Oleh :
Kelompok 5
1
sering dijumpai pada usia lanjut, terutama diatas usia 40 tahun; akan tetapi bagi
yang pelupa pada usia muda, penyebabnya mungkin karena kelelahan otak atau
stres, yang mengakibatkan daya ingat tidak cukup.
Ingatan secara fisiologis adalah hasil dari perubahan kemampuan
penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat dari
aktivitas neural sebelumnya.4 Ingatan dibedakan menjadi ingatan jangka
pendek, ingatan jangka menengah, dan ingatan jangka panjang. Ingatan jangka
pendek berlangsung beberapa detik atau paling lama beberapa menit. Ingatan
jangka menengah berlangsung beberapa menit atau bahkan beberapa minggu.
Ingatan jangka panjang akan menyimpan memori ini untuk bertahun-tahun
bahkan kadang seumur hidup.5
Pada penelitian yang dilakukan oleh Arcita Hanjani, Budi Laksono, dan
Darmawati Ayu Indraswari didapatkan hasil bahwa responden yang melakukan
aerobik lebih banyak menjawab pertanyaan dengan benar dari pada responden
yang tidak melakukan aerobik. Penelitian yang lain mengatakan bahwa
olahraga ringan dapat meningkatkan memori jangka pendek pada wanita
dewasa. Berdasarkan kedua penelitian ini, peneliti tertarik untuk membuktikan
adanya pengaruh senam aerobik terhadap memori jangka pendek pada remaja
akhir. Dengan diketahuinya ada atau tidaknya pengaruh senam aerobik terhadap
memori jangka pendek diharapkan banyak orang mau melakukan olahraga
yang penting untuk meningkatkan kualitas hidup.
2
1.3.2.3 Menganalisa pengaruh senam aerobik terhadap memori jangka
pendek pada mahasiswi Stikes St. Elisabeth Semarang S1 tingkat
2A.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Pengaruh seketika disebut respon dan pengaruh jangka panjang akibat
latihan teratur disebut adaptasi.
Dengan demikian apabila melakukan senam aerobik secara
kontinu/terus-menerus, akan memberi dampak/pengaruh : respon dan
adaptasi pada jantung, system pernapasan, system energi, dan respon
adaptasi khusus. Respon dan adaptasi jantung terhadap latihan. Sesaat
sebelum melakukan latihan, denyut jantung meningkat karena rangsangan
emosional, rasa cemas, takut atau bahkan rasa senang. Denyut jantung
setelah mulai latihan lebih cepat daripada sebelumnya. Hal ini disebabkan
oleh reflek saraf yang berasal dari otot dan atau sendi, ditambah
rangsangan dari pusat gerak di otak. Panas yang terjadi selama latihan,
juga meningkatkan denyut jantung, sewaktu latihan dihentikan, denyut
jantung melambat secara cepat, kemudian pelahan kembali normal.
Latihan yang dilakukan secara teratur, terukur, maju dan berkelanjutan
akan memberi efek penurunan denyut jantung istirahat. Selain itu juga
jumlah darah yang dikeluarkan dalam sekali sedenyut akan bertambah
banyak, karena ruang jantung bertambah besar dan otot jantung
bertambah kuat.
2.1.4 Sistematika Senam Aerobik
Senam aerobik merupakan rangkaian gerak ritmis dengan iringan
musik dikerjakan secara berkelanjutan dengan menggunakan otot-otot
besar tubuh. Adapun fase-fase atau sistematika dalam senam aerobik
menurut Woerjati Soekarno (1998: 18 - 27) dan diperkuat oleh pendapat
C.Fajar S (2006:2) adalah:
a. Pemanasan (warming Up) Pemanasan merupakan sesuatu yang harus
dilakukan untuk mengawali suatu aktivitas olahraga atau latihan
dengan tujuan untuk mempersiapkan seluruh tubuh / anggota badan
agar dapat melakukan aktivitas gerakan yang lebih berat pada latihan
berikutnya dan tidak menimbulkan terjadinya cidera. Pemanasan
terdiri dari :
i. Gerakan setempat ( Isolation)
ii. Pemompa jantung ( Full Body Movement)
iii. Kelenturan dan peregangan (Flexibility and Stretching)
b. Latihan inti meliputi 3 (tiga) bagian yaitu:
a. Pemanasan aerobik dengan menggunakan low impack aerobic.
5
b. Puncak aerobik dilakukan dengan menggunakan low impack, high
impack, dan mix impack.
c. Pendinginan dilakukan dengan menggunakan low impack aerobic.
c. Latihan Pembentukan (Calishenic) Latihan pembentukan otot-otot
tubuh dapat dilakukan dengan beban tubuh sendiri atau dengan beban
luar. Latihan ini meliputi pembentukan otot lengan atas, bahu, dada,
perut, punggung, pinggang dan lain sebagainya.
d. Peregangan dan Pendinginan Latihan pendinginan dilakukan dengan
tujuan menurunkan suhu badan sehingga kembali ke normal, dengan
menurunkan intensitas latihan secara bertahap melalui gerakan-
gerakan melenturkan dan meregangkan otot tubuh dengan rileks
secara perlahan-lahan.
6
proses di mana ingatan baru atau ingatan jangka pendek diintegrasikan ke
dalam memori jangka panjang.
2.2.2 Anatomi Memori
Tidak ada suatu pusat memori tunggal di otak. Neuron-neuron yang
berperan dalam jaras memori tersebar luas di seluruh daerah subkorteks
dan korteks otak. Bagian-bagian otak yang diperkirakan paling berperan
dalam memori adalah hipokampus dan struktur terkait di lobus temporalis
medial (dalam), sistem limbik, serebelum, korteks prafrontalis, dan
bagian-bagian lain korteks serebri. Hipokampus pada lobus temporal,
yang berperan vital dalam memori jangka pendek dan penting bagi
konsolidasi memori tersebut menjadi memori jangka panjang,
hipokampus merupakan salah satu bagian tertua dari otak dan merupakan
bagian dari sistem limbik.
2.2.3 Pengertian memori jangka pendek
Memori jangka pendek merupakan kemampuan seseorang untuk
menyimpan informasi selama sesaat, kira-kira selama 30 detik (Wade dan
Tavris, 2007:29). Menurut Santrock (2005:12), memori jangka pendek
adalah sistem memori dimana informasi biasanya disimpan sekitar 30
detik. Memori jangka pendek dicirikan dengan mengingat suatu informasi
selama beberapa detik sampai beberapa menit. Memori jangka pendek
memiliki peranan penting dalam pemecahan masalah.
2.2.4 Proses memori jangka pendek
Proses mengingat ada tiga tahap yaitu (Sidiarto dan
Kusumoputro,2003:21) :
a. Proses memasukkan informasi (encoding)
Stimulus diterima oleh panca indera kenudian diubah
menjadi impuls-impuls neural yang sesuai dengan sifat-sifat
stimulus, baik dari verbal maupun dari visual. Simbol atau
gelombang listrik yang telah terbentuk akan dikirim ke otak untuk
disimpan. Proses ini mempengaruhi lamanya suatu informasi
disimpan dalam memori.
b. Proses penyimpanan informasi (storage)
Pada tahap ini terjadi pengendapan informasi yang telah
terkode. Informasi biasanya disimpan dalam bentuk memory
7
traces, jika informasi yang telah tersimpan tidak digunakan, maka
akan hilang darimemory traces.
c. Retrival (retrieval)
Proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan
dalam memori untuk suatu keperluan atau kebutuhan. Hilgard
(1975 dalam Musami, 2011) menyatakan tiga jenis proses
retrieval yaitu recall, recognition, dan reintegrative. Recall adalah
proses mengingat kembali informasi yang dipelajari tanpa
petunjuk yang diberikan kepada seorang individu. Recognition
adalah proses mengingat kembali informasi yang sudah ada
dengan diberikan petunjuk yang diberikan. Reintegrative adalah
proses mengingat kembali dengan menghubungkan berbagai
informasi menjadi suatu konsep atau cerita yang cukup kompleks.
2.2.5 Peranan memori jangka pendek
Memori jangka pendek berperan penting dalam proses berpikir.
Dalam melakukan suatu pemecahan masalah, memori jangka pendek
digunakan untuk menyimpan sebagian dari masalah sembari mengakses
informasi dari memori jangka panjang yang relevan dengan masalah
tersebut sehingga dapat menjadi suatu informasi yang lengkap dalam
memecahkan masalah. Peranan pemecahan masalah di antaranya meliputi
persoalan aritmatika, analogi geometri dan pemahaman bahasa dalam
percakapan maupun teks.Derajat aktivasi memori jangka pendek
diketahui berpengaruh terhadap kecepatan proses kognitif dalam
menunjang proses belajar anak.
Selain berperan dalam pemecahan masalah dan proses kognitif,
memori jangka pendek juga merupakan way-station ke memori jangka
panjang. Artinya, informasi terlebih dahulu berada di memori jangka
pendek sebelum disandikan kememori jangka panjang.
2.2.6 Faktor yang mempengaruhi memori jangka pendek
a. Usia
Penelitian dengan menggunakan tes memori menyimpulkan
bahwa terdapat perbedaan dalam rentang memori karena perbedaan
kelompok usia. Kelompok usia yang lebih tua memiliki memori
yang lebih baik karena lebih sering mengulang informasi. Otak
memiliki sifat plastisitas, sehingga ketika otak semakin banyak
8
digunakan maka kemampuan otak dalam mengingat akan semakin
berkembang (Mundkur, 2005:43).
b. Genetik
Karakteristik molekuler gangguan gen tunggal atau
abnormalitas kromosom dapat menghasilkan abnormalitas kognitif
dan varian genetik yang dapat mempengaruhi kemampuan
intelektual. Para peneliti dari NIH (NationalInstituesof Health)
menemukan bahwa orang dengan gen met BDNF (Brain Derived
Neurotrophic Factor) mempunyai nilai yang lebih buruk pada tes
memori dikarenakan aktivasi hipokampus berbeda dari orang
normal dan mempunyai kesehatan syaraf yang lebih buruk.
Kelainan genetik yang berkaitan dengan kemampuan memori
jangka pendek pada individu antara lain penyakit Hunticton,
Alzheimer, Pick, Sindrom Down, Tuna grahita, Disleksia (Asher
dan Bock,2003:14).
c. Kebudayaan
Faktor kebudayaan juga berpengaruh terhadap kemampuan
memori jangka pendek. Kebudayaan dari lingkungan dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku seseorang.
Kebudayaan dapat membuat masyarakat menjadi sensitif terhadap
objek, kejadian dan strategi tertentu yang dapat mempengaruhi
kemampuan memori seseorang (Misty dan Rogoff, 2002 dalam
Santrock, 2003:15).
Kebudayaan memiliki pengaruh terhadap pemilihan
makanan, termasuk kecukupan zat gizi seseorang. Kecukupan zat
gizi dapat meningkatkan perkembangan otak terutama
kemampuan memori. Zat gizi yang dibutuhkan untuk
perkembangan otak tidak hanya zat gizi makro tetapi juga zat gizi
mikro. Anak yang mengalami gangguan zat gizi akan
membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar dibandingkan
anak normal. Zat gizi yang kurang dapat menyebabkan gangguan
terhadap penghantaran stimulus yang diterima oleh akson dan
badan neuron sehingga dapat terjadi gangguan memori.
9
d. Stimulasi
Soetjiningsih (1995:23) mengatakan bahwa dalam periode
perkembangan anak diperlukan rangsangan atau stimulasi untuk
meningkatkan potensi pada anak yaitu perkembangan memori.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak stimulasi yang
diterima seorang anak di lingkungan rumah maupun formal dapat
mempengaruhi fungsi kognitif anak. Otak dapat menumbuhkan
koneksi yang baru dengan adanya stimulasi. Stimulasi yang cukup
dapat membuat otak memiliki korteks yang lebih tebal,
percabangan dendrit dan pertumbuhan spina akan menjadi lebih
banyak dan sel otak menjadi berkembang optimal. Stimulasi
kognitif pada otak dapat diterapkan pada berbagai lingkungan
(Harburger, 2007:33).
Brown (2003:6) mengemukakan bahwa stimulasi yang
disertai aktivitas fisik dapat meningkatkan neurogenesis sel-sel di
gyrus dentata hippocampus, serta meningkatkan kinerja
hippocampus pada proses belajar. Salah satu intervensi yang bisa
dilakukan adalah dengan melakukan gerakan-gerakan aktivitas
fisik, seperti senam otak. Stimulasi merupakan faktor terpenting
yang digunakan untuk memori jangka pendek, stimulasi yang baik
dari lingkungan dapat meningkatkan kemampuan memori jangka
pendek.
e. Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan mood.
Kelelahan bisa disebabkan karena sakit atau kurang tidur,
kelelahan dapat menyebabkan anak menjadi lemah dan apatis
sehingga akan menerima stimulasi yang lebih sedikit karena
kurangnya perhatian dan konsentrasi yang dimiliki oleh anak
terhadap suatu impuls atau rangsangan (Mundkur, 2005:29).
f. Brain injury
Brain injury pada anak dapat terjadi karena trauma kepala,
saat prenatal, persalinan yang sulit, postnatal yaitu berupa keadaan
hipoksia, infeksi susunan saraf pusat, gangguan metabolik,
alkohol, serta pengobatan (operasi, radioterapi otak). Anak yang
mengalami brain injury akan terjadi kerusakan pada otaknya
10
sehingga dapat menyebabkan gangguan pada fungsi fisik,
perilaku, emosional, dan kognitif terutama pada fungsi belajar dan
memori jangka pendek (Windham,2005:20).
g. Kejang
Kejang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi memori
otak melalui beberapa jalur yaitu adanya tumor atau lesi yang
mendasari penyakit, aktifitas dari kejang yang berulang, serta
pengobatan saat kejang. Obat-obatan kejang dapat mempengaruhi
kecepatan otak dalam memproses informasi sehingga apabila
obatobatan tersebut dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan kelelahan dan kerusakan pada otak (Passat,
2008:51).
h. Status ekonomi keluarga
Status ekonomi yang rendah pada keluarga dapat
berpengaruh pada perkembangan otak anak melalui jalur nutrisi
yang inadekuat. Semakin rendah status ekonomi suatu keluarga,
maka semakin sulit untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anak
(Aber dan Palmer, 1999:33). Tingkat pendapatan yang rendah
pada keluarga dapa memberikan pengaruh pada fungsi kognitif
anak, seperti koordinasi gerak, memori jangka pendek dan
pembentukan konsep (Arulmani,2005:19).
2.2.7 Pengukuran memori jangka pendek
Memori jangka pendek sering diukur dalam rentang memori (memory
span) yaitu penyajian tunggal beberapa item berupa angka, huruf, atau
simbol yang dapat diulang kembali tepat sesudah penyajian. Tes ini
umumnya dimasukkan ke dalam tes intelegensi.
Ada beberapa cara tes memori jangka pendek, yaitu:
a. Tes Digit Span
Tes dengan angka disebut tes Digit Span. Tes ini merupakan
bagian dari skala WISC-IV yang termasuk dalam Working Memory
Index (WMI). Tes DigitSpan terdiri dari dua sub tes: Digits Forward
dan Digits Backward.
Pada tes Digits Forward, suatu deretan angka diucapkan oleh
penguji dengan kecepatan satu angka per detik, kemudian anak
diminta untuk mengulangi deretan angka tersebut sebagaimana yang
11
diucapkan oleh penguji. Apabila anak menjawab benar dalam dua
percobaan dari suatu seri, tes dilanjutkan ke seri berikutnya dengan
satu angka lebih banyak hingga maksimal sembilan angka. Pada tes
Digits Backward dilakukan dengan cara semua, tetapi anak harus
mengucapkan kembali deretan angka tersebut dalam urutan terbalik
sampai maksimal delapan deret angka. Sebagai contoh, jika penguji
mengucapkan: 5-9-8-4-7, maka anak menirukan: 7-4-8-9-5.
b. SPMT (Scenery Picture Memory Test)
Pada pemeriksaan memori jangka pendek, SPMT merupakan
salah satu bentuk tes kognitif yang digunakan untuk deteksi dini
pasien Alzheimer. SPMT merupakan tes yang melihat kapasitas
memori visual seperti memori jangka pendek. Cara melakukan
penelitian ini adalah dengan memberikan gambar ruangan yang terdiri
dari 23 obyek yang sering digunakan dan memberikan instruksi untuk
mengingat obyeknya selama 1 menit. Setelah 1 menit, dilakukan tes
forward digit span untuk mengecoh individu hingga 7 digit dan setelah
melakukan tes forward digit span, individu diminta untuk
menyebutkan obyek yang tadi dilihat. Penguji akan mencatat berapa
obyek yang disebutkan dengan benar. Pada penelitian sebelumnya
diambil angka normal untuk memori yang baik adalah dapat
menyebutkan minimal 12 obyek agar dapat dikategorikan memori
yang baik.
12
2.3 Penelitian terkait
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Frekuensi
2. Stimulasi
3. Status ekonomi keluarga
Confounding variable
Ket.
: Yang diteliti
: Yang mempengaruhi
3.2 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha : Ada pengaruh senam aerobik terhadap memori jangka pendek.
Ho : Tidak ada pengaruh senam aerobik terhadap memori jangka
pendek.
14
3.4.2 Sampel
Pada penelitian ini jenis pengambilan sampel yang digunakan adalah
non probability sampling, dengan teknik purposive sampling, dengan
perhitungan menggunakan rumus sovlen sebagai berikut :
N : Populasi
n : Jumlah Sampel
d : Batas Toleransi Kesalahan
n : N
1+Nd2
n : 37
1+37 (0,05)2
n : 37
1+0,0925
n : 37
1.0925
n : 33,8
n : 34 responden
15
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
3.5.1 Tempat
Penelitian dilakukan di Stikes St. Elisabeth Semarang
3.5.2 Waktu
Penelitian dilakukan pada:
Hari/tanggal : Rabu, 23 Maret 2016
Waktu : 15.00
V. Terikat
16
3.7 Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar observasi
2. Peneliti
3. Alat dan Bahan Penelitian
a. Musik/Irama
b. Stopwatch
c. Alat tulis
d. Laptop
17
3.9 Analisa Data
3.9.1. Tehnik Pengolahan Data
1. Editing
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah
dikumpulkan.
2. Entry (Memasukkan Data)
Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian
dimasukan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data
3. Cleaning
Cleaning adalah pembersihan data dengan melihat variabel apakah
data sudah benar atau belum.
18
BAB IV
4.1 Hasil
Penelitian dilakukan pada tanggal 23 Maret 2016 terhadap mahasiswi STIKes St.
Elisabeth Semarang tingkat 2A, dengan jumlah populasi 37. Setelah dilakukan
inklusi dan eksklusi didapatkan 10 responden, dengan hasil penelitian:
19
Tabel 3. Distribusi frekuensi hasil uji Senam aerobik terhadap memori
jangka pendek
No. Kriteria n Persentasi%
1 Mengalami penurunan 5 50
2 Tetap 2 20
3 Mengalami kenaikan 3 30
Total 10 100,0
Tabel 3 distribusi frekuensi hasil uji Wilcoxon Senam aerobik terhadap memori
jangka pendek, menunjukkan bahwa responden yang mengalami penurunan
memori jangkan berjumlah 5 responden (50%), yang tidak mengalami perubahan
berjumlah 2 responden (20%), dan yang mengalami kenaikan memori jangka
pendek berjumlah 3 responden (30%).
Tabel 4 menunjukkan uji normalitas data. Dengan melihat hasil test normalitas
Shapiro-Wilk, diperoleh hasil nila p < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data uji
Shapiro-Wilk tidak normal, sehingga perlu dilakukan transform data.
20
Tabel 5. Uji Normalitas data sesudah dilakukan transform data
tran_pos_test Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
tran_pre_test dime 1,08 ,385 3 . ,750 3 ,000
nsion 1,11 ,385 3 . ,750 3 ,000
1
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel 5 menunjukkan uji normalitas data. Dengan melihat hasil test normalitas
Shapiro-Wilk, diperoleh hasil nila p > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data uji
Shapiro-Wilk tidak normal, sehingga uji T berpasangan tidak bisa dilakukan, dan
harus menggunakan uji alternatif Wilcoxon.
Tabel 6. Uji Wilcoxon pengaruh senam aerobik terhadap memori jangka pendek
n Median Reratasb p
(minimim-
maksimum)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan penelitian pengaruh senam aerobik terhadap memori jangka
pendek dengan 10 responden didapatkan data 5 responden (50%) mengalami
penurunan memori jangka pendek. Hal ini terjadi karena responden jarang
melakukan senam aerobik. Selain itu lingkungan tempat penelitian tidak
21
kondusif (bising) serta gangguan dari teman-teman, membuat konsentrasi
responden menurun sehingga menurunkan kemampuan memori jangka pendek.
Sebanyak 2 responden (20%) tidak mengalami perubahan memori jangka
pendek. Hal ini dikarenakan responden sering melakukan senam aerobik.
Sehingga meskipun dalam kondisi lingkungan yang bising responden masih bisa
mengingat objek yang dilihat dengan jumlah yang sama sebelum dan sesudah
senam aerobik.
Sebanyak 3 responden (30%) mengalami kenaikkan memori jangka
pendek. Ini terjadi dikarenakan responden rutin melakukan senam aerobik dan
sering melakukan olahraga. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arcita Hanjani, Budi Laksono, Darmawati Ayu Indraswari bahwa senam aerobik
dapat menyebabkan aliran darah ke otak khususnya di hipocampus meningkat
sehingga dapat meningkatkan memori jangka pendek.8
Setelah dilakukan uji alfernarif Wilcoxon didapatkan data p = 0,77 karena
p > 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh senam aerobik terhadap
memori jangka pendek. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :
a. Frekuensi, karena sebagian responden banyak yang jarang melakukan
senam aerobik.
b. Peneliti tidak mengecek kondisi hemoglobin (Hb) responden, dimana
hemoglobin membawa suplai oksigen ke otak, yang dapat mempengaruhi
memori seseorang.
c. Lingkungan yang tidak kondusif dapat mengganggu konsentrasi dan
berpengaruh terhadap memori jangka pendek.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil uji alternatif Wilcoxon, dengan nilai significancy sebesar 0,777. Karena
nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh senam aerobik
terhadap memori jangka pendek pada mahasiswi Stikes St. Elisabeth Semarang
S1 tingkat 2A.
5.2 Saran
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh senam aerobik
terhadap memori jangka pendek.
b. Perlu dilakukan pengecekan kesehatan terkait Hb pada responden.
c. Pada saat pengujian menggunakan Scenery Picture Memory Test (SPMT)
perlu dilakukan pada tempat yang kondusif (tenang) sehingga dapat
membantu meningkatkan konsentrasi responden.
23
DAFTAR PUSTAKA
5. http://digilib.unila.ac.id/2368/10/BAB%20II.pdf
6. http://repository.maranatha.edu/8068/3/0430096_Chapter1.pdf
7. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131808341/Proceeding%20SEMORNA
Senam%20Aerobik%20Sebagai%20Wahana%20Pengembangan%20Kreativit
as%20Instruktur.pdf
24