Anda di halaman 1dari 6

PANDANGAN ISLAM MENGENAI TATO

PEMBAHASAN
A. Pengertian Tato
Kata tato berasal dari kata Tahitian atau Tatu, yang memilki arti menandakan
sesuatu. Tato atau rajah yang dalam bahasa Inggris disebut tattoo adalah suatu tanda yang
dibuat dengan memasukkan pigmen ke dalam kulit. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
tato berarti gambar atau lukisan pada bagian atau anggota tubuh1[1]. Menurut para ahli
sejarah, tato mulai dikenal sejak 12.000 tahun lalu.
Dalam istilah teknis, rajah adalah implantasi pigmen mikro. Rajah dapat dibuat
terhadap kulit manusia atau hewan. Rajah pada manusia adalah suatu bentuk modifikasi
tubuh, sementara rajah pada hewan umumnya digunakan sebagai identifikasi.
Tato merupakan praktik yang ditemukan hampir di semua tempat dengan fungsi
sesuai dengan adat setempat. Tato dahulu sering dipakai oleh kalangan suku-suku terasing di
suatu wilayah di dunia sebagai penandaan wilayah, derajat, pangkat, bahkan menandakan
kesehatan seseorang. Tato digunakan secara luas oleh orang-orang Filipina, Kalimantan,
Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, Jepang, Kamboja, serta Tiongkok.
Walaupun pada beberapa kalangan rajah dianggap tabu, seni rajah tetap menjadi sesuatu yang
populer di dunia.
Ditinjau dari jenisnya, tato dapat dibedakan menjadi dua, yakni tato temporer atau
permanen dan tato kontemporer atau tato tidak permanen. Jenis tato permanen dibuat dengan
cara memasukkan tinta ke dalam lapisan kulit dengan alat yang mirip jarum suntik. Tato jenis
ini tidak bisa hilang dengan sendirinya, sehingga proses penghapusannya membutuhkan cara
khusus. Misalnya menggunakan laser. Sedangkan tato kontemporer atau tato tidak permanen
cara pembuatannya lebih sederhana. Sama dengan cara membuat hiasan di kulit
menggunakan henna. Cukup dioleskan pada permukaan kulit dan menunggu hingga
warnanya meresap ke dalam lapisan permukaan kulit. Setelah itu tato tersebut dapat bertahan
selama beberapa waktu dan lama-kelamaan warnanya akan hilang dengan sendirinya.
B. Hukum Tato Menurut Agama Islam

1[1] hatib Abdul Kadir Olong, 2006, Tato, Yogyakarta: Penerbit LkiS
Di dalam Islam, Al-Quran dan Sunnah (Hadits) menjadi rujukan utama dalam setiap
hal kehidupan. Semua permasalahan dalam kehidupan pasti sudah ada petunjuk dan
pemecahannya di dalam kedua petunjuk utama tersebut, termasuk mengenai tato ini.
Allah SWT berfirman: Dan aku (setan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan
akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka
(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan
akan aku (setan) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
mengubahnya. Barangsiapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka
sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. (An-Nisa`: 119)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam beliau
bersabda:


. .

Artinya: Allah Subhanahu wa Taala melaknati wanita yang menyambung
rambutnya, dan yang meminta untuk disambungkan, wanita yang mentato dan meminta
ditatokan. (Shahih, HR. Al-Bukhari)
Berdasarkan ayat dan hadist diatas, maka jelaslah bahwasanya Allah SWT, melalui
Rasulnya Muhammad SAW, telah melarang setiap muslim untuk membuat tato (rajah) di
bagian tubuh manapun, karena perbuatan seperti ini termasuk perbuatan yang menyakiti diri
sendiri, merubah apa yang Allah karuniakan kepada kita dan termasuk tidak mensyukuri apa
yang Allah telah berikan dan amanahkan kepada kita.
Tato juga diharamkan karena bisa menimbulkan sifat riya dari penggunanya atau
pemakainya. Orang yang memiliki tato cenderung akan memamerkan tatonya dan berharap
orang lain akan memujinya. Jika dibiarkan, maka lama-lama bisa menimbulkan sifat riya
atau ingin dipuji. Sedangkan Allah sangat tidak menyukai sifat tersebut2[2].
Lalu, bagaimana solusinya apabila kita sudah terlanjur mentato tubuh kita? Menurut
pendapat Imam An-Nawawi, kalau mungkin dihilangkan dengan pengobatan maka wajib
dihilangkan. Jika tidak memungkinkan kecuali dengan melukainya di mana dengan itu
khawatir berisiko kehilangan anggota badannya, atau kehilangan manfaat dari anggota badan
itu, atau sesuatu yang parah terjadi pada anggota badan yang tampak itu, maka tidak wajib
menghilangkannya. Dan jikalau bertaubat ia tidak berdosa. Tapi kalau ia tidak

2[2] Thobieb Al Asyhar. 2005. Fikih Gaul. Bandung: Syaamil Cipta Media hal.77
mengkhawatirkan sesuatu yang tersebut tadi atau sejenisnya maka ia harus
menghilangkannya. Dan ia dianggap bermaksiat dengan menundanya. Sama saja dalam hal
ini semua, baik pria maupun wanita.
Ibnu Hajar rahimahullahu mengatakan: Membuat tato haram berdasarkan adanya
laknat dalam hadits, maka wajib menghilangkannya jika memungkinkan walaupun dengan
melukainya. Kecuali jika takut binasa, (tertimpa) sesuatu, atau kehilangan manfaat dari
anggota badannya maka boleh membiarkannya dan cukup dengan bertaubat untuk
menggugurkan dosa. Dan dalam hal ini sama saja antara laki-laki dan wanita.
Jadi, menurut kedua pendapat tersebut, dapat disiimpulkan bahwa selama masih
mampu untuk menghilangkannya, maka wajib hukumnya untuk melakukan penghapusan
terhadap tato tersebut. Namun, apabila proses penghapusan itu menyebabkan bahaya atau
dapat membuat kita kehilangan anggota tubuh yang masih bermanfaat bagi kita, maka tidak
wajib hukumnya untuk melakukan penghapusan tato.
Bagaimana pula jika kita ditato sewaktu kita masih kecil? Menurut Syaikh Ibnu
Utsaimin, Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan bahwa Allah melaknat
pemberi dan peminta tatto. Bila ketika kecil anak perempuan atau laki-laki ditatto dan ia tidak
mampu menolak, maka ia tidak menanggung dosa, sebaliknya beban dosa dipikul oleh
pelakunya. Sebab Allah tidak memberikan beban kepada seseorang kecuali sesuai dengan
kadar kemampuannya, sedangkan anak tersebut tidak mampu berbuat. Sehingga perbuatan itu
dipikul oleh pelakunya. Tetapi jika memungkinkan untuk dihilangkan tanpa menimbulkan
bahaya bagi dirinya, maka sebaiknya dihilangkan.
C. Dampak yang Dapat Ditimbulkan oleh Tato
Banyak orang menyangka bahwa tato adalah baik bagi diri mereka, dengan menilai
nya dari nilai seni, kegagahan, trend dan lainnya. Namun, perlu diingat juga tato adalah
sebuah seni yang ditanam secara permanen di tubuh tentunya jika tato yang dibuat adalah tato
permanen. Kini anda yang ingin membuat tato di tubuh sebaiknya memikirkannya dulu
kembali dengan mempertimbangkan berbagai dampaknya. Berikut adalah beberapa dampak
yang mungkin akan timbul setelah penggunaan tato:
Alergi
Penggunaan pewarna pada saat menato bisa menyebabkan reaksi berupa alergi pada kulit.
Biasanya akan ada rasa gatal pada bagian yang ditato. Jangan di kira ini hanya berlangsung
sesaat, tapi hal ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun.
Infeksi
Penggunaan peralatan tato yang kurang bersih bisa menimbulkan infeksi pada kulit tandanya
seperti kulit memerah, bengkak, sakit dan bernanah.
Benjolan pada kulit (keloid)
Benjolan yang berada di sekitar area tato disebut dengan granulomas, tak hanya itu saja
ternyata Tato juga mendorong pertumbuhan keloid atau jaringan kulit tambahan yang tumbuh
dibekas luka.
Penyakit yang dibawa dari darah
Jika peralatan kurang steril juga bisa menyebabkan tertular penyakit yang dibawa dari darah,
contohnya seperti HIV, tetanus.

Komplikasi MRI
Tato bisa menimbulkan bengkak atau kulit terbakar saat orang yang ditato menjalani
pemeriksaan MRI. Pemeriksaan MRI ini menggunakan medan magnetik kuat dengan
teknologi terkomputerisasi untuk menghasilkan gambaran detail dari organ dan jaringan
lunak dalam tubuh lainnya.
Dampak negatif lain diungkapkan oleh seorang ilmuwan Ian Eames, seorang peneliti
mekanika fluida dari University College London telah menciptakan suatu model matematik
yang bisa digunakan untuk memprediksi gerakan partikel tinta tato dari waktu ke waktu dan
memberikan ide yang lebih baik dalam mendesainnya.

Eames mengungkapkan bahwa jenis kulit, usia, ukuran tato, paparan sinar matahari
dan jenis tinta yang digunakan bisa mempengaruhi bagaimana tato menyebar dari waktu ke
waktu. Eames menuturkan, setelah bertahun-tahun menempel di tubuh maka tato akan:

1. Tinta tato umumnya terbuat dari suspensi partikel yang larut dalam air seperti
merkuri, kadmium, timah dan besi yang disuntikkan di bawah kulit untuk membentuk suatu
gambar dengan menggunakan jarum. Seiring waktu dan bertambahnya usia, maka partikel
dari tinta ini akan menyebar.

2. Detail kecil dari tato akan hilang pertama kali, lalu detail yang lebih tebal mulai
terpengaruh. Meskipun awalnya tato terlihat bagus dan bisa dimengerti maknanya, tapi
setelah 15 tahun mungkin gambar yang terlihat akan berbeda dan bisa jadi lebih sulit
dimengerti maknanya.
3. Setelah bertahun-tahun warnanya bisa memudar atau muncul garis-garis patahan
dari gambar tersebut, serta gambar tato akan terlihat aneh ketika memasuki usia 50-an tahun
akibat sudah munculnya kerutan di kulit.

4. Efek samping lain yang bisa muncul dari pembuatan tato adalah adanya resiko
infeksi seperti penggunaan jarum yang tidak steril atau kandungan zat-zat berbahaya dari
tinta yang dipakai.

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kata tato berasal dari kata Tahitian atau Tatu, yang memilki arti menandakan sesuatu.
Tato atau rajah yang dalam bahasa Inggris disebut tattoo adalah suatu tanda yang dibuat
dengan memasukkan pigmen ke dalam kulit. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tato
berarti gambar atau lukisan pada bagian atau anggota tubuh.
2. Hukum menggunakan tato adalah haram karena dianggap sebagai perbuatan yang menyakiti
diri sendiri, mengubah ciptaan Allah SWT dan merupakan bentuk dari rasa kurang bersyukur
atas apa yang telah diberikan Allah SWT serta dapat menimbulkan sifat riya atau selalu
ingin dipuji orang lain.
3. Tato dapat menimbulkan beberapa efek negatif, diantaranya alergi, infeksi, tumbuhnya
benjolan pada kulit, penyakit yang dibawa oleh darah dan komplikasi MRI.
B. Saran
Setelah kita mengetahui apa pengertian tato, bagaimana hukumnya dalam Islam, dan
berbagai dampak yang ditimbulkan setelah pemakaiannya, kita bisa mempertimbangkan lagi
dengan lebih hati-hati dan bijaksana apabila kita berkeinginan untuk mentato tubuh. Manakah
yang lebih banyak didapat? Manfaat ataukah mudharat?
Tato bisa saja meningkatkan kepercayaan diri, akan tetapi tato juga menyimpan
berbagai efek negatif yang timbul setelah pemakaiannya baik itu dari segi agama maupun
medis.
Semoga kita bisa lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk diri kita
sendiri, terutama soal penggunaan tato.

DAFTAR PUSTAKA
Yusuf Qaradhawi. 2007. Halal dan Haram. Bandung: Penerbit Jabal
Thobieb Al Asyhar. 2005. Fikih Gaul. Bandung: Syaamil Cipta Media
Hatib Abdul Kadir Olong. 2006. Tato. Yogyakarta: Penerbit LkiS
www.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai