Kelas : THP C
NIM : 161710101080
ARTIKEL
A. NIRA
Nira merupakan cairan manis yang diperoleh dari air batang atau getah
tandan bunga tanaman seperti tebu, bit, sorgum, mapel, siwalan, bunga dahlia dan
tanaman dari keluarga palma seperti aren, kelapa, nipah, sagu, kurma, dan
sebagainya. Nira aren merupakan salah satu sumber bahan pangan dalam
pembuatan gula. Pohon aren memiliki ekonomi mulai dari bagian-bagian fisik
pohon maupun dari hasil-hasil produksinya dan hampir semua bagian dari pohon
ini dapat dimanfaatkan (Baharuddin, dkk, 2007).
Menurut Widyawati (2012), nira aren adalah cairan yang disadap dari
bunga jantan pohon aren, yang tidak lain adalah hasil metabolisme dari pohon
tersebut. Cairan yang disebut nira aren ini mengandung gula antara 10-15%.
Karena kandungan gulanya tersebut maka nira aren dapat diolah menjadi
minuman ringan maupun minuman beralkohol (tuak/lagen), sirup aren, nata de
arenga, cuka aren dan etanol. Gula utama penyusun nira adalah sukrosa, yaitu
sekitar 13-17%. Nira juga mengandung glukosa dan fruktosa, tetapi dalam jumlah
yang sangat kecil. Karena kandungan sukrosa yang tinggi tersebut sangat
memungkinkan dan cocok untuk pertumbuhan mikroba. Kerusakan nira ditandai
oleh penurunan pH disebabkan adanya perombakan gula menjadi asam organik
oleh mikroba seperti khamir (Saccharomyces sp) serta bakteri (Acetobacter sp).
Nira mempunyai sifat mudah menjadi asam karena adanya proses fermentasi oleh
bakteri Saccharomyces sp. Oleh karena itu nira harus segera diolah setelah
diambil dari pohon, paling lambat 90 menit setelah dikeluarkan dari bumbung.
Menurut Pontoh (2007), nira segar mengandung sukrosa 13,9-14,9%, abu
0,04%, protein 0,2% dan kadar lemak 0,02%. Protein nira aren berasal dari
empulur aren. Sekalipun protein dalam nira relatif kecil, namun jika dihitung dari
total bahan kering, kandungan bisa mencapai 0,78%.
Perolehan nira tebu yang mengandung sukrosa, diperoleh dari tebu dengan
pemerahan dalam unit penggilingan setelah melalui proses ekstraksi berikutnya.
Dalam unit penggilingan tebu, nira terperah keluar, yang tersisa adalah ampas
(Kultsum, 2009).
Nama : Nency Veronica
Kelas : THP C
NIM : 161710101080
C. DERAJAT BRIX
Brix adalah jumlah zat padat semu yang larut (dalam gr) dalam setiap 100
gram larutan. Jadi jika nira memiliki kadar BRIX = 16, berarti dalam 100 gram
nira, 16 gram merupakan zat padat terlarut dan 84 gram adalah air. Untuk
mengetahui seberapa banyak zat padat yang terlarut dalam larutan (brix) maka
diperlukan suatu alat ukur (Risvan, 2011).
Brix merupakan satuan yang menyatakan persen berat/berat (b/b) zat padat
terlarut suatu larutan. Bila larutannya adalah sakarosa murni, maka brix = %
sakarosa; stetapi bila tidak murni, maka brix selain terdiri dari sakarosa juga
mengandung zat padat terlarut lainnya (Risvan, 2011).
Derajat brix adalah zat padat kering yang terlarut dalam larutan (g/100g
larutan) yang dihitung sebagai sukrosa dan padatan terlaru lainnya. Gula reduksi
brix merupakan inversi dari sukrosa dan fruktosa. Kenaikan % brix yang terjadi
secara menyeluruh disebabkan karena terjadinya penguapan semakin banyak
jumlah air yang keluar, jumlah padatan yang terlarut akan semakin meningkat
(Kuspratomo, 2012).
Menurut Diding Suhandy (2008) derajat Brix merupakan satuan yang
umum digunakan untuk mengukur KPT dalam suatu larutan. Sebagian besar
kandungan padatan terlarut (KPT) pada buah terdiri atas gula-gula sederhana
seperti fruktosa, glukosa, dan sukrosa.
D. DEFEKASI
Defekasi merupakan proses pemurnian nira dengan penambahan susu
kapur saja. Proses defekasi adalah proses pemurnian tertua. Di proses pemurnian,
susu kapur memegang peranan yang sangat penting yaitu sebagai penjernih, yang
sampai saat ini belum tergantikan. Proses defekasi dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a. Proses defekasi dingin
Secara singkat prosesnya : nira mentah masuk ke defekator ditambah susu
kapur sampai pH 7,2. Tidak adanya pemanasan pendahuluan menyebabkan reaksi
berjalan lambat. setelah itu masuk ke juice heater dipanaskan sampai suhu 100 C.
Nama : Nency Veronica
Kelas : THP C
NIM : 161710101080
E. FUNGSI BAHAN
a. Larutan Kapur
Fungsi pemberian larutan kapur pada proses penggilingan tebu
Menghambat pertumbuhan jasad renik, karena telah diketahui bahwa jasad
renik berkembang dengan baik pada kondisi asam.
Mengurangi derajat pada nira tebu
Memberi keuntungan terhadap umur kerja mesin atau peralatan
b. Larutan Iodium
Uji iodin bertujuan untuk mengetahui adanya polisakarida. Polisakarida
yang ada dalam sampel akan membentuk komplek adsorpsi berwarna spesifik
dengan penambahan iodium. Polisakarida jenis amilum akan memberikan warna
biru. Desktrin akan memberikan warna merang anggur, sedangkan glikogen dan
pati mengalami hidrolisis parsial akan memberikan warna merah coklat (Bintang,,
2010).
c. Natrium Tiosulfat
Nama : Nency Veronica
Kelas : THP C
NIM : 161710101080
DAFTAR PUSTAKA
Diding Suhandy. 2008. Monitoring of On Plant Leaf Water Potential Using NIR
Spectroscopy for Water Stress Management. Journal of Teknologi dan
Industri Pertanian. 13 (1) : 363-
Kultsum, U., 2009. Pengaruh Variasi Nira Tebu (Saccharum officinarum) dari
beberapa Varietas Tebu dengan Penambahan Sumbr Nitrogen (N) dari
Tepung Kedelai Hitam (Glycine soja) sebagai Substrat terhadap Efisiensi
Nama : Nency Veronica
Kelas : THP C
NIM : 161710101080
SNI 3140.3:2010
Widyawati, N., 2012, Analisa Pengaruh Heating Rate terhadap tingkat Kristal
dan Ukuran Butir Lapisan BZT yang Ditumbuhkan dengan Metode Sol
Gel, Skripsi, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.