Anda di halaman 1dari 5

Pil Pilu Pemilu

Oleh: Zen Hae (Penyair dan Kritikus Sastra)


No. Struktur Kalimat
1. Pernyataan Pemilihan umum (pemilu) bukan hanya pesta demokrasi, tetapi juga
Pendapat pesta akronim (dan singkatan). Menjelang dan saat pemilulah kita
menyaksikan bangsa kita memproduksi akronim secara besar-besaran.
Pemilu itu adalah sebuah akronim, begitu juga tahapan dan
perangkatnya: pemilukada atau pilkada, pileg, pilpres, pilwalkot,
luber jurdil, parpol, bawaslu/panwaslu, balon, dapil, caleg,
capres/cawapres, pantarlih, dan seterusnya.
2. Argumentasi Begitulah, pangkal soal utama akronim dalam hasrat akan
keringkasan dalam berkomunikasi. Kita menggunakan akronim
sebagai salah satu jalan keluar agar kalimat yang kita ungkapkan
terasa ringkas, mudah diucapkan dan diingat oleh lawan bicara kita,
bangsa yang beringatan pendek ini.

Sejatinya, akronim bukanlah kata. Ia hanya kata semu yang proses


morfologisnya menimbulkan, setidaknya, tiga kecenderungan.
Pertama, prinsip semau gue. Satuan terkecil akronim adalah huruf
atau suku kata dari sejumlah kata yang dipadatkan. Namun, tidak ada
kesepakatan dalam pemadatan itu. Huruf atau suku kata manakah dari
sebuah kata yang mesti dicomot: yang pertama, yang tengah, yang
akhir, atau kombinasi ketiganya. Apakah yang mesti dikutip adalah
unsur kata dasar atau kata turunan. Semuanya boleh sepanjang
akronim itu bisa diperlakukan sebagai sebuah kata, karena
begitulah pengertian dasar akronim menurut Pedoman Ejaan yang
Disempurnakan (2009).

Akan tetapi, bagaimana kita bisa memperlakukan akronim sebagai


sebuah kata, dengan cara yang wajar pula? Ambil contoh lain: Sentra
Gakkumdu (Sentra Penegakan Hukum Terpadu). Meski menurut
syarat pembentukan akronim ia tidak lebih dari tiga suku kata dan taat
asas dengan mengambil suku kata terakhir setiap kata, Gakkumdu
adalah kata yang aneh, baik bunyi maupun kombinasi vokal dan
konsonannya.

Kedua, pencomotan huruf atau suku kata itu menggiring kita ke


dalam perangkap alusi bunyi. Sadar atau tidak, saat membuat
akronim, kita membayangkan bunyi yang mirip dengan bunyi kata
yang sudah ada, atau bahkan sama persis, sehingga kata yang sudah
ada itu mengalami pengayaan makna. Misalnya, pileg (pemilu
legislatif) beralusi bunyi dengan pilek; caleg (calon anggota
legislatif) dengan calo, sementara balon (bakal calon) sebunyi
dengan balon.

Terakhir, sebaliknya, pembentukan akronim juga menghindari


jebakan alusi bunyi. Sejak awal Orde Baru, pemilihan umum
diakronimkan dengan pemilu, bukan pilum atau pemilum (jika
mengacu ke pola ketum), tidak juga pilu, yang mencomot unsur
kata dasar pilih dan umum. Jika pemilu diakronimkan dengan pilu,
akan segera beralusi bunyi dengan kata pilu yang kita sudah tahu
maknanya. Jika pilu yang digunakan, permainan makna akan
menyasar ironi pemilu di masa itu: pemenangnya partai tertentu
melulu. Sedangkan kini pemilu bisa juga dimaknai sebagai
menyebabkan pilu atau sakit hati akibat munculnya pelbagai
sengketa dan kecurangan pemilukada.

Memang, dalam pembuatannya, akronim yang berpola kadang tidak


menarik atau membingungkan, maka orang memilih yang melenceng
tetapi menghasilkan kemerduan bunyi (misalnya sisminbakum) atau
menyaran kepada harapan dan doa. Itulah mengapa Wiranto, capres
dari Partai Hanura, menyingkat namanya menjadi Win, bukan
Wir, karena dengan Win dia berharap akan meraih kemenangan
di pilpres. Sedangkan dengan Wir terkesan peluangnya akan
terkiwir-kiwir" sebagaimana pernah dinyatakan seorang pengguna
Twitter.
3. Pernyataan Ulang Akhirulkalam, bagaimana semestinya sikap kita terhadap akronim?
Pendapat Saya menerima akronim sebagai sebentuk kreativitas dan permainan
makna yang menyegarkan. Pada titik tertentu, ia terasa mengotori
bahasa Indonesia atau memperbingung penuturnya, apalagi penutur
asing. Agar mudah dipahami dalam berkomunikasi, syaratnya
sederhana: kita harus merumuskan kalimat sepadat dan sejernih
mungkinbukan membuat akronim atau singkatan.
(Sumber: Majalah Tempo, 24 Februari2 Maret 2014, halaman 78)

Apa yang Anda ketahui tentang akronim? Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf
awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang di
perlukan sebagai kata.

Apakah Anda setuju dengan pernyataan bahwa pemilihan umum bukan hanya pesta demokrasi,
tetapi juga pesta akronim? Setuju karena pada saat pemilihan umum banyak sekali akronim yang
digunakan seperti caleg, dapil, cagub, pileg, TPS, panwaslu, gastarlih, pilpres dan masih banyak
yang lainnya.

Apakah Anda setuju dengan pernyataan bahwa penyebab utama pembuatan akronim adalah
keinginan akan keringkasan dalam berkomunikasi? Setuju karena secara umum, akronim-
akronim tersebut dibuat untuk mempersingkat jumlah kata agar menghemat waktu dalam
pengucapan. Selain itu, sebagian akronim sengaja diplesetkan agar terkesan lucu, untuk
menciptakan keakraban komunikasi sehari-hari.

Setujukah And bahwa akronim, pada titik tertentu, terasa mengotori bahasa Indonesia? Setuju
karena saat ini, terdapat banyak akronim berkembang di masyarakat. Namun, tidak sedikit yang
menerjang kaidah kebahasaaan. Pada salah satu media cetak ditemukan penulisan akronim
markus (kasus Anggodo-Bank Century). Akronim markus yang berarti makelar kasus tersebut
membingungkan masyarakat umum karena kombinasi vokal dan konsonannya terkesan aneh.
Kebanyakan masyarakat akan mengira bahwa markus adalah nama orang yang ditunjuk
Anggodo dalam kasus Bank Century. Lalu, begitu dinamiskah bahasa sehingga seringkali dibuat
seenaknya dan terkadang memunculkan makna baru yang belum tentu berterima di masyarakat.

Perhatikan akronim KarSa (Soekarwo-Saifullah Yusuf) dan balon (bakal calon).


Kemukakanlah pendapat Anda tentang kedua akronim tersebut. Pada akronim KarSa suku kata
yang diambil adalah pada bagian tengah (Su-kar-wo Sai-ful-lah Yu-suf), menyaran pada Karsa
yang berarti daya (kekuatan) jiwa yang mendorong makhluk hidup untuk berkehendak. Pada
akronim balon bagian yang diambil adalah bagian depan dan bagian belakang (ba-kal ca-lon).
Menyaran pada kemerduan bunyi jika dibandingkan apabila menggunakan akronim baca (ba-kal
ca-lon)

Perhatikan dengan saksama kutipan berikut ini. "Kita menggunakan akronim sebagai salah satu
jalan keluar agar kalimat yang kita ungkapkan terasa ringkas, mudah diucapkan dan diingat oleh
lawan bicara kita, bangsa yang beringatan pendek ini" Menurut Anda, apa sebenarnya yang ingin
disampaikan penulis opini Pil Pilu Pemilu ini? Kata lain untuk bangsa pelupa adalah bangsa
pendek ingatan. Ambiguitas pengertian serta merta timbul dari ungkapan bangsa pendek
ingatan, sebab kata-kata ini dapat bernuansa negatif, sepadan dengan kelompok manusia yang
bertindak emosional dan tidak sanggup berpikir jauh ke depan. Atau, setelah bertindak baru
mulai berpikir, sehingga segala konsekuensi yang mengikutinya bukan lagi menjadi tanggung
jawab si penutur.

Akronim bukanlah kata. Akronim hanyalah kata semu yang proses morfologisnya menimbulkan
prinsip semau gue. Kemukakanlah pendapat Anda tentang hal ini. Satuan terkecil akronim
adalah huruf atau suku kata dari sejumlah kata yang dipadatkan. Namun, tidak ada kesepakatan
dalam pemadatan itu. Huruf atau suku kata manakah dari sebuah kata yang mesti dicomot: yang
pertama, yang tengah, yang akhir, atau kombinasi ketiganya. Apakah yang mesti dikutip adalah
unsur kata dasar atau kata turunan. Pembuat akronim terkadang hanya mementingkan kemerduan
bunyi saja tanpa memperhatikan proses pembentukan katanya.

Bagaimana Anda menyikapi akronim yang berkembang dalam bahasa Indonesia? Bahasa
merupakan ungkapan dan cerminan kehidupan budaya dalam arti yang luas. Dapat juga
dikatakan bahwa perubahan bahasa mencerminkan perubahan budaya dalam berbagai segi.
Bahasa memberikan gambaran orang yang memakai bahasa itu. Akronim cenderung hanya
dimengerti oleh kalangan tertentu, akronim itu cenderung membingungkan, bahkan pembaca
atau pendengar bisa terkecoh atau tertipu.

Menurut Anda, apakah akronim dapat memperkaya atau malah merusak bahasa Indonesia?
Menurut saya akronim dapat merusak bahasa Indonesia. Menyingkat-nyingkat tulisan memang
mudah saja, tapi bahayanya adalah merusak bahasa. Misalnya akronim murmer kepanjangannya
yaitu murah meriah yang tujuannya tentu saja untuk menarik perhatian pembaca/pelanggannya
dalam rangka promosi. Menurut saya tidak perlulah menambah, mengurangi, bahasa kita yang
justru malah merusak bahasa kita Indonesia. Bukankah cinta tanah air termasuk di dalamnya
cinta bahasa Indonesia? Hal ini yang perlu kita tanamkan kembali pada generasi-generasi muda
Indonesia untuk lebih cerdas dengan berbahasa yang baik.

Carilah berbagai akronim yang telah berkembang dalam bahasa Indonesia. Buatlah contoh
kalimat yang mengandung akronim tersebut.
No. Akronim Kepanjangan Contoh dalam Kalimat
1. Puskesmas Pusat kesehatan Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
masyarakat Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
disatu atau sebagian wilayah kecamatan.
2. Tilang Bukti Kalau anda ingin menghadiri sidang, datanglah
Pelanggarang sesuai tanggal sidang yang tertera di surat tilang
ke PN yg ditunjuk.
3. Rudal Peluru kendali Sebelum tahun 2012, boleh dibilang lini sista rudal
udara ke udara yang dimiliki TNI AU
cukupinferior bila dibandingkan AU Singapura
dan AU Malaysia.
4. Pemkot Pemerintah Kota Menjelang Lebaran, tim gabungan Pemkot Malang
mengadakan inspeksi mendadak makanan dan
minuman di sejumlah toko dan swalayan
5. Gepeng Gelandangan dan Dua gepeng yang biasa mangkal di Simpang Siti
pengemis Hajar Jalan Jamin Ginting Medan, berlari kencang
saat Satuan Polisi Pamong Praja hendak
menangkap mereka.
6. Siskamling Sistem keamanan Dalam pelaksanaan kegiatan ataupun aktivitas
lingkungan siskamling, dilakukan dengan ronda. Ronda
adalah berjalan berkeliling (patroli) untuk menjaga
keamanan di kampung / desa setempat baik
dengan jalan kaki ataupun menggunakan
kendaraan bermotor.
7. Posyandu Pos pelayanan Menurut Effendy (1998), Posyandu merupakan
terpadu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan
kesehatan masyarakat, dari oleh dan untuk
masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
8. Toga Tanaman Obat Pemanfaatan TOGA yang digunakan untuk
keluarGA pengobatan gangguan kesehatan keluarga menurut
gejala umum adalah: Demam panas, Batuk, Sakit
perut, dan Gatal-gatal.
9. Sinetron sinema elektronik RCTI kembali mendobrak dunia persinetronan
tanah air dengan mengeluarkan salah satu sinetron
yang bergenre remaja, cinta dan sedikit keren
berbau jalanan dimana para pemainya sekelas
aktor Ganteng Stefean William dalam sinetron ini
mengendari motor Sport dengan para ganknya.
10. Curanmor Pencurian Kapolsek Serpong Kompol Heribetrus
kendaraan Ompusunggu memperlihatkan tersangka dan
bermotor barang bukti curanmor saat di Mapolsek Serpong,

Anda mungkin juga menyukai