Anda di halaman 1dari 12

Angsa hitam & kapal nabi Nuh

Dalam kehidupan ini seringkali ada hal yang tak terduga terjadi tiba tiba dan menimbulkan
dampak yang sangat besar, semisal kejadian bencana alam atau krisis kehidupan lain nya.
Nassim Taleb seorang ahli keuangan, yang mencoba memahami fenomena tersebut dengan
mengembangkan sebuah teori yg dikenal dengan istilah Black Swan Theory.

Mengapa disebut teori Black swan ( Angsa hitam),ialah karena selama ini orang berpendapat
bahwa semua angsa berwarna putih dan baru kemudian ditemukan ternyata ada juga angsa yg
berwarna hitam, sebuah kemusykilan yg jadi kenyataan.

Teori Angsa Hitam ini jadi salah satu dasar kajian baru dalam ilmu dalam manajemen resiko,
berbagai metode dan teori baru dikembangkan untuk menghadapi kondisi tak terduga seperti itu.
Ada sebuah ide menarik, bahwa untuk menghadapi hal yang terduga, tak bisa dihadapi dengan
cara yang normal, tapi harus dihadapi dengan cara tak terduga pula.

Dari sejarah peradaban manusia, kita bisa belajar dari pengalaman nabi Nuh yang terkenal
dengan kisah beliau yang membuat kapal besar di atas bukit dan mengumpulkan manusia &
binatang. Sebuah tindakan tak terduga yang dianggap tak masuk akal.

Tapi ternyata tindakan tersebut terbukti efektif sekali, saat banjir besar, kejadian yang tak pernah
diduga2 sebelumnya terjadi, kapal tersebut menjadi penyelamat kehidupan.

Nabi Nuh melakukan itu semua adalah berdasarkan petunjuk dari Allah, Tuhan Yang Maha Tahu
akan segala hal, termasuk hal yang terduga sekalipun.
Manusia terbatas pengetahuan nya, untuk hal2 yg normal terjadi, kita punya pengetahuan dan
pengalaman menghadapinya, tapi manusia belum tentu bisa untuk menghadapi berbagai hal yang
terduga dalam perjalanan kehidupan ini.

Mohonlah selalu petunjuk pada Allah, swt, yang Maha Tahu segala sesuatu, wallahu alam,
Allah lebih tahu segala sesuatu, subhanallah Maha Suci Allah.

Sebab diberi gelaran Ulul Azmi

1. Mendapat pengiktirafan Allah s.w.t.


2. Memiliki kesabaran yang tinggi semasa berdakwah
3. Sentiasa memohon kepada Allah s.w.t. supaya kaum mereka tidak diturunkan azab
4. Sentiasa berdoa kepada Allah s.w.t. supaya memberi hidayah kepada kaum mereka
5. Memiliki keazaman yang tinggi semasa berdakwah
Dalil al-Quran tentang Ulul Azmi
Firman Allah S.W.T: Maksudnya:

"(Jika demikian akibat orang-orang kafir yang menentangmu wahai Muhammad) maka bersabarlah engkau
sebagaimana sabarnya Rasul-rasul "Ulul Azmi" (yang mempunyai keazaman dan ketabahan hati) dari
kalangan Rasul-rasul (yang terdahulu daripadamu); dan janganlah engkau meminta disegerakan azab untuk
mereka (yang menentangmu itu). Sesungguhnya keadaan mereka semasa melihat azab yang dijanjikan
kepada mereka, merasai seolah-olah mereka tidak tinggal (di dunia) melainkan sekadar satu saat sahaja dari
siang hari. (Penerangan yang demikian) cukuplah menjadi pengajaran (bagi orang-orang yang mahu insaf).
Maka (ingatlah) tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik (derhaka)." (Surah Al-Ahqaaf : Ayat 35)[1]

== Nuh ===

Kualifikasi [[Nuh]] sebagai ulul azmi di antaranya karena kesabarannya dalam berdakwah dan mendapat
hinaan dari kaumnya. Nuh tanpa menyerah terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat dan
masyarakat umum, untuk kembali kejalan yang lurus. Hampir 1000 tahun usianya jumlah umat yang
mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan istri dan anaknya yang

bernama [[Kanan]] termasuk penentangnya. Atas kehendak Allah umat Nuh yang membangkang
ditenggelamkan dengan gelombang air bah dan semuanya hancur, kecuali Nuh dan pengikutnya yang
beriman.
Tarikh Dakwah : Nabi Nuh a.s. (Habis)
Oleh : H. Abdul Syakur Mughni
Email: has.d2n@gmail.com
A. Ibroh dari Dakwah Nabi Nuh as
1. Tipu Daya Iblis
Pada awalnya, Wad, Suwa, Yaghuts, Yauq, dan Nasr mereka adalah para ulama yang
hidup antara Nabi Adam dan Nabi Nuh. Kelima ulama ini dicintai dan dikagumi oleh banyak
orang. Merekalah yang mengajarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada masyarakat sehingga
semua urusan dapat diselesaikan dengan benar.
Melihat kegigihan lima ulama tersebut dan keimanan manusia saat itu begitu kuat, Iblis
tidak nyaman, namun dia tidak dapat menggoda manusia di saat mereka berada dalam keadaan
kuat. Dia hanya datang ketika manusia berada dalam keadaan lemah. Iblis menunggu dengan
sabar kematiaan lima ulama tadi. Kemudian dia mencoba menerapkan tipu muslihat busuknya
dengan menasihati orang-orang yang mencintai kelima ulama tadi seraya berkata, buatkanlah
patung-patung mereka sebagai tanda pengenang agar tak terlupakan, agar manusia selalu ingat
dengan kisah hidup mereka yang penuh kesalehan. Dengan demikian, semua orang akan menjadi
seperti mereka dan mengikuti ajaran mereka. Akhirnya generasi awal ini melaksanakan bisikan
Iblis tersebut.
Iblis kemudian menunggu sampai hilangnya generasi awal ini karena dia tidak mampu
mempengaruhi mereka untuk menyembah patung-patung itu. Perhatikanlah secara seksama
bagaimana Iblis begitu sabar untuk menjerumuskan manusia ke dalam jurang kemaksiatan.
Setelah generasi awal yang beriman kuat telah tiada, Iblis mulai mendekati generasi
kedua dan menasihati, Tentu akan lebih utama jika kalian semua dapat bertawaf mengelilingi
patung-patung mereka agar kalian dapat lebih dekat kepada Allah.
Kemudian berakhirlah generasi kedua dan Iblis mulai mendatangi generasi ketiga. Dia
mengatakan kepada mereka, Jika kalian bersujud di hadapan patung-patung ini, maka kedekatan
kalian kepada Allah akan lebih cepat tercapai. Lalu orang-orang mulia bersujud di hadapan
patung-patung itu dan menyembahnya. Akhirnya, hanya berselang tiga generasi sejak kematian
lima ulama tadi, orang-orang pun telah menyembah berhala.
Ibroh :
Iblis tidak akan berhenti memusuhi umat manusia selama ajal belum tiba. Karena itu,
berhati-hatilah dengan trik-trik Iblis di setiap waktu. Bergegaslah untuk bertobat ketika Kita
melakukan sebuah dosa agar kepulangan Kita ke pangkuan Ilahi tidak diberati oleh beban ribuan
maksiat. Selain itu, ajal bisa saja datang terlebih dahulu sebelum kita bertobat. Maka bergegaslah
untuk bertobat dan berhati-hatilah karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata.
2. Dakwah Tak Pernah Henti dengan Tekad Yang Kuat
Selama 950 tahun Nabi Nuh berdakwah, berapakah orang yang beriman kepadanya?
Dalam hitungan para ulama tafsir, disebutkan bahwa jumlah orang yang menerima ajakan Nabi
Nuh adalah 80 orang. Dapatkah kita bayangkan hal ini? Artinya, hanya satu orang yang beriman
dalam setiap 12 tahun. Siapakah yang dapat menanggung beban seperti ini?
Dari itu, di antara sifat yang harus dimiliki oleh manusia, khususnya orang yang berjalan
dalam dakwah, adalah tekad kuat yang dengannya bisa mengalahkan kesulitan dan keruwetan.
Nabi Nuh sebagai contoh yang layak diteladani kekuatan tekadnya. Ia berdakwah kepada
kaumnya secara terus-terusan dalam jangka waktu yang sangat panjang tanpa tergoyahkan
kemauan dan aqidahnya. Di antara gambaran yang lebih jelas sebagaimana diterangkan oleh Al-
Quran adalah keistiqamahan Nabi Nuh dalam berdakwah. ia tak kenal siang maupun malam,
baik sembunyi-sembunyi atau terang-terangan, dan kaumnya mengacuhkan dakwahnya. Bahkan
mereka tidak mau mendengarkan atau menyaksikan dakwahnya.
Dengan tekadnya yang begitu kuat, Nabi Nuh menghadapi berbagai macam cobaan.
Kaumnya pernah memukulinya hingga pingsan. Lalu mereka menggeletakkannya di atas tikar
dan melemparkanya ke tanah karena mereka mengiranya telah mati. Namun, Allah
menyembuhkannya. Lalu dia kembali lagi menyeru mereka untuk masuk ke jalan Allah.
Ibroh :
Sudah seharusnya kita meneladani keteguhan Nabi Nuh dalam berdakwah. Perlu kita
membandingkan diri kita dengan sosok Nabi Nuh. Apa yang telah kita persembahkan untuk
agama kita? Apa yang telah kita lakukan dalam hidup kita? Apakah kita termasuk orang yang
hidup demi agamanya, tabah menghadapi cercaan, pukulan, cemoohan, dan ancaman?
Dakwah tak pernah berhenti sepanjang masa. Selama dunia masih berputar selama itu
pula dakwah berjalan. Umur dakwah tak sepadan dengan umur manusia. Umur manusia akan
berakhir, sedangkan umur dakwah tak pernah ada akhirnya kecuali berakhirnya alam ini.
Perjuangan membela agama Islam tak pernah berakhir, nyawa dan harta serta seluruh apa yang
kita miliki harus kita gunakan untuk menegakkan agama kita.
Dan dapat ditarik suatu kesimpulan dari kisah Nabi Nuh bawah durasi waktu tidak
menentukan keberhasilan. Artinya panjangnya waktu yang digunakan untuk berdakwah, belum
tentu mendapatkan pengikut yang banyak.
3. Belajar Sabar dari Nabi Nuh
Sesungguhnya Allah memilih para Nabi dari hamba-hamba-Nya, kemudian dari para nabi
tersebut Allah pilih kembali para rasul, kemudian dari para rasul Allah memilih ulul azmi. Para
rasul yang dipilih masuk dalam ulul azmi, karena mereka melaksanakan dakwah kepada Allah
dengan penuh kesabaran dan keteguhan dengan menghindari ketergesa-gesaan serta
menggunakan metode hikmah.
Sebagaimana tergambar dalam riwayat Nabi Nuh pada point dua di atas, betapa sabar dan
tekunnya beliau dalam berdakwah. Maka pantaslah, kalau beliau termasuk ulul azmi. Dan kita
sebagai pelaksanan dakwah di era ini mesti mengikuti dan mempelajaran serta meneladai
kesabaran para ulul azmi. Sebagai mana firman Allah SWT :
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul
telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka
melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia)
melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan
melainkan kaum yang fasik. (QS. Al-Ahqaaf [46]: 35).
Pada ayat lain :
Dan Sesungguhnya telah didustakan (pula) Rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka
sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai
datang pertolongan Allah kepada mereka. tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-
kalimat (janji-janji) Allah. dan Sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita
Rasul-rasul itu. (QS. Al-Anam [6]: 34).
Ibroh :
Wahai para dai, tetaplah sabar dalam kondisi apapun madu kita. Tugas kita adalah
menyampaikan apa yang Rasulullah telah wariskan kepada kita. Banyaklah kita belajar kepada
para rasul. Hinaa, cacian, perdebatan, intimidasi, propaganda, pelabelan sebagai teroris,
fundamentalis, radikal dan sebagainya itu merupakan bagian dari ujian dalam dakwah. Ujian
seperti ini pun telah dialami oleh para rasul yang mana mereka adalah manusia-manusia pilihan
yang mana kita adalah sebagai para pewarisnya, para ulama adalah pewaris para nabi.
4. Keluarga Dalam Bingkai Dakwah
Semua manusia mendapat ujian dari Allah SWT. tak kecuali para Nabi. Begitu pula Nabi
Nuh, seorang nabi dan rasul beliau diuji dengan ujian berat dalam bentuk pendustaan,
pernyiksaan, ejekan dan beliau pun diuji dengan keingkaran anak terhadap dakwahnya. Istri
beliau pun mengingkari bahkan menjadi kerikil penghalang perjuangannya. Sudah beberapa kali
beliau berusaha menyelamatkan isteri beliau, namun Allah Maha Kuasa dalam seluruh urusan-
Nya. Kedekatan istri dan anak dengan beliau tidak berpengaruh apa-apa, karena standar yang
benar ialah kedekatan agama dan bukan kedekatan nasab. Tentang istri Nabi Nuh, Al-Quran
telah menjadikannya sebuah perumpamaan bagi umat Islam di masa sekarang dan akan datang.
Firman Allah SWT:
Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir.
keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba
kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu
tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya):
"Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)". (QS. At-Tahrim
[66]: 10).
Anak beliau pun, Kanan yang akhirnya termasuk orang-orang kafir yang tenggelam.
Padahal Nabi Nuh sudah berusaha memohon kepada Allah, agar anaknya diselamatkan. Namun
Allah tidak memperkenankan doanya dan mengatakan bahwa ia (Kanan) termasuk orang kafir.
Allah melarang Nabi Nuh untuk memohon sesuatu permintaan kecuali dia yakin bahwa
permintaannya itu baik dan benar. Hal ini diceritakan oleh Allah dalam Al-Quran:
dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku
Termasuk keluargaku, dan Sesungguhnya janji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah
hakim yang seadil-adilnya." Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya Dia bukanlah Termasuk
keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan
yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak
mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan
Termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." Nuh berkata: Ya Tuhanku, Sesungguhnya
aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada
mengetahui (hakekat)nya. dan Sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaKu, dan (tidak)
menaruh belas kasihan kepadaKu, niscaya aku akan Termasuk orang-orang yang merugi." (QS.
Hud [11]: 45-47).
Ibroh :
Pelajaran yang dapat diambil, bahwa kendati ikatan kekerabatan seseorang dengan
manusia sangat dekat, terutama dengan para nabi, namun kekerabatan tersebut tidak bermanfaat
baginya selama ia jauh dari kebenaran. Bahkan seseorang tidak bisa mengambil manfaat dari
kerabat dan nasabnya jika keduanya dipisah oleh agama. Jadi azab hanya bisa ditolak dengan
ketaatan dan bukan dengan perantaraan.
5. Si Kaya dan Si Miskin dalam Dakwah
Al-Quran sejak empat belas abad yang lalu telah menghilangkan adanya kasta dalam
masyarakat dengan suatu ayat yang menerangkan bahwa semua manusia adalah sama. Dalam
kisah Nabi Nuh ini, Allah hendak menjelaskan bahwa antara para hartawan dan bangsawan
dengan lainnya tidak ada kelebihan sama sekali. Dan masyarakat yang dikehendali Allah adalah
masyarakat yang sederajat dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Menurut Al-Quran bahwa pada zaman Nabi Nuh terdapat dua golongan manusia.
Mereka terbagi dalam kelompok orang kaya dan terhormat, yakni kelompok borjuis dan kapitalis
serta kelompok kaum buruh dan fakir yang disebut kelompok proletar. Namun, kaum buruh dan
fakir menerima dakwahnya. Akan tetapi kelompok orang kaya dan bangsawan menolak
dakwahnaya disertai ejekan dan mereka tidak mau dipesamakan dengan orang-orang miskin
karena mereka merasa lebih mulia dan tidak layak bersama orang yang lebih rendah derajatnya.
Bahkan mereka berjanji akan menerima ajarannya jika beliau bersedia mengusir semua kaum
fakir dan buruh dari majelisnya. Tetapi Nabi Nuh menolak syarat yang mereka ajukan. Lihat
surat Hud : 29-30 sebagai berikut:
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah)
bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-
orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi
aku memandangmu suatu kaum yang tidak Mengetahui. Dan (dia berkata): "Hai kaumku,
siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah
kamu mengambil pelajaran? (QS. Hud [11]: 29-30).
Ibroh :
Jadi, Allah tidak melihat derajat seseorang dalam kedudukan dan harta, tapi Allah melihat
dan menerima amal orang yang mau beriman kepada-Nya. Allah menyelamatkan manusia
berdasarkan keimanan dan ketakwaannya bukan berdasarkan paras wajah, harta dan
kedudukannya di dunia. Sesuai firman Allah:
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS. Al-Hujurat [49]: 13).
6. Dibolehkannya Doa Yang Buruk Bagi Orang-Orang Kafir
Dapat diambil pula dari sejarah dakwah Nabi Nuh tentang dibolehkannya doa kehancuran
atas orang-orang kafir dengan tujuan untuk menjaga kelangsungan dakwah bukan untuk
kepentingan pribadi. Seperti Jihad pertahanan setelah tidak adanya harapan dari kesabaran.
Nabi Nuh tentunya tidak akan mendoakan kehancuran bagi kaumnya kecuali setelah
sampai kepadanya berita yang menunjukkan tidak adanya harapan keimanan kaumnya.
Sebagaimana firman Allah :
Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu,
kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa
yang selalu mereka kerjakan. (QS. Hud [11]: 36).
Mungkin timbul pertanyaan, apakah para rasul itu boleh berputus harapan dalam
berdakwah? sedangkan para rasul itu merupakan pilihan Allah yang tahan banting yang tidak
akan berputus asa dalam berjuang membela kebenaran!
Menjawab pertanyaan ini, biar bagaimana pun para Nabi dan Rasul adalah manusia
sebagaimana manusia lainnya, yang membedakan antara mereka dengan manusia biasa adalah
wahyu. Artinya ketika mereka melakukan suatu tugas dari Allah, dan Allah pun telah
mewahyukan bahwa umatnya tidak akan ada lagi yang beriman kepada Allah. Dengan kata lain
telah menemui jalan buntu. Maka jalan terakhir bagi mereka adalah berdoa kepada Allah, dengan
tujuan agar kerusakan, kemusyrikan serta pembangkangan hilang dan tidak menjadi penghalang
bagi kebenaran. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
Sehingga apabila Para Rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan
telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada Para Rasul itu pertolongan
Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. dan tidak dapat ditolak siksa Kami
dari pada orang-orang yang berdosa. (QS. Yusuf [12]: 110).
Terhadap ayat di atas, Sayyid Quthub, ulama yang syahid itu menulis bahwa ayat ini
memberikan potret yang sangat mencekam, menggambarkan betapa besar kesulitan, kepedihan
dan kesempitan yang dialami oleh para rasul. Mereka menghadapi kekufuran, kesesatan, dan
sikap kepala batu serta pengingkaran. Waktu berlalu, tetapi dakwah tidak disambut kecuali
oleh segelintir. Tahun silih berganti, tetapi kekufuran tetap dalam ketegaran dengan jumlah
penganutnya, sedang orang-orang mukmin sedikit dalam jumlah mereka dan lemah pula
kekuatannya. Sunggu itu adalah saat-saat mencekam. Kebatilan merajalela, melampoi batas,
menyiksa dan menipu, sedang para rasul menunggu dan menunggu janji tetapi belum juga
terlaksana, sehingga mereka dikunjungi oleh pikiran dan tanda tanya apakah hati mereka telah
mendustakan mereka dalam harapan mencapai kemenangan di dunia ini? Tentu saja tidak
seorang rasul yang mengalami hal demikian, kecuali situasi memang telah mencapai puncak
krisis di atas kemampuan manusia. Demikian lebih kurang Sayyid Quthub yang kemudian
berkomentar melanjutkan uraiannya, Aku tidak pernah membaca ayat ini dan ayat lain yang
menyatakan :
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya
pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat. (QS. Al-
Baqarah [2]: 214).
Aku tidak pernah membacanya tulis Sayyid Quthub kecuali berdiri bulu roma aku dan
menggigil aku menggambarkan betapa mencekammnya situasi yang dihadapi itu.
Nah, ketika terjadi suasana yang digambarkan itulah, baru pertolongan Allah tiba. Itulah
sunnatullah dalam perjuangan menegakkan kebenaran. Ia harus didahului oleh krisis dan cobaan
sampai jika tak ada lagi upaya yang dapat dilakukan barulah pertolongan Ilahi tiba. Dan ketika
akan terasa betapa kemenangan yang diraih sangat mahal dan berarti.
Memang dakwah bukanlah suatu pekerjaan mudah. Dalam kisah Nabi Nuh kita melihat
bagaimana kesulitan silih berganti menimpa, tetapi Al-Hamdulillah, pertolongan Allah akhirnya
datang juga.
7. Mujizat Al-Quran dalam Ayat-Ayat tentang Nabi Nuh
a. Keindahan Bahasa Al-Quran
Al-Quran dalam mengisahkan Nabi Nuh menggunakan ushlub dan nilai-nilai sastra.
Susunan kalimat yang indah dan mudah diucapkan serta nyaman dirasakan. Pada tiap akhiran
ayat-ayatnya merupakan irama yang serasi (Al-Fashilah) artinya akhiran setiap ayat atau waqaf
yang merupakan akhiran yang seirama, seperti yang terdapat pada akhir bait tiap-tiap syair. Ini
menunjukkan bahwa Al-Quran memiliki pengungkapan yang jitu dan pengaruh besar ke dalam
ruhani manusia.
Mari kita perhatikan keindahan tersebut dengan membaca ayat-ayat berikut ini :
(Mohon dilihat di Al-Quran Al-Karim Surat Nuh [71]: 5-12, kami tidak menuliskan ayat-ayat
tersebut di web ini).
Dan juga pada : Surat Al-Qamar [54]: 9-14.
b. Keilmiahan Al-Quran
1) Al-Quran Bicara Tentang Penciptaan Manusia
Dapat kita bayangkan, pada zaman Nabi Nuh saja, Allah telah mewahyukan kepada nabi-
Nya agar menyampaikan tentang penciptaan manusia. Kata : dalam ayat : ,
adalah bentuk jamak dari kata (thour) yang antara lain berarti fase atau masa. Ia juga
digunakan dalam arti kondisi yang dialami sesuatu.
Penciptaan manusia melalui fase-fase menunjukkan betapa luas kekuasan ilmu dan
pengaturan Allah SWT. Betapa tidak, dari setetes sperma yang bertemu ovum, lahir anak yang
sebelum kelahirannya melalui aneka fase dalam perut. Setelah kelahiran pun, manusia
mengalami aneka pergantian fase, dari kanak-kanak, remaja, dewasa, tua dan pikun.
Kesemuanya adalah fase-fase yang dapat dialami manusia sekaligus menunjukkan kuasa, ilmu
dan rububiyah Allah dalam penciptaan manusia.
Dengan kondisi manusia zaman Nabi Nuh yang mungkin belum menemukan ilmu
pengetahuan seperti sekarang, namun Nabi Nuh telah membicarakan fase-fase penciptaan
manusia yang luar biasa. Jadi, Ayat ini menunjukkan bahwa Al-Quran dan semua yang
disampaikan oleh para nabi, dari Nabi Adam sampai dengan Nabi Muhammad, termasuk pula
Nabi Nuh yang kita bahasa dalam makalah ini merupakan wahyu yang tak dapat dibantah lagi
kebenarannya.
2) Al-Quran Bicara tentang Bulan dan Matahari
Nabi Nuh pun berbicara tentang perbedaan antara cahaya yang dimilik bulan dan
matahari. Dan ini pun sebagai hujjah yang tak terkalahkan tentang kebenaran ajaran Nabi Nuh
dan Al-Quran, yang mana ilmu pengetahuan pada saat itu sangat terbatas. Sebagaimana
perkataan Nabi Nuh yang diabadikan dalam Al-Quran :
dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai
pelita? (QS. Nuh [71]: 16).
Pada ayat ini, Allah menjadikan bulan (sebagai) nur mengisyaratkan adanya perbedaan
antara matahari dan bulan. Matahari dijadikan Allah (sebagai) pelita, yakni meliki pada dirinya
sendiri sumber cahaya, sedang bulan tidak dijadikannya (bagaikan) pelita kendati dia bercahaya.
Ini berarti bulan bukanlah planet yang memiliki cahaya pada dirinya sendiri tetapi ia
memantulkan cahaya, berbeda dengan matahari.
Demikian firman Allah dalam Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
empat belas abad yang lalu dan ajaran Nabi Nuh yang disampaikan jutaan tahun yang lalu telah
mengungkap hakikat ilmiah tentang cahaya matahari dan bulan jauh sebelum manusia
mengetahui hakikat tersebut.
KESIMPULAN
Dalam Al-Quran banyak sekali kisah-kisah yang diterangkan. Dengan kisah tersebut
agar manusia khususnya orang beriman dapat mengambil manfaat dan pelajaran. Dengan kisah,
kata-kata yang disampaikan bagaikan berjalan mengikuti irama hati yang memang senang
kepada kisah.
Salah satu kisah yang disampaikan Al-Quran adalah kisah Nabi Nuh Alaihi Salam.
Beliau berjuang membela Islam menempuh waktu yang sangat panjang. Hampir seluruh hidup
beliau digunakan untuk menyeru manusia kembali kepada Allah SWT.
Berbagai tantangan sudah pasti dia temui dan hadapi. Karena beliau menghadapi
beberapa generasi. Hilang generasi awal yang tetap menolak ajarannya, datang generasi kedua
tetap menolaknya bahkan lebih kejam dan anarkis. Beliau tunggu generasi selanjutnya, tetap saja
tak ada yang mau mengikuti ajakannya kecuali kurang lebih 80 orang dalam waktu 950 tahun.
Artinya dalam dua belas tahun, beliau hanya dapat mengislamkan 1 orang.
Ini merupakan pelajaran yang luar biasa bagi para dai di masa sekarang. Nabi Nuh
dengan jangka waktu yang sangat melelahkan itu, mampu menguatkan dirinya dengan tekad
yang sangat kuat, siang malam berjuang membela agama dan mensiarkan Islam tak pernah
mengeluh sedikit pun. Maka kita sudah seharusnya juga belajar mengikuti teladan beliau dalam
mengarungi perjalanan dakwah yang tak sepadan dengan umur kita.
Marilah kita isi umur kita dengan berdakwah sebaik-baiknya. Ada sebuah hikmah yang
mengatakan: Jadilah seorang manusia yang sebanding dengan seribu orang! Jika tidak mampu,
maka jadilah sepadan dengan satu orang! Jangan sampai Anda hanya menjadi setengah orang!
Sebagian orang memiliki nilai sebanding dengan sepuluh atau seratus orang. Misalnya,
seorang wanita yang mengajari sahabat-sahabatnya bagaimana membaca Al-Quran. Atau, orang
yang mengajak rekan-rakan atau tetangganya di pabrik dan di tempat-tempat perkumpulan untuk
mengerjakan shalat.
Akhir kata, saya kutip petuah Ar-Rafii : Jika engkau tidak dapat menambah manfaat
bagi dunia, maka engkau hanya menjadi tambahan yang tidak berguna bagi dunia.

Karena ulul azmi adalah sebuah gelar kenabian istimewa yang diberikan kepada para rasul yang memiliki
kedudukan khusus karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa dalam menyebarkan ajaran tauhid.

Nabi Nuh

Nuh bin Lamik bin Mutuisyalkh dari keturunan Idris, lalu keturunan Nabi Syits bin Adam.
Diperkirakan hidup pada tahun 3993-3043 SM dan diangkat menjadi nabi pada tahun 3650 SM.
Diperkirakan beliau tinggal di wilayah yang kini disebut sebagai Iraq. Para ahli sejarah banyak
menyebutkan bahwa beliau wafat di Mekkah, dan memiliki 4 anak laki-laki. Nama Nuh
disebutkan sebanyak 43 kali dalam Al-Quran.

Nabi Nuh as mendapat julukan ulul azmi karena kesabarannya yang tinggi. Nuh as adalah rasul
pertama yang diutus Allah untuk meluruskan akidah dan akhlak umat yang telah menyimpang
jauh dari ajaran yang benar. Nabi Nuh as digelari sebagai ulul azmi karena kesabarannya dalam
berdakwah dan mendapat hinaan dari kaumnya. Nabi Nuh tanpa menyerah terus menerus
mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum, untuk kembali ke jalan yang lurus.
Usianya hampir 1000 tahun dan jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang.
Bahkan istri dan anaknya yang bernama Kanan tidak mempercayai ajaran yang dibawanya dan
menjadi musuhnya. Atas kehendak Allah umat nabi Nuh as yang membangkang ditenggelamkan
dengan tsunami yang dahsyat dan semuanya mati, kecuali nabi Nuh as dan pengikutnya yang
beriman.

Nabi Nuh diyakini sebagai keturunan ke-10 Nabi Adam dan berasal dari wilayah Armenia.
Kawasan ini berada di antara Iran, Turki dan Azerbaijan, serta di antara Laut Hitam dan Laut
Kaspia, Asia Barat. Nabi Nuh adalah Nabi dan Rasul Allah swt yang diutus untuk menyadarkan
umatnya yang durhaka, dan menyekutukan Allah swt. Pada zaman Nabi Nuh, banyak manusia
yang berpaling dari Allah swt. Mereka lebih suka menyembah patung-patung berhala.

Sebelumnya, diceritakan bahwasanya sepeninggal Nabi Idris, ada lima orang yang sangat saleh.
Mereka sangat disenangi masyarakat. Hingga setelah kelima orang tersebut wafat, masyarakat
membuatkan patung mereka dan di letakkan di alun-alun. Namun, lambat laun kaum tersebut
menyembah patung tersebut, karena dianggap membawa manfaat. Nama-nama patung itu;
Wadd, Suwa, Yaguth, Yauq, dan Nasr. Rupanya kaum tersebut telah berpaling dari
menyembah Allah kepada berhala-berhala tersebut.

Dengan sekuat tenaga, Nabi Nuh menyadarkan mereka. Tetapi, mereka tidak mau menerima
ajakan baik Nabi Nuh. Yang terjadi adalah Nabi Nuh dilecehkan, dihina, dicaci dan
ditertawakan. Setiap kali Nabi Nuh menyampaikan peringatan dari Allah swt, mereka pura-pura
tidak mendengar. Mereka menutup telinga rapat-rapat. Bahkan, mereka tidak segan-segan
menantang Allah swt dengan meminta janji datangnya azab Allah swt. Selama 950 tahun, Nabi
Nuh berjuang menyerukan kepada kaumnya untuk kembali ke jalan yang benar, yaitu
menyembah Allah swt.

Tapi hanya segelintir orang yang mau mendengarkan seruan Nabi Nuh. Bahkan, istri dan
anaknya yang bernama Kanan mendustakannya. Nabi Nuh pun merasa lelah untuk menyadarkan
kaumnya. Lalu, ia meminta kepada Allah swt untuk menurunkan azab-Nya kepada mereka.
Allah kemudian menyuruhnya membuat sebuah kapal besar, namun, apa yang dikatakan
kaumnya yang durhaka? :Wahai Nuh, apakah kamu sudah gila. Membuat kapal di atas gunung
dan di musim panas, kata salah seorang kaumnya.

Bahkan, ketika kapal dalam proses pembuatan, di antara kaumnya yang kafir itu membuang
kotoran ke dalamnya. Sampai akhirnya kapal itu selesai dibuat.

Allah pun memerintahkan Nabi Nuh untuk mengajak pengikutnya ke dalam kapal itu, Allah juga
menyuruh Nabi Nuh membawa seluruh jenis hewan secara berpasang-pasangan. Maka, Allah
menurunkan air bah (banjir) hingga kaum Nabi Nuh yang membangkang tenggelam, termasuk
istri dan anaknya. Hanya orang-orang yang beriman kepada Allah swt dan Nabi Nuh yang
diselamatkan.
. Nabi Nuh a.s
salah satu mukjizat beliau dapat membuat sebuah kapal besar yang dapat ditumpangi oleh semua orang
yang beriman dari kaumnya beserta hewan hewan yang hidup di zaman itu.

Beberapa kriteria yang dimiliki oleh para nabi dan rasul ulul azmi antara lain :

1. Memiliki kesabaran yang tinggi dalam berdakwah


2. Senantiasa memohon kepada Allah agar tidak menurunkan azab kepada kaumnya
3. Senantiasa berdoa agar Allah memberi hidayah kepada kaumnya
4. Memiliki mukjizat luar biasa dibandingkan para nabi yang laiu

Mukjizat nabi Nuh as :

Nabi Nuh as adalah rasul pertama yang diutus Allah untuk meluruskan akidah dan akhlak umat yang
telah menyimpang jauh dari ajaran yang benar. Nabi Nuh sebagai ulul azmi di antaranya karena
kesabarannya dalam berdakwah dan mendapat hinaan dari kaumnya. tanpa menyerah terus menerus
mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum, untuk kembali kejalan yang lurus. Hampir 1000
tahun usianya jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan istri dan anaknya yang
bernama Kanan termasuk penentangnya. Atas kehendak Allah umat Nuh yang membangkang
ditenggelamkan dengan gelombang air bah dan semuanya hancur, kecuali Nuh dan pengikutnya yang
beriman.

Nabi Nuh a.s adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan
kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.

Berlalulah beberapa tahun dari kematian Nabi Adam. Bunga-bunga berguguran di


sekitar kuburannya dan pohon-pohon dan batu-batuan tampak tidak bergairah. Banyak
hal berubah di muka bumi. Dan sesuai dengan hukum umum, terjadilah kealpaan
terhadap wasiat Nabi Adam. Kesalahan yang dahulu kembali terulang. Kesalahan
dalam bentuk kelupaan, meskipun kali ini terulang secara berbeza.

Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah hidup lima orang saleh dari datuk-datuk kaum
Nabi Nuh. Mereka hidup selama beberapa zaman kemudian mereka mati. Nama-nama
mereka adalah Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Setelah kematian mereka,
orang-orang membuat patung-patung dari mereka, dalam rangka menghormati mereka
dan sebagai peringatan terhadap mereka. Kemudian berlalulah waktu, lalu orang-orang
yang memahat patung itu mati. Lalu datanglah anak-anak mereka, kemudian anak-anak
itu mati, dan datanglah cucu- cucu mereka. Kemudian timbullah berbagai dongeng dan
khurafat yang membelenggu akal manusia di mana disebutkan bahawa patung-patung
itu memiliki kekuatan khusus.

Anda mungkin juga menyukai