan

20 menit Introduksi pada kelas besar Narasumber


- Penjelasan narasumber tentang pemeriksaan fungsi
cerebellum dan koordinasi, perangsangan meningeal.
(10 menit)
- Pemutaran film tentang cara pemeriksaan fungsi
cerebellum dan koordinasi, perangsangan meningeal (5
menit)
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan dan film yang diputar (5 menit)
10 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber
Narasumber memperlihatkan cara pemeriksaan secara
bertahap
Tahap I : Persiapan Alat
Tahap II : Pemeriksaan fungsi cerebellum dan koordinasi,
perangsangan meningeal

20- 30 Coaching oleh instruktur: Instruktur


menit - Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok Mahasiswa
tdd 9 mahasiswa).
- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-3
orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh instruktur.
- Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama
mahasiswa

90 menit Self practice : Mahasiswa melakukan pemeriksaan fungsi Mahasiswa


cerebellum dan koordinasi, perangsangan meningeal Instruktur
secara bergantian masing-masing selama 10 menit.
Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan.

III.TUJUANKEGIATAN

Setelah mahasiwa mengikuti skills lab ini diharapakan dapat melakukan


pemeriksaan fungsi cerebellum dan koordinasi yang merupakan pemeriksaan
dasar yang sangat berguna untuk kepentingan diagnostik dalam ilmu penyakit
saraf.

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR

IV.1.PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang
2. Diskusidipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.
3. Cara pelaksanaan kegiatan:
3.1 Demonstrasi:Instruktur melakukan demonstrasi pemeriksaan fungsi
cerebellum dan koordinasi, perangsangan meningeal, mahasiswa
mengamati dan diberi kesempatan bertanya.
3.2 Digunakan alat - alat yang telah disediakan oleh pengelola skills lab
3.3 Coaching: mahasiswa melakukan secara bergantian sambil dibimbing
oleh instruktur
3.4 Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat
3.5 Self practice: mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan
pemeriksaan fungsi cerebellum dan koordinasi, perangsangan
meningeal secara mandiri
4. Waktu pelaksanaan
4.1.Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selam 150 menit
4.2.Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa semester 6.
5. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab lantai 3.
VI. LEMBAR PENGAMATAN

LANGKAH / TUGAS
PENGAMATAN
PEMERIKSAAN CEREBELLUM DAN KOORDINASI YA TIDAK
1. Menyapa dan memberi salam kepada penderita
2. Mempersilahkan penderita duduk
3. Memberitahukan kepada penderita apa yang akan
dilakukan
Test Romberg
1. Penderita disuruh berdiri dengan kedua kaki saling
dirapatkan.Pandangan lurus ke depan. (Alas kaki sebaiknya
dilepaskan)
2. Biarkan beberapa saat
3. Awalnya dengan mata terbuka, kemudian dengan mata
tertutup.
Test Tandem
1. Penderita diminta berjalan pada satu garis lurus diatas
lantai, tempatkan satu tumit tepat di depan jari jari kaki
yang berlawanan. Pandangan ke depan.
2. Dilakukan dengan mata terbuka.
Percobaan Telunjuk Hidung
1. Pasien boleh berbaring, duduk atau berdiri. (Sebaiknya
duduk)
2. Posisikan lengan pasien abduksi dan ekstensi secara
komplit.
3. Suruh pasien untuk menyentuh ujung hidungnya dengan
ujung jari telunjuknya.
4. Kemudian suruh pasien menyentuh jari telunjuk kita dengan
jari telunjuknya tadi.
5. Mula mula dengan gerakan perlahan kemudian semakin
cepat.
Percobaan Telunjuk Telunjuk
1. Suruh pasien Penderita mengabduksikan lengan pada
bidang horizontal.
2. Kemudian suruh pasien untuk menggerakkan ke 2 ujung jari
telunjuknya saling bertemu / bersentuhan tepat di tengah
tengah di bidang horizontal tersebut.
3. Pertama tama dengan gerakan perlahan kemudian
dipercepat, baik dengan mata terbuka dan tertutup.
Percobaan Tumit Lutut
1. Pasien dalam posisi berbaring.
2. Kemudian suruh pasien untuk menggerakkan tumit kakinya
ke lutut kontralateral, diteruskan dengan mendorong tumit,
menelusuri tibia, secara lurus menuju jari jari kakinya.
Diadokokinesia
1. Pasien boleh dalam posisi berbaring ataupun duduk.
2. Suruh pasien menggerakkan kedua tangannya bergantian,
pronasi dan supinasi dengan posisi siku diam
3. Gerakan tersebut dilakukan secepat mungkin, baik dengan
mata terbuka maupun tertutup.
PEMERIKSAAN TANDA PERANGSANGAN MENINGEAL
Pemeriksaan Kaku Kuduk (Nuchal/ Neck Rigidity)
1. Letakkan tangan kiri pemeriksa di bawah kepala pasien
yang sedang berbaring. Rotasikan kepala ke kanan dan ke
kiri untuk menyingkirkan adanya proses lokal.
2. Fleksikan kepala pasien dan diusahakan agar dagu dapat
menyentuh dada.
3. Perhatikan ada / tidaknya tahanan
Pemeriksaan Brudzinski I
2. Letakkan tangan kiri pemeriksa di bawah kepala pasien
yang sedang berbaring.
3. Fleksikan kepala pasien dan diusahakan agar dagu dapat
menyentuh dada.
4. Perhatikan ada / tidaknya fleksi kedua tungkai. Dikatakan
positif , jika terjadi fleksi kedua tungkai.
Pemeriksaan Brudzinski II
1. Penderita disuruh berbaring, dengan kedua tungkai
ekstensi.
2. Fleksikan salah satu sendi panggul sampai membuat sudut
900, sementara sendi lutut difleksikan maksimal.
3. Ekstensikan sendi lutut hingga mencapai 1350 antara
tungkai bawah dan tungkai atas
4. Perhatikan ada / tidaknya fleksi tungkai kontralateral.
Dikatakan positif, jika terjadi fleksi tungkai kontralateral.

Note : YA : Mahasiswa melakukan


TIDAK: Mahasiswa tidak melakukan
SL. VI. BMS. 8
KETERAMPILAN KLINIK
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI
RIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRIK (DETAIL BIOGRAFI)

I. PENDAHULUAN
Pada skill lab ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan komunikasi
dokter-pasien untuk riwayat gangguan psikiatrik (detail biografi).

II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN


Waktu Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan
(menit)
20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 Narasumber
mahasiswa)
Pemutaran film tentang riwayat gangguan
psikiatrik (detail biografi)
10 menit Demonstrasi oleh Narasumber Narasumber
Narasumber memperlihatkan tata cara
komunikasi dokter-pasien pada riwayat gangguan
psikiatrik (detail biografi)
Tahap I : Observasi
Ketika pasien masuk ruang periksa perhatikan
cara berjalan, penampilan wajah, pandangan
mata, komunikasi, cara bicara, interaksi dengan
lingkungan, perilaku, dan lain-lain.
Tahap II : Menanyakan identitas pasien
Tahap III : Menanyakan riwayat
kelahiran/kehamilan, riwayat sosio ekonomi,
riwayat perkembangan.
30 menit Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok Instruktur dan
kecil (1 kelompok terjadi dari 9 mahasiswa). Tiap Mahasiswa
kelompok kecil memiliki 1 instruktur
Coaching : Mahasiswa melakukan simulasi
secara bergantian dengan dibimbing oleh
instruktur. Kepada mahasiswa diberikan 1 kasus
simulasi. Pasien simulasi akan diperankan oleh
sesama mahasiswa.
90 menit Self Practice : Mahasiswa melakukan anamnesis Mahasiswa
sendiri secara bergantian dengan fokus pada
riwayat gangguan psikiatrik (detail biografi) sesuai
dengan formulir anamnesis.
Sehingga total waktu yang dibutuhkan 85 menit
(tergantung jumlah mahasiswa

III. TUJUAN KEGIATAN

III.1. TUJUAN UMUM


Melatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keterampilan anamnesis dengan
menggunakan teknik komunikasi yang benar pada pasien.

III.2. TUJUAN KHUSUS


1. Mahasiswa mengetahui kerangka anamnesis pada pasien.
2. Mahasiswa menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan.
3. Mahasiswa mampu menguraikan penyakit secara deskriptif dan
kronologis.
4. Mahasiswa mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan
penyakit dalam keluarga.
5. Mahasiswa mampu menerapkan dasar teknik komunikasi dan
berperilaku yang sesuai dengan sosial-budaya pasien dalam hubungan
dokter-pasien.

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR


IV.1. PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam keloompok kecil yang terdiri dari 9 orang.
2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.
3. Cara pelaksanaan kegiatan :
3.1 Coaching : Mahasiswa melakukan anamnesis dibimbing instruktur.
Pasien simulasi diperankan bergantian oleh mahasiswa
3.2 Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat.
3.3 Self Practice : Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan
melakukan anamnesis. Pada saat self practice instruktur mengamati
peragaan mahasiswa dengan berpedoman pada checklist yang
tersedia.
3.4 Pada pelaksanaan, mahasiswa bergantian bertindak sebagai dokter
maupun pasien.
4. Waktu pelaksanaan
Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit.
Disesuaikan dengan jadwal skills lab blok Brain and Mind
5. Tempat pelaksanaan
Ruang skill lab FK USU (Lantai 3)
6. Sarana yang diperlukan :
Pensil/pulpen
Formulir anamnesis
7. Materi anamnesis :
Penderita dengan gejala-gejala depresi ditinjau dari detail biografi

IV.2. RUJUKAN
1. Shea SC. Wawancara Psikiatri: Seni Pemahaman (Edisi Terjemahan).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996.
2. Zimmerman M. Interview Guide for Evaluating DSM-IV Psychiatric
Disorders and the Mental Status Examination. East Greenwich: Psych
Products Press, 1994.
3. Carlat DJ. The Psychiatric Interview. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins, 1999.
4. Othmer O, Othmer SC. The Clinical Interview Using DSM-IV. Vol 1.
Washington, DC: American Psychiatric Press, Inc, 1994.
5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi ke-10. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
6. Othmer E, Othmer SC, Othmer JP. Psychiatric Interview, History, and
Mental Status Examination. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, ed. Kaplan &
Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry. Edisi ke-8. Vol I.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005. h. 794-827.
V. KASUS SIMULASI KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI RIWAYAT
GANGGUAN PSIKITARIK (DETAIL BIOGRAFI)

Kasus II

B, pria, usia 39 tahun, datang ke klinik pskiatrik ditemani oleh tantenya dengan
gejala-gejala merasa menyesal, sulit tidur, murung, mudah lelah, pesimis, sulit
konsentrasi dalam 1 bulan ini sehingga OS juga merasakan kehilangan minat
untuk beraktivitas dan lebih sering berdiam diri dirumah, juga merasa sedih
sehingga kadang-kadang menangis sendiri tanpa disadarinya serta memikirkan
lebih baik mati saja daripada harus menanggung beban dalam hidupnya. OS
memiliki riwayat selalu ceria, humoris, berpakaian selalu rapi, boros, dan sering
menanamkan uangnya ke saham perusahaan yang selalu rugi.
Lampiran 1

Formulir Anamnesis Komunikasi Dokter Pasien Mengenai Rriwayat


Gangguan Psikiatrik (Detail Biografi) Blok Brain and Mind
Mahasiswa FK-USU Semester VI

KETERANGAN PRIBADI PASIEN


2. Riwayat Prenatal
Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan
Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau
kondisi-kondisi mental yang sedang diderita si ibu).
a. Kesehatan fisik : ......................................
......................................
b. Kesehatan mental : .....................................
......................................
Keadaan melahirkan
Aterm ( ), lahir biasa ( ) (bila negatif sebutkan jenis tindakannya)
...........................
OS anak yang direncanakan/diinginkan : ( )

3. Riwayat masa bayi dan kanak-kanak :


Pertumbuhan fisik : baik, biasa, kurang
ASI/PASI : ( ) sampai usia ......
Usia mulai bicara : ...... tahun ......bulan
Usia mulai jalan : ...... tahun ...... bulan
Sukar makan ( ), anoreksia nervosa ( ), bulimia ( ), pika ( ), gangguan
hubungan ibu-anak ( ), pola tidur baik ( ), cemas terhadap orang
asing ( ), cemas perpisahan ( ), dan lain-lain.
Simtom-simtom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak-kanak, misalnya : mengisap jari ( ), ngompol ( ), BAB di
tempat tidur ( ), night teror ( ), temper tantrum ( ), gagap ( ),
tik ( ), gigit kuku ( )
Toilet training
Umur : ..................
Tingkah laku orang tua : ..................
Perasaan terhadap hal ini ................. :
Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai mengigau ( ),
kejang-kejang ( ), demam berlangsung lama ( ), trauma kapitis disertai
hilang kesadaran ( )
Kepribadian serta temparemen sewaktu anak-anak : pemalu ( ),
gelisah ( ), overaktif ( ), menarik diri ( ), suka bergaul ( ), suka
berolahraga ( ).
VI. LEMBAR PENGAMATAN ANAMNESIS KOMUNIKASI DOKTER PASIEN
MENGENAI RIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRIK (DETAIL BIOGRAFI)
LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
1. Menyapa penderita dengan ramah
- memberi salam
- mempersilahkan duduk
- menggunakan komunikasi non verbal yang sesuai
(kontak mata, anggukan kepala, mimik muka)
- menkondisikan suasana menyenangkan sehingga
pasien tidak takut bercerita
- lakukan observasi. Ketika penderita masuk ruangan
periksa cara berjalan, penampilan wajah, bentuk
kepala, proporsi tubuh, pandangan mata, komunikasi,
cara bicara, interaksi dengan lingkungan, perilaku, dll
2. Memperkenalkan diri dan berkenalan
4. Menanyakan:
- riwayat dalam kandungan dan dilahirkan
- riwayat masa bayi
- riwayat masa kanak-kanak.
5. Menuliskan/merangkum data dalam status
6. Menjelaskan kemungkinan-kemungkinan penyebab
permasalahan sesuai dengan informasi yang diperoleh
7. Mengucapkan salam dan terima kasih

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
SL. VI. BMS. 9
KETERAMPILAN KLINIK
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI GANGGUAN PSIKIATRIK
YANG BERHUBUNGAN DENGAN RIWAYAT HUBUNGAN SOSIAL

I. PENDAHULUAN

Pada skill lab ini mahasiswa dilatih untuk melakukan ketrampilan komunikasi
dokter-pasien untuk gangguan psikiatrik yang berhubungan dengan riwayat
hubungan sosial.

II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan


(menit)
20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 Narasumber
mahasiswa)
Pemutaran film tentang anamnesis
gangguan psikiatrik yang berhubungan
dengan riwayat hubungan sosial
10 menit Demonstrasi oleh Narasumber Narasumber
Instruktur memperlihatkan tata cara
komunikasi dokter-pasien pada gangguan
pskiatrik yang berhubungan dengan riwayat
hubungan sosial

Tahap I: Observasi
Ketika seseorang masuk ruang periksa,
perhatikan cara berjalan, penampilan
wajah,bentuk kepala, proporsi tubuh, kontak
mata, komunikasi, cara bicara, interaksi
dengan lingkungan, perilaku dan lain-lain.

Tahap II : Menanyakan identitas pasien

Tahap III :Menanyakan riwayat masa bayi,


kanak-kanak dan remaja, kepribadian
sebelum sakit, masalah psikososial dan
lingkungan hidup, riwayat hubungan sosial
(pendidikan,pekerjaan,percintaan,
perkawinan)

20-30 menit Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5 Instruktur,


kelompok kecil (1 kelompok terdiri dari 9 Mahasiswa
mahasiswa). Tiap kelompok kecil memiliki 1
instruktur.
Coaching: Mahasiswa melakukan simulasi
secara bergantian dengan dibimbing
instruktur. Kepada mahasiswa diberikan 1
kasus simulasi. Pasien simulasi akan
diperankan oleh sesama mahasiswa
90 menit Self Practice: Mahasiswa melakukan Mahasiswa
anamnesis sendiri secara bergantian
dengan fokus riwayat hubungan sosial dan
gangguan psikiatrik yang berhubungan
dengan riwayat hubungan sosial.

III. TUJUAN KEGIATAN

III.1. TUJUAN UMUM


Melatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan ketrampilan anamnesis
dengan menggunakan teknik komunikasi yang benar pada pasien.

III.2.TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mengetahui kerangka anamnesis pada pasien psikiatrik
2. Mahasiswa menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan
3. Mahasiswa mampu menguraikan penyakit secara deskriptif dan
kronologis
4. Mahasiswa mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan
penyakit dalam keluarga
5. Mahasiswa mengetahui riwayat sewaktu dalam kandungan dan
dilahirkan, riwayat masa bayi, kanak-kanak dan remaja, kepribadian
sebelum sakit, stressor psikososial, riwayat penyakit fisik yang
berkaitan dengan gangguan kejiwaan, riwayat suicide, pengguanaan
alkohol/napza, status mental, riwayat hubungan sosial
(pendidikan,pekerjaan,percintaan, perkawinan)

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR

IV.1. PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang
2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.
3. Cara pelaksanaan kegiatan
Coaching: Mahasiswa melakukan anamnesis dengan dibimbing
instruktur. Pasien simulasi diperankan bergantian oleh mahasiswa
Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat
Self Practice: Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan
melakukan anamnesis. Pada saat self practice instruktur
mengamati peragaan mahasiswa dengan berpedoman pada
checklist yang tersedia
pada pelaksanaan, mahasiswa bergantian bertindak sebagai dokter
maupun sebagai orangtua pasien/pasien
4. Waktu pelaksanaan
- Setiap kegiatan Skills Lab dilaksanakan selama 150 menit
- Disesuaikan dengan jadwal skills lab blok Brain And Mind
5. Tempat Pelaksanaan :
Ruang Skills Lab FK USU
6. Sarana yang diperlukan
Pensil/Pulpen
Formulir Anamnesis
7. Materi anamnesis:
Penderita dengan gejala-gejala depresi ditinjau dari hubungan sosial
IV. 2. RUJUKAN
i. Shea SC. Wawancara Psikiatri: Seni Pemahaman (Edisi Terjemahan).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996.
ii. Zimmerman M. Interview Guide for Evaluating DSM-IV Psychiatric
Disorders and the Mental Status Examination. East Greenwich: Psych
Products Press, 1994.
iii. Carlat DJ. The Psychiatric Interview. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins, 1999.
iv. Othmer O, Othmer SC. The Clinical Interview Using DSM-IV. Vol 1.
Washington, DC: American Psychiatric Press, Inc, 1994.
v. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi ke-10. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
vi. Othmer E, Othmer SC, Othmer JP. Psychiatric Interview, History, and
Mental Status Examination. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, ed. Kaplan &
Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry. Edisi ke-8. Vol I.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005. h. 794-827.

V. KASUS SIMULASI KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN PADA GANGGUAN


PSIKIATRIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN RIWAYAT HUBUNGAN
SOSIAL

Kasus III
C,pria 35 tahun, datang ke poliklinik pskiatrik ditemani oleh adiknya dengan
gejala-gejala bicara sendiri, bingung dan marah-marah tanpa sebab. Gejala ini
timbul sejak 5 hari yang lalu,setelah C yang awalnya menduduki posisi yang
cukup penting di kantornya dan memiliki gaji besar secara tiba-tiba di PHK. Di
kantornya C merupakan pegawai yang jujur namun selalu ditegur oleh
atasannya karena kejujurannya, sehingga lebih banyak orang yang tidak
menyukainya. C belum pernah mengalami gejala-gejala seperti ini sebelumnya
Lampiran 1

VI. Formulir Anamnesis Komunikasi Dokter-Pasien Pada Gangguan


Psikiatrik Yang Berhubungan Dengan Riwayat Hubungan Sosial

a) Kepribadian serta temperamen sewaktu anak-anak : pemalu ( ),


gelisah ( ), overaktif ( ), menarik diri ( ), suka bergaul ( ), suka
berolahraga ( ), dan lain-lain.

b) Masa sekolah
Perihal S.D SMP SMA P.T

Umur ................ ................ ........... .............


Prestasi* Baik Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Aktifitas sekolah* Baik Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap terhadap Baik Baik Baik Baik
teman* Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap terhadap Baik Baik Baik Baik
guru* Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Kemampuan khusus ( ) ( ) ( ) ( )
Tingkah laku ( ) ( ) ( ) ( )
*) : coret yang tidak perlu
( ) : diisi ( + ) atau ( - )
c) Masa remaja : fobia ( ), masturbasi ( ), ngompol ( ), lari dari
rumah ( ), kenakalan remaja ( ), perokok berat ( ), penggunaan
obat terlarang ( ), peminum minuman keras ( ), problem berat
badan ( ), anoreksia nervosa ( ), bulimia ( ), depresi ( ), rasa
rendah diri ( ), cemas ( ), gangguan tidur ( ), sering sakit kepala
( ), dan lain - lain.
d) Riwayat pekerjaan : usia mulai bekerja .. tahun, kepuasan
kerja ( ), pindah pindah kerja ( ), pekerjaan yang pernah
dilakukan
keadaan ekonomi* : baik, sedang, atau kurang
konflik dalam pekerjaan : ( ), konflik dengan atasan ( ), konflik
dengan bawahan ( ), konflik dengan kelompok ( ).
e) Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga : usia
haid pertama tahun, tanggapan tentang haid pertama sudah /
belum tahu* , usia hubungan seksual pertama kali sebelum
nikahtahun. ......................
Keterangan pribadi dari suami / isteri :
Nama : ............................. Umur : ...............................
Bangsa/ suku: ........................... Agama : ...............................
Pendidikan : ............................. Pekerjaan : ...............................
Status sosial / ekonomi : tinggi, menengah, rendah*
Perkawinan didahului dengan pacaran ( ), kawin terpaksa ( ), kawin
paksa ( ), perkawinan kurang disetujui orang tua ( ), kawin lari ( ),
sekarang ini perkawinan yang kali. Kepuasan seksual dalam
hubungan suami- isteri : sering, sesekali , tak pernah*, kelainan hubungan
seksual ( ).
Kehidupan rumah tangga : rukun ( ), problem rumah tangga ( ),
( bila ada jelaskan problem tersebut di halaman kiri )
Keuangan : kebutuhan sehari hari terpenuhi ( )
pengeluaran dan pendapatan seimbang ( )
dapat menabung ( )
Mendidik anak : suami isteri bersama sama ( ),
isteri saja ( ), suami saja ( )
f) Situasi sosial saat ini :
1. Tempat tinggal : rumah sendiri ( ), rumah kontrak ( ), rumah
orang tua ( ), serumah dengan mertua ( ), di asrama atau
kompleks ( ), dan lain-lain.
2. Polusi lingkungan : bising ( ), kotor ( ), bau ( ), ramai ( ),
dan lain-lain.
*) coret yang tidak perlu
g) Perihal anak - anak o.s meliputi

No Kelamin Umur Pendidikan Kepribadian** Kesehatan*** Sikap o.s.


Fisik Mental pada anak@

1. ......... ....... .............. ................ ........ ............ ...........


2. ......... ....... .............. ................ ........ ............ ...........
3. ......... ....... .............. ................ ........ ............ ...........
4. ......... ....... .............. ................ ........ ............ ...........
5. ......... ....... .............. ................ ........ ............ ...........
6. ......... ....... .............. ................ ........ ............ ...........
7. ......... ....... .............. ................ ........ ............ ...........

h. Kepribadian sebelumnya :.
7. Stresor psikososial
Suatu peristiwa atau keadaan yang menyebabkan perubahan dalam
kehidupan seseorang sehingga orang tersebut harus mengatasi atau
beradaptasi dengan keadaan tersebut dalam satu tahun terakhir

VI. LEMBAR PENGAMATAN KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN PADA


RIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRIK (RIWAYAT SOSIAL)

PENGAMATAN
LANGKAH/TUGAS YA TIDAK

1.Menyapa pasien dengan ramah


- Memberi salam
- Mempersilahkan duduk
- Menggunakan komunikasi non verbal yang sesuai
(Kontak mata, anggukan kepala, mimik muka)
Mengkondisikan suasana yang menyenangkan
sehingga pasien tidak segan dan takut bercerita
- Lakukan observasi ketika pasien masuk ruang
periksa, cara berjalan, penampilan wajah,
pandangan mata, komunikasi, cara bicara, interaksi
dengan lingkungan, perilaku dan lain-lain
2. Memperkenalkan diri dan berkenalan
3. Menanyakan identitas pasien dan menggali :
- riwayat masa anak & remaja
- kepribadian sebelum sakit
- masalah psikososial dan lingkungan hidup
- riwayat pendidikan
- riwayat pekerjaan
- riwayat percintaan
- riwayat perkawinan
(dengan menggunakan bahasa yang dimengerti
oleh pasien)
4. Menuliskan/merangkum data dalam status
5. Menjelaskan kemungkinan-kemungkinan penyebab
permasalahan sesuai dengan informasi yang
diperoleh
6. Menjelaskan pemeriksaan yang harus dikerjakan
(cara melakukannya dibahas dalam pertemuan
berikutnya)
7. Mengucapkan salam dan terima kasih.

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
SL. VI. BMS. 10
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN REFLEKS, TANDA NYERI RADIKULAR

I. PENDAHULUAN
PEMERIKSAAN REFLEKS
Sebenarnya banyak refleks yang dapat dibangkitkan, tiap otot bila diketuk
pada insersinya akan berkontraksi dan merupakan suatu refleks.Pada skills lab
ini yang dilakukan hanya refleks yang lazim diperiksa pada pemeriksaa rutin.
Refleks fisiologis meliputi refleks biseps, refleks triseps, refleks
brakhioradialis, refleks Patella/ KPR (knie pees reflex), refleks APR (achilles
pees reflex). Refleks superfisial beruparefleks dinding perut. Refleks patologis
melputi refleks Babinski, Chaddock, Gordon, Oppenheim, Gonda, Schaefer,
Klonus patela, Klonus kaki, Hoffman Tromner.

PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS


Refleks Biseps
Kita pegang lengan pasien yang telah disemifleksikan sambil menempatkan ibu
jari di atas tendon otot biseps. Ibu jari kemudian diketuk; hal ini akan
mengakibatkan gerakan fleksi lengan bawah. Pusat refleks ini terletak di C5-C6.

Refleks Triseps
Kita pegang lengan bawah pasien yang disemifleksikan, setelah itu diketuk pada
tendon insersi m. triseps, yang berada sedikit si atas olekranon, hal ini akan
mengakibatkan lengan bawah mengadakan gerakan ekstensi. Pusat refleksnya
terletak di C6-C8.

Refleks Brakhioradialis
Lengan bawah difleksikan serta dipronasikan sedikit, kemudian diketuk pada
prosessus stiloideus radius, hal ini akan menimbulkan gerakan fleksi dan
supinasi dari lengan bawah. Pusat refleksnya terletak di C5-C6.

Refleks Patella / KPR


Pada pemeriksaan refleks ini, tungkai difleksikan dan digantungkan, misalnya
pada tepi tempat tidur. Kemudian diketuk pada tendon muskulus kuadriseps
femoris, biasanya dibawah patella. Kuadriseps femoris akan berkontraksi dan
mengakibatkan gerakan ekstensi tungkai bawah. Lengkung refleks ini melalui L2,
L3, L4.

Refleks APR
Tungkai bawah kita fleksikan sedikit, kemudian kita pegang kaki pada ujungnya
untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki. Setelah itu, tendon
Achilles diketuk, hal ini akan mengakibatkan berkontraksinya m. triseps sure dan
memberi gerak plantar fleksi pada kaki. Lengkung refleks ini melalui S1-S2.

REFLEKS SUPERFISIAL
Refleks Dinding Perut
Refleks ini dibangkitkan dengan jalan menggores dinding perut dengan benda
yang agak runcing. Bila positif, maka m.rektus abdominis akanberkontraksi
Refleks ini dilakukan pada berbagai lapangan dinding perut, yaitu di epigastrium
(otot yang berkontraksi diinervasi oleh Th6, Th7), perut bagian atas (Th7, Th9),
perut bagian tengah (Th9, Th11), perut bagian bawah (Th11, Th12 dan lumbal
atas). Pada kontraksi otot, terlihat pusar bergerak ke arah otot yang berkontraksi.

REFLEKS PATOLOGIS

Refleks Babinski
Penderita disuruh berbaring dan istirahat dengan tungkai diluruskan. Kita pegang
pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya. Untuk merangsang refleks,
dapat digunakan benda yang agak runcing. Goresan harus dilakukan perlahan,
jangan samapai mengakibatkan rasa nyeri, sebab ini akan menimbulkan refleks
menarik kaki (flight reflex). Goresan dilakukan pada telapak kaki bagian lateral,
mulai dari tumit menuju pangkal jari ke arah medial. Jika positif, kita dapatkan
gerakan dorso fleksi ibu jari, disertai mekarnya (fanning) jari jari lainnya.

Chaddock
Rangsangan diberikan dengan jalan menggoreskan bagian lateral maleolus.
Respon yang timbul jika positif, sama dengan babinski.

Gordon
Rangsangan diberikan dengan cara mencubit otot betis. Respon yang timbul jika
positif, sama dengan babinski.

Oppenheim
Mengurut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior dari proksimal ke arah distal.
Respon yang timbul jika positif, sama dengan babinski.

Gonda
Menekan jari kaki yang ke-4, kemudian melepaskannya dengan cepat. Respon
yang timbul jika positif, sama dengan babinski.

Schaefer
Mencubit tendon achilles. Respon yang timbul jika positif, sama dengan babinski.

Klonus Kaki
Klonus ini dibangkitkan dengan jalan meregangkan otot triseps sure betis.
Pemeriksa menempatkan tangannya di telapak kaki penderita, kemudian telapak
kaki ini didorong dengan cepat sehingga terjadi dorsofleksi sambil seterusnya
diberi tahanan ringan. Hal ini akan mengakibatkan teregangnya otot betis. Bila
positif, maka terlihat garakan ritmik (bolak balik) dari kaki, yaitu berupa
plantarfleksi dan dorso fleksi secara bergantian.

Klonus Patella
Klonus ini dibangkitkan dengan jalan meregangkan otot kuadriseps femoris. Kita
pegang patella penderita, kemudian didorong secara tiba tiba ke arah distal
sambil diberikan tahanan ringan. Bila terdapatklonus, akan terlihat kontraksi
ritmik otot kuadriseps yang mengakibatkan gerakan bolak balik dari patella.
Pada pemeriksaan ini tungkai harus diekstensikan serta dilemaskan.

Refleks Hoffman Tromner


Tangan penderita kita pegang pada pergelangan dan jari- jarinya disuruh fleksi
ringan. Kemudian jari tengah penderita kita gores kuat dengan ibu jari kita. Bila
positif, hal ini akan mengakibatkan fleksi jari telunjuk serta fleksi dan adduksi ibu
jari. Kadang juga disertai fleksi jari jari lainnya.

PEMERIKSAAN TANDA NYERI RADIKULAR


Pemeriksaan ini meliputi Pemeriksaan Nafziger, Lhermitte, Laseque, Kernig

Pemeriksaan Nafziger
Pasien dalam posisi duduk. Pemeriksa menekan salah satu vena jugularis
pasien. Jika positif pasien akan merasakan nyeri menjalar sepanjang dermatom.
Pemeriksaan Lhermitte
Pasien dalam posisi duduk, pemeriksa berada di belakang pasien, kemudian
kedua tangan pemeriksa diletakkan di atas kepala pasien. Fleksikan leher
penderita dan berikan tahanan ringan dengan kedua tangan pemeriksa.
Gerakan ini diikuti dengan merotasikan leher pasien kesemua arah. Jika positif
pasien akan merasakan nyeri menjalar sepanjang dermatom.

Pemeriksaan Laseque
Pasien yang sedang berbaring, diekstensikan kedua tungkainya. Kemudian satu
tungkai diangkat (difleksikan pada sendi panggul). Tungkai yang satu lagi tetap
dalam keadaan ekstensi. Pada keadaan normal, kita dapat mencapai sudut 70
derajat, sebelum timbul nyeri. Dikatakan laseque positif, jika sebelum 70 derajat
sudah timbul nyeri.

Pemeriksaan Kernig
Pada pemeriksaan ini, penderita yang sedang berbaring difleksikan pahanya
pada sendi panggul sampai membuat sudut 90 0, sementara sendi lutut
difleksikan maksimal. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian
lutut. Normalnya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 0, antara
tungkai bawah dan tungkai atas. Bila dirasakan nyeri sebelum tercapai sudut ini,
maka dikatakan tanda Kernig positif.

II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktifitas Belajar mengajar Keterangan

20 menit Introduksi pada kelas besar Narasumber


- Penjelasan narasumber tentang pemeriksaan refleks,
tanda nyeri radikular (10 menit)
- Pemutaran film tentang cara pemeriksaan refleks, tanda
nyeri radikular (5 menit)
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan dan film yang diputar (5 menit)

10 menit Demonstrasi pada kelas besar Narasumber


Narasumber memperlihatkan cara pemeriksaan secara
bertahap
Tahap I : Persiapan Alat
Tahap II : Pemeriksaan refleks, tanda nyeri radikular

20 menit Coaching oleh instruktur: Instruktur


- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok Mahasiswa
tdd 9 mahasiswa).
- Mahasiswa melakukan simulasi secara
bergantian (2-3 orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh
instruktur.
- Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama
mahasiswa

90 menit Self practice : Mahasiswa melakukan pemeriksan refleks, Mahasiswa


tanda nyeri radikular secara bergantian masing-masing Instruktur
selama 10 menit.
Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan.
III. TUJUANKEGIATAN

Setelah mahasiwa mengikuti skills lab ini diharapakan dapat melakukan


pemeriksaan refleks, tanda nyeri radikular yang merupakan pemeriksaan dasar
yang sangat berguna untuk kepentingan diagnostik dalam ilmu penyakit saraf.

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR

IV.1. PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang
2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.
3. Cara pelaksanaan kegiatan:
3.1 Demonstrasi:Instruktur melakukan demonstrasi pemeriksaaan refleks,
tanda nyeri radikular, mahasiswa mengamati dan diberi kesempatan
bertanya
3.2 Digunakan alat - alat yang telah disediakan oleh pengelola skills lab
3.3 Coaching: mahasiswa melakukan secara bergantian sambil dibimbing
oleh instruktur
3.4 Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat
3.5 Self practice: mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan
pemeriksaan refleks, tanda nyeri radikular secara mandiri
4. Waktu pelaksanaan
4.1.Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selam 150 menit
4.2.Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa semester 6.
5. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab lantai 3.

VI. LEMBAR PENGAMATAN

LANGKAH / TUGAS PENGAMATAN


PEMERIKSAAN REFLEKS YA TIDAK
1. Menyapa dan memberi salam kepada penderita
2. Mempersilahkan penderita duduk
3. Memberitahukan kepada penderita apa yang akan
dilakukan
4. Mempersiapkan alat / bahan
REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks Biseps
1. Semifleksikan lengan pasien, sambil menempatkan ibu jari
di atas tendon otot biseps
2. Ketuk ibu jari pemeriksa dengan menggunakan refleks
hammer
3. Amati gerakan fleksi dari lengan bawah
Refleks Triseps
1. Semifleksikan lengan pasien, sambil memegang
pergelangan tangan penderita dengan tangan kiri
pemeriksa.
2. Ketuk pada tendon musc. triseps (yang berada sedikit di
atas olekranon) dengan menggunakan refleks hammer
3. Amati gerakan ekstensi dari lengan bawah.
Refleks Brakhioradialis
1. Fleksikan dan pronasikan sedikit lengan bawah penderita
2. Ketuk pada prosessus stiloideus radius dengan
menggunakan refleks hammer
3. Amati gerakan fleksi dan supinasi dari lengan bawah.
Refleks Patella/ KPR
1. Tungkai difleksikan sedikit pada sendi lutut dan sendi
panggul dan tungkai bawah digantungkan, misalnya pada
tepi tempat tidur.
2. Ketuk pada tendon muskulus kuadriseps femoris (sedikit di
bawah patella) dengan menggunakan refleks hammer
3. Amati kontraksi kuadriseps femoris yang mengakibatkan
gerakan ekstensi tungkai bawah.
Refleks APR
1. Fleksikan sedikit tungkai bawah
2. Pegang kaki pada ujungnya untuk memberikan sikap
dorsofleksi ringan pada kaki
3. Ketuk tendon Achilles dangan menggunakan refleks
hammer
4. Amati kontraksi m. triseps sure yang menimbulkan gerak
plantar fleksi pada kaki.
Refleks Superfisial
Refleks Dinding Perut
1. Gores dinding perut dengan benda yang agak runcing,
lakukan pada daerah epigastrium, perut bagian atas, perut
bagian tengah, perut bagian bawah. (goresan dilakukan dari
lateral ke medial)
2. Perhatikan kontraksi m.rektus abdominis (terlihat pusar
bergerak ke arah otot yang berkontraksi
REFLEKS PATOLOGIS
Refleks Babinski
1. Penderita disuruh berbaring dan istirahat dengan kedua
tungkai diluruskan.
2. Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki
penderita supaya kaki tetap pada tempatnya.
3. Gores secara perlahan telapak kaki pasien dengan
menggunakan benda yang agak runcing dari bagian lateral,
mulai dari daerah tumit menuju pangkal jari ke arah medial.
4. Amati ada atau tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari,
disertai mekarnya (fanning) jari jari lainnya.
Chaddock
1. Goreskan bagian maleolus lateralis dari arah lateral ke arah
medial sampai di bawah ibu jari.
2. Amati ada atau tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari,
disertai mekarnya (fanning) jari jari lainnya.
Gordon
1. Pijat otot betis
2. Amati ada atau tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari,
disertai mekarnya (fanning) jari jari lainnya.
Oppenheim
1. Urut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior dari
proksimal ke arah distal.
2. Amati ada atau tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari,
disertai mekarnya (fanning) jari jari lainnya.
Gonda
1. Menekan (memfleksikan) jarikaki ke-4, lalu melepaskannya
dengan cepat.
2. Amati ada atau tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari,
disertai mekarnya (fanning) jari jari lainnya.
Schaefer
1. Menjepit tendon achilles
2. Amati ada atau tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari,
disertai mekarnya (fanning) jari jari lainnya.
Klonus kaki
1. Tempatkan telapak tangan kanan pemeriksa di salah satu
telapak kaki penderita. Tangan kiri pemeriksa men-
semifleksikan sendi lutut penderita.
2. Dorong dengan cepat sehingga terjadi dorsofleksi,
kemudian beri tahanan ringan
3. Perhatikan ada / tidak gerakan ritmik (bolak balik) dari
kaki, yaitu berupa plantarfleksi dan dorso fleksi secara
bergantian.
Klonus Patella
1. Tungkai penderita harus dalam keadaan ekstensi serta
rileks.
2. Pegang salah satu patella penderita
3. Dorong secara cepat ke arah distal sambil berikan tahanan
ringan.
4. Perhatikan ada / tidak kontraksi ritmik otot kuadriseps yang
mengakibatkan gerakan bolak balik dari patella.
Refleks Hoffman Tromner
1. Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan tangan
penderita dan jari- jarinya disuruh fleksi ringan.
2. Kemudian jari tengah penderita digores kuat dengan ibu jari
pemeriksa.
3. Perhatikan ada / tidak fleksi jari telunjuk serta fleksi dan
adduksi ibu jari. Kadang- kadang disertai juga fleksi jari
jari lainnya.
PEMERIKSAAN TANDA NYERI RADIKULAR
Pemeriksaan Naffziger
1. Pasien dalam posisi duduk.
2. Pemeriksa menekan salah satu vena jugularis pasien. Jika
positif pasien akan merasakan nyeri menjalar sepanjang
dermatom.
Pemeriksaan Lhermitte

1. Pasien dalam posisi duduk, pemeriksa berada di belakang


pasien.
2. Kedua tangan pemeriksa diletakkan di atas kepala pasien.
3. Fleksikan leher penderita dan berikan tahanan ringan
dengan kedua tangan pemeriksa.
4. Gerakan ini diikuti dengan merotasikan leher pasien
kesemua arah. Jika positif pasien akan merasakan nyeri
menjalar sepanjang dermatom.
Pemeriksaan Laseque
1. Pasien dalam posisi berbaring, kedua tungkai diekstensikan
2. Fleksikan salah satu tungkai pada sendi panggul, tungkai
yang satu lagi tetap dalam keadaan ekstensi
3. Fleksikan sampai mencapai sudut 700 (pada keadaan
normal hal ini dapat dilakukan. Laseque positif, jika sebelum
700 sudah timbul nyeri).
Pemeriksaan Kernig
1. Penderita dalam posisi berbaring, dengan kedua tungkai
ekstensi.
2. Fleksikan salah satu sendi panggul sampai membuat sudut
900, sementara sendi lutut difleksikan maksimal.
3. Ekstensikan sendi lutut hingga mencapai 1350 antara
tungkai bawah dan tungkai atas (normalnya hal ini dapat
dilakukan. Kernig positif, jika sebelum 1350 terdapat nyeri).

Note : YA : Mahasiswa melakukan


TIDAK: Mahasiswa tidak melakukan

SL. VI. BMS. 11


KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

I. PENDAHULUAN

Pada skill lab ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan


pemeriksaan status mental.
Pemeriksaan status mental secara garis besar terdiri atas :
1.Observasi
2.Percakapan
3. Ekplorasi
Pemeriksaan status mental terdiri dari :
1.Deskripsi
Mendeskripsikan :
a.Penampilan pasien : bentuk tubuh, cara berpakaian, sikap tubuh, kebersihan
tubuh, ekspresi wajah
b. Aktivitas psikomotor : hipoaktif, normoaktif atau hiperaktif
c Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif, non kooperatif, menggoda, penuh
perhatian, dll
2.Pembicaraan
Mendeskripsikan pembicaraan pasien : isi, produktivitas, nada suara,
perbendaharaan kata, arus (flow )
3.Mood, afek dan emosi lainnya
Mood : emosi yang meresap dan menetap, dialami secara subjektif dan
dilaporkan pasien dan dapat diamati oleh pemeriksa (pemeriksa menanyakan
bagaimana perasaan OS belakangan ini, bersamaan dengan melihat ekspresi
pasien)
Afek : ekspresi emosi yang dapat diamati, mungkin tidak konsisten dengan
emosi yang digambarkan pasien (pemeriksa mengamati wajah pasien, intonasi
suara)
Emosi : suatu keadaan perasaan yang kompleks dengan komponen psikik,
somatik dan perilaku sebagaimana dimanifestasikan oleh afek dan mood
4.Pikiran
Gangguan pikiran terdiri dari :
a. Gangguan Umum Bentuk Pikiran: kemampuan menilai realitas baik atau ter
ganggu (tanda terganggu dijumpai waham atau halusinasi)
b. Gangguan Spesifik bentuk pikiran (mengobservasi kata-kata yang diucapkan
pasien)
neologisme :
circumstantiality :
tangentiality
dll ( baca di textbook)
c. Gangguan spesifik isi pikiran, antara lain : untuk menanyakan ada waham atau
tidak
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang didasarkan atas kesimpulan
yang salah tentang kenyataan eksternal yang tidak sesuai dengan latar
belakang intelegensia dan budaya pasien yang tidak dapat dikoreksi dengan
alasan apapun
Contoh pertanyaan untuk menggali waham :
Apakah kamu mempunyai kemampuan/ bakat yang orang lain tidak punya?
waham kebesaran

5. Persepsi
Gangguan persepsi antara lain terdiri dari :
Halusinasi : Persepsi sensoris yang salah yang tidak disertai stimulus
eksternal yang nyata
Pertanyaan dapat berupa : Pernahkah anda mendengar suara-suara yang
orang lain tidak pernah mendengar ? Seberapa sering anda mendengar
suara-suara tersebut ?
Ilusi :mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimulus eksternal
6.Sensorium
a.Alertness ( compos mentis, apatis, somnolens, sopor, koma, delirium, twilight
state)
b.Orientasi
Orientasi terdiri dari personal,tempat, waktu, situasional
Dapat dilakukan dengan pertanyaan :
Tempat : Dimana kita berada sekarang ?
Waktu : hari, tanggal, bulan, tahun sekarang
Personal : Siapa nama yang menemani kamu datang berobat?
Apakah kamu tahu siapa yang memeriksa kamu saat ini ?
c.Konsentrasi
Menilai konsentrasi :
Mulai dari 100 dikurangi 7, kurangi lagi 7( sampai 5 kali pengurangan 7)
d.Daya ingat
Menilai daya ingat jangka panjang ( kejadian yang terjadi lebih
Dimana anda menjalani pendidikan sekolah dasar ?
Menilai daya ingat jangka sedang ( kejadian yang terjadi beberapa bulan
sampai beberapa tahun)
Kapan terjadinya gempa tsunami di Aceh ?
Menilai daya ingat jangka pendek
Apa yang anda makan saat sarapan tadi pagi ?
Dengan mengulang 3 nama benda setelah beberapa menit
Menilai daya ingat segera : dengan mengulang 5-digit angka segera setelah
diucapkan pemeriksa
e.Pengetahuan umum (siapa 3 nama presiden yang pernah menjabat di
Indonesia)
f.Berpikir abstrak: apa arti besar pasak dari tiang atau apa persamaan jeruk
dan apel

7. Insight :tingkat kesadaran dan pemahaman terhadap penyakit


Insight terbagi atas 6 tingkatan :
Derajat 1 :menyangkal dirinya sakit
Derajat 2 : menyadari dirinya sakit tapi pada saat bersamaan juga menyangkal
Derajat 3: sadar dirinya sakit, menyalahkan orang lain atau kondisi medik
organik
Derajat 4:sadar dirinya sakit sehubungan dengan sebab yang tidak
diketahuinya
Derajat 5: intellectual insight: meyadari bahwa pasien sakit dan gejala atau
kegagalan dalam penyesuaian sosial akibat perasaan irasional atau gangguan
pasien tanpa menerapkan pengetahuan ini dimasa depan
Derajat 6 : true emotional insight: kesadaran emosional bahwa motivasi dan
perasaan pasien dan orang-orang yang penting dalam kehidupannya, yang
menyebabkan perubahan yang mendasar dalam perilakunya
Contoh :
Apa yang menyebabkan anda datang ke rumah sakit atau klinik ini?
Apakah kamu memerlukan pengobatan?
Apakah kemu memiliki gangguan psikiatrik?
8. Judgment
Judgement sosial : dengan menanyakan manifestasi perilaku yang merugikan
pasien dan perilaku yang tidak dapat diterima kebudayaan
Contoh pertanyaan :
Apa yang kamu lakukan jika kamu ingin bertemu ayah kamu yang sedang
rapat?
Tes judgement : dengan menanyakan prediksi pasien pada suatu situasi
imajiner
Contoh pertanyaan :
Apa yang anda lakukan jika menemukan dompet berisi uang dan kartu
identitas di tengah jalan ?
9. Pengendalian impuls: observasi pasien selama wawancara apakah sabar
atau ada memaki, memukul atau menangis, mau bunuh diri

II.RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan


(menit)
20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 Nara sumber
mahasiswa)
Pemutaran film tentang keterampilan
pemeriksaan status mental

10 menit Demonstrasi oleh Narasumber Narasumber


Narasumber memperlihatkan tata cara
pemeriksaan status mental
Tahap I : observasi
Ketika penderita masuk ruang
Mendeskripsi kan penampilan
pasien:bentuk tubuh,cara berpakaian,
sikap, kebersihan, kuku, rambut, ekspresi
muka

Tahap II : menanyakan identitas pasien

Tahap III : Mendeskripsikan pembicaraan


pasien : kuantitas, kecepatan,
produktivitas dan kualitas,
- Mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan mood, afek, pikiran,
persepsi,sensorium, insight dan
judgemen.

30 menit Coaching : mahasiswa melakukan Instruktur,


simulasi secara bergantian dengan Mahasiswa
dibimbing oleh instruktur. Kepada
mahasiswa diberikan satu kasus simulasi.
Pasien simulasi akan diperankan oleh
sesama mahasiswa

90 menit Self practice : mahasiswa melakukan Mahasiswa


anamnesis secara bergantian dengan
fokus pada pemeriksaan status mental
sehingga total waktu yang dibutuhkan 90
menit (tergantung jumlah mahasiswa)

III. TUJUAN KEGIATAN


III.1 TUJUAN UMUM
Melatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keterampilan dalam
melakukan pemeriksaan status mental.

III. 2 TUJUAN KHUSUS


1. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan status mental pasien
2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan pembicaraan pasien : kuantitas,
kecepatan, produktivitas dan kualitas,.
3. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan mood, afek, pikiran,
persepsi,sensorium, insight dan judgement.
IV. PEDOMAN INSTRUKTUR

1. Mahasiswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang.


2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.
3. Cara pelaksanaan kegiatan :
3.1 Coaching : mahasiswa melakukan pemeriksaan status mental. Pasien
simulasi bergantian diperankan oleh mahasiswa.
Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat.
Self practice : setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan
pemeriksaan status mental. Pada saat self practice instruktur mengamati
peragaan mahasiswa dengan berpedoman kepada checklist yang ada.
Pada pelaksanaan, mahasiswa bergantian bertindak sebagai dokter maupun
penderita
V. WAKTU PELAKSANAAN
- Setiap kegiatan skills lab dilakukan selama 150 menit
- Disesuaikan dengan jadwal skills lab blok brain and mind
Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab FK USU lantai 3
VI. SARANA YANG DIPERLUKAN
- Pensil/Pulpen
VII. RUJUKAN :
1. Shea SC. Wawancara Psikiatri: Seni Pemahaman (Edisi Terjemahan).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996.
2. Zimmerman M. Interview Guide for Evaluating DSM-IV Psychiatric
Disorders and the Mental Status Examination. East Greenwich: Psych
Products Press, 1994.
3. Carlat DJ. The Psychiatric Interview. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins, 1999.
4. Othmer O, Othmer SC. The Clinical Interview Using DSM-IV. Vol 1.
Washington, DC: American Psychiatric Press, Inc, 1994.
5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi ke-10. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
6. Othmer E, Othmer SC, Othmer JP. Psychiatric Interview, History, and
Mental Status Examination. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, ed. Kaplan &
Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry. Edisi ke-8. Vol I.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005. h. 794-827.
7. Kay SR. Positive and Negative Syndromes in Schizophrenia. New York
:Brunner/Mazel. 1991

VIII.KASUS SIMULASI PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Kasus V
Seorang laki-laki, E, usia 35 tahun, datang ke klinik pskiatrik ditemani oleh
adiknya dengan keluhan sering mendengar suara-suara orang yang
mengejeknya namun bila dilihat orang-orang yang berbicara tersebut tidak ada.
OS juga selalu berpikir bahwa selalu ada orang yang mengikutinya. Keluhan ini
dialami OS 6 bulan ini, sehingga OS sudah tidak bekerja dan tidak mau bergaul
lagi.

IX. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

LANGKAH/ TUGAS PENGAMATAN


Ya Tidak
1. Deskripsi Umum
a. Mendeskripsi kan penampilan pasien:
b. Mendeskripsikan aktivitas psikomotor :
c. Mendeskripsikan sikap terhadap pemeriksa :
2.Pembicaraan
Mendeskripsikan pembicaraan pasien : isi, produktivitas,
nada suara, perbendaharaan kata, dan arus
3. Mood , afek dan emosi lainnya
a.Menyatakan mood yang dialami pasien
b.Menyatakan afek yang dialami pasien, menilai
kesesuaian
4. Pikiran
- Mengobservasi gangguan bentuk pikiran pasien secara
umum dan spesifik
- Menanyakan gangguan spesifik isi pikiran pasien
5. Persepsi
Menanyakan gangguan persepsi yang dialami pasien
6. Sensorium
a Mengobservasi alertness
b. Menanyakan orientasi :
c. menguji konsentrasi
d. Menguji daya ingat (memory)
- Menguji daya ingat jangka panjang
- Menguji daya ingat jangka sedang
- Menguji daya ingat jangka pendek
- Menguji i daya ingat segera
e. Menguji pengetahuan umum
f. Menguji pikiran abstrak
7. MengeksplorasiInsight
8. Judgement
- Menanyakan judgement social
- Menanyakan manifestasi perilaku yang merugikan pasien
dan perilaku yang tidak dapat diterima kebudayaan;
apakah pasien mengerti perilakunya tersebut
. - Menilai tes judgement
. - Menanyakan prediksi pasien pada suatu situasi imajiner
9. Pengendalian Impuls
Observasi tingkah laku pasien dan laporan keluarga

Note : Ya = Mahasiswa melakukan


Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

Anda mungkin juga menyukai