Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kadar air pada bahan pangan sangat mempengaruhi terhadap masa simpan
dari bahan itu sendiri. Maka dari itu kadar air perlu dihilangkan agar awet dan
dapat dilakukan proses lanjutan. Hal yang dilakuakan selain pengeringan pada
bahan untuk pengawetan, ada juga evaporasi yang digunakan untuk zat cair atau
larutan. Evaporasi merupakan proses pemekatan larutan yang dilakukan dengan
cara pemanasan dan penguapan. Terjadinya penguapan karena proses evaporasi
menjadikan air menguap sehingga menurunkan aktivitas air. Dengan begitu masa
simpan hasil pertanian lebih lama dan tidak mudah rusak.
Selain digunakan sebagai metode untuk mengawetkan dan minimalisir
kerusakan bahan, evaporasi dapat meningkatkan viskositas larutan dan
memperkecil volume sehingga dapat menghemat ongkos pengemasan,
penyimpanan, dan transportasi. Beberapa produk yang dihasilkan dari proses
evaporasi adalah jelly, gula pasir, selai, kecap, dan susu kental manis. Dari uraian
tersebut diharapkan dengan adanya praktikum evaporasi, praktikan dapat
membuat neraca massa, menentukan jumlah air yang diuapkan dan konsentrasi
produk; mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap kecepatan penguapan;
serta mengetahui pengaruh perbedaan bahan terhadap kecepatan evaporasi.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum evaporasi adalah sebagai
berikut:
1. Membuat neraca massa, menentukan jumlah air yang diuapkan dan
konsentrasi produk
2. Mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap kecepatan penguapan
3. mengetahui pengaruh perbedaan bahan terhadap kecepatan evaporasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Evaporasi


Menurut Widjaja (2010) menyatakan bahwa evaporasi merupakan suatu
proses pemekatan larutan yang terdiri dari zat terlarut (solute) dan zat pelarut
(solvent). Evaporasi dilakukan dengan cara mendidihkan dan menguapkan pelarut
yang ada di dalam suatu larutan. Evaporasi tidak sama dengan pengeringan karean
pengeringan digunakan untuk zat padat sedangkan pada evaporasi bahannya
adalah zat cair dan bisa juga sangat kental. Begitu juga evaporasi tidak sama
dengan kristalisasi, karena kristalisasi bertujuan memadatkan bukan memekatkan
larutan. Menurut Praptaningsih dan Yulia (2009) mengemukakan bahwa
evaporasi yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi dan
viskositas larutan, memperkecil volume larutan, dan menurunkan aktivitas air.
Saat terjadi proses evaporasi, sebagian air diuapkan sehingga larutan yang
semula cair menjadi agak kental yang disebut konsntrat. Hal tersebut terjadi
karena adanya proses perpindahan panas dan pindah massa sehingga terjadilah
penguapan yang menyebabkan perubahan dari fase cair menjadi uap. Proses
pindah panas dan massa dapat meningkatkan proses evaporasi (Botani, 2008).
Ada dua jenis evaporator yang dapat melakukan evaporasi yaitu evaporator
vakum dan evaporator atmosferik. Menurut Krisnawan (2013) menyatakan bahwa
beda dari evaporator vakum dan evaporator atmosferik adalah pada evaporator
vakum bahan dipanaskan langsung dengan mengatur suhu yang diinginkan dan
penggunaan vakum menyebabkan kondisi suhu di bawah 1 atm sehingga bahan
tidak rusak baik fisik maupun gizi. Sedangkan evaporator atmosferik memanaskan
bahan dengan suhu pada tekanan atmosfer sehingga terkadang kandungan gizi dan
sifat fisiknya rusak karena waktu pemanasan yang lebih lama dari pada evaporator
vakum.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Evaporasi


Menurut Haryanto dan Masyithah (2006) adapun faktor yang mempengaruhi
proses evaporasi diantaranya adalah:
1. Tekanan
Tekanan sangat berpengaruh terhadap kecepatan proses evaporasi karena
diamati dari model matematika tekanan berbanding lurus dengan kenaikan titik
didih. Seperti yang telah disebutkan bahwa jenis avaporator ada 2 yaitu vakum
dan atmosferik. Jadi untuk mempercepat evaporasi lebih baik menggunakan
tekanan yang dibuat vakum
2. Luas Permukaan dan Bidang Kontak
Proses evaporasi akan cepat apabila luas permukaan wadah yang
digunakan untuk menguapkan larutan semakin besar karena semakin besar luas
permukaan maka molekul air banyak yang ikut menguap.
3. Konsentrasi dan Pembentukan Uap
Cairan yang dimasukkan ke dalam evaporator fisiknya akan sama dengan
air walaupun sebenarnya cairan tersebut cukup encer. Namun apabila konsentrasi
dari suatu larutan meningkat maka akan bersifat individual. Pada saat diuapkan
ada busa yang muncul ke permukaan. Busa tersebut akan keluar dari evaporator
bersamaan dengan uap yang dikeluarkan.
4. Suhu
Bahan yang akan dipekatkan memiliki tingkatan suhu tersendiri saat
dilakukan evaporasi sehingga perlu adanya pengatur suhu untuk mengatur
konsentrasi bahan dan lama pemanasan.
5. Kerak
Pemanasan yang dilakukan untuk memekatkan larutan akan meninggalkan
kerak pada permukaan pemanasan sehingga menyababkan terjadinya koefisien
semakinlama senakin berkurang.

2.3 Pengertian Bahan


2.3.1 Gula
Gula merupakan karbohidrat sederhana yang diperoleh dari yang digunakan
sebagai pemberi rasa manis pada makanan maupun minuman. Gula sukrosa
diperoleh melalui nira tebu, bit gula, atau aren. Gula yang mendominasi untuk
dijual adalah gula yang berbentuk kristal padat. Untuk menghasilkan gula
dilakukan tahap ekstraksi (pemerasan) lalu pemurnian melalui penyulingan
(Wahyudi, 2013). Menurut Darwin (2013) menyatakan bahwa gula dibedakan
menjadi beberapa macam dilihat dari bahan dasar dan prosesnya antara lain gula
pasir, gula balok atau dadu, gula aren, gula icing, gula batu, brown sugar, dan gula
merah. Namun, gula yang paling sering dikonsumsi oleh masyrakat Indonesia
adalah gula pasir.
Proses pembuatan gula pasir dimulai dari peniraan tebu dari batang tebu
dengan cara digiling lalu dujernihkan dengan menggunakan metode sulfasi
sehingga menghasilkan endapan CaCO2 yang menyrap bahan selain gula.
Kemudian diuapkan dan dikristalisasi dan disaring untuk mendapatkan gula yang
bersih. Langkah terakhir yaitu pengeringan menggunakan udara panas dengan
suhu 80oC (Sumargono dan Ferykasari, 2007).
Tabel 2.1 Komposisi Zat Gula Pasir per 100 gram Berat Bahan
Zat Gizi Jumlah
Energi (kkal) 364
Protein (g) 0
Lemak (g) 0
Karbohidrat (g) 94,0
Kalsium (mg) 5
Fosfor (mg) 1
Sumber: Darwin (2013)
2.3.2 Sari Buah Instan/ Jasjus
Menurut Jamiranti (2009) menyatakan bahwa sari buah instan merupakan
sari buah yang terbuat dari buah-buahan dengan menambah beberapa bahan
hingga menjadi serbuk. Sari buah instan sangat praktis karena hanya dengan
diseduh dengan air maka minuman sari buah siap disajikan. Menurut
Kumalaningsih dan Suprayogi (2006) mendefinisikan minuman instan adalah
produk olahan serbuk yang mudah larut dalam air, praktis, dan memiliki daya
simpan yang lama. Untuk membuat serbuk buah instan dapat dilakuakn dengan
cara pengeringan dan berteknologi tinggi menggunakan freeze dryer dan spray
dryer.
Proses pembentukan serbuk dasarnya adalah ekstraksi yaitu penarikan
komponen atau zat aktif sampel dengan menggunakan pelarut tertentu. Pelarut
yang digunakan adalah air karena sifatnya yang polar dan tidak toksik. Air yang
digunakan memiliki perbandingan 1:1 dengan buah. Sebelumnya pembentukan
serbuk diawali dengan pemotongan buah dan penambahan air lalu di blender atau
dihancurkan yang kemudian disaring untuk memisahkan filtrat dari ampas yang
akan digunakan sebagai bahan pembuat serbuk. Ekstrasksi dilakukan untuk
mendapat sari buah sedangkan pengeringan dilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan kandungan kadar air dalam bahan (Rahmawati, 2011).
Tabel 2.2 SNI Minuman Serbuk
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan -
1.1 Warna Normal
1.2 Bau Normal
1.3 Rasa Normal
2 Kadar air (b/b) % Mkas. 3,0
3 Kadar abu (b/b) % Maks. 1,5
4 Jumlah gula (b/b) % Maks. 85%
5 Bahan Tambahan Makanan
5.1 Pemanis buatan
- Sakarin Tidak boleh ada
-
- Siklamat Tidak boleh ada
5.2 Pewarna tambahan Sesuai SNI 01-022-1995
6 Cemaran logam:
6.1 - Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,2
6.2 - Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 0,2
6.3 - Seng (Zn) mg/kg Maks. 50
6.4 - Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
7 Cemaran Arsen (AS) mg/kg Maks. 0,1
8 Cemaran mikroba:
8.1 - ALT Koloni/g 3 x 103
8.2 - Coliform APM/g <3
Sumber: SNI (2004)
2.3.3 Air
Menurut Indarto (2010) air adalah zat alami yang terdapat dibumi yang
bersifat tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau dalam kondisi standar.
Wujud air dapat berupa padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air). Prinsip dari
jumlah air tetap mengikuti suatu aliran yang disebut dengan “Cycluc Hydrologie”.
Menurut Hidayati (2006) mendefinisikan sifat tidak berwarna air artinya tidak
mengandung bahan organik dan bahan kimia. Tidak berbau berarti tidak terjadi
pelapukan di dalam air oleh mikroorganisme karena bau yang tercium pada air
merupakan hasil dari pelapukan oleh mikroorganisme.
Air sangat diperlukan oleh makhluk hidup di dunia terutama diperlukan oleh
tubuh manusia yang dimanfaatkan untuk proses pencernaan, metabolisme,
mengangkat zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh dan
menjaga dari dehidrasi (Harini,2007). Menurut Hanafiah (2012) menyatakan
bahwa air dapat melarutkan zat kimia seperti garam, asam, gas, dan molekul-
molekul organik. Air berada diantara fase cair dan padat di bawah tekanan dan
temperaturstandar.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Gelas beker 250 ml
2. Neraca analitik
3. Gelas ukur
4. Kertas
5. Sendok
6. Hot plate
7. stopwatch
3.1.2 Bahan
1. Gula pasir
2. Serbuk buah instan/ jasjus
3. Air
3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Skema Kerja
a. Evaporasi Konsentrasi Larutan

Gula dan Jasjus

Penimbangan gelas beker 250 ml

Penimbangan bahan

10 gr bahan 20 gr bahan 30 gr bahan


+ 90 ml air + 80 ml air + 70 ml air

Dimasukkan dan dilarutkan dalam gelas beker

Penimbangan

Pemanasan dengan hot plate suhu 100oC selama 15 menit

Penimbangan

Pemanasan kedua dengan hot plate suhu 100oC selama 15


menit

Penimbangan

Perhitungan jumlah uap, konsentrasi produk, dan neraca massa


b. Evaporasi Kecepatan Penguapan

Gelas beker 250 ml dan 500 ml

Penimbangan, pengukuran diameter, dan perhitungan luas


permukaan gelas beker

10 gr bahan + 90 ml air

Penimbangan

Pemanasan selama 15 menit

Penimbangan

Perhitungan kecepatan penguapan

3.2.2 Fungsi Perlakuan


a. Evaporasi Konsentrasi Larutan
Praktikum evaporasi konsentrasi larutan diawali dengan menyiapkan
bahan terlebih dahulu yaitu gula dan jasjus. Selanjutnya menyiapkan gelas beker
berukuran 250 ml dan ditimbang untuk mengetahui massa gelas beker 250 ml.
Setelah itu dilakukan penimnangan bahan dengan 3 perlakuan untuk mengetahui
massa bahan + wadah pada gula maupun pada jasjus. Perlakuan 1 yaitu 10 gram
bahan + 90 ml air, perlakuan 2 yaitu 20 gram bahan + 80 ml air, dan perlakuan 3
dengan 30 gram bahan + 70 ml air. Perlakuan dibuat berbeda agar dapat
dibandingkan bagaimana hasil dari ketiga perlakuan.
Bahan yang telah ditimbang dimasukkan dalam gelas beker dengan
masing-masing perlakuan pada gula dan jasjus untuk dilarutkan dalam air yang
telah ditentukan volumenya menggunakan sendok untuk mengaduknya. Lalu
masing-masing sampel yang telah dilarutkan ditimbang kembali untu mengetahi
massa wadah + bahan yang telah dilarutkan dalam air. Setelah semua sampel
ditimbang, dilakukan pemanasan menggunakan hot plate suhu 100oC selama 15
menit untuk melakukan proses evaporasi yang bertujuan untuk memekatkan
larutan dengan cara menguapkan pelarutnya. Apabila 15 menit pemanasan telah
usai, maka sampel ditimbang kembali menggunakan neraca analitik untuk
mengetahui massa sampel setelah dilakukan evaporasi 15 menit awal. Kemudian
dilakukan pemanasan yang kedua dengan menngunakan hot plate suhu 100oC
untuk evaporasi kedua yang bertujuan memekatkan larutan. Setelah 15 menit
kedua selesai, sampel diambil dan ditimbang lagi untuk mengetahui massa sampel
setelah dilakukan evaporasi 15 menit kedua. Lalu data yang telah didapatkan
selama proses evaporasi dihitung untuk mengetahui jumlah uap, konsentrasi
produk, dan neraca massa.
b. Evaporasi Kecepatan Penguapan
Praktikum evaporasi kecepatan penguapan diawali dengan menyiapkan
alat terlebih dahulu yaitu gelas beker 250 ml dan 500 ml. Selanjutnya masing-
masing gelas beker dilakukan penimbangan, pengukuran diameter, dan
perhitungan luas permukaan gelas beker yang bertujuan untuk mengetahui massa
dari tiap gelas beker, mengetahui diameter tiap gelas beker dan luas
permukaannya. Setelah itu bahan disiapkan yaitu gula dan jasjus sebanyak 10
gram bahan + 90 ml air pada tiap gelas beker sehingga diperoleh 4 sampel yaitu
sampel jasjus dalam 250 dan 500 ml gelas beker serta gula dalam 250 dan 500 ml
gelas beker. Selanjutnya tiap sampel dilarutkan dalam air yang telah ditentukan
volumenya dan ditimbang. Penimbangan tersebut bertujuan untuk mengetahui
massa sampel + wadah. Kemudian dilakukan pemanasan menggunakan hot plate
suhu 100oC selama 15 menit untuk melakukan proses evaporasi yang bertujuan
untuk memekatkan larutan dengan cara menguapkan pelarutnya. Ketika waktu 15
menit habis, tiap sampel kembali ditimbang untuk mengetahui massa sampel +
wadah setelah proses evaporasi. Dan langkah terakhir yaitu perhitungan yang
bertujuan untuk menghitung kecepatan penguapan dari tiap sampel.
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan


a. Evaporasi Konsentrasi
Berat
Berat wadah Berat sampel+wadah setelah
Sampel sampel+wadah
(gr) evaporasi (gr)
(gr)
15’1 15’2
Jasjus:
Larutan 10:90 104,1 202,8 200 199,2
Larutan 20:80 101,4 200,4 199,3 196,9
Larutan 30:70 102,8 201,7 200,1 196,5
Gula:
Larutan 10:90 99,9 198,7 196 195,3
Larutan 20:80 103,7 203,1 201,1 196,7
Larutan 30:70 97,2 194,4 192,7 189

b. Evaporasi Kecepatan Penguapan


Pengamatan Gelas Beker 250 ml Gelas Beker 500 ml
Jasjus:
Berat mula-mula 202,5 gr 278,4 gr
Berat setelah evaporasi 200,9 gr 275,9 gr
Gula:
Berat mula-mula 193 gr 268 gr
Berat setelah evaporasi 191,8 gr 267 gr
4.2 Hasil Perhitungan
a. Evaporasi Konsentrasi
Berat uap air (gr) Konsentrasi
Sampel
15’1 15’2 15’1 15’2
Jasjus:
Larutan 10:90 2,8 0,8 10,42% 10,57%
Larutan 20:80 1,1 2,4 20,43% 20,94%
Larutan 30:70 1,6 3,6 30,83% 32,02%
Gula:
Larutan 10:90 2,7 0,7 10,41% 10,48%
Larutan 20:80 2 4,4 20,53% 21,51%
Larutan 30:70 1,7 3,7 31,41% 32,68%

b. Evaporasi Kecepatan Penguapan


Pengamatan Gelas Beker 250 ml Gelas Beker 500 ml
Jasjus:
Luas Permukaan 28,26 cm2 50,24 cm2
Kecepatan 0,1067 gr/menit 0,167 gr/menit
Gula:
Luas Permukaan 28,26 cm2 50,24 cm2
Kecepatan 0,08 gr/menit 0,067 gr/menit
BAB V PEMBAHASAN

5.1 Evaporasi Perbandingan Konsentrasi


5.1.1 Larutan Gula
Berdasarkan praktikum evaporasi konsentrasi larutan didapati hasil yang
berbeda pada tiap sampel baik hasil pengamatan maupun perhitungan. Pada
perlakuan 1 yaitu larutan gula dengan perbandingan 10 gram bahan : 90 ml air
memiliki berat wadah sebesar 99,9 gram sehingga berat wadah + sampel yaitu
198,7 gram. Setelah dilakukan evaporasi 15 menit pertama dan kedua secara
berurutan didapatkan hasil 196 gram dan 195,3 gram. Hasil pengamatan tersebut
mempengaruhi hasil perhitungannya. Berat uap air yang diperoleh dari hasil
perhitungan 15 menit pertama dan 15 menit kedua adalah 2,7 gram dari
pengurangan berat sampel + wadah dan berat sampel + wadah setelah evaporasi
15 menit pertama dan 0,7 gram dari pengurangan berat sampel + wadah setelah
evaporasi 15 menit pertama dan berat sampel + wadah setelah evaporasi 15 menit
kedua sehingga konsentrasi yang didapatkan secara berurutan yakni 10,41% 15
menit awal evaporasi dan 10,48 % setelah 15 menit kedua evaporasi yang
diperoleh dari rumus perbandingan solid dengan berat solid + air dikalikan 100%.
Pada perlakuan 2 yaitu larutan gula dengan perbandingan 20 gram bahan :
80 ml air memiliki berat wadah sebesar 103,7 gram sehingga berat wadah +
sampel yaitu 203,1 gram. Setelah dilakukan evaporasi 15 menit pertama dan
kedua secara berurutan didapatkan hasil 201,1 gram dan 196,7 gram. Hasil
pengamatan tersebut mempengaruhi hasil perhitungannya. Berat uap air yang
diperoleh dari hasil perhitungan 15 menit pertama dan 15 menit kedua adalah 2
gram dari pengurangan berat sampel + wadah dan berat sampel + wadah setelah
evaporasi 15 menit pertama dan 4,4 gram dari pengurangan berat sampel + wadah
setelah evaporasi 15 menit pertama dan berat sampel + wadah setelah evaporasi
15 menit kedua sehingga konsentrasi yang didapatkan secara berurutan yakni
20,53 % 15 menit awal evaporasi dan 21,51 % setelah 15 menit kedua evaporasi
yang diperoleh dari rumus perbandingan solid dengan berat solid + air dikalikan
100%.
Pada perlakuan 3 yaitu larutan gula dengan perbandingan 30 gram bahan :
70 ml air memiliki berat wadah sebesar 97,2 gram sehingga berat wadah + sampel
yaitu 194,4 gram. Setelah dilakukan evaporasi 15 menit pertama dan kedua secara
berurutan didapatkan hasil 192,7 gram dan 189 gram. Hasil pengamatan tersebut
mempengaruhi hasil perhitungannya. Berat uap air yang diperoleh dari hasil
perhitungan 15 menit pertama dan 15 menit kedua adalah 1,7 gram dari
pengurangan berat sampel + wadah dan berat sampel + wadah setelah evaporasi
15 menit pertama dan 3,7 gram dari pengurangan berat sampel + wadah setelah
evaporasi 15 menit pertama dan berat sampel + wadah setelah evaporasi 15 menit
kedua sehingga konsentrasi yang didapatkan secara berurutan yakni 31,41 % 15
menit awal evaporasi dan 32,68 % setelah 15 menit kedua evaporasi yang
diperoleh dari rumus perbandingan solid dengan berat solid + air dikalikan 100%.
Perhitungan yang dilakukan menggunakan rumus:
a. Berat Uap Air (mv) = mf – mp
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑜𝑙𝑖𝑑
b. Konsentrasi produk (Xp) = 𝑋 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑+𝑎𝑖𝑟)

Menurut Elisa (2009) menyatakan bahwa untuk mengetahui suatu


mengetahui berat uap air maka diperluakan perhitungan neraca massa. Neraca
massa merupakan jumlah aliran bahan masuk sama dengan jumlah aliran bahan
yang dikeluarkan. Penentuan berat uap air dapat diketahui dengan membuat tabel
neraca massa sehingga dapat diketahui pula konsentrasinya. Dari hasil praktikum
sesuai dengan literatur karena untuk menghitung uap air dan konsentrasi dibuat
tabel neraca massa terlebih dahulu untuk memudahkan mennghitung. Elisa (2009)
juga menambahkan bahwa untuk melengkapi tabel neraca massa maka diperlukan
data massa total bahan (mf) dan produk (mp) sehingga berat uap air (mv) dapat
dihitung dengan menghitung selisih mf dan mp. Sedangkan untuk menghitung
konsentrasi padatan pekat (Xp) adalah dengan perbandingan antara berat solid dan
berat larutan produk. Dari literatur telah dijelaskan rumus untuk mencari mv dan
Xp dan rumus ini telah digunakan untuk menghitung mv dan Xp pada praktikum
evaporasi ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari hasil perbandingan praktikum
dan literatur semakin tinggi total solid yang terdapat pada larutan, maka semakin
tinggi pula konsentrasinya karena tujuan dari evaporasi adalah pemekatan larutan
yang tentu saja menguapkan air dalam larutan untuk memekatkan sampel.
Menurut Zuhriha (2006) menyatakan bahwa larutan akan semakin pekat sesuai
dengan lama waktu evaporasi. Sampel dengan konsentrasi tinggi perlu suhu yang
lebih tinggi karena fraksi pelarut diambil oleh zat terlarut. Selain itu massa yang
dihasilkan juga semakin rendah hal ini disebabkan terjadinya perpindahan panas
dan perpindahan massa.
5.1.2 Larutan Jasjus
Berdasarkan praktikum evaporasi konsentrasi larutan didapati hasil yang
berbeda pada tiap sampel baik hasil pengamatan maupun perhitungan. Pada
perlakuan 1 yaitu larutan jasjus dengan perbandingan 10 gram bahan : 90 ml air
memiliki berat wadah sebesar 104,1 gram sehingga berat wadah + sampel yaitu
202,8 gram. Setelah dilakukan evaporasi 15 menit pertama dan kedua secara
berurutan didapatkan hasil 200 gram dan 199,2 gram. Hasil pengamatan tersebut
mempengaruhi hasil perhitungannya. Berat uap air yang diperoleh dari hasil
perhitungan 15 menit pertama dan 15 menit kedua adalah 2,8 gram dari
pengurangan berat sampel + wadah dan berat sampel + wadah setelah evaporasi
15 menit pertama dan 0,8 gram dari pengurangan berat sampel + wadah setelah
evaporasi 15 menit pertama dan berat sampel + wadah setelah evaporasi 15 menit
kedua sehingga konsentrasi yang didapatkan secara berurutan yakni 10,42% 15
menit awal evaporasi dan 10,57 % setelah 15 menit kedua evaporasi yang
diperoleh dari rumus perbandingan solid dengan berat solid + air dikalikan 100%.
Pada perlakuan 2 yaitu larutan jasjus dengan perbandingan 20 gram bahan :
80 ml air memiliki berat wadah sebesar 101,4 gram sehingga berat wadah +
sampel yaitu 200,4 gram. Setelah dilakukan evaporasi 15 menit pertama dan
kedua secara berurutan didapatkan hasil 199,3 gram dan 196,9 gram. Hasil
pengamatan tersebut mempengaruhi hasil perhitungannya. Berat uap air yang
diperoleh dari hasil perhitungan 15 menit pertama dan 15 menit kedua adalah 1,1
gram dari pengurangan berat sampel + wadah dan berat sampel + wadah setelah
evaporasi 15 menit pertama dan 2,4 gram dari pengurangan berat sampel + wadah
setelah evaporasi 15 menit pertama dan berat sampel + wadah setelah evaporasi
15 menit kedua sehingga konsentrasi yang didapatkan secara berurutan yakni
20,43 % 15 menit awal evaporasi dan 20,94 % setelah 15 menit kedua evaporasi
yang diperoleh dari rumus perbandingan solid dengan berat solid + air dikalikan
100%.
Pada perlakuan 3 yaitu larutan jasjus dengan perbandingan 30 gram bahan :
70 ml air memiliki berat wadah sebesar 102,8 gram sehingga berat wadah +
sampel yaitu 201,7 gram. Setelah dilakukan evaporasi 15 menit pertama dan
kedua secara berurutan didapatkan hasil 200,1 gram dan 196,5 gram. Hasil
pengamatan tersebut mempengaruhi hasil perhitungannya. Berat uap air yang
diperoleh dari hasil perhitungan 15 menit pertama dan 15 menit kedua adalah 1,6
gram dari pengurangan berat sampel + wadah dan berat sampel + wadah setelah
evaporasi 15 menit pertama dan 3,6 gram dari pengurangan berat sampel + wadah
setelah evaporasi 15 menit pertama dan berat sampel + wadah setelah evaporasi
15 menit kedua sehingga konsentrasi yang didapatkan secara berurutan yakni
30,83 % 15 menit awal evaporasi dan 32,02 % setelah 15 menit kedua evaporasi
yang diperoleh dari rumus perbandingan solid dengan berat solid + air dikalikan
100%.
Perhitungan yang dilakukan menggunakan rumus:
a. Berat Uap Air (mv) = mf – mp
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑜𝑙𝑖𝑑
b. Konsentrasi produk (Xp) = 𝑋 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑+𝑎𝑖𝑟)

Menurut Joharman (2006) semakin banyak air yang diuapkan maka semakin
tinggi total padatan yang dihasilkan sehingga mempengaruhi nilai konsentrasi.
Tingginya nilai konsentrasi akan mempengaruhi pulai nilai viskositas suatu
larutan karena terjadi penyempitan ruang gerak partikel padatan. Menurut
Triwulandari dan Zawawi (2010) menyatakan bahwa konsentarasi larutan
mempengaruhi waktu evaporasi. Semakin banyak zat yang harus dievaporasi
maka makin lama pula proses pemekatan suatu larutan. Hasil dari praktikum
sesuai dengan literatur baik dari segi perhitungan maupun meningkatnya suatu
konsentrasi larutan. Dari data praktikum diketahui bahwa uap air berkurang lebih
banyak karena pengaruh waktu yang diberikan. Hasil dari 15 menit pertama
evaporasi dan 15 menit kedua setelahnya menghasilkan berat uap air yang
semakin tinggi apabila diakumulasikan sehingga kandungan air dalam nahan
berkurang. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa banyaknya uap
air yang keluar dari larutan dipengaruhi oleh waktu pemanasan. Dilihat dari hasil
perhitungan berat uap air tidak mempengaruhi konsentrasi akan tetapi yang
mempengaruhinya adalah berat total solidnya.
Jadi baik larutan gula maupun jasjus berat uap airnya akan bertambah
dikarenakan waktu evaporasi yang diperlukan untuk memekatkan larutan.
Semakin lama waktunya maka semakin besar pula berat uap airnya. Selain itu ada
beberapa faktor yang mempengaruhi konsentrasi dilihat dari hasil pengamatan dan
perhitungan yang telah dilakukan. Konsentrasi suatu larutan dipengaruhi oleh
banyaknya padatan atau bahn yang dilarutkan dalam air. Semakin banyak padatan
yang dilarutkan dalam air, maka semakin tinggi pula konsentrasinya. Hal lain
yang mempengaruhi adalah waktu evaporasi. Semakin lama waktu evaporasi yang
dilakukan maka semakin berkurang berat sampel + wadah setelah evaporasi
sehingga konsentrasi yang dihasilkan akan semakin besar apabila total produknya
semakin kecil.

5.2 Evaporasi Perbedaan Luas Permukaan


5.2.1 Larutan Gula
Berdasarkan praktikum evaporasi kecepatan penguapan yang telah
dilakukan, didapati hasil yang berbeda pada tiap sampel baik hasil pengamatan
maupun perhitungan. Pada hasil pengamatan, gelas beker 250 ml didapati berat
mula-mula termasuk bahan yang dilarutkan sebesar 193 gram dan berat setelah
evaporasi 191,8 gram. Hasil perhitungan yang didapatkan pada luas permukaan
sebesar 28,26 cm2 dengan kecepatan evaporasi 0,08 gram/menit. Sedangkan pada
hasil pengamatan, gelas beker 500 ml didapati berat mula-mula termasuk bahan
yang dilarutkan sebesar 268 gram dan berat setelah evaporasi 267 gram. Hasil
perhitungan yang didapatkan pada luas permukaan sebesar 50,24 cm2 dengan
kecepatan evaporasi 0,0067 gram/menit.
Perhitungan yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan rumus:
a. Luas Permukaan = 𝐴 = 𝜋𝑟 2
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎)−(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑠𝑖)
b. Kecepatan =
15 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Menurut Winarno (2002) menyatakan kecepatan evaporasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah suhu, lama evaporasi, luas permukaan, jenis
bahan dan viskositas cairan serta kerak. Suhu evaporasi berpengaruh terhadap
kecepatan penguapan. Apabila suhu yang digunakan dalam evaporasi tinggi, maka
semakin tinggi pula kecepatan evaporasinya. Sisi negatif akibat suhu yang terlalu
tinggi adalah bahan yang sensitif akan mebgalami kerusakan sehingga suhu yang
digunakan adalah suhu yang optimal tidak diatas 100oC. Lama waktu evaporasi
juga mempengaruhi kecepatan evaporasi karena semakin lam waktu yang
diperlukan maka larutan yang dievaporasi juga akan semakin pekat. Pada luas
permukaan pengaruhnya sangat besar karena luas permukaan yang semakin besar
menyebabkan proses penguapan semakin cepat dan mempengaruhi kecepatan
pemekatan larutan. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa hasil praktikum
kecepetan evaporasi pada gula tidak sesuai dengan literatur dilihat dari faktor
kecepatan evaporasi. Larutan gula yang dievaporasi kadar airnya akan berkurang
karena pada larutan gula terjadi proses gula invert yaitu proses penguraian sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa. Dilihat dari hasil perhitungan luas permukaan
sangat berpengaruh terhadap kecepatan evaporasi larutan gula yakni dengan nilai
kecepatan 0,08 gram/menit untuk gelas beker 250 ml dengan luas permukaan
28,26 cm2 . Sedangkan pada gelas beker ukuran 500 ml diperoleh luas
permukaannya 50,24 cm2 sehingga kecepatan evaporasinya adalah 0,067
gram/menit.
5.2.2 Larutan Jasjus
Berdasarkan praktikum evaporasi kecepatan penguapan yang telah
dilakukan, didapati hasil yang berbeda pada tiap sampel baik hasil pengamatan
maupun perhitungan. Pada hasil pengamatan, gelas beker 250 ml didapati berat
mula-mula termasuk bahan yang dilarutkan sebesar 202,5 gram dan berat setelah
evaporasi 200,9 gram. Hasil perhitungan yang didapatkan pada luas permukaan
sebesar 28,26 cm2 dengan kecepatan evaporasi 0,1067 gram/menit. Sedangkan
pada hasil pengamatan, gelas beker 500 ml didapati berat mula-mula termasuk
bahan yang dilarutkan sebesar 278,4 gram dan berat setelah evaporasi 275,9 gram.
Hasil perhitungan yang didapatkan pada luas permukaan sebesar 50,24 cm2
dengan kecepatan evaporasi 0,167 gram/menit.
Perhitungan yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan rumus:
a. Luas Permukaan = 𝐴 = 𝜋𝑟 2
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎)−(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑠𝑖)
b. Kecepatan =
15 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Menurut Haryanto dan Masyithah (2006) adapun faktor yang mempengaruhi
kecepatan evaporasi adalah tekanan, luas permukaan dan bidang kontak,
konsntrasi, suhu, dan kerak. Tekanan sangat berpengaruh terhadap kecepatan
proses evaporasi karena diamati dari model matematika tekanan berbanding lurus
dengan kenaikan titik didih. Selanjutnya adalah luas Permukaan dan bidang
kontak, proses evaporasi akan cepat apabila luas permukaan wadah yang
digunakan untuk menguapkan larutan semakin besar karena semakin besar luas
permukaan maka molekul air banyak yang ikut menguap. Konsentrasi dan
pembentukan uap, cairan yang dimasukkan ke dalam evaporator fisiknya akan
sama dengan air walaupun sebenarnya cairan tersebut cukup encer. Suhu pada
pemanasan bahan yang akan dipekatkan memiliki tingkatan suhu tersendiri saat
dilakukan evaporasi sehingga perlu adanya pengatur suhu untuk mengatur
konsentrasi bahan dan lama pemanasan. Pemanasan yang dilakukan untuk
memekatkan larutan akan meninggalkan kerak pada permukaan pemanasan
sehingga menyababkan terjadinya koefisien semakin lama semakin berkurang.
Hasil dari praktikum dilihat dari perhitungannya sesuai dengan literatur karena
semakin luas permukaan untuk proses evaporasi suatu larutan, maka kecepatannya
semakin besar. Hal ini dikarenakan air lebih cepat menguap pada permukaan yang
lebih luas.
Dari kedua hasil larutan diatas dikatahui bahwa kecepatan evaporasi jasjuus
lebih besar daipada gula. Menurut (Kumara, 2003) menyatakan bahwa bahan yang
dapat dievaporasi adalah bahan makanan yang memiliki kandungan air. Dalam
100 gram bahan gula terdapat 5,4 gram kadar air didalamnya sedangkan pada 8
gram jasjus terdapat 0,24 gram kadar air. Apabila dibandingkan dengan hasil
literatur, maka sesuai apabila kecepatan evaporasi jasjusa lebih besar karena
kandungan kadar airnya lebih sedikit.
BAB VI PENUTUPAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum evaporasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa evaporasi merupakan proses pemekatan larutan yang dilakukan dengan
cara pemanasan serta penguapan air. Evaporasi yang dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan konsentrasi dan viskositas larutan, memperkecil volume larutan,
dan menurunkan aktivitas air. Neraca massa diperlukan dalam proses evaporasi
ini karena jumlah bahan yang masuk sama dengan jumlah produk ditambah
jumlah air yang diuapkan. Dalam membuat neraca massa harus mengetahui berat
sampel dan wadah evaporasi serta mengetahui massa yang masuk berapa sehingga
dapat dilengkapi tabel neraca massa pada bahan (feed), produk, dan uap air. Berat
uap air didapatkan dari pengurangan total massa feed dengan massa produk
dengan rumus sebagai berikut:
Berat Uap Air (mv) = mf – mp
Sedangkan untuk konsentrasi suatu larutan didapatkan dari hasil perbandingan
antara berat solid dan total berat (solid+air) dengan persamaan sebagai berikut:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑜𝑙𝑖𝑑
Xp = 𝑋 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑+𝑎𝑖𝑟)

Fakror yang mempengaruhi konsentrasi dari suatu larutan adalah banyaknya


padatan atau bahn yang dilarutkan dalam air. Semakin banyak padatan yang
dilarutkan dalam air, maka semakin tinggi pula konsentrasinya. Hal lain yang
mempengaruhi adalah waktu evaporasi. Semakin lama waktu evaporasi yang
dilakukan maka semakin berkurang berat sampel + wadah setelah evaporasi
sehingga konsentrasi yang dihasilkan akan semakin besar apabila total produknya
semakin kecil.
Pada evaporasi kecepatan hal yang sangat signifikan mempengaruhi kecepatan
evaporasi adalah luas permukaan. Semakin besar luas permukaan maka
kecepatannya semakin tinggi karena air yang diuapkan lebih banyak dan cepat.
Selain luas permukaan faktor lain adalah suhu, jenis bahan. lama penguapan, dan
kerak. Bahan dengan kadar air rendah akan mengalami penguapan cepat daripada
bahan dengan kadar air tinggi dalam suatu bahan. Pada praktikum ini bahan yang
lebih cepat menguap adalah jasjus karena kadar airnya lebih rendah daripada gula.

6.2 Saran
Adapun saran dari dilaksanakannya praktikum evaporasi adalah agar praktikan
lebih berhati-hati dan teliti dalam melakukan praktikum dan perhitungan serta
sebaiknya terlebih dahulu memahami konsep materi yang akan dipraktikkan.
DAFTAR PUSTAKA

Botani, Fauzi. 2008. Pengaruh Suhu Evaporasi Terhadap Kualitas dan Nilai
Organoleptik Susu Kental Manis. Padang: Universitas Andalas

Darwin, P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Jakarta: Sinar Ilmu
Perpustakaan Nasional.

Elisa. 2009. Evaporator-Dasar Perancangan Alat. Yogyakarta: UGM.

Hanafiah, K. A. 2012. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada.

Harini. 2007. Air Bersih Yang Dilupakan. Jakarta: Bumi Aksara.

Haryanto, B. Dan Masyithah, Z. 2006. Perpindahan Panas. Medan: USU

Hidayati, D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta : Kanisius.

Indarto. 2010. Hidrologi. Jember: Bumi Aksara.

Jamiranti. 2009. Pemanfaatan Natrium Alginat Sebagai Fortifikasi Serat Dalam


Pembuatan MinumanSerbuk Effervescent Bercitarasa Jeruk Lemon. Skripsi.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Joharman, T. 2006. Studi Pengaruh Suhu dan Lama Evaporasi ada Proses
Pemekatan Gelatin. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Krisnawan, Budi. 2013. Perencanaan Instalasi Air Conditioning di Ruang


Pengajaran Umum PSD III Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro

Kumalaningsih, dan Suprayogi. 2006. Taramillo (Terung Belanda). Surabaya:


Trubus Agrisarana.

Kumara, Ravi. 2003. In Vivo anda In Vitro Evaluation of Hair Growth Potential
of Hibiscus rosa-sinensis Linn.. Chennai: Central Leather Research Institute.

Praptaningsih, Yulia. 2009. Buku Ajar Teknologi Pengolahan. Jember:


Universitas Negeri Jember.

Rahmawati. 2011. Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Dengan Kadar Gula
Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 Rawat Jalan Di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar. Skripsi. Makassar. Universitas Sam
Ratulangi.

SNI. 2004. Minuman Serbuk. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.


Sumargono dan Ferykasari. 2007. Membuat Garam dan Gula. Jakarta: Dinamika
Kompetensi.

Triwulandari dan R. Zawawi. 2010. Simulasi Proses Evaporasi Nira Dalam


Falling Film Evaporator Dengan Adanya Aliran Udara. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.

Wahyudi. 2013. Pemanfaatan Kulit Pisang (Musa Paradisiaca) sebagai Bahan


Dasar Nata De Banana Pale dengan Penambahan Gula Aren Dan Gula Pasir.
Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Widjaja. 2010. Pengeringan dan Evaporasi.Jakarta: Bumi Aksara.

Winarno, FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

Zuhriha. 2006. Proses Evaporasi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai