Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN LENGKAP AMAMI II (P)

Penetapan kadar sakarin pada sampel minuman menggunakan metode alkalimetri

Di susun oleh :

Nama : Muhammad Asrul

Nim : 15 3145 453 021

Kelas : 015 A

Kelompok :V III (delapan)

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


STIkes MEGA REZKY
MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN

A. Judul percobaan :
penetapan kadar sakarin pada minuman .
kemasan menggunakan metode alklimetri

B. Tujuan percobaan :
untuk menentukan kadar sakarin pada
minuman kemasan metode alkalimetri
C. Nama praktikan :Muhammad Asrul
D. Hari /tangal percobaan : kamis /20 april 2017
E. Kelompok : VIII ( delapan)
F. Rekan kerja :
1) Sukri patty
2) Rellasaputra
3) Rina wahyuni
4) Nurhalfiati sahaka
5) Irnawati
6) Dedi faisal

makassar,20, April 2017

Di setujui oleh

Dosen pembimbing Praktikan

Sulfiani S.Si, M.pd Muahammad Asrul


A. Judul percobaan :
penetapan kadar sakarin pada minuman kemasan
menggunakan metode alkli metri

B. Tujuan percobaan :
ntukan kadar sakarin pada minuman kemasan
metode alkalimetri
C. Landasan teori
Pemanis merupakan senyawa mimia yang sering ditambahkan dan digunakan
untuk produk olahan pangan, industri serta minuman dan makanan kesehatan.
Pemanis berfungsi untuk meningkatkan rasa dan aroma, dan memperbaiki sifat-
sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori yang penting bagi tubuh,
mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah yang terkontrol,
mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi
kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama. Perkembangan
industri pangan dan minuman akan kebutuhan pemanis dari tahun ketahun
semakin meningkat. Industri pangan dan minuman lebih menyukai menggunakan
pemanis sintetis karena harganya relatif murah, tingkat kemanisan pemanis
sintetis jauh lebih tinggi dari pemanis alami. Hal tersebut mengakibatkan terus
meningkatnya penggunaan pemanis sintetis terutama sakarin dan siklamat
(Wisnu, 2006).
Zat pemanis sintetis merupakan zat yang dapat menimbulakan rasa manis atau
dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut,
sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah daripada gula (Winarno,
1997).
Sakarin ditemukan dengan tidak sengaja oleh Fahbelrg dan Remsen pada
tahun 1897. Ketika pertama ditemukan sakarin digunakan sebagai antiseptik dan
pengawet, tetapi sejak tahun 1900 digunakan sebagai pemanis. Sakarin dengan
rumus C7H5NO3S dan berat molekul 183,18 secara luas digunakan sebagai
pengganti gula karena mempunyai sifat yang stabil, nonkarsinogenik, nilai kalori
rendah, dan harganya relatif murah, selain itu sakarin banyak digunakan untuk
mengatasi sukrosa bagi penderita diabetes mellitus atau untuk bahan pangan yang
berkalori rendah (Cahyadi, 2006).
Sebagai pemanis sakarin biasanya berbentuk garam kalsium, kalium, dan
natrium sakarin dengan rumus kimia (C14H8CaN2O6S2.3H2O),
(C7H4KNO3S.2H2O), (C7H4NaNO3S.2H2O). Secara umum garam sakarin
berbentuk kristal putih, tidak berbau atau berbau aromatik lemah, dan mudah larut
dalam air, serta berasa manis. Sakarin memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar
300 sampai dengan 500 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan tanpa nilai kalori.
Kombinasi penggunaannya dengan pemanis lainnya bersifat sinergis
Intensitas natrium sakarin cukup tinggi yaitu 200-700 kali sukrosa 10%.
disamping rasa manis, sakarin juga mempunyai rasa pahit yang disebabkan oleh
pemurniaan yang rendah dari proses sintetik. Pemerintah Indonesia mengeluarkan
peraturan melalui Menteri Kesehatan RI No.208/Menkes/Per/IV/1985 untuk
pemanis buatan dan No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan
Pangan, bahwa pada pangan dan minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah
dan untuk penderita penyakit Diabetes mellitus kadar maksimum sakarin yang
diperbolehkan adalah 300 mg/kg.

- Rumus Molekul : C7H5NO3S

- Nama kimia : Natrium 1,2-benzisotiazolin-3-on, 1,1-dioksida

- Berat Molekul : 183,18

- Pka : 1,6 (20oC); 1,3 (25oC)

- Pemerian : berupa serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau
aromatik lemah, larutan encer sangat manis, larutan bereaksi asam terhadap
lakmus.
- Kelarutan : agak sukar larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter, larut
dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam larutan
amonia encer, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam alkali karbonat
dengan pembentukan

karbondioksida.

Dampak penggunaan natrium sakarin, di dalam tubuh natrium sakarin tidak


mengalami metabolisme sehingga diekskresikan dalam urine tanpa perubahan kimia.
Beberapa penelitian mengenai dampak konsumsi sakarin terhadap tubuh manusia
masih menunjukkan hasil yang konvensional. Hasil penelitian National Academy of
Science tahun 1968 menyatakan bahwa konsumsi sakarin oleh orang dewasa
sebanyak 1 gram atau lebih menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Pada
penelitian lain menyebutkan sakarin pada dosis yang tinggi dapat menyebabkan
kanker pada hewan percobaan. Pada tahun 1977 Canadas Health Protection Branch
melaporkan bahwa sakarin bertanggung jawab terjadinya kanker kandung kemih.
Sejak saat itu dilarang penggunaan sakarin di Canada (Wisnu, 2006)
D. Pra analitik
Alat dan bahan
a. Alat
Alat yang di bunakan iyalah buret , satatif, gelas ukur , erlenmeyer , labu
ukur ,pipet tetes , neraca analitik , gelas kimia,
b. Bahan
Bahan yang di gunakan iyalah sampel minuman indicator pp, NaOH 0,1 N
, HCL 10 %, asam oksalat , akuades
E. Analitik
1. pembuatan reagen NaOH 0,1 N
a. reagen NaOH 0,1 N sebanyak 1 liter = 1000 ml
gr = V NaOH x N NAOH x BE NaOH
= 1 x 0,1 x 40
= 4 gr
Di timbang 4 gram Naoh kemudian di larutkan dalam akuades 1 liter
b. reagen asam oksalat 0,1 n sebnyak 250 ml
gr asam oksalat = V as oksa x N as oksa x BE as oksa
= 0,25 x 0,1 N x 63 ,035
= 1,575 gr
Di timbang 1,575 gr asam oksalat kemudian di larutkan dangan akuades
250 ml
c. Reagen HCL 10 % sebnyak 100 ml
V1 . K1 = V2 . K2
V1 . 37 % = 100 ml . 10%
1000
V = 37%

= 2,7
d. Standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat
1) Di siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2) Di pipet 10 ml larutan asam oksalat ke erlemeyer
3) Ditambahkan 3 tetes indicator pp
4) Dititrasi dan di catat volume titran sampai terjadi perubahan warna (
dari tidak berwarna hingga menjadi pink )
5) Dicatat volume titran dan di ulangi minimal duplo
6) Tetntukan konsentrasi normalitas NaOH dengan menggunakan rumus
.
N NaOH = .

e. Ekstraksi larutan sampel


1) Disiapkan corong pisah
2) Dimasukkan 5 ml larutan sampel di tambah 2 ml HCL 10 %
3) Ditambahkan 15 ml larutan ekstrak
4) Kemudian di ekstraksi dengan cara memutar corong pisah searah
jarum jam .beberapa kali
5) Setelah itu diamkan , biarkan sampai terbentuk dua lapisan pada
corong pisah
6) Setelah terpisah ,keluarkan lapisan bawahnya dan tamping
menggunakan erlemeyer
7) Larutan atasnya di tambahkan kembali larutan ekstrak 10 ml
8) Kemudian di ekstraksi seperti di atas
9) Ditampung kembali lapisan bawah di erlemeyer yang sama kemudian
ditambah 10 ml larutan ekstrak lagi seperti di atas
10) Diulangi ekstraksi sebnyak 5 kali dengan penambahan ekstraksi
larurtan 15 ml dan 10 ml
Sampel V titran as oks Perubahan warna V titran sampel

Minuman V 1 = 10 ,6 ml Dari tidak V1 = 1,1 ml


panter V2 = 10 ,8 ml berwarna menjadi
V titran rata rata pink
= 10,7

Perhitungan
a. Satandarisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat
V1 = 10 ,6 ml
V2 = 10,8 ml
10 ,6 +10,8
V rata rata = = 10,7 ml
2
V.gram oksalat x N.asam oksalat
N NaOH =
.
10 ml x 0,1 N
=
10,7

= 0,09 N

Titrasi sampel
1. Lapisan di bawah di tamping kemudian di uapkan sampai larutan
cloroforom terlepas sampai lapisan lemaknya hilang
2. Ditambahkan 25 ml akuades panas dan di tambahkan indicator pp 3
tetes
3. Dititrasi dengan NaOH yang sudah di satandarisai
4. Dicatat volume akhir titran

Kadar sakari = x 1000

perhitungan

1. Penetapan kadar sakarin


V1 sampel = 1,1 ml
V2 NaOH = 0,09 N
BE = 183,18
Gr sampel = 5 ml 0,005 gr

Penyelesaiyan
1,1 0,04 183,18
= 1000
0,005

= 0,8206741 x 1000
= 40,67

F. Pembahasan
Sakarin merupakan garam natrium dari asam sakarin yang memiliki tingkat
kemanisan 300 kali dari gula biasa (sukrosa). Sedangkan siklamat merupakan
salah satu jenis pemanis buatan yang memiliki tingkat kemanisan 30 kali daripada
sukrosa. Karena tingkat kemanisannya yang sangat tinggi, maka sering disebut
dengan biang gula.
Sifat fisik sakarin yang cukup dikenal adalah tidak stabil pada pemanasan.
Sakarin yang digunakan dalam industri makanan adalah sakarin sebagai garam
natrium. Hal ini disebabkan sakarin dalam bentuk aslinya yaitu asam, bersifat
tidak larut dalam air. Sakarin juga tidak mengalami proses penguraian gula dan
pati yang menghasilkan asam; sehingga sakarin tidak menyebabkan erosi enamel
gigi.
Sakarin merupakan pemanis alternatif untuk penderita diabetes melitus,
karena sakarin tidak diserap lewat sistem pencernaan. Meskipun demikian,
sakarin dapat mendorong sekresi insulin karena rasa manisnya; sehingga gula
darah akan turun.
Sakarin mulai diteliti sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Ahli yang pertama
kali menentang penggunaan sakarin, karena dianggap merugikan kesehatan;
adalah Harvey Wiley. Menurut beliau, sakarin memang manis seperti gula pasir
biasa, namun karena struktur kimianya yang menyerupai tar batubara; tetap saja
yang dikonsumsi adalah tar batubara yang seharusnya tidak dimakan. Namun
pernyataan terus dibantah keras oleh presiden Amerika Serikat saat itu, Theodore
Roosevelt. Memang sejak pertama diperkenalkan secara luas kepada masyarakat
sampai saat itu, belum ada efek buruk sebagai akibat konsumsi sakarin.
Sejak saat itu, keamanan penggunaan sakarin terus diperdebatkan sampai
sekarang. Adapun bahaya yang ditimbulkan sakarin adalah efek karsinogenik.
Pada sebuah penelitian di tahun 1977, mencit percobaan mengalami kanker
empedu setelah mengkonsumsi sakarin dalam jumlah besar. Penentuan efek
serupa pada manusia lebih sulit, karena sebagian besar produk makanan yang ada
saat ini menggunakan beberapa pemanis buatan seka ligus. Penelitian oleh
Weihrauch & Diehl (2004) menunjukkan bahwa konsumsi kombinasi pemanis
buatan dalam jumlah besar (>1.6 gram/hari) meningkatkan risiko kanker empedu
sebanyak hanya 1.3 kali lipat pada manusia. Namun pemanis manakah yang
menimbulkan efek ini tidak diketahui. Setelah beberapa tahun meneliti, sebagian
besar ahli akhirnya menyimpulkan bahwa sakarin tidak bersifat karsinogenik pada
manusia. Batas maksimum penggunaan siklamat menurut ADI (acceptable daily
intake) yang dikeluarkan oleh FAO ialah 50 - 300 ppm, sedangkan siklamat lebih
besar yaitu 500 - 3000 ppm. Meski demikian, penggunaan jenis-jenis pemanis
buatan ini hanya disarankan bila memiliki gangguan kesehatan, seperti penderita
diabetes
Perbandingan

Batas sakrin yang di perbolehkan oleh BPOM sebesar 5 mg /kg BB / hari jadi
bila berat badan kita 50 kg maka maksimum yang bias di konsumsi skitar 250 mg
/kg BB

G. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang kami lakukan pada penetapam kadar sakrin pasa
sampel minuman kami mendapatkan hasil berupa hasil titrasi dengan volume rata
10 ,7 dan di dapatkan hasil dari perhitungan untuk penetapan sakrin pada sampel
minuman panter yaitu 40,67 % . dandapat di simpulan bahwa minuman yang kami
teliti masuk dalam karakteria tergolong minuman yang masi rendah kadar
sakarinnya atau pemanisnya
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan

Pangan. Jakarta: Bumi Aksara

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Mursyidi, Achmad., Rohman, Abdul. 2006. Pengantar Kimia Farmasi Analisis

Volumetri dan Gravimetri. Yogyakarta: Yayasan Farmasi Indonesia.

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Anda mungkin juga menyukai