01
RUMAH SAKIT TK IV 04.07.01
PROPOSAL
KEGIATAN PEMBANGUNAN GEDUNG ZONA 3
(INSTALASI RAWAT INAP, ICU, IGD DAN INSTALASI GIZI)
PENGADAAN ALAT KESEHATAN
(VK DAN ICU)
SERTA PENGADAAN AMBULANS TRANSPORT
RUMKIT TK IV 04.07.01 TEGAL
TAHUN 2013
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 04.04.01
RUMAH SAKIT TK IV 04.07.01
I. LATAR BELAKANG
2
c. Sebagai wujud kemanunggalan TNI dan rakyat di bidang kesehatan,
Rumkit Tk. IV 04.07.01 Tegal melayani masyarakat umum, peserta Askes beserta
Jamsostek dengan memanfaatkan kelebihan kapasitas yang tidak terpakai.
1. Dokter Umum 3
2. Dokter Gigi 1
3. Spesialis Penyakit Dalam 1
4. Spesialis Bedah Umum 2
5. Spesialis Kebidanan & Kandungan 1
6. Spesialis Anak 1
7. Spesialis Anaesthesi 1
J U M L A H 10
3
Tabel 1
Kinerja Pelayanan Rawat Inap
Dari tahun 2007 s.d. 2011
Kinerja
Pelayanan 2007 2008 2009 2010 2011
No / Tahun
III. PERMASALAHAN
1. UMUM
a. Terjadi penurunan kinerja produktivitas, baik rawat jalan maupun
rawat inap sejak tahun 2010 s.d 2012. Penurunan produktivitas tersebut
juga diikuti penurunan pelayanan penunjang. Ditengah persaingan bisnis
rumah sakit yang semakin ketat, hal tersebut merupakan masalah penting
yang harus segera diatasi.
2. KHUSUS
4
c. Ambulans Transport yang ada di Rumkit Tk IV 04.07.01 Tegal
usianya sudah tua kondisinya rusak ringan sering memerlukan
penggantian sperpart dan untuk operasional sehari hari kurang optimal.
1. Tersedianya gedung Rawat Inap Kebidanan, IGD, ICU dan Instalasi Gizi
yang memenuhi standart RS kelas D
2. Menjadi tempat pelayanan kesehatan Rumah Sakit TNI AD yang lengkap ,
handal dan memadai
V. USULAN KEGIATAN
Pengadaan Fisik dan Alat Kesehatan Rumkit Tk IV 04.07.01 Tegal Tahun 2013
:
5
VII. PERKIRAAN KEBUTUHAN ANGGARAN
Perkiraan
No Uraian Kegiatan Jumlah Perkiraan Harga
Harga Satuan
1 Pengadaan Alat
Kesehatan
a. Instalasi Rawat Inap :
b. Instalasi ICU
6
IX. KESIMPULAN
X. PENUTUP
Dikeluarkan di Tegal.
Pada tanggal Pebruari 2012
7
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian tak terpisahkan
dari pembangunan nasional yang antara lain bertujuan untuk
mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir
batin. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang
mempunyai derajat kesehatan yang tinggi dengan mutu kehidupan
yang tinggi pula disamping memiliki sikap kejiwaan yang
seutuhnya untuk mendorong dan menopang kreativitas. Oleh
karena itu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya harus
mencakup aspek jasmani dan rohani yang ditujukan bagi
terwujudnya manusia yang sehat, cerdas dan produktif serta
mempunyai daya mampu yang tinggi.
Konsep dasar manusia Indonesia yang sehat tertuang dalam
UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Sejalan dengan pola
pikir seperti tersebut di atas, dasar-dasar, arah dan tujuan
keseluruhan program pembangunan kesehatan telah dirumuskan
dalam suatu konsep untuk kurun waktu sepuluh tahun yang akan
datang yang merupakan visi yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan
Adanya pergeseran paradigma sakit ke paradigma sehat yang menekankan sehat
sebagai investasi dan kesehatan sebagai titik sentral Pembangunan Nasional. Hal ini
menjadikan orientasi baru dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Gambaran
masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat , mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata,
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya.
Perkembangan kebutuhan masyarakat Kabupaten Tegal dan sekitarnya akan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan di RSUD Dokter Soeselo Slawi
mempunyai kecenderungan meningkat, dimungkinkan berkaitan dengan tingkat kepadatan
penduduk Kabupaten Tegal yang cukup tinggi yakni 1.702 orang per km2 (BPS 2010).
Terlebih perkembangan kunjungan pasien rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit ini lima
tahun terakhir menunjukkan trend kenaikan, sehingga perlu diikuti peningkatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit dalam berbagai hal baik perawatan medis peningkatan sarana
fisik maupun non fisik, khususnya ketersediaan gedung pelayanan medik yang
representative dan alat kedokteran, kesehatan dan KB yang sesuai dengan perkembangan
kemajuan kedokteran modern.
Dalam rangka mewujudkan salah satu upaya pelayanan kesehatan perorangan
yang yang berkualitas, RSUD Dokter Soeselo Slawi sudah seharusnya menyediakan
sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang bermutu dan representative untuk
mewujudkan pelayanan kesehatan yang memadai, terjangkau serta mampu meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan rujukan.
8
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, guna mendukung
pembangunan di daerah.
Penanganan penyakit di Rawat Inap di Tahun 2011 yakni 10 besar penyakit di rawat
inap RSU Dokter Soeselo yang terdiri atas : 1). Gastro Enteritis sebanyak 1.490 kasus 2).
Typhoid Fever sebanyak 1.318 kasus 3). Dengue Haemoraghic Fever sebanyak 943 kasus 4).
Koch Pulmonary sebanyak 887 kasus 5). Febris sebanyak 832 kasus 6). Hypertension
sebanyak 700 kasus 7). Diabetes Melitus sebanyak 591 kasus 8). Dyspepsia kasus 10).
Anemia sebanyak 444 kasus 9). Kejang Demam sebanyak 418 sebanyak 391 kasus, (Grafik 1).
Meskipun penyakit infeksi masih mendominasi sepuluh besar penyakit di Rawat Inap,
beberapa penyakit degeneratif pun angka kasusnya cukup tinggi, termasuk jumlah Kematian
Ibu di Kabupaten Tegal adalah sebanyak 51 kasus ( 176/100.000 KH) dan jumlah ini
merupakan angka tertinggi di Jawa Tengah. Sehingga kedepan diperlukan peralatan yang lebih
modern untuk mengantisipasi kebutuhan pelayanan khususnya dalam mendukung diagnosa
9
penyakit yang semakin kompleks terjadi di masyarakat serta mendukung percepatan
Penurunan Angka Kematian Ibu dan bayi untuk mencapai target MDGs 2015.
Kejang Demam
5% Anemia
Dyspepsia Gastro enteritis
5%
6% 19%
Diabetes Melitus
7%
Hypertensi Typhoid
9% 16%
Febris
DHF
10% Koch Pulmonary
12%
11%
Kinerja
Pelayanan 2007 2008 2009 2010 2011
No / Tahun
10
5 GDR 3,54 3,89 5.52 5.06
C. Permasalahan
1. Umum
a. Peningkatan status Rumah Sakit RSUD Dokter Soeselo Kabupaten Tegal menjadi
Tipe B membawa konsekuensi Rumah Sakit sebagai Tempat Rujukan yang lebih
lengkap dan handal dalam penentuan pemeriksaan pasien atau yang dikenal
sebagai Pemeriksaan Paripurna, terutama untuk memenuhi standart pelayanan
untuk penanganan emergengy Komprehensif.
b. Terkait dengan hal tersebut diatas, perlu dipenuhi standar penyelenggaraan RS Tipe
B, sesuai ketentuan dalam Buku Standar Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas B, C
dan D yang diterbitkan oleh Dirjen Bina Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan
Medik & Gigi Spesialistik DEPKES RI Tahun 2005.
c. Terkait hal tersebut juga keadaan sarana prasarana gedung dan alkes yang sudah
usianya tua sehingga banyak yang sudah tidak dapat berfungsi secara optimal,
dalam penanganan kasus kasus umum, maupun kasus Darurat khususnya
untuk penanganan kegawat dararuratan Obstetri dan Neonatal yang dirujuk ke
RSUD dr. Soeselo Slawi.
2. Khusus
d. Belum tersediannya gedung PICU, NICU, ICU, VK dan IBS yang memenuhi standart
RS kelas B.
e. Sangat terbatasnya alat kesehatan untuk PONEK, VK, PICU, NICU, IBS dan ICU,
dan alat kesehatan yang ada perlu pembaharuan karena usia peralatan sudah lama
dan fungsinya kurang optimal.
f. Gedung Bank Darah Rumah Sakit beserta peralatan kesehatan perlu diadakan guna
mendukung Pelayanan kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Komprehensif untuk
menopang tercapainya target MDGs 2015.
b. Menjadi tempat rujukan PONEK dan umum yang lengkap , handal dan memadai
E. Usulan Kegiatan
Pengadaan Fisik dan Alat Kesehatan RSUD Dokter Soeselo
Kabupaten Tegal Tahun 2013:
No. Uraian Kegiatan Jumlah
1 Pembangunan gedung IBS, ICCU/ICCU, 1 Paket
PICU, NICU, dan VK yang memenuhi
standar RS kelas B
Pengadaan Alat Kesehatan : IBS, ICU/ICCU PICU, 1 Paket
2 NICU, dan VK Beserta peralatan kesehatan perlu
11
diadakan guna mendukung pelayanan obstetri
neonatal komprehensif.
b. Instalasi
ICU/ICCU, PICU /
1 Unit 300.000.000 300.000.000
NICU
- Tempat tidur 3 1 Unit 300.000.000 300.000.000
crank
- Monitor pasien 4 Unit 45.000.000 180.000.000
- Bed pdeiatric
- Box bayi
beroda
- Incubator Paket 5.820.000.000
- Infant marmer
12
- Suction pump
- Infant 10 unit 50.000.000 500.000.000
resusitation
- Syringe pump
- Infus pump 10 unit 145.000.000 1.450.000.000
- Ventilatator
neo & 5 17.000.000 85.000.000
Pdiatric
5 5.000.000 25.000.000
- Emergency set
- ECG 3 chanel 5 60.000.000 300.000.000
- Defibrilator
2 60.000.000 120.000.000
- Nebulizer
- Emergency 5 35,000.000 175.000.000
trolly
5 40.000.000 200.000.000
- Instrumen
trolly 10 32.000.000 320.000.000
10 32.000.000 320.000.000
c. VK 3 500.000.000 1.500.000.000
- Bed multi
purpse 4 25.000.000 100.000.000
gynecology
5 40.000.000 200.000.000
- USG
- Vacum 2 150.000.000 300.000.000
curetase
5 30.000.000 150.000.000
- Suction
pump 5 8.000.000 40.000.000
- Curetase
5 7.000.000 35.000.000
instrument
set
- Infant warmer
Paket 5.764.500.000
- Nebulizer
- Bed side
monitor
7 283.500.000 1.984.500.000
- Tranfusi
pump
3 500.000.000 1.500.000.000
5 25.000.000 125.000.000
5 35.000.000 175.000.000
5 63.000.000 315.000.000
5 60.000.000 300.000.000
5 30.000.000 150.000.000
7 145.000.000 1.015.000.000
5 40.000.000 200.000.000
13
2 Pembangunan
gedung Zona 5
1. Pembangunan
gedu-ng untuk 1 unit 15.100.000.000
pelayanan IBS, Gedung 3
ICU/ICCU, PICU / lantai
NICU, dan VK
Jumlah total
anggaran 36.552.500.000
H. Sumber Dana
Sumber dana usulan kegiatan ini berasal dari Anggaran
Tugas Pembantuan (TP) APBN Kementrian Kesehatan RI Tahun
2013.
I. Penutup
Pemenuhan Peralatan Medik di Rumah Sakit melalui kegiatan
Pengadaan Sasarana dan Prasarana BDRS, PONEK, VK, PICU, NICU,
ICU, IBS adalah sangat diperlukan secara ekonomis dan sosial bagi
masyarakat Kabupaten Tegal dan sekitarnya, demi peningkatan
kualitas pelayanan publik bidang kesehatan terutama pada Rumah
Sakit Umum Daerah Dokter Soeselo Kabupaten Tegal.
Demikian proposal usulan kegiatan pembangunan gedung
Zona 5 dan Alat Kesehatan (IBS, ICU/ICCU, PICU, NICU, dan VK)
pada Rumah Sakit Umum Dokter Soeselo Kabupaten Tegal ini
dibuat untuk menjadikan bahan pertimbangan, atas perhatian dan
terkabulnya proposal ini kami sampaikan terima kasih.
14
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 04.04.01
RUMAH SAKIT TK IV 04.07.01
1. Pedahuluan.
Program kerja Komite Medis RS TK IV 04.07.01 2010, diharapkan dapat membantu pimpinan RS TK IV
04.07.01 dalam meng ambil kebijakan khusus dalam bidang pelayanan. Setiap program kerja dibuat
dengan maksud dan tuju an yang tidak terlepas dari visi dan misi RS TK IV 04.07.01.
a Pendahuluan.
b Dasar
15
c Fungsi dan Tugas Pokok
e Program.
f Koordinasi.
h. Penutup
Referensi:
2 Dasar
5 Program.
16
10 Penylhn & Pan
11 Etika Penyelesaian Situasional Etik
12 Seminar Situasional SMF
13 Kat Gladi Personl
14 SDM Lat Internal Diklat
15 Rapat Rutin KM
16 Monit Gizi KM/P
17 LL Jang Wat / KM/P
Al Kes
18 IPAL IPRS
Keterangan:
1. Fungsi SOP
a. Evaluasi / monitoring SOP.
1). Kendala / hambatan dalam pelaksanaan.
c) Grand visite
6. Koordinasi.
Diperlukan koordinasi dengan berbagai pihak RS TK IV 04.07.01 maupun luar dalam pelaksanaan
program kerja ini. Pihak yang sangat erat adalah Komite Keperawatan termasuk didalamnya Tim Peneliti
Peningkatan Mutu.
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan akan dilakukan oleh Komite Medik dan unsur Staf RS TK IV
04.07.01.
17
8. Penutup.
Demikian program kerja Komite Medik RS TK IV 04.07.01 2010 dibuat untuk dilaksanakan semaksimal
mungkin.
$$$$$
TEGAL ................................2010
Ketua
18
RUMAH SAKIT TK IV 04.07.01
TIM KESELAMATAN PASIEN RS
A. PENDAHULUAN.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem di mana RS membuat asuhan pasien lebih aman.
Di dalamnya termasuk asesmen risiko, identifikasi & pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Isu keselamatan pasien (KP) mulai mengemuka dan mencengangkan dunia kesehatan ketika pada th
2000 IOM (Institute of Medicine) di Amerika Serikat menerbitkan laporan : TO ERR IS HUMAN, Building
Laporan ini memuat dua penelitian tentang Kejadian Tidak Diharapkan (KTD- Adverse Event) pada
pasien di rumah sakit (RS). Ternyata angka kematian pasien rawat inap di Amerika Serikat akibat KTD
berkisar 44.000 sampai 98.000 per tahun. Tahun 2004 WHO menampilkan data KTD di RS dari berbagai
negara maju sebesar rata-rata sebesar 10%.
Berbagai Negara, diawali Amerika Serikat pada tahun 2000, mulai mengembangkan kegiatan
Keselamatan Pasien yang kemudian tersusun sebagai suatu Sistem Keselamatan Pasien yang terdiri
dari beberapa komponen yaitu:
4. Penetapan berbagai pedoman, standar, indikator keselamatan pasien berdasarkan pengetahuan dan
riset,
Saat ini berbagai negara Eropa, Asia Pasifik telah menerapkan Sistem Keselamatan Pasien ini.
Patut diketahui bahwa kegiatan Keselamatan Pasien sudah dilaksanakan oleh RS lama sebelumnya,
tetapi dalam bentuk elemen-elemennya saja dan bukan secara komprehensif. Misalnya: RS sudah
melaksanakan antara lain: Sistem Pengendalian Nasokomial, Sistem K3 (Keselamatan Kerja, Kebakaran,
Kewaspadaan Bencana), Manemen Risiko, Informed Consent, Audit Medis, Reviuw Kasus
Kematian/Kasus Sulit, Program Perihal Resiko Tinggi, Evaluasi-evaluasi dalam berbagai program mutu
pelayanan dsb.
Jadi kegiatan Keselamatan Pasien dalam bentuk suatu sistem yang kompherensif memang baru dimulai
sejak tahun 2000-an.
19
B. LATAR BELAKANG.
Di Indonesia tahun 2005 PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) mendirikan KKPRS
(Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari bersama PERSI
(Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) dan KKPRS mencanangkan Gerakan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit pada Seminar Nasional PERSI pada Agustus 2005 di Jakarta.
KKPRS kemudian menerbitkan panduan untuk RS berjudul Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
RumahSakit.
Langkah utama dan pertama adalah membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. Kemudian para pemimpin harus mendukung staf,
membangun komitmen dan fokus pada keselamatan pasien,selanjutnya, integrasikan aktivitas
pengelolaan risiko, kembangkan sistem serta proses pengelolaan risiko. Juga lakukan identifikasi dan
assemen hal yang potensial bermasalah.
Setelah itu, mengembangkan sistem pelaporan dari staf, dan RS mengatur pelaporan kepada KKPRS.
Untuk itu perlu melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Dan .belajar serta berbagi pengalaman
tentang keselamatan pasien. Terakhir adalah mencegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien.
Pada 2006, KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) Depkes menerbitkan Standar Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Ada tujuh standar, yakni Hak pasien; Mendidik pasien dan keluarga; Keselamatan pasien
dan kesinambungan pelayanan; Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien; Peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien; Mendidik staf tentang keselamatan pasien; Komunikasi merupakan kunci bagi staf
untuk mencapai keselamatan pasien.
Sistem keselamatan pasien telah membawa paradigma baru kedalam asuhan pasien di RS. Sekarang ini
di RS ada mekanisme pelaporan insiden. Kemudian dilakukan analisis, pembelajaran, dan mencari solusi
untuk mencegah KTD timbul lagi. Keterlibatan, komunikasi terhadap pasien untuk , pemberdayaan
mereka dan menjelaskan hak serta kewajibannya berserta keluarganya.. Ini mendorong keterbukaan
dalam manajemen RS, khususnya terhadap pasien.
RS TK IV 04.07.01 TEGAL dalam upaya mempertahankan Akreditasi RS pada 5 Pelayanan Dasar dan
sesuai dengan visi dan misinya wajib melaksanakan kegiatan Sistim Keselamatan Pasien
1. Umum.
2. Khusus.
c. Membangun sistim & proses Manajemen Resiko serta melakukan identifikasi &
assessment terhadap potensial masalah.
20
d. Membangun sistim pelaporan.
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien dengan melaku kan
analisis akar masalah.
2. Rincian Kegiatan
1. Tahap Persiapan.
c. Cari & kumpulkan referensi terkait Keselamatan Pasien lewat Internet, media
lain.
c. Kumpulkan SOP yang sudah ada terkait Keselamatan Pasien & lengkapi
kekurangannya termasuk pembuatan formulir pelaporannya.
d. Sosialisasi ulang .
E. SASARAN.
2010
GIAT 2010 J F M A M J J A S O N D KETRNGN
PERSIAPAN 2010 / 9
STRUK O
PELAKSAN KEB/SOP
SOSIALIS
EVALUASI EVALUAS SESUAI
SO
PELAPOR PLAPORN SESUAI IN
21
H. PENCATATAN PELAPORAN & EVALUASI KEGIATAN.
*********
Tim Penyusun.
A. PENDAHULUAN.
KESELAMATAN pasien rumah sakit adalah suatu sistem di mana RS membuat asuhan pasien lebih
aman. Di dalamnya termasuk asesmen risiko, identifikasi & pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Isu keselamatan pasien (KP) mulai mengemuka dan mencengangkan dunia kesehatan ketika pada th
2000 IOM (Institute of Medicine) di Amerika Serikat menerbitkan laporan : TO ERR IS HUMAN, Building
a Safer Health System.
Laporan ini memuat dua penelitian tentang Kejadian Tidak Diharapkan (KTD- Adverse Event) pada
pasien di rumah sakit (RS). Ternyata angka kematian pasien rawat inap di Amerika Serikat akibat KTD
berkisar 44.000 sampai 98.000 per tahun. Tahun 2004 WHO menampilkan data KTD di RS dari berbagai
negara maju sebesar rata-rata sebesar 10%.
Berbagai Negara, diawali Amerika Serikat pada tahun 2000, mulai mengembangkan kegiatan
Keselamatan Pasien yang kemudian tersusun sebagai suatu Sistem Keselamatan Pasien yang terdiri
dari beberapa komponen yaitu:
4. Penetapan berbagai pedoman, standar, indikator keselamatan pasien berdasarkan pengetahuan dan
riset,
Saat ini berbagai negara Eropa, Asia Pasifik telah menerapkan Sistem Keselamatan Pasien ini.
Patut diketahui bahwa kegiatan Keselamatan Pasien sudah dilaksanakan oleh RS lama sebelumnya,
tetapi dalam bentuk elemen-elemennya saja dan bukan secara komprehensif. Misalnya: RS sudah
melaksanakan antara lain: Sistem Pengendalian Nasokomial, Sistem K3 (Keselamatan Kerja, Kebakaran,
Kewaspadaan Bencana), Manemen Risiko, Informed Consent, Audit Medis, Reviuw Kasus
Kematian/Kasus Sulit, Program Perihal Resiko Tinggi, Evaluasi-evaluasi dalam berbagai program mutu
pelayanan dsb.
22
Jadi kegiatan Keselamatan Pasien dalam bentuk suatu sistem yang kompherensif memang baru dimulai
sejak tahun 2000-an.
B. LATAR BELAKANG.
Di Indonesia tahun 2005 PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) mendirikan KKPRS
(Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari bersama PERSI
(Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) dan KKPRS mencanangkan Gerakan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit pada Seminar Nasional PERSI pada Agustus 2005 di Jakarta.
KKPRS kemudian menerbitkan panduan untuk RS berjudul Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
Langkah utama dan pertama adalah membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. Kemudian para pemimpin harus mendukung staf,
membangun komitmen dan fokus pada keselamatan pasien.
Selanjutnya, integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, kembangkan sistem serta proses pengelolaan
risiko. Juga lakukan identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah.
Setelah itu, mengembangkan sistem pelaporan dari staf, dan RS mengatur pelaporan kepada KKPRS.
Untuk itu perlu melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Dan .belajar serta berbagi pengalaman
tentang keselamatan pasien. Terakhir adalah mencegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien.
Pada 2006, KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) Depkes menerbitkan Standar Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Ada tujuh standar, yakni Hak pasien; Mendidik pasien dan keluarga; Keselamatan pasien
dan kesinambungan pelayanan; Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien; Peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien; Mendidik staf tentang keselamatan pasien; Komunikasi merupakan kunci bagi staf
untuk mencapai keselamatan pasien.
Sistem keselamatan pasien telah membawa paradigma baru kedalam asuhan pasien di RS. Sekarang ini
di RS ada mekanisme pelaporan insiden. Kemudian dilakukan analisis, pembelajaran, dan mencari solusi
untuk mencegah KTD timbul lagi. Keterlibatan, komunikasi terhadap pasien untuk , pemberdayaan
mereka dan menjelaskan hak serta kewajibannya berserta keluarganya.. Ini mendorong keterbukaan
dalam manajemen RS, khususnya terhadap pasien.
RS TK IV 04.07.01 TEGAL dalam upaya mempertahankan Akreditasi RS pada 5 Pelayanan Dasar dan
sesuai dengan visi dan misinya wajib melaksanakan kegiatan Sistim Keselamatan Pasien
1. Umum.
2. Khusus.
23
1. Kegiatan Pokok.
c. Membangun sistim & proses Manajemen Resiko serta melakukan identifikasi &
assessment terhadap potensial masalah.
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien dengan melaku kan
analisis akar masalah.
2. Rincian Kegiatan
c. Cari & kumpulkan referensi terkait Keselamatan Pasien lewat Internet, media
lain.
2. Tahap Persiapan.
c. Kumpulkan SOP yang sudah ada terkait Keselamatan Pasien & lengkapi
kekurangannya termasuk pembuatan formulir pelaporannya.
d. Sosialisasi ulang .
c. SASARAN.
Semua personel RS TK IV 04.07.01 dan pasiennya.
2010
24
GIAT 2010 J F M A M J J A S O N D KETRNGN
PRA PERSIAP 2007 / 8
STRUK O
PERSIAP KEB/SOP
SOSIALIS
PELAKSAN EVALUAS SESUAI
SO
PLAPORN SESUAI IN
*********
TEGAL, 2010.
Tim Penyusun.
A. PENDAHULUAN.
KESELAMATAN pasien rumah sakit adalah suatu sistem di mana RS membuat asuhan pasien lebih
aman. Di dalamnya termasuk asesmen risiko, identifikasi & pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Isu keselamatan pasien (KP) mulai mengemuka dan mencengangkan dunia kesehatan ketika pada th
2000 IOM (Institute of Medicine) di Amerika Serikat menerbitkan laporan : TO ERR IS HUMAN, Building
a Safer Health System.
Laporan ini memuat dua penelitian tentang Kejadian Tidak Diharapkan (KTD- Adverse Event) pada
pasien di rumah sakit (RS). Ternyata angka kematian pasien rawat inap di Amerika Serikat akibat KTD
berkisar 44.000 sampai 98.000 per tahun. Tahun 2004 WHO menampilkan data KTD di RS dari berbagai
negara maju sebesar rata-rata sebesar 10%.
Berbagai Negara, diawali Amerika Serikat pada tahun 2000, mulai mengembangkan kegiatan
Keselamatan Pasien yang kemudian teRS TK IV 04.07.01sun sebagai suatu Sistem Keselamatan Pasien
yang terdiri dari beberapa komponen yaitu:
25
2.Analisis belajar dan riset dari insiden yang timbul,
4. Penetapan berbagai pedoman, standar, indikator keselamatan pasien berdasarkan pengetahuan dan
riset,
Saat ini berbagai negara Eropa, Asia Pasifik telah menerapkan Sistem Keselamatan Pasien ini.
Patut diketahui bahwa kegiatan Keselamatan Pasien sudah dilaksanakan oleh RS lama sebelumnya,
tetapi dalam bentuk elemen-elemennya saja dan bukan secara komprehensif. Misalnya: RS sudah
melaksanakan antara lain: Sistem Pengendalian Nasokomial, Sistem K3 (Keselamatan Kerja, Kebakaran,
Kewaspadaan Bencana), Manemen Risiko, Informed Consent, Audit Medis, Reviuw Kasus
Kematian/Kasus Sulit, Program Perihal Resiko Tinggi, Evaluasi-evaluasi dalam berbagai program mutu
pelayanan dsb.
Jadi kegiatan Keselamatan Pasien dalam bentuk suatu sistem yang kompherensif memang baru dimulai
sejak tahun 2000-an.
B. LATAR BELAKANG.
Di Indonesia tahun 2005 PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) mendirikan KKPRS
(Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari bersama PERSI
(Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) dan KKPRS mencanangkan Gerakan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit pada Seminar Nasional PERSI pada Agustus 2005 di Jakarta.
KKPRS kemudian menerbitkan panduan untuk RS berjudul Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
Langkah utama dan pertama adalah membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. Kemudian para pemimpin harus mendukung staf,
membangun komitmen dan fokus pada keselamatan pasien.
Selanjutnya, integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, kembangkan sistem serta proses pengelolaan
risiko. Juga lakukan identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah.
Setelah itu, mengembangkan sistem pelaporan dari staf, dan RS mengatur pelaporan kepada KKPRS.
Untuk itu perlu melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Dan .belajar serta berbagi pengalaman
tentang keselamatan pasien. Terakhir adalah mencegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien.
Pada 2006, KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) Depkes menerbitkan Standar Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Ada tujuh standar, yakni Hak pasien; Mendidik pasien dan keluarga; Keselamatan pasien
dan kesinambungan pelayanan; Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien; Peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien; Mendidik staf tentang keselamatan pasien; Komunikasi merupakan kunci bagi staf
untuk mencapai keselamatan pasien.
Sistem keselamatan pasien telah membawa paradigma baru kedalam asuhan pasien di RS. Sekarang ini
di RS ada mekanisme pelaporan insiden. Kemudian dilakukan analisis, pembelajaran, dan mencari solusi
untuk mencegah KTD timbul lagi. Keterlibatan, komunikasi terhadap pasien untuk , pemberdayaan
mereka dan menjelaskan hak serta kewajibannya berserta keluarganya.. Ini mendorong keterbukaan
dalam manajemen RS, khususnya terhadap pasien.
RS TK IV 04.07.01 TEGAL dalam upaya mempertahankan Akreditasi RS pada 5 Pelayanan Dasar dan
sesuai dengan visi dan misinya wajib melaksanakan kegiatan Sistim Keselamatan Pasien
1. Umum.
26
a. Terlaksana program keselamatan pasien RS TK IV 04.07.01 secara sistimatis dan
terarah.
b. Terlaksananya pencatatan insiden di RS TK IV 04.07.01 dan pelaporannya.
c. Melengkapi kegiatan Akreditasi RS TK IV 04.07.01.
2. Khusus.
1. Kegiatan Pokok.
c. Membangun sistim & proses Manajemen Resiko serta melakukan identifikasi &
assessment terhadap potensial masalah.
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien dengan melaku kan analisis
akar masalah.
2. Rincian Kegiatan
c. Cari & kumpulkan referensi terkait Keselamatan Pasien lewat Internet, media lain.
2. Tahap Persiapan.
27
c. Kumpulkan SOP yang sudah ada terkait Keselamatan Pasien & lengkapi kekurangannya
termasuk pembuatan formulir pelaporannya.
d. Sosialisasi ulang .
c. SASARAN.
Semua personel RS TK IV 04.07.01 dan pasiennya.
2010
GIAT 2007 J F M A M J J A S O N D KETRNGN
PRA PERSIAP 2007 / 8
STRUK O
PERSIAP KEB/SOP
SOSIALIS
PELAKSAN EVALUAS SESUAI
SO
PLAPORN SESUAI IN
*********
Tim Penyusun.
1. PENDAHULUAN.
a. Peningkatan mutu pelayanan medis, merupakan inti dari proses kinerja suatu RS.
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan mutu ini antara lain :
profesionalisme / kompetensi SDM disemua unit pelayanan, fasilitas dan peralatan.
b. Pengamatan di Jakarta, Pekanbaru dan Batam banyak bermunculan RS yang megah
dengan fasilitas yang canggih ternyata jumlah pengunjung tidak seperti yang
diharapkan, ini menunjukan keterjangkauan pasien terhadap RS tidak terpenuhi.
c. Menyadari hal tersebut, RS TK IV 04.07.01 yakin tetap melaksanakan kegiatan sesuai
dengan Visi, Misi dan Moto RS TK IV 04.07.01, ingin meningkatkan mutu pelayanan
medis khususnya untuk masyarakat menengah kebawah, yang intinya, menjadi
kebanggaan, terjangkau dengan mengutama kan keselamatan pasien dilaksana kan
dengan 4 S, senyum, sapa, sentuh, sembuh.
d. Program kerja ini hanya akan menulis tentang aspek pelayanan medis.
2. LATAR BELAKANG.
28
a. Tabel 1 Variabel Giat RS TK IV 04.07.01 dalam bidang Pelayanan Medis 2007 dan
2010.
Kuantitas pasien dan BOR menurun. Mutu pelayanan dilihat dari GDR dan NDR stabil =
kearah lebih baik.
Kepuasan pasien stabil baik, bahkan No 1 pada survey tingkat Nasional RST.
a. Mengadakan pelatihan baik internal / external ( Dokter Spesialis dan Umum dan
Paramedis ).
b. Mengundang Dokter spesialis Tamu ( Bedah Tumor, Digestiv, Dokter Patologi Klinik
).
c. Penjadwalan kegiatan ( survey / Dik Int / Keselamatan Pasien ).
d. Sosialisasi giat / produk Akreditasi RS.
6. SASARAN.
29
a. Tersedianya tambahan pelayanan oleh Dokter Subspesialis.
b. Updating kompetensi masing tenaga medis / paramedis sesuai bidang tugasnya.
c. Tercapainya Akreditasi RS.
d. Tercapainya sasaran perbaikan indikator mutu.
e. Sasaran yang ingin dicapai.( Gunakan yang terkait dengan kegiatan pokok )
1 TREATMENT CARE
BOR 90%
LOS 5,5
NDR 1%
PASIEN JATUH 0%
PASIEN DECUBITUS 0%
KEGAGALAN MEMASANG INFUS 0%
RESPONS TIME IGD < 5 MNT
LAMA TUNGGU KLINIKRAWAT JALAN < 30 MNT
ANGKA KEMATIAN IBU OK EKLAMPSI 0%
ANGKA KEMATIAN IBU OK PERDRHAN POST P 0%
KEMATIAN BBLR < 2000 G 1%
ANGKA KEMATIAN OK INFARK MYOCARD ACUT < 10%
RETURN TO OPERATING ROOM 1%
ANGKA KEMATIAN OK STROKE < 20%
ANGKA KEMATIAN TRAUMA CAPITIS < 2%
2 ANGKA INFEKSI NOSOKOMIAL ( INF RATE ) < 3%
3 PENUNJANG MEDIS
LABORATORIUM
* AKURASI PENYIMPANGAN NILAI RATAS < 5%
* PRESISI ( COOFISIEN OF VARIATION VC ) < 5%
* EVALUASI LAB RUJUKAN
KECEPATAN WAKTU PANGGIL BAIK
KECEPATAN PENYERAHAN HASIL BAIK
SISTIM PELAYANAN BAIK
FARMASI
KECEPATAN PELAYANAN R/ OBAT PATEN < 10 MNT
KECEPATAN PELAYANAN R/ OBAT RACIK < 20 MNT
GIZI
KESESUAIAN PESANAN MAKANAN < 1%
FISIOTERAPI
WAKTU PENDAFTARAN SD TINDAKAN < 25 MNT
RADIOLOGI
KEGAGALAN FOTO < 1,5%
WAKTU PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI
* POLIKLINIK & LUAR < 1 JAM
* IGD < 30 MNT
* RAWAT INAP < 30 MNT
REKAM MEDIK
RM RAWAT INAP TDAK LENGKAP < 10%
KELUHAN PASIEN PENDAFTARAN 0%
4 SDM & KOMPOSISI TENAGA
MEDIS ( PARAMEDIS + MEDIS ) : UMUM 60 : 40
JMLH TENEGA : JMLH BED 3 / BED
REALISASI PROGRAM TRAINING 90%
Realisasi
Giat TW I TW II TW III TW IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Dr Sub Sp (3)
Dik Ext Sesuai undangan / print ( PIT / Workshop )
Dik Int
S Indik Mutu
S Kepuasan P
Audit Med
Kelmtan Pas
Sosialisasi Giat
Evaluasi Giat
30
8. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA.
Pelaporan dan evaluasi dianalisa pada akhir tahun, untuk membuat program tahun
berjalan.
10. PENUTUP.
Ketua.
RUMKIT IV 04.07.01.
31
PROGRAM KERJA RUMAH SAKIT TK III
WIJAYAKUSUMA ( RS TK IV 04.07.01 ) TEGAL
TAHUN 2010.
A. PENDAHULUAN.
B. LATAR BELAKANG.
F. SASARAN.
A. PENDAHULUAN.
B. LATAR BELAKANG.
32
C. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS.
F. SASARAN.
A. PENDAHULUAN.
B. LATAR BELAKANG.
F. SASARAN.
A. PENDAHULUAN.
B. LATAR BELAKANG.
F. SASARAN.
A. PENDAHULUAN.
B. LATAR BELAKANG.
33
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN.
F. SASARAN.
34