Anda di halaman 1dari 18

TERAPI AKUPRESUR

UNTUK MEREDAKAN NYERI HAID (DISMENORE)

Disusun oleh:
Kelompok 3

1. Adelina Damayanti (201411002)


2. Atmiatie (201411012)
3. Bernadeta Susetyo Endang (201411015)
4. Depi Prasetiyo W (201411019)
5. Elsa Eunike (201411022)
6. Fransiska Riati Sutanti (201411028)
7. Klara Anggela (201411033)
8. Lenny Widjayanti (201411035)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES ST. ELISABETH
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akupresur berasal dari Cina yang telah ada sejak 5000 tahun yang lalu dan
merupakan kumpulan dari pengalaman dan penelitian dari abad ke abad yang
terus dipelajari, diselidiki, ditelaah dan dikembangkan sampai sekarang.
Akupresur merupakan salah satu bentuk dari akupuntur dan berusia lebih tua dari
akupuntur. Pada mulanya merupakan suatu cara 18 penyembuhan yang
dilakukan orang awam dan berasal dari kebiasaan-kebiasaan sederhana yang
dilakukan dengan penekanan ujung-ujung jari tangan pada daerah/titik tertentu
dipermukaan tubuh1.
Akupresur adalah teknik pemijatan yang dilakukan secara periodik dan
terprogram oleh personal yang telah terdidik keterampilannya melalui suatu
pelatihan yang kompeten2. Jadi akupresur adalah teknik pijatan yang
menggunakan jari, tangan atau alat bantu seperti kayu yang dilakukan pada titik-
titik meridian.
Pada gangguan reproduksi salah satu penyakit yang dapat diberikan terapi ini
adalah nyeri haid (disminore). Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian
hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan
pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari.
Pengobatan nyeri haid berprinsip untuk mengeliminasi penyebab patologis nyeri,
terutama pada kasus nyeri haid sekunder. Sedangkan pengobatan nyeri haid
primer cukup dengan pemberian obat analgetika (penghilang rasa nyeri). Obat
penghilang rasa nyeri sampai saat ini sangat banyak macamnya mulai dari yang
betul-betul hanya menekan rasa sakit sampai yang mempunyai pengaruh
antiprostaglandin dan non steroid. Tetapi, berdasar kajian teoritik sampai saat
ini obat penghilang rasa nyeri belum ada yang lebih aman bila diminum dalam
waktu yang lama. Padahal kebutuhan penggunaan obat ini tentunya jangka lama.
Terlalu banyak mengkonsumsi obat, tentu akan merusak ginjal. Terapi dengan
akupresure saat ini diyakini lebih aman3.

1
B. Tujuan
Dapat melakukan terapi terapi akupresure menurunkan dismenore.

C. Manfaat
1. Dapat mengetahui, memahami dan menganalisa tentang akupresur
2. Mengerti dan memahami cara mengurangi dismenore menggunakan terapi
akupresur
3. Mengetahui dan memahami titik-titik akupressur untuk menurunkan
dismenore
4. Dapat meningkatkan pengetahuan dalam bidang terapi akupresur.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Akupresur
2.1.1 Pengertian Akupresur
Akupresur adalah sebuah ilmu penyembuhan dengan menekan, memjit,
mengurut bagian dari tubuh untuk mengaktifkan peredaran energi vital atau
Ci. Akupresur juga disebut akupuntur tanpa jarum, atau pijat akupuntur,
sebab teori akupunturlah yang menjadi dasar praktik akupresur. Akupuntur
menggunakan jarum sebagai alat bantu praktik, sedangkan akupresur
menggunakan jari, tangan, bagian tubuh lainnya atau alat tumpul
sebagai pengganti jarum4. Pada dasarnya Akurpresur berarti teknik pijat
yang dilakukan pada titik-titik tertentu ditubuh, untuk menstimulasi titik-
titik energi. Titik-titik tersebut adalah titik-titik akupuntur.

2.1.2 Teori dasar akupresur


Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pijat akupresur 5:
1. Pertama kali yang harus diperhatikan adalah kondisi umum si
penderita.
Pijat akupresur tidak boleh dilakukan terhadap orang yang :
a. Dalam keadaan yang terlalu lapar.
b. Dalam keadaan terlalu kenyang.
c. Dalam keadaan terlalu emosional (marah, sedih, khawatir).
d. Dalam keadaan hamil muda.
e. Pada kulit yang mengalami bengkak, lesi, fraktur(patah)
2. Selain kondisi penderita, ruangan untuk terapi akupresur pun harus
diperhatikan :
a. Suhu ruangan jangan terlalu panas atau terlalu dingin.
b. Sirkulasi udara baik, tidak terlalu pengap dan tidak melakukan
pemijatan di ruang berasap.
c. Terapi bisa dilakukan dalam posisi duduk atau berbaring
dengan tenang, tidak dalam keadaan tegang

2.1.3 Tujuan Terapi Akupresur

3
Tujuan pengobatan ini, untuk membangun kembali sel-sel dalam
tubuh yang melemah serta mampu membuat sistem pertahanan dan
meregenerasikan sel tubuh5.Umumnya penyakit berasal dari tubuh yang
teracuni. Sehingga pengobatan akupresur memberikan jalan keluar
meregenerasikan sel-sel agar daya tahan tubuh kuat untuk mengurangi sel-
sel abnormal. Tubuh manusia memiliki kemampuan memproduksi zat-zat
tertentu yang berguna untuk ketahanan tubuh.
Nilai lebih dari pengobatan akupresur terletak pada tidak
digunakannya obat untuk mengobati penyakit. Karena pada terapi ini tubuh
dirangsang untuk memproduksi sembilan jenis obat seperti anti biotik, anti
rasa sakit, anti panas dingin, pengencer darah, kanker, tumor, obat tidur,
stabil tensi, stabil gula darah, stabil hormon dan memperbaiki organ tubuh
yang rusak karena obat Pengobatan alternatif dapat di terima oleh
masyarakat asalkan tujuannya untuk penyembuhan.

2.1.4 Manfaat Terapi Akupresur


1. Pencegahan penyakit
Akupresure di praktikkan secara teratur pada saat- saat tertentu menurut
aturan yang ada, yaitu sebelum sakit 5. Tujuannnya adalah mencegah
masuknya sumber penyakit dan mempertahankan kondisi tubuh.
2. Penyembuhan penyakit
Akupresure dapat digunakan menyembuhkan keluhan sakit dan
dipraktikkan ketika dalam keadaan sakit 5.
3. Rehabilitasi
Akupresure dipraktikkan untuk meningkatkan kondisi kesehatan
sesudah sakit5.
4. Promotif
Akupresure dipraktikkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
walaupun tidak sedang sakit5.

2.1.5 Klasifikasi Akupresur


Akupresur berkembang dari naluri manusia untuk memegang,
menekan,atau memijat-mijat bagian tubuh ketika terluka atau cedera. Pada
zaman dahulu, Para pendeta Taodari zaman China Kuno memformulasikan
pengamatan mereka akan naluri pengobatan sendiri (self jealing) ini

4
menjadi suatu sistem yang dinamakan TaoYin (Tao berarti jalan,
sedang Yin berarti keluhan-keluhan yang spesifik sekaligus suatu sistem
untuk memelihara kesehatan secara umum.Tao-Yin berkembang menjadi
Doin, seni mempertahankan keremajaan melalui pemijatan diri sendiri.
Selanjutnya, tabib-tabib China menambahkan serangkaian sistem diagnosis
dan penanganan penyakit untuk merangkai suatu pendekatan medis yang
lebih lengkap.
Akupresur kini mewakili serangkaian teknik pijat, yang
menggunakan tekanan secara manual untuk menstimulasi titik-titik energi
di tubuh. Terapis melakukan tekanan dalam bobot ringan sampai sedang
dengan jari-jari tangannya, dan kadang-kadang juga dengan siku, lutut, atau
kaki ke titik-titik yang sama yang digunakan dalam Akupuntur.
Banyak ragam Akupresur telah berkembang seiring dengan waktu,
diantaranya5 :
1. Shiatsu
Secara harfiah kata shiat-su berarti jari (shi) dan tekanan (atsu),
serangkaian penekanan menggunakan jari secara berirama, ke
seluruh bagian tubuh sepanjang meridian energi.Terapi ini juga termasu
k peregangan dan tepukan. Titik-titik tekan hanya disentuh antara 3-5
detik. Penanganan ini bisa merangsang sekaligus menenangkan. Shiatsu
adalah versi Jepang dari Akurpresur, dan kini menjadi semakin populer
di dunia barat.
2. Jin Shin
Suatu pola penekanan yang lembut dan berkepanjangan pada
titik-titik Akupuntur yang penting pada meridian dan jalur-jalur yang
terpilih, setiap titik ditekan selama 1-5 menit. Terapi ini dilakukan
dalam keadaan meditatif untuk menyeimbangkan chi, sang energi vital.
3. Do-in
Suatu bentuk pemijatan terhadap diri sendiri pada otot dan titik-
titik meridian. Do-in juga mencakup gerakan, peregangan, dan
latihan pernafasan.
4. Tui-Na
Ini adalah versi China untuk pijat yang merangsang titik-titik
akurpresur dengan menggunakan berbagai ragam gerakan tangan.

5
2.1 Nyeri Haid (Dismenore)
2.2.1 Pengertian Dismenore
Dismenore adalah sejumlah ketidaknyamanan selama hari pertama
atau hari kedua menstruasi yang sangat umum terjadi 6 . Sedangkan
menurut Bobak7, dismenore adalah menstruasi yang menimbulkan nyeri
dan merupakan salah satu masalah ginekologis yang paling umum
dialami wanita dari berbagai tingkat usia.
Menurut Hendrik8 dismenore adalah nyeri (kram) pada daerah perut
yang mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan
dapat bertahan selama 24-36 jam, meskipun pada umumnya hanya
berlangsung selama 24 jam pertama saat terjadi perdarahan haid.
Sedangkan menurut Andrews9 dismenore adalah menstruasi yang disertai
dengan rasa nyeri.
Jadi dapat disimpulkan dismenore adalah menstruasi yang disertai
dengan rasa nyeri (kram) pada daerah perut dan terjadi pada hari
pertama, serta merupakan masalah ginekologis yang umum terjadi pada
wanita.
2.2.2 Klasifikasi Dismenore
Dismenore diklasifikasikan menjadi dua menurut Perry6, yaitu sebagai
berikut:
1. Dismenore Primer (Fungsional)
Menurut Wong10, dismenore primer secara langsung berkaitan
dengan terjadinya ovulasi sebelumnya serta ada hubungan antara
kontraksi otot uterus dan sekresi prostaglandin. Sedangkan menurut
hasil penelitian Lopez11, menyatakan dismenore primer dapat
terjadi pada siklus siklus anovulasi maupun siklus ovulasi.
Dismenore primer biasanya terjadi dalam 6-12 bulan pertama
setelah menarche segera setelah siklus ovulasi teratur dan pada
umumnya timbul setelah 1-2 tahun dari menarche12, 2-3 tahun
dari menarche14. Pendapat lain mengatakan dismenore primer
adalah nyeri pada saat pengeluaran aliran darah menstruasi yang
dihubungkan dengan siklus ovulasi normal15. dan tidak
berhubungan dengan semua jenis penyakit patologis pada rongga
panggul6.
2. Dismenore Sekunder (Patologis)

6
Dismenore sekunder adalah dismenore yang disebabkan
karena adanya masalah patologis di rongga panggul 6. Sedangkan
menurut Wong10, dismenore sekunder terjadi apabila
ketidaknyamanan menyertai endometriosis, infeksi, adhesi akibat
peritonitis, atau penyakit pelvis lainnya. Dismenore sekunder
paling sering muncul di usia 20-an atau 30-an setelah bertahun-
tahun menstruasi normal atau siklus tanpa nyeri.
Dismenore yang terjadi pada remaja umumya adalah dismenore
primer, sehingga pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada
dismenore primer pada remaja di sekolah menengah atas.
2.2.3 Penyebab Nyeri Haid (Dismenore)
Menurut Wong10, penyebab dismenore primer karena terjadi kontraksi
yang kuat atau lama pada dinding rahim, hormon prostaglandin yang
tinggi, dan pelebaran leher rahim saat mengeluarkan darah haid. Pendapat
lain mengatakan penyebab dismenore primer karena konstraksi otot
uterus (miometrium) yang terlalu kuat ketika mengeluarkan darah haid
(peluruhan lapisan endometrium uteri; bekuan darah (stolsel); sel-sel
epitel dan stroma dari dinding uterus dan vagina; serta cairan dan lendir
dari dinding uterus; vagina, dan vulva), sehingga menimbulkan ketegangan
otot saat berkontraksi dan terjadilah nyeri saat haid. (Dismenore pada
beberapa wanita dapat dipengaruhi oleh faktor sosial atau psikologis 11.
Menurut Celik15, vasopresin ikut berperan dalam meningkatkan
kontraktilitas uterus dan menyebabkan nyeri iskemik akibat dari
vasokontriksi pembuluh darah di uterus. Dismenore terjadi pada sebagian
remaja salah satunya disebabkan oleh produksi prostaglandin pada
endometrial dalam jumlah yang berlebihan selama fase luteal dari siklus
menstruasi18. Prostaglandin F2 alfa (PGF2) yang disekresi berlebihan
akan berdifusi ke dalam jaringan endometrial yang selanjutnya
meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi otot uterus dan
menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia
uterus dan hipoksia jaringan uterus serta kram abdomen bawah yang
bersifat siklik.
Selain yang tersebut di atas, menurut Potter dan Perry 16 nyeri
merupakan sesuatu yang kompleks, sehingga banyak faktor yang dapat
meningkatkan atau mempengaruhi pengalaman nyeri individu, antara lain:

7
1. Usia
Usia, merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan
yang ditemukan diantara kelompok usia dapat mempengaruhi cara
anak bereaksi terhadap nyeri. Tingkatperkembangan akan
mempengaruhi proses kognitif dalam persepsi nyeri yang dirasakan
dan sejalan dengan pertambahan usia. Semakin meningkat usia
maka toleransi terhadap nyeripun semakin meningkat 16. Menurut
Novia17 yang menyatakan salah satu faktor resiko yang
mempengaruhi kejadian dismenore primer adalah usia.
2. Sosial dan kultural
Sosial dan kultural, adalah keyakinan dan nilai-nilai budaya yang
mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Anak bersosialisasi
dalam sosial dan kultural seperti dalam keluarga. Orang tua
mengajarkan pada anak cara mengekspresikan dan merasakan nyeri,
serta cara untuk mengatasi nyeri. Sedangkan budaya akan
mempengaruhi bagaimana anak akan bereaksi dan
mengkomunikasikan nyeri16. Hal ini sejalan dengan penelitian
Shavers18, dari hasil studi literatur terhadap beberapa penelitian
yang dilakukan di Amerika, disimpulkan bahwa tingkat nyeri yang
dirasakan pada beberapa etnis/budaya di Amerika menunjukkan
adanya perbedaan, yang disebabkan karena adanya kesenjangan
terhadap akses pelayanan kesehatan, miskomunikasi, dan
mispersepsi terhadap kondisi sakit dan tingkat nyeri yang dirasakan
serta disebabkan juga oleh pengaruh sikap, keyakinan dan perilaku
serta penerimaan pasien terhadap pengobatan.
3. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Individu yang sehat secara
emosional, biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga
berat daripada individu yang memiliki status emosional yang kurang
stabil20. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Wadhwa 19, yang
mengungkapkan bahwa depresi dan kecemasan memiliki hubungan
yang signifikan dengan rasa sakit pada saat menstruasi. Hasil ini

8
juga didukung oleh pendapat Redish20 bahwa dismenore secara
signifikan berhubungan dengan depresi dan gangguan somatis, yang
merupakan salah satu indikator seseorang sedang mengalami
kecemasan. Sedangkan hasil penelitian Hasanah21 menyatakan bahwa
tingkat kecemasan berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas
nyeri haid setelah dilakukan akupresur pada kedua kelompok intervensi
dan kontrol (p-value=0,032). Proporsi terbesar tingkat kecemasan pada
remaja didapat sebagian besar responden pada kedua kelompok berada
pada tingkat kecemasan sedang.
4. Keletihan
Rasa letih/lelah menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping. Apabila keletihan disertai dengan
kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan dapat terasa lebih
berat lagi. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu
mengalami suatu periode tidur yang lelap16.
5. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Apabila individu
tidak pernah merasakan nyeri, maka persepsi pertama nyeri dapat
mengganggu koping individu. Akan tetapi bila individu mengalami
nyeri, dengan jenis yang sama berulang-ulang kemudian nyeri
tersebut berhasil dihilangkan maka akan lebih mudah bagi individu
untuk menginterpretasikan sensasi nyeri16. Cara seseorang berespon
terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian nyeri selama rentang
kehidupannya.
6. Gaya koping
Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian maupun
keseluruhan. Individu seringkali menemukan berbagai cara untuk
mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri.
Sumber-sumber koping individu seperti berkomunikasi dengan
keluarga, melakukan latihan, atau bernyanyi untuk mengurangi nyeri
sampai tingkat tertentu16.
7. Dukungan keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan,
bantuan, atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap individu rasakan,

9
tetapi dengan kehadiran orang yang dicintai akan meminimalkan
kesepian dan ketakutan16. Hal ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian Hasanah21 yang mengatakan bahwa dukungan keluarga
tidak berpengaruh terhadap intensitas nyeri setelah dilakukan
akupresur. Sedangkan menurut French22 salah satu faktor resiko
yang berhubungan dengan intensitas nyeri haid (dismenore) adalah
dukungan sosial.
2.2.4 Gejala Dismenore
Gejala yang paling umum terjadi pada saat dismenore adalah kram
atau spasme intermiten yang biasanya berpusat di area suprapubik. Gejala
lainnya berupa nyeri yang menyebar ke area punggung, kaki, dan
pinggang, kehilangan nafsu makan, lemas, pusing, depresi, iritabilitas,
gugup, dan mengantuk. Selain itu dismenore juga dapat terjadi dengan
beberapa gejala sistemik antara lain mual, muntah, diare, demam,
nyeri kepala. Sedangkan menurut Hendrik23, nyeri/kram dirasakan di
daerah perut bagian bawah mulai terjadi pada 24 jam sebelum
terjadinya perdarahan dan dapat bertahan selama 24-36 jam (umumnya
nyeri berlangsung 24 jam pertama saat terjadinya perdarahan haid),
menyebar ke bagian belakang, kaki, pangkal paha, dan vulva. Rasa nyeri
sering disertai dengan mual, muntah, diare, kedinginan, perut kembung,
nyeri payudara, sakit kepala bahkan pingsan.
Menurut Anurogo24 gejala-gejala umum dismenore primer adalah
nyeri perut (kram), malaise, fatigue, mual dan muntah, diare, nyeri
punggung bawah, sakit kepala terkadang disertai vertigo, perasaan
cemas, gelisah, dan bahkan kolaps. Menurut Taber25 nyeri abdomen
dapat mulai beberapa jam sampai satu hari mendahului keluarnya darah
haid. Nyeri biasanya paling kuat sekitar 12 jam setelah mulai
timbulnya keluar darah haid, saat pelepasan endometrium maksimal.
Dismenore juga memiliki ciri khas yaitu nyeri pelvis atau perut bawah
dimulai sejak keluar haid dan berakhir 8-72 jam, nyeri punggung, nyeri
paha di medial atau anterior, sakit kepala, diare, mual atau muntah
serta konsentrasi buruk7.
2.2.5 Faktor Resiko Terjadinya Dismenore
Ada beberapa faktor resiko yang dapat dihubungkan dengan kejadian
dismenore primer sebagai berikut: usia menarche yang terlalu dini, usia

10
dibawah 25 tahun, periode menstruasi yang terlalu panjang, banyak darah
beku (stolsel) yang keluar pada saat menstruasi, obesitas, gangguan
pada hubungan sosial, merokok, dan konsumsi alkohol, riwayat
keluarga dengan dismenore serta diet tinggi lemak 24.
2.2.6 Penanganan Dismenore
Penanganan dismenore dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan terapi farmakologis dan terapi non farmakologis.
1. Terapi Farmakologis
Terapi dasar pertama untuk remaja yang mengalami
dismenore adalah dengan pemberian obat anti inflamasi
nonsteroid (NSAIDs) yang akan menghambat pembentukkan
prostaglandin selama dua sampai tiga hari dalam siklus menstruasi 16.
2. Terapi Non Farmakologis
Terapi non farmakologis menggunakan proses fisiologis
dari tubuh. Menurut Bobak7, ada beberapa cara untuk meredakan
dismenore, yaitu kompres hangat/mandi air hangat, massase,
distraksi, latihan fisik/exercise, yoga, tidur cukup, diet rendah
garam, dan peningkatan penggunaan diuretik alami, seperti daun
sup, semangka. Sedangkan menurut Nathan26 yang dapat dilakukan
untuk mengatasi dismenore adalah mandi air hangat, meletakkan
botol hangat di perut, exercise/latihan, dan menghindari merokok.
2.2.7 Skala Pengukuran Tingkat Nyeri Dismenore
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Dismenore termasuk ke
dalam nyeri visceral karena nyeri berada di rongga abdominal 27.
Menurut Perry & Potter16, skala penilaian Numeric Rating Scale
(NRS) digunakan untuk menggantikan penilaian dengan deskripsi kata.
Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala yang paling
efektif digunakan unruk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah
intervensi terapeutik.

11
Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-9 : nyeri berat terkontrol
10 : nyeri berat tidak terkontrol

2.2 Terapi akupressur untuk Dismenore


Selain penatalaksanaan dengan terapi medikamentosa, dismenore dapat
dikurangi dengan terapi acupressure. Titik-titik akupresure yang dapat
mengurangi dismenore adalah28:

1. Titik SANYINJIAO (SP 6)


Tiga cun atau sekitar empat jari di atas
malleolus internus, tepat di ujung
tulang kering
Organ: Limpa
Fungsi: Menurunkan Dismenore
Cara :
Dikuatkan (Searah jarum jam)
sebanyak 30 putaran.
Waktu : 3-5 menit

12
2. Titik Sacral Points (B27-B34)
Terletak pada daerah sakral atau di
sekitar tulang sacrum.
Organ : Kandung Kemih
Fungsi: Mengurangi sakit pada
dismenore, pegal pada
pinggang, nyeri saat
persalinan.
Cara :
Dikuatkan (Searah jarum jam)
sebanyak 30 putaran.
Waktu : 3-5 menit

3. Titik Taichong/Daichong (LR3/LV3)


Terletak di proximal pertemuan
tulang-tulang metatarsal I dan II.
Organ : Hati
Fungsi: meredakan spasme,
ketegangan dan kekakuan
Cara :
Dikuatkan (Searah jarum jam)
sebanyak 30 putaran.
Waktu : 3-5 menit

2.3 Analisa
Penekanan pada titik-titik akupresur SP 6, B27-B34, LR3/LV3 dapat
mengurangi nyeri haid (dismenore) karena adanya peningkatan endorphin,
yaitu hormon yang mampu menghadirkan rasa rileks pada tubuh secara
alami, memblok reseptor nyeri ke otak29. Hal yang sama juga dijelaskan
oleh Hartono30, bahwa terapi akupresur secara empiris terbukti dapat
membantu produksi hormon endorphin pada otak yang secara alami
dapat membantu menawarkan rasa sakit saat menstruasi. Penekanan titik
akupresur dapat berpengaruh terhadap produksi endorphin dalam tubuh.
Endorphin adalah pembunuh rasa nyeri yang dihasilkan sendiri oleh
tubuh. Endorphin merupakan molekul-molekul peptid atau protein yang

13
dibuat dari zat yang disebut beta-lipoptropin yang ditemukan pada kelenjar
pituitary. Endorphin mengontrol aktivitas kelenjar-kelenjar endokrin
tempat molekul tersebut tersimpan31.
Selain itu endorphin dapat mempengaruhi daerah-daerah pengindra
nyeri di otak dengan cara yang serupa dengan obat opiat seperti morfin.
Pelepasan endorphin dikontrol oleh sistem saraf. Jaringan saraf sensitif
terhadap nyeri dan rangsangan dari luar, dan jika dipicu dengan
menggunakan teknik akupresur, akan menginstrusikan sistem endokrin
untuk melepaskan sejumlah endorphin sesuai kebutuhan tubuh 29.Terkait
dengan produksi prostaglandin pada fase lutheal, terapi akupresur dapat
melancarkan peredaran darah, prostaglandin ikut mengalir dalam
peredaran darah dan tidak menumpuk pada uterus dan akhirnya
diharapkan dapat menurunkan rasa nyeri pada saat menstruasi32.
Pemberian terapi pada titik LR3 pada fase lutheal siklus menstruasi
melancarkan aliran darah dan menghilangkan sumbatan pada pembuluh
darah32. Dengan demikian prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium
pada fase lutheal siklus menstruasi dapat mengalir dengan lancar pada
pembuluh darah dan tidak menumpuk pada area tertentu di dalam tubuh.
Sehingga intensitas nyeri saat menstruasi pada periode menstruasi berikutnya
dapat berkurang. Titik LR3 (Taichong) terletak pada meridian liver.
Penekanan pada titik akupresur LR3 dapat memperbaiki aliran energi di pada
organ yang dilalui oleh meridian hati dan sekaligus juga dapat memperbaiki
aliran energi pada seluruh tubuh karena titik ini merupakan titik penting yang
juga berfungsi untuk meredakan nyeri (analgesik) dan relaksasi di seluruh
tubuh32. Dengan berkurangnya gejala tambahan lain pada saat menstruasi di
seluruh tubuh, maka kualitas nyeri yang dirasakan setelah dilakukan terapi
pada titik ini juga berkurang.
2.4 Persiapan alat34
a. Pelicin (baby oil)
b. Stik
c. Tissue
d. Baskom
e. Air hangat
f. Handuk
g. Bantal

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Akupresur adalah sebuah ilmu penyembuhan dengan menekan, memjit,
mengurut bagian dari tubuh untuk mengaktifkan peredaran energi vital atau
Ci.
2. Dismenore adalah nyeri (kram) pada daerah perut yang mulai terjadi pada 24
jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36
jam.
3. Akupresur untuk dismenore adalah pemijatan pada beberapa titik yaitu titik
titik-titik akupresur SP 6, B27-B34, LR3/LV3.

3.2 Saran
Dalam melakukan terapi akupresur pada pasien dismenore, diharapkan perawat
memperhatikan kondisi umum pasien. Jika pasien merasa kesakitan atau
kelelahan, terapi akupresur dapat segera dihentikan.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Bambang purwakso, 2008: 1


2. Santanu, 2008: 1
3. Junizar, 2001
4. Sukanta, 2003
5. Panduan Akupresur Mandiri Bagi Pekerja Di Tempat Kerja, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015 (Diakses 17 Februari 2017) dari URL:
http://tradkom.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2015/PANDUAN%20AKUPRESUR%20MANDIRI%20BA
GI%20PEKERJA%20DI%20TEMPAT%20KERJA.pdf
6. Wong, D.L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. (Sari
Kurnianingsih:Penerjemah). Jakarta:EGC.
7. Bobak, I.M,. Lowdermilk, D.L,. Jensen M.D,.& Perry S.E. 2005. Maternity
Nursing. Fourth Edition. Mosby-Year Book INC.
8. Pillitteri A., 2003. Maternal and Child Health Nursing: Care of The
Childbearing Family. (4 th ed) . Philadelpia: Lippincott.
9. Prawirohardjo, Sarwono., (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.
10. Wong, D.L, Hockenberry, M, et al. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.
Alih bahasa, Monica Ester; (6th.ed). volumen 2. Jakarta: EGC.
11. Lpez, J. C., Ruiz, F. J., Feder, J., Barbero-Rubio, A., Surez-Aguirre, J.,
Rodrguez, J. A., & Luciano, C. (2010). The role of experiential avoidance in
the performance on a high cognitive demand task. International Journal of
Psychology and Psychological Therapy, 10, 475-488.
12. Progestian, prima.(2010). http://drprima.com/kehamilan/pengertian-lama-
danperiode-kehamilan-manusia.html.diakses Selasa 14 Maret 2017.
13. Hendrik.(2006). Problema Haid: Tinjauan Syariat Islam Dan Medis. Solo: PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
14. Harel. 2002. A Contemporrary Approach to dysmennorhea in adolescents.
Pediatric drugs, 4(12), 797-805.
15. Celik, et al. (2009),
16. Potter, P.A & Perry, A.G. 2006. Fundamentals of Nursing : Concepts,
Process, and Practice. Fourth Edition. USA: Mosby-Year Book Inc
17. Novia, Ika & Nunik Puspitasari. 2008. Faktor Resiko yang Mempengaruhi
Kejadian Dysmenorrhea. The Indonesian Journal of Public Health, 4.96- 104

16
18. Shavers, Bakos, dan Sheppard (2010)
19. Wadhwa, et al. 2004
20. Redish 2006
21. Hasanah 2010
22. French, L. 2005. Dysmenorrhea. American Family Phicisian: Academic
Research Library.
23. Potter & Perry 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik.(Penerjemah: Devi Yulianti). Jakarta: EGC.
24. Anurogo. 2008. Segala sesuatu tentang nyeri haid
25. Taber, B. 2002. kapita selekta. Kedaruratan obstetri dan ginokologi.EGC
26. Nathan 2005
27. Moeliono, Anton. M. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
28. Ridwan dan Herlina, 2015, Metode Akupresur Untuk Meredakan Nyeri Haid,
Program studi Kebidanan Metro Poliklinik Kesehatan Tanjungkarang, Jurnal
Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No.1 Edisi Juni 2015
29. Aprilia, 2010.
30. Hartono 2012
31. Kashefi, 2010
32. Sriwahyuni, 2011
33. Jarmey & Bouratinos, 2008
34. Gunawan, Dadan. 2015. Teknik Mudah & Lengkap Pijat Refleksi. Media
Pressindo;Yogyakarta

17

Anda mungkin juga menyukai