Makalah Kolelitiasis PDF
Makalah Kolelitiasis PDF
Disusun oleh :
S1 KEPERAWATAN
( 2A )
2.1 Definsi
2.2 Etiologi
Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti,adapun faktor
predisposisi terpenting, yaitu : gangguan metabolisme yang menyebabkan
terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung
empedu.
a) Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting
dalam pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu
kolesterol mengekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol.
Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu
(dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk membentuk batu
empedu.
b) Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-insur
tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme spingter oddi,
atau keduanya dapat menyebabkan statis. Faktor hormonal (hormon
kolesistokinin dan sekretin ) dapat dikaitkan dengan keterlambatan
pengosongan kandung empedu.
c) Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan
batu. Mukus meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri
dapat berperan sebagai pusat presipitasi/pengendapan.Infeksi lebih timbul
akibat dari terbentuknya batu ,dibanding panyebab terbentuknya batu.
Adapun faktor resiko yang mempengaruhi kolelitiasis :
a. Jenis kelamin
b. Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk
terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda.
lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI
maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga
kandung empedu.
d. Makanan
empedu.
e. Aktifitas Fisik
sedikit berkontraksi.
f. Penyakit Usus Halus
crohn disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.
terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati
kandung empedu
2.3 Patofisiologi
Terjadi akibat proses hemolitik atau infeksi Escherichia coli atau Ascaris
lumbricoides ke dalam empedu yang dapat mengubah bilirubin di
glukuronida menjadi bilirubin bebas yang mungkin dapat menjadi kristal
kalsium bilirubin.
b) Tipe Batu Kolesterol
Terjadi akibat gangguan hati yang mengeksresikan kolesterol
berlebihan hingga kadarnya diatas nilai kritis kelarutan kolesterol/dalam
empedu.
Infeksi bakteri Gangguan fisiologi
kedalam empedu hati
Absorbsi lemak
Kristal kalsium menurun
bilirubin
Peningkatan nilai
kadar kritis kelarutan
kolesterol dalam
empedu
Penumpukkan
kolesterol dalam
jangka waktu lama
Kolelitiasis
(Batu Empedu)
2.5 Penatalaksanaan
2.6 Komplikasi
1. Kolesistitis akut dan kronik.
2. Koledokolitiasis.
3. Pankabatitis.
4. Kolangitis.
5. Abses hati.
6. Sirosin bilien.
7. Empiema.
8. Ikterus obstruktif.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengumpulan Data
1. Identitas klien/pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan,
pendidikan, agama, suku, alamat, tanggal Masuk Rumah Sakit,
nomor register dan ruangan, serta orang yang bertanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Pada pasien kolelitiasis biasanya akan megalami nyeri perut kanan
atas atau dapat juga kolik bilien disertai dengan demam dan ikterus.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien kolelitiasis biasanya akan terdapat gejala seperti perasaan
penuh pada epigastrium kadang-kadang mual dan muntah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Umumnya pasien kolelitiasis mempunyai riwayat nyeri perut kanan
atas dalam jangka waktu yang lama.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada pasien kolelitiasis tidak terpengaruh pada riwayat penyakit
keluarga, karena kolelitiasis bukan merupakan penyakit turunan atau
kelainan bawaan atau kongenital.
6. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada umumnya pasien kolelitiasis dapat memenuhi sebagian
besar dari tata laksana kesehatannya karena kolelitiasis tidak
mengganggu persepsi dan tata laksana hidup sehat.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Terdapatnya gangguan dan penurunan absorbsi lemak
menyebabkan pasien kolelitiasis mengalami gangguan
gastrointestinal ringan seperti perasaan mual, kadang-kadang
disertai muntah.
c. Pola eliminasi
Pada umumnya pasien kolelitiasis tidak mengalami gangguan
eliminasi, tetapi warna alvi dan urin berubah warna (alvi menjadi
warna pucat urin menjadi warna gelap).
d. Pola istirahat dan tidur
Akibat dari nyeri perut kanan atas yang tiba-tiba muncul dapat
mengganggu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.
e. Pola aktivitas dan latihan
Akibat dari nyeri, mual, muntah, demam, perasaan penuh di
daerah epigastrium dapat mengganggu aktifitas dan latihan
pasien, karena pasien butuh istirahat.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Pada umumnya akan terjadi kecemasan terhadap keadaan
penyakitnya baik oleh pasien itu sendiri maupun keluarga pasien.
g. Pola hubungan peran
Pada umum peran pasien terhadap keluarga ataupun respon
keluarga terhadap keadaan penyakitnya pasien tidak ada
gangguan.
h. Pola reproduksi seksual
Pada umumnya pola reproduksi seksual berpengaruh karena
keadaan penyakit pasien.
i. Pola penanggulangan stress
Pada umumnya pasien kolelitiasis cemas terhadap penyakitnya
keadaan penyakitnya.
j. Pola sensori dan kognitif
Pada umumnya pasien dengan batu empedu tidak terdapat
gangguan pada sensori dan kognitifnya.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan tentang agama dan kepercayaan yang dianut
pasien tentang norma dan aturan yang di jalankan.
7. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Didapatkan saat klien waktu pengkajian k/u lemah, suhu tubuh
tinggi (jika ada infeksi), mual, muntah, nyeri perut kanan atas,
ikterus, distensi abdomen.
2) Pemeriksaan tanda-tanda Vital
Suhu tubuh
Denyut nadi
Tingkat kesadaran
Tekanan darah
3.2 Diagnoasa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi.
2. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual/muntah dan anoreksia
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan melalui penghisapan gaster berlebihan, muntah, distensi, dan
hipermotilitas gaster.
4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis dan pengobatan.
3.3 Intervensi
Dx I : Nyeri berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses
inflamasi.
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan dalam waktu 3 x 24 jam.
KH :
Pasien mengatakan nyeri berkurang
Pasien lebih tenang dan merasa nyaman
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana Tindakan:
1. Lakukan pendekatan kepada klien dan keluarga.
Rasional: Dengan komunikasi yang baik diharapkan klien dan
keluarganya akan lebih kooperatif dalam tindakan perawatan.
2. Jelaskan pada klien tentang sebab akibat terjadinya nyeri dan cara
mengatasi nyeri.
Rasional: Diharapkan klien mengerti tentang nyeri yang dialamiya dan
bagaimana mengatasinya.
3. Observasi dan catat lokasi nyeri dan karakter nyeri.
Rasional: Dengan mengetahui kualitas dan kuantitas akan dapat
mempermudah dalam melakukan tindakan selanjutnya.
4. Tingkatkan mobilisasi biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.
Rasional: Mobilisasi pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra
Abdomen pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan
nyeri secara alamiah
5. Berikan kompres hangat didaerah nyeri.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri
6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi.
Rasional: Diharapkan dapat menghindari kesalahan dalam pemberian
terapi obat/infus.
Rencana Tindakan:
1. Jelaskan pada klien dampak dari nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan dan memotivasi klien untuk
makan.
2. Jelaskan pada klien faktor-faktor yang dapat mengatasi mual.
Rasional: Meningkatkan motivasi klien untuk melakukan tindakan
mengetahui mual.
3. Anjurkan pada klien untuk makan makanan selagi hangat.
Rasional: Untuk menambah nafsu makan pasien.
4. Anjurkan pada posisi semi fowler saat makan.
Rasional: Untuk mencegah mual dan aspirasi.
5. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat dan kolaborasi
dengan tim gizi dalam pemberian diit yang tepat.
Rasional: Untuk mengatasi kata mual dan meningkatkan proses
penyembuhan pasien.
KH :
Membran mukosa lembab
Keseimbangan cairan kembali adekuat
Turgor kulit baik
Tidak muntah
Rencana Tindakan :
1. Pertahankan masukan dan haluaran akurat, perhatikan kurang dari
masukan, peningkatan berat jenis urin. Observasi membrane mukosa atau
kulit, nadi perifer dan pengisian kapiler
Rasional: Memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi
dan kebutuhan penggantian
2. Observasi tanda dan gejala peningkatan atau berlanjutnya mual atau
muntah, kram abdomen, kelemahan, kejang, tidak adanya bisisng usus.
Rasional: Aspirasi gaster dan pembatasan pemasukan oral dapat
menimbulkan deficit natrium, kalium dan klorida.
3. Hindari dari lingkungan yang berbau
Rasional: Menurunkan rangsangan pada pusat muntah
4. Observasi ulang pemeriksaan lab, Hematokrit atau hemoglobin.
Rasional: Membantu dalam evaluasi volume sirkulasi, mengidentifikasi
defisit.
5. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat dan kolaborasi
dengan tim gizi dalam pemberian diit yang tepat.
Rasional: Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki
ketidakseimbangan.
KH :
Ekspresi wajah pasien lebih tenang (rileks)
Pasien menyetujui dilakukannya tindakan pengobatan
Rencana Tindakan:
1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur awal dan persiapan yang
dilakukan.
Rasional: Informasi menurunkan cemas
2. Anjurkan klien untuk menghindari makanan dan minuman tinggi lemak.
Rasional: Mencegah/membatasi kambuhnya serangan kandung empedu.
3. Bantu pasien untuk menetapkan masalahnya secara jelas.
Rasional: Keterbukaan dan pengertian tentang persepsi diri adalah syarat
untuk berubah.
4. Tingkatkan harga diri pasien dan berikan support
Rasional: Dengan memberikan support diharapkan harga diri pasien akan
merasa hidupnya berguna dan dengan meningkatkan harga diri
mempunyai semangat untuk berobat sampai penyakitnya
sembuh.
3.4 Implementasi
Adalah perwujudan dari rencana yang telah disusun sebelumnya pada tahap
perencanaan untuk mengatasi masalah klien secara optimal (Nasrul Effendi,
1995).
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan
semua tenaga kesehatan (Nasrul Effendi, 1995).
a) Nyeri berkurang
b) Nafsu makan meningkat
c) BB kembali seimbang
d) Pasien tidak mual,muntah
DAFTAR PUSTAKA
Evelyn C. Pearce, 2002, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, PT. Gramedia:
Jakarta.