Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH SENAM AEROBIK

TERHADAP MEMORI JANGKA PENDEK


PADA
MAHASISWI STIKES ST. ELISABETH SEMARANG S1 TINGKAT 2A

Oleh :

Kelompok 5

1. Bernadeta Susetyo Endang (201411015)


2. Chika Maia Febriyanti (201411016)
3. Devi Susanti (201411020)
4. Fitriyani (201411025)
5. Florensiana (201411027)
6. Ningsih Nive Turot (201311068)

STIKES ST. ELISABETH


PRODI S1 KEPERAWATAN
SEMARANG
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas fisik aktif adalah individu yang melakukan aktivitas fisik berat
atau sedang atau keduanya, sedangkan kriteria kurang aktif adalah individu
yang tidak melakukan aktivitas fisik sedang atau berat. Perilaku kurang aktif
seperti perilaku sedentari adalah perilaku yang santai antara lain duduk,
berbaring atau contoh perilaku kehidupan sehari-hari adalah menonton TV
dan bermain game. Perilaku tersebut merupakan perilaku berisiko terhadap
penyumbatan pembuluh darah dan mempengaruhi angka harapan hidup.
Di Indonesia rata rata penduduk umur 10 tahun yang melakukan aktivitas
fisik aktif adalah 73,9% dan yang melakukan aktivitas fisik kurang aktif
adalah 26,1%. Untuk perilaku sedentari di Indonesia dengan kriteria lama
waktu 3-5,9 jam dengan umur 10 tahun menunjukkan angka 42%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa perilaku sedentari pada masyarakat di Jawa
Tengah melebihi rata-rata.1
Salah satu aktifitas fisik aktif yang bisa dilakukan adalah senam aerobik,
yaitu latihan yang menggunakan seluruh otot terutama otot-otot besar, secara
terus-menerus, berirama, maju dan berkelanjutan. Biasanya, senam aerobik
dilaksanakan dengan iringan musik untuk meningkatkan motivasi latihan,
pengaturan waktu latihan, dan kecepatan latihan, serta menjaga agar latihan
dapat dilakukan dengan gerakan yang bersamaan. Dengan demikian, intensitas
latihan dapat diatur dengan pengaturan tempo musik yang mengiringinya.2
Senam aerobik dapat meningkatkan kemampuan otak untuk membangun sel-sel
baru yaitu sel dentate gyrus.3 Hal ini disebabkan karena senam aerobik bisa
membantu sirkulasi darah ke seluruh tubuh, termasuk otak sehingga suplai
nutrisi dan oksigen menuju otak akan terdistribusi dengan baik, hasilnya dapat
meningkatkan daya ingat dan meminimalkan penurunan daya ingat.4
Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari proses belajar dan
mengingat, yang sangat berkaitan dengan memori. Memori adalah suatu proses
penyimpanan dan pengeluaran kembali informasi yang didapat dari proses
belajar. Sejalan dengan berjalannya usia memori atau daya ingat akan
mengalami penurunan. Penurunan memori (daya ingat) atau dementia, yang
dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan istilah pikun, merupakan gejala yang

1
sering dijumpai pada usia lanjut, terutama diatas usia 40 tahun; akan tetapi bagi
yang pelupa pada usia muda, penyebabnya mungkin karena kelelahan otak atau
stres, yang mengakibatkan daya ingat tidak cukup.
Ingatan secara fisiologis adalah hasil dari perubahan kemampuan
penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat dari
aktivitas neural sebelumnya.4 Ingatan dibedakan menjadi ingatan jangka
pendek, ingatan jangka menengah, dan ingatan jangka panjang. Ingatan jangka
pendek berlangsung beberapa detik atau paling lama beberapa menit. Ingatan
jangka menengah berlangsung beberapa menit atau bahkan beberapa minggu.
Ingatan jangka panjang akan menyimpan memori ini untuk bertahun-tahun
bahkan kadang seumur hidup.5
Pada penelitian yang dilakukan oleh Arcita Hanjani, Budi Laksono, dan
Darmawati Ayu Indraswari didapatkan hasil bahwa responden yang melakukan
aerobik lebih banyak menjawab pertanyaan dengan benar dari pada responden
yang tidak melakukan aerobik. Penelitian yang lain mengatakan bahwa
olahraga ringan dapat meningkatkan memori jangka pendek pada wanita
dewasa. Berdasarkan kedua penelitian ini, peneliti tertarik untuk membuktikan
adanya pengaruh senam aerobik terhadap memori jangka pendek pada remaja
akhir. Dengan diketahuinya ada atau tidaknya pengaruh senam aerobik terhadap
memori jangka pendek diharapkan banyak orang mau melakukan olahraga
yang penting untuk meningkatkan kualitas hidup.

1.2 Rumusan Masalah


Adakah pengaruh senam aerobik terhadap memori jangka pendek pada
mahasiswi Stikes St. Elisabeth Semarang S1 tingkat 2A?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh senam aerobik terhadap memori jangka pendek
pada mahasiswi Stikes St. Elisabeth Semarang S1 tingkat 2A.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mengidentifikasi senam aerobik.
1.3.2.2 Mengidentifikasi memori jangka pendek pada mahasiswi Stikes
St. Elisabeth Semarang S1 tingkat 2A.

2
1.3.2.3 Menganalisa pengaruh senam aerobik terhadap memori jangka
pendek pada mahasiswi Stikes St. Elisabeth Semarang S1 tingkat
2A.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan untuk
mengetahui tentang pengaruh senam aerobik terhadap memori jangka
pendek pada mahasiswi Stikes St. Elisabeth Semarang S1 tingkat 2A.
1.4.2 Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Senam Aerobik


2.1.1 Pengertian
Aerobik adalah suatu cara latihan untuk memperoleh oksigen
sebanyak-banyaknya. Senam adalah latihan tubuh yang diciptakan
dengan sengaja, disusun secara sistematika, dan dilakukan secara sadar
dengan tujuan untuk membentuk dan mengembangkan pribadi secara
harmonis (Widianti & Proverawati, 2010).
Senam Aerobik adalah serangkaian gerak yang dipilih secara
sengaja dengan cara mengikuti irama musik yang juga dipilih sehingga
melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas dan durasi tertentu. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta
pembentukan tubuh dan juga olahraga untuk peningkatan kesegaran
jasmani bukan olahraga prestasi, akan tetapi olahraga preventif yang
dapat dilakukan secara masal (Hitachisulandari, 2008).
2.1.2 Klasifikasi senam aerobik
Berdasarkan cara melakukan dan musik pengiringnya, senam aerobik
dapat dibagi menjadi lima macam, antara lain sebagai berikut.
a. High impact aerobic (senam aerobik aliran/gerakan keras)
b. Low impact aerobic (senam aerobik aliran/gerakan ringan)
c. Discrobic (kombinasi anrata gerakan - gerakan aerobik aliran keras
dan ringan/disco)
d. Rockrobic (kombinasi gerakan-gerakan aerobik keras dan ringan serta
gerakan-gerakan rock and roll)
e. Aerobic sport (kombinasi antara gerakan - gerakan aerobik keras dan
ringan serta gerakan - gerakan melatih kelenturan/fleksibilitas tubuh).
2.1.3 Pengaruh dan manfaat senam aerobik
Senam aerobik yang dilakukan dengan benar dapat memberi
manfaat bagi kebugaran jasmani. Kebugaran sering dikaitkan dengan
kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa rasa
lelah yang berarti dan masih mempunyai cadangan energi untuk
keperluan mendadak. Kebugaran merupakan pendukung utama
penampilan dan prestasi, ditopang oleh kerja sama system tubuh.

4
Pengaruh seketika disebut respon dan pengaruh jangka panjang akibat
latihan teratur disebut adaptasi.
Dengan demikian apabila melakukan senam aerobik secara
kontinu/terus-menerus, akan memberi dampak/pengaruh : respon dan
adaptasi pada jantung, system pernapasan, system energi, dan respon
adaptasi khusus. Respon dan adaptasi jantung terhadap latihan. Sesaat
sebelum melakukan latihan, denyut jantung meningkat karena rangsangan
emosional, rasa cemas, takut atau bahkan rasa senang. Denyut jantung
setelah mulai latihan lebih cepat daripada sebelumnya. Hal ini disebabkan
oleh reflek saraf yang berasal dari otot dan atau sendi, ditambah
rangsangan dari pusat gerak di otak. Panas yang terjadi selama latihan,
juga meningkatkan denyut jantung, sewaktu latihan dihentikan, denyut
jantung melambat secara cepat, kemudian pelahan kembali normal.
Latihan yang dilakukan secara teratur, terukur, maju dan berkelanjutan
akan memberi efek penurunan denyut jantung istirahat. Selain itu juga
jumlah darah yang dikeluarkan dalam sekali sedenyut akan bertambah
banyak, karena ruang jantung bertambah besar dan otot jantung
bertambah kuat.
2.1.4 Sistematika Senam Aerobik
Senam aerobik merupakan rangkaian gerak ritmis dengan iringan
musik dikerjakan secara berkelanjutan dengan menggunakan otot-otot
besar tubuh. Adapun fase-fase atau sistematika dalam senam aerobik
menurut Woerjati Soekarno (1998: 18 - 27) dan diperkuat oleh pendapat
C.Fajar S (2006:2) adalah:
a. Pemanasan (warming Up) Pemanasan merupakan sesuatu yang harus
dilakukan untuk mengawali suatu aktivitas olahraga atau latihan
dengan tujuan untuk mempersiapkan seluruh tubuh / anggota badan
agar dapat melakukan aktivitas gerakan yang lebih berat pada latihan
berikutnya dan tidak menimbulkan terjadinya cidera. Pemanasan
terdiri dari :
i. Gerakan setempat ( Isolation)
ii. Pemompa jantung ( Full Body Movement)
iii. Kelenturan dan peregangan (Flexibility and Stretching)
b. Latihan inti meliputi 3 (tiga) bagian yaitu:
a. Pemanasan aerobik dengan menggunakan low impack aerobic.

5
b. Puncak aerobik dilakukan dengan menggunakan low impack, high
impack, dan mix impack.
c. Pendinginan dilakukan dengan menggunakan low impack aerobic.
c. Latihan Pembentukan (Calishenic) Latihan pembentukan otot-otot
tubuh dapat dilakukan dengan beban tubuh sendiri atau dengan beban
luar. Latihan ini meliputi pembentukan otot lengan atas, bahu, dada,
perut, punggung, pinggang dan lain sebagainya.
d. Peregangan dan Pendinginan Latihan pendinginan dilakukan dengan
tujuan menurunkan suhu badan sehingga kembali ke normal, dengan
menurunkan intensitas latihan secara bertahap melalui gerakan-
gerakan melenturkan dan meregangkan otot tubuh dengan rileks
secara perlahan-lahan.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi senam aerobik


1. Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah latihan perminggu.
2. Intensitas
Intensitas adalah seberapa berat badan kerja atau latihan dilakukan.
3. Durasi
Durasi adalah lama setiap kali latihan.

2.2 Memori jangka pendek


2.2.1 Pengertian memori
Memori adalah kemampuan untuk mengkode, menyimpan,
mempertahankan dan mengingat informasi atau pengalaman masa lalu
pada otak manusia. Sebagian besar informasi tersebut disimpan untuk
kontrol masa yang akan datang pada aktivitas motorik dan untuk dipakai
dalam pengolahan berpikir.
Sebagian besar penyimpanan ini terjadi dalam korteks serebri, tetapi
regio basal otak dan medula spinalis dapat juga menyimpan sebagian
kecil informasi ini. Penyimpanan informasi inilah yang disebut memori,
dan proses ini juga merupakan fungsi dari sinaps. Oleh karena itu untuk
setiap macam sinyal sensorik tertentu yang melewati serentetan sinaps, di
masa datang akan mampu menjalarkan jenis sinyal yang sama, suatu
proses yang disebut fasilitasi, proses ini penting pada memori jangka
panjang. Dalam memori terjadi pula proses konsolidasi memori yaitu

6
proses di mana ingatan baru atau ingatan jangka pendek diintegrasikan ke
dalam memori jangka panjang.
2.2.2 Anatomi Memori
Tidak ada suatu pusat memori tunggal di otak. Neuron-neuron yang
berperan dalam jaras memori tersebar luas di seluruh daerah subkorteks
dan korteks otak. Bagian-bagian otak yang diperkirakan paling berperan
dalam memori adalah hipokampus dan struktur terkait di lobus temporalis
medial (dalam), sistem limbik, serebelum, korteks prafrontalis, dan
bagian-bagian lain korteks serebri. Hipokampus pada lobus temporal,
yang berperan vital dalam memori jangka pendek dan penting bagi
konsolidasi memori tersebut menjadi memori jangka panjang,
hipokampus merupakan salah satu bagian tertua dari otak dan merupakan
bagian dari sistem limbik.
2.2.3 Pengertian memori jangka pendek
Memori jangka pendek merupakan kemampuan seseorang untuk
menyimpan informasi selama sesaat, kira-kira selama 30 detik (Wade dan
Tavris, 2007:29). Menurut Santrock (2005:12), memori jangka pendek
adalah sistem memori dimana informasi biasanya disimpan sekitar 30
detik. Memori jangka pendek dicirikan dengan mengingat suatu informasi
selama beberapa detik sampai beberapa menit. Memori jangka pendek
memiliki peranan penting dalam pemecahan masalah.
2.2.4 Proses memori jangka pendek
Proses mengingat ada tiga tahap yaitu (Sidiarto dan
Kusumoputro,2003:21) :
a. Proses memasukkan informasi (encoding)
Stimulus diterima oleh panca indera kenudian diubah
menjadi impuls-impuls neural yang sesuai dengan sifat-sifat
stimulus, baik dari verbal maupun dari visual. Simbol atau
gelombang listrik yang telah terbentuk akan dikirim ke otak untuk
disimpan. Proses ini mempengaruhi lamanya suatu informasi
disimpan dalam memori.
b. Proses penyimpanan informasi (storage)
Pada tahap ini terjadi pengendapan informasi yang telah
terkode. Informasi biasanya disimpan dalam bentuk memory

7
traces, jika informasi yang telah tersimpan tidak digunakan, maka
akan hilang darimemory traces.
c. Retrival (retrieval)
Proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan
dalam memori untuk suatu keperluan atau kebutuhan. Hilgard
(1975 dalam Musami, 2011) menyatakan tiga jenis proses
retrieval yaitu recall, recognition, dan reintegrative. Recall adalah
proses mengingat kembali informasi yang dipelajari tanpa
petunjuk yang diberikan kepada seorang individu. Recognition
adalah proses mengingat kembali informasi yang sudah ada
dengan diberikan petunjuk yang diberikan. Reintegrative adalah
proses mengingat kembali dengan menghubungkan berbagai
informasi menjadi suatu konsep atau cerita yang cukup kompleks.
2.2.5 Peranan memori jangka pendek
Memori jangka pendek berperan penting dalam proses berpikir.
Dalam melakukan suatu pemecahan masalah, memori jangka pendek
digunakan untuk menyimpan sebagian dari masalah sembari mengakses
informasi dari memori jangka panjang yang relevan dengan masalah
tersebut sehingga dapat menjadi suatu informasi yang lengkap dalam
memecahkan masalah. Peranan pemecahan masalah di antaranya meliputi
persoalan aritmatika, analogi geometri dan pemahaman bahasa dalam
percakapan maupun teks.Derajat aktivasi memori jangka pendek
diketahui berpengaruh terhadap kecepatan proses kognitif dalam
menunjang proses belajar anak.
Selain berperan dalam pemecahan masalah dan proses kognitif,
memori jangka pendek juga merupakan way-station ke memori jangka
panjang. Artinya, informasi terlebih dahulu berada di memori jangka
pendek sebelum disandikan kememori jangka panjang.
2.2.6 Faktor yang mempengaruhi memori jangka pendek
a. Usia
Penelitian dengan menggunakan tes memori menyimpulkan
bahwa terdapat perbedaan dalam rentang memori karena perbedaan
kelompok usia. Kelompok usia yang lebih tua memiliki memori
yang lebih baik karena lebih sering mengulang informasi. Otak
memiliki sifat plastisitas, sehingga ketika otak semakin banyak

8
digunakan maka kemampuan otak dalam mengingat akan semakin
berkembang (Mundkur, 2005:43).
b. Genetik
Karakteristik molekuler gangguan gen tunggal atau
abnormalitas kromosom dapat menghasilkan abnormalitas kognitif
dan varian genetik yang dapat mempengaruhi kemampuan
intelektual. Para peneliti dari NIH (NationalInstituesof Health)
menemukan bahwa orang dengan gen met BDNF (Brain Derived
Neurotrophic Factor) mempunyai nilai yang lebih buruk pada tes
memori dikarenakan aktivasi hipokampus berbeda dari orang
normal dan mempunyai kesehatan syaraf yang lebih buruk.
Kelainan genetik yang berkaitan dengan kemampuan memori
jangka pendek pada individu antara lain penyakit Hunticton,
Alzheimer, Pick, Sindrom Down, Tuna grahita, Disleksia (Asher
dan Bock,2003:14).
c. Kebudayaan
Faktor kebudayaan juga berpengaruh terhadap kemampuan
memori jangka pendek. Kebudayaan dari lingkungan dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku seseorang.
Kebudayaan dapat membuat masyarakat menjadi sensitif terhadap
objek, kejadian dan strategi tertentu yang dapat mempengaruhi
kemampuan memori seseorang (Misty dan Rogoff, 2002 dalam
Santrock, 2003:15).
Kebudayaan memiliki pengaruh terhadap pemilihan
makanan, termasuk kecukupan zat gizi seseorang. Kecukupan zat
gizi dapat meningkatkan perkembangan otak terutama
kemampuan memori. Zat gizi yang dibutuhkan untuk
perkembangan otak tidak hanya zat gizi makro tetapi juga zat gizi
mikro. Anak yang mengalami gangguan zat gizi akan
membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar dibandingkan
anak normal. Zat gizi yang kurang dapat menyebabkan gangguan
terhadap penghantaran stimulus yang diterima oleh akson dan
badan neuron sehingga dapat terjadi gangguan memori.

9
d. Stimulasi
Soetjiningsih (1995:23) mengatakan bahwa dalam periode
perkembangan anak diperlukan rangsangan atau stimulasi untuk
meningkatkan potensi pada anak yaitu perkembangan memori.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak stimulasi yang
diterima seorang anak di lingkungan rumah maupun formal dapat
mempengaruhi fungsi kognitif anak. Otak dapat menumbuhkan
koneksi yang baru dengan adanya stimulasi. Stimulasi yang cukup
dapat membuat otak memiliki korteks yang lebih tebal,
percabangan dendrit dan pertumbuhan spina akan menjadi lebih
banyak dan sel otak menjadi berkembang optimal. Stimulasi
kognitif pada otak dapat diterapkan pada berbagai lingkungan
(Harburger, 2007:33).
Brown (2003:6) mengemukakan bahwa stimulasi yang
disertai aktivitas fisik dapat meningkatkan neurogenesis sel-sel di
gyrus dentata hippocampus, serta meningkatkan kinerja
hippocampus pada proses belajar. Salah satu intervensi yang bisa
dilakukan adalah dengan melakukan gerakan-gerakan aktivitas
fisik, seperti senam otak. Stimulasi merupakan faktor terpenting
yang digunakan untuk memori jangka pendek, stimulasi yang baik
dari lingkungan dapat meningkatkan kemampuan memori jangka
pendek.
e. Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan mood.
Kelelahan bisa disebabkan karena sakit atau kurang tidur,
kelelahan dapat menyebabkan anak menjadi lemah dan apatis
sehingga akan menerima stimulasi yang lebih sedikit karena
kurangnya perhatian dan konsentrasi yang dimiliki oleh anak
terhadap suatu impuls atau rangsangan (Mundkur, 2005:29).
f. Brain injury
Brain injury pada anak dapat terjadi karena trauma kepala,
saat prenatal, persalinan yang sulit, postnatal yaitu berupa keadaan
hipoksia, infeksi susunan saraf pusat, gangguan metabolik,
alkohol, serta pengobatan (operasi, radioterapi otak). Anak yang
mengalami brain injury akan terjadi kerusakan pada otaknya

10
sehingga dapat menyebabkan gangguan pada fungsi fisik,
perilaku, emosional, dan kognitif terutama pada fungsi belajar dan
memori jangka pendek (Windham,2005:20).
g. Kejang
Kejang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi memori
otak melalui beberapa jalur yaitu adanya tumor atau lesi yang
mendasari penyakit, aktifitas dari kejang yang berulang, serta
pengobatan saat kejang. Obat-obatan kejang dapat mempengaruhi
kecepatan otak dalam memproses informasi sehingga apabila
obatobatan tersebut dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan kelelahan dan kerusakan pada otak (Passat,
2008:51).
h. Status ekonomi keluarga
Status ekonomi yang rendah pada keluarga dapat
berpengaruh pada perkembangan otak anak melalui jalur nutrisi
yang inadekuat. Semakin rendah status ekonomi suatu keluarga,
maka semakin sulit untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anak
(Aber dan Palmer, 1999:33). Tingkat pendapatan yang rendah
pada keluarga dapa memberikan pengaruh pada fungsi kognitif
anak, seperti koordinasi gerak, memori jangka pendek dan
pembentukan konsep (Arulmani,2005:19).
2.2.7 Pengukuran memori jangka pendek
Memori jangka pendek sering diukur dalam rentang memori (memory
span) yaitu penyajian tunggal beberapa item berupa angka, huruf, atau
simbol yang dapat diulang kembali tepat sesudah penyajian. Tes ini
umumnya dimasukkan ke dalam tes intelegensi.
Ada beberapa cara tes memori jangka pendek, yaitu:
a. Tes Digit Span
Tes dengan angka disebut tes Digit Span. Tes ini merupakan
bagian dari skala WISC-IV yang termasuk dalam Working Memory
Index (WMI). Tes DigitSpan terdiri dari dua sub tes: Digits Forward
dan Digits Backward.
Pada tes Digits Forward, suatu deretan angka diucapkan oleh
penguji dengan kecepatan satu angka per detik, kemudian anak
diminta untuk mengulangi deretan angka tersebut sebagaimana yang

11
diucapkan oleh penguji. Apabila anak menjawab benar dalam dua
percobaan dari suatu seri, tes dilanjutkan ke seri berikutnya dengan
satu angka lebih banyak hingga maksimal sembilan angka. Pada tes
Digits Backward dilakukan dengan cara semua, tetapi anak harus
mengucapkan kembali deretan angka tersebut dalam urutan terbalik
sampai maksimal delapan deret angka. Sebagai contoh, jika penguji
mengucapkan: 5-9-8-4-7, maka anak menirukan: 7-4-8-9-5.
b. SPMT (Scenery Picture Memory Test)
Pada pemeriksaan memori jangka pendek, SPMT merupakan
salah satu bentuk tes kognitif yang digunakan untuk deteksi dini
pasien Alzheimer. SPMT merupakan tes yang melihat kapasitas
memori visual seperti memori jangka pendek. Cara melakukan
penelitian ini adalah dengan memberikan gambar ruangan yang terdiri
dari 23 obyek yang sering digunakan dan memberikan instruksi untuk
mengingat obyeknya selama 1 menit. Setelah 1 menit, dilakukan tes
forward digit span untuk mengecoh individu hingga 7 digit dan setelah
melakukan tes forward digit span, individu diminta untuk
menyebutkan obyek yang tadi dilihat. Penguji akan mencatat berapa
obyek yang disebutkan dengan benar. Pada penelitian sebelumnya
diambil angka normal untuk memori yang baik adalah dapat
menyebutkan minimal 12 obyek agar dapat dikategorikan memori
yang baik.

12
2.3 Penelitian terkait

Nama / Variabel Desain Hasil


judul/peneliti/ tahun penelitian
Pengaruh olahraga Independen : uji normalitas Terdapat perbedaan
aerobik rutin senam aerobik menggunakan yang bermakna pada
terhadap memori uji T tidak mahasiswa yang rutin
jangka pendek Dependen : berpasangan olahraga aerobik
mahasiswa fk undip Memori jangka dibanding mahasiswa
yang diukur dengan pendek yang tidak rutin
scenery picture olahraga aerobik
memory tes. / Arcita pada memori jangka
Hanjani, Budi pendek dan
Laksono, Darmawati didapatkan hasil
Ayu Indraswari. / kategori memori baik
2015. menurut kategori
yang terdapat pada
SPMT.

2.4 Kerangka Teori

Senam aerobik Meningkatkan Memori jangka


aliran darah ke pendek
otak khususnya
(hippocampus)
dan neoplastisitas.
1. Frekuensi
2. Intensitas 1. Usia
3. Durasi 2. Genetik
3. Kebudayaan
4. Stimulasi
5. Kelelahan
6. Brain injury
7. Kejang
8. Status ekonomi
keluarga

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Senam Aerobik Memori jangka pendek

1. Frekuensi
2. Stimulasi
3. Status ekonomi keluarga

Confounding variable

Ket.
: Yang diteliti
: Yang mempengaruhi

3.2 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha : Ada pengaruh senam aerobik terhadap memori jangka pendek.
Ho : Tidak ada pengaruh senam aerobik terhadap memori jangka
pendek.

3.3 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif pre-experimental design
dengan pendekatan one group pretest-postest design, untuk meneliti pengaruh
senam aerobik terhadap memori jangka pendek mahasiswi Stikes St. Elisabeth
Semarang S1 tingkat 2A.

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah Mahasiswi Stikes St Elisabeth Semarang
tingkat 2A yang berjumlah 37.

14
3.4.2 Sampel
Pada penelitian ini jenis pengambilan sampel yang digunakan adalah
non probability sampling, dengan teknik purposive sampling, dengan
perhitungan menggunakan rumus sovlen sebagai berikut :

N : Populasi
n : Jumlah Sampel
d : Batas Toleransi Kesalahan

n : N
1+Nd2
n : 37
1+37 (0,05)2
n : 37
1+0,0925
n : 37
1.0925
n : 33,8
n : 34 responden

Jadi, Jumlah responden yang digunakan untuk penelitian adalah 34


responden.
a. Kriteria Sampel inklusi:
1. Mahasiswi S1 2A STIKes St. Elisabeth Semarang
2. Bersedia menjadi responden
3. Umur 17th 25th (Masa Remaja akhir)
4. Suku Jawa
b. Kriteria Sampel eksklusi:
1. Mahasiswa S1 2A STIKES St. Elisabeth Semarang yang
sedang sakit dan lelah.
2. Mengalami gangguan syaraf
3. Tidak datang pada saat dilakukan penelitian

15
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
3.5.1 Tempat
Penelitian dilakukan di Stikes St. Elisabeth Semarang

3.5.2 Waktu
Penelitian dilakukan pada:
Hari/tanggal : Rabu, 23 Maret 2016
Waktu : 15.00

3.6 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
V. Bebas

Senam Suatu gerakan Stopwatch


Aerobik dengan
mengikuti
irama musik
dengan
ketentuan
ritmis,kontinuit
as dan durasi
tertentu.

V. Terikat

Memori Suatu proses SPMT Observasi Skor Rasio


Jangka penyimpanan
(Scenery
Pendek memori
Picture
sementara
Memory
Test)

16
3.7 Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar observasi
2. Peneliti
3. Alat dan Bahan Penelitian
a. Musik/Irama
b. Stopwatch
c. Alat tulis
d. Laptop

3.8 Prosedur Pengumpulan Data


4.8.1 Persiapan penelitian
Peneliti mengajukan ijin pelaksanaan penelitian kepada ketua Stikes
St. Elisabeth Semarang.

4.8.2 Proses penelitian


1. Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat
penelitian kepada calon responden, dan menjamin kerahasiaan atas
hasil penelitian.
2. Peneliti memberikan inform consent untuk mahasiswa yang
bersedia menjadi responden.
3. Peneliti memberikan test kepada responden menggunakan SPMT (
Scenery Picture Memory Test) dengan memperlihatkan 23 objek
gambar dan 7 digit angka.
4. Peneliti mengarahkan responden untuk senam aerobic selama 30
menit
5. Peneliti memberikan test kepada responden menggunakan SPMT (
Scenery Picture Memory Test) dengan memperlihatkan 23 objek
gambar dan 7 digit angka setelah responden melakukan senam
aerobic.
6. Peneliti mengumpulkan data.
7. Peneliti menganalisa data yang terkumpul.

17
3.9 Analisa Data
3.9.1. Tehnik Pengolahan Data
1. Editing
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah
dikumpulkan.
2. Entry (Memasukkan Data)
Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian
dimasukan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data
3. Cleaning
Cleaning adalah pembersihan data dengan melihat variabel apakah
data sudah benar atau belum.

3.9.2. Analisis Data


1. Analisa Univariat
Analisis univariat ini dilakukan terhadap tiap variabel yaitu
variabel bebas (Senam aerobik) dan variabel terikat (Memori
Jangka Pendek).
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan dengan uji t berpasangan dengan uji
normalitas terlebih dahulu. Jika hasil data dari uji normalitas tidak
normal, maka dilakukan uji alternatif wilcoxon untuk mengetahui
pengaruh senam aerobic terhadap memori jangka pendek.
3.10 Etika penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari
instansi dimana peneliti akan melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan
dengan prosedur yang ada, sehingga tidak melanggar kode etik yang berlaku
dan tidak berdampak negatif bagi responden. Setelah mendapatkan persetujuan,
peneliti dapat melakukan penelitian dengan memperhatikan etika yang meliputi:
1. Informed consent yaitu penyampaian informasi secara lengkap kepada
responden dan persetujuan dari responden untuk berperan serta dalam
penelitian sebagai subjek .
2. Tanpa nama yaitu dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada
kuesioner penelitian.
3. Kerahasiaan yaitu peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian dengan
informasi yang telah dikumpulkan

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Penelitian dilakukan pada tanggal 23 Maret 2016 terhadap mahasiswi STIKes St.
Elisabeth Semarang tingkat 2A, dengan jumlah populasi 37. Setelah dilakukan
inklusi dan eksklusi didapatkan 10 responden, dengan hasil penelitian:

Tabel 1. Data asli hasil uji senam aerobik terhadap memori


jangka pendek

Jml objek yang diingat


Responden
Pre test Post test
1 13 12
2 10 12
3 12 16
4 12 16
5 10 9
6 15 13
7 15 13
8 13 13
9 14 14
10 13 12

Tabel 2. Distribusi frekuensI tingkat kerutinan responden melakukan


senam aerobik.
No. Kriteria n Persentasi%
1 Jarang senam aerobik 5 50
2 Sering senam aerobik 2 20
3 Rutin senam aerobik 3 30
Total 10 100,0

Tabel 2 distribusi frekuensi tingkat kerutinan responden melakukan senam


aerobik, menunjukkan bahwa responden yang jarang melakukan senam aerobik
berjumlah 5 responden (50%), yang sering melakukan senam aerobik berjumlah
2 responden (20%), dan yang rutin melakukan senam aerobik berjumlah 3
responden (30%).

19
Tabel 3. Distribusi frekuensi hasil uji Senam aerobik terhadap memori
jangka pendek
No. Kriteria n Persentasi%
1 Mengalami penurunan 5 50
2 Tetap 2 20
3 Mengalami kenaikan 3 30
Total 10 100,0

Tabel 3 distribusi frekuensi hasil uji Wilcoxon Senam aerobik terhadap memori
jangka pendek, menunjukkan bahwa responden yang mengalami penurunan
memori jangkan berjumlah 5 responden (50%), yang tidak mengalami perubahan
berjumlah 2 responden (20%), dan yang mengalami kenaikan memori jangka
pendek berjumlah 3 responden (30%).

Tabel 4. Uji Normalitas data


pos_test Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pre_test d 12 ,385 3 . ,750 3 ,000
i 13 ,385 3 . ,750 3 ,000
m
e
n
si
o
n
1
a. Lilliefors Significance Correction

Tabel 4 menunjukkan uji normalitas data. Dengan melihat hasil test normalitas
Shapiro-Wilk, diperoleh hasil nila p < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data uji
Shapiro-Wilk tidak normal, sehingga perlu dilakukan transform data.

20
Tabel 5. Uji Normalitas data sesudah dilakukan transform data
tran_pos_test Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
tran_pre_test dime 1,08 ,385 3 . ,750 3 ,000
nsion 1,11 ,385 3 . ,750 3 ,000
1
a. Lilliefors Significance Correction

Tabel 5 menunjukkan uji normalitas data. Dengan melihat hasil test normalitas
Shapiro-Wilk, diperoleh hasil nila p > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data uji
Shapiro-Wilk tidak normal, sehingga uji T berpasangan tidak bisa dilakukan, dan
harus menggunakan uji alternatif Wilcoxon.

Tabel 6. Uji Wilcoxon pengaruh senam aerobik terhadap memori jangka pendek

n Median Reratasb p
(minimim-
maksimum)

Memori jangka 10 13 (10-15) 12 1,732


pendek sebelum
aerobik
0,777
Memori jangka 10 15 (9-16) 14,33 1,155
pendek sesudah
aerobik

Tabel 6 menunjukkan uji alternatif Wilcoxon, dengan nilai significancy sebesar


0,777. Karena nilai p > 0,05 maka tidak ada pengaruh senam aerobik terhadap
memori jangka pendek.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan penelitian pengaruh senam aerobik terhadap memori jangka
pendek dengan 10 responden didapatkan data 5 responden (50%) mengalami
penurunan memori jangka pendek. Hal ini terjadi karena responden jarang
melakukan senam aerobik. Selain itu lingkungan tempat penelitian tidak

21
kondusif (bising) serta gangguan dari teman-teman, membuat konsentrasi
responden menurun sehingga menurunkan kemampuan memori jangka pendek.
Sebanyak 2 responden (20%) tidak mengalami perubahan memori jangka
pendek. Hal ini dikarenakan responden sering melakukan senam aerobik.
Sehingga meskipun dalam kondisi lingkungan yang bising responden masih bisa
mengingat objek yang dilihat dengan jumlah yang sama sebelum dan sesudah
senam aerobik.
Sebanyak 3 responden (30%) mengalami kenaikkan memori jangka
pendek. Ini terjadi dikarenakan responden rutin melakukan senam aerobik dan
sering melakukan olahraga. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arcita Hanjani, Budi Laksono, Darmawati Ayu Indraswari bahwa senam aerobik
dapat menyebabkan aliran darah ke otak khususnya di hipocampus meningkat
sehingga dapat meningkatkan memori jangka pendek.8
Setelah dilakukan uji alfernarif Wilcoxon didapatkan data p = 0,77 karena
p > 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh senam aerobik terhadap
memori jangka pendek. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :
a. Frekuensi, karena sebagian responden banyak yang jarang melakukan
senam aerobik.
b. Peneliti tidak mengecek kondisi hemoglobin (Hb) responden, dimana
hemoglobin membawa suplai oksigen ke otak, yang dapat mempengaruhi
memori seseorang.
c. Lingkungan yang tidak kondusif dapat mengganggu konsentrasi dan
berpengaruh terhadap memori jangka pendek.

22
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hasil uji alternatif Wilcoxon, dengan nilai significancy sebesar 0,777. Karena
nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh senam aerobik
terhadap memori jangka pendek pada mahasiswi Stikes St. Elisabeth Semarang
S1 tingkat 2A.

5.2 Saran
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh senam aerobik
terhadap memori jangka pendek.
b. Perlu dilakukan pengecekan kesehatan terkait Hb pada responden.
c. Pada saat pengujian menggunakan Scenery Picture Memory Test (SPMT)
perlu dilakukan pada tempat yang kondusif (tenang) sehingga dapat
membantu meningkatkan konsentrasi responden.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Hodder & Stonghton, 1997).


2. Sharie Jie. Olahraga cara ampuh pertajam ingatan. [cited 2008 April 23].
Available from http://www. medicastore.com.
3. Guyton AC & Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi 9. Jakarta: EGC;
1997.
4. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2002.

5. http://digilib.unila.ac.id/2368/10/BAB%20II.pdf

6. http://repository.maranatha.edu/8068/3/0430096_Chapter1.pdf

7. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131808341/Proceeding%20SEMORNA
Senam%20Aerobik%20Sebagai%20Wahana%20Pengembangan%20Kreativit
as%20Instruktur.pdf

8. Arcita Hanjani, Budi Laksono, Darmawati Ayu Indraswari. 2015. Pengaruh


olahraga aerobik rutin terhadap memori jangka pendek mahasiswa fk undip
yang diukur dengan scenery picture memory tes.

24

Anda mungkin juga menyukai