Anda di halaman 1dari 12

OPERASI GANTI KELAMIN DAN OPERASI SELAPUT DARA

A. Pendahuluan
Operasi ganti kelamin yakni suatu proses pergantian jenis kelamin sudah
ada sejak zaman pra sejarah, akan tetapi proses pergantiannya hanya sampai pada
tingkah laku hingga cara berpakaian namun tidak sampai proses pergantian alat
kelamin karena alat medis belum ada.
Masalah kebingungan untuk menentukan jenis kelamin atau yang dalam
Islam disebut sebagai mukhonnats/mutarojjilah merupakan suatu gejala
ketidakpuasan seseorang, karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk
fisik dan kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat
kelamin yang dimilikinya. Ekspresinya bisa dalam bentuk dandanan make up,
gaya, tingkah laku, bahkan sampai kepada operasi pergantian kelamin.
Operasi perubahan kelamin pertama kali dilakukan di Eropa pada tahun
1930, namun operasi yang menarik perhatian seluruh dunia dilakukan oleh
seorang mantan serdadu yang bernama christine (sebelumnya george) jorgensen
di Copanhagen, Denmark, pada tahun 1952.1
Selaput dara yaitu selaput tipis, lunak, lembut dan terdiri dari dua lender,
posisinya dijalan masuk vagina dan seolah-olah menutupinya. Menurut seorang
ahli bedah, Prof Dr Alex Pangkahila SpAnd, operasi selaput dara adalah operasi
yang dilakukan oleh dokter untuk merestorasi selaput dara (hymen) agar kembali
utuh.
Menurut seorang dokter bedah bertahun-tahun, diantara praktik yang paling
banyak menghasilkan materi adalah bedah kecantikan. Salah satunya adalah
operasi selaput dara. Operasi ini bertujuan agar mengembalikan keperawanan
atau membuat selaput dara menjadi utuh kembali. Tidak sedikit wanita pada
zaman sekarang meminta agar selaput daranya dipulihkan kembali seperti halnya
para gadis. Ada yang mengaku habis diperkosa, terbujuk rayuan pacar dan ada
pula yang mengaku telah bertobat setelah menjalani seks bebas. Akan tetapi
bagaimana dengan wanita yang belum menikah tetapi selaput darahnya telah

1
Gerald C. Davison, John M. Neale, Psikologi Abnormal Edisi Ke 9, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), hlm. 618
rusak akibat suatu perbuatan yang tidak disadarinya? Hal ini akan menyebabkan
ketidakadilan bagi wanita yang akan menikah.
Islam sebagai agama yang melindungi segenap kepentingan baik pria
maupun wanita dalam segi kehidupan, dalam masalah ini belum membahas
secara rinci dan belum memberikan ketetapan hukum. Dalam membahas masalah
ini, perlu adanya suatu pengerahan segenap kemampuan pikiran untuk
memberikan suatu kejelasan hukum tentang dampak maslahah dan mudharat
yang akan dicapai dalam proses operasi selaput dara maupun operasi ganti
kelamin, agar bisa dijadikan acuan dalam bertindak baik bagi para pelaku
medis(dokter) dan pelaku operasi.

Peta Konsep

Pengertian Operasi Ganti Kelamin


dan Operasi Selaput Dara

Macam-Macam Operasi Ganti


Kelamin
Operasi Ganti
Kelamin dan Operasi
Selaput Dara
Hukum Operasi Ganti Kelamin
dan Operasi Selaput Dara dalam
Pandangan Islam

Dampak Operasi Ganti Kelamin


dan Operasi Selaput Dara

B. Operasi Ganti Kelamin


1. Pengertian
a. Takhonnuts dan Tarojjul
Arti mudah takhonnuts (effiminacy) adalah mengitimasi wanita. Qol’ahji
(1988: 150) berkata: “ At-Takhonnuts berasal dari kata khonatsa, yang bermakna
takassur (kehalusan): kelembutan dalam ucapan, cara jalan dan semisal dengan
itu= mengitimasi wanita”
Orang yang melakukannya disebut mukhonnats (effiminate). Jadi,
mukhonnats adalah pria yang gaya dan sifat-sifatnya mengitimasi wanita.
Qol’ahji (1988: 6) berkata: “Al-Mukhonnats dengan men-dhommah-kan mim men-
tasydid-kan nun yang di-fathah-kan adalah seorang lelaki yang menyerupai wanita
dalam hal cara, jalannya, cara bicaranya, cara kelembutannya, cara kehalusannya.
Jadi, seorang mukhonnats mengitimasi wanita dari sifat-sifat, gerak-gerik, akhlak,
ucapan, dan cara jalan yang khas bagi wanita. Kata yang paling dekat dalam
bahasa indonesia untuk menerjemahkan mukhonnats adalah banci atau wadam
atau waria.
Semua hal yang menjadi ciri khas wanita, seperti: mewarnai kuku
tangan/kaki, memakai lipstik, cara bicara yang halus, cara jalan yang melambai
dan semisalnya, jika dilakukan oleh seorang lelaki maka perbuatan tersebut adalah
takhonnuts. Pelakunya disebut mukhonnats.
Adapun jika wanita berusaha mengitimasi lelaki, maka dia disebut
mutarojjilah atau mustarjilah. Aktivitasnya disebut tarojjul atau istirjal. Kata
dalam bahasa Indonesia yang paling dekat dengan makna mutarojjul adalah
tomboi. Perlu dicatat, mukhonnats berbeda dengan khuntsa. Mukhonnats adalah
orang yang secara genetik kelaminnya lelaki, tetapi secara psikis berusaha
mengimitasi wanita. Adapun khuntsa, maka dia adalah orang yang secara genetik
memang memiliki kelamin yang tidak jelas apakah laki-laki ataukah wanita.
Istilah yang paling mendekati untuk menerjemahkan khuntsa adalh interseks.2
b. Operasi Ganti Kelamin
Operasi ganti kelamin adalah suatu proses pergantian atau perubahan jenis
kelamin, bisa berupa perbaikan atau penyempurnaan kelamin terhadap orang yang
mengalami cacat kelamin, pembuangan salah satu jenis kelamin (kelamin ganda)
atau operasi pergantian jenis kelamin yang dilakukan terhadap orang yang
memiliki kondisi kelamin normal.3

2. Macam-Macam Operasi Ganti Kelamin


a. Macam-macam Mukhonnats dan Mutarojjilah

2
M.R. Rozikin, LGBT Dalam Tinjauan Fikih, (Malang: UB Press, 2017) hlm. 181-183
3
Budi Utomo Setiawan, Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer), (Jakarta: Gema
Insani, 2003) hlm. 59
Mukhonnats bisa dibagi menjadi dua macam. Pertama; Mukhonnats
pembawaan. Artinya, sejak lahir dia memang memiliki gaya bicara, cara jalan,
dan sifat-sifat seperti wanita. Kedua; Mukhonnats dibuat-buat (takalluf). Artinya,
asal fitralnya adalah lelaki, tetapi karena pergaulan yang salah dia menjadi pribadi
yang berusaha mengitimasi wanita. Gerak-geriknya dibuat-buat agar seperti
wanita, dan lama-lama dia nyaman dengan kebiasaan tersebut.
Mukhonnats pembawaan umumnya tidak memiliki hasrat dan syahwat
kepada wanita. Karena itulah, awalnya Rasulullah Saw. membiarkan Mukhonnats
jenis ini untuk masuk menemui istri-istrinya. Para istri Nabi juga mengizinkan
mereka datang karena memandang mereka termasuk para pria yang tidak
mempunyai syahwat terhadap wanita.
Ibnu Abdil Barr (1967: 273) berkata:
“Mukhonnats itu bukanlah seorang yang dikenal melakukan kekejian
secara khusus kemudian dinisbatkan kepadanya. Mukhonnats itu memiliki unsur
feminim yang dominan pada dirinya sehingga dia menyerupai wanita dalam hal
kehalusan, kata-kata, pandangan, nada suara, akal dan perbuatan. Sama saja
apakah ada penyakit liwath atau tidak. Adal dari takhonnuts adalah takatsur yakni
kehalusan dan al-lin atau kelembutan. Jika dia seperti yang kami deskripsikan
pada engkau dan dia tidak memiliki hasrat kepada wanita, dan dia itu lemah
akalnya, serta tidak mengerti urusan manudia, alias bodoh, maka saat itu dia
termasuk ghoiri ulil irbah; yang dibolehkan bagi mereka untuk masuk menemui
para wanita”
Mukhonnats pembawaan tidak dihukumi fasik, tidak masuk dalam celaan
nash dan tidak berdosa. Adapun jika mukhonnats itu adalah mukhonnats dibuat-
buat/ takalluf, artinya secara genetik dia tetap laki-laki yang memiliki syahwat
terhadap wanita, maka dia dihukumi seperti leklaki ajnabi.
Jika mutarojjilah juga ada dua macam, yaitu mutarojjilah pembawaan dan
mutarojjilah yang dibuat-buat, maka status dan ketentuannya juga sama dengan
dua macam mukhonnats yang telah dijelaskan sebelumnya.4
b. Macam-macam operasi ganti kelamin
1) Asli laki-laki kemudian dirubah menjadi perempuan

4
Ibid, hlm. 189-190
2) Asli perempuan kemudian dirubah menjadi laki-laki
3) Sebenarnya laki-laki tapi karena mempunyai dua alat kelamin maka
dengan menghilangkan tanda-tanda perempuannya
4) Sebenarnya perempuan tapi karena mempunyai dua alat kelamin maka
dengan menghilangkan tanda-tanda laki-lakiannya
5) Sebenarnya dia laki-laki, tapi yang dibuang adalah tanda laki-lakinya
6) Sebenarnya dia perempuan, tapi yang dibuang adalah tanda
perempuannya.
3. Hukum dalam Pandangan Islam
Dan Adapun hukum operasi kelamin dalam syariat Islam harus diperinci
persoalan dan latar belakangnya. Dalam ilmu kedokteran modern dikenal tiga
bentuk operasi kelamin, yaitu:
Suatu Operasi penggantian jenis kelamin, yang dioperasikan terhadap
orang yang sejak lahir memiliki kelamin normal. bahwasanya kasus tersebut,
dalam melakukan operasi kelamin hukumnya berarti haram. Ketetapan haram ini,
sesuai keputusan pihak fatwa MUI dalam musyawarah nasional II tahun 1980
tentang operasi pembenahan atau penyempurnaan kelamin. Para ulama’-ulama’
Fiqih mendasarkan ketetapan hukum- hukum tersebut pada dalil-dalil sebagai
berikut:
a. Surat al-Hujurat ayat 13. Menurut tafsir al-Thabari mengajarkan prinsip
equality (keadilan) bagi segenap manusia di hadapan Allah dan hukum yang
masing-masing telah ditentukan Allah ini tidak boleh diubah dan seseorang
harus menjalani hidupnya sesuai dengan kodratnya.
b. Surat al-Nisa’ ayat 119. Ada beberapa kitab tafsir (tafsir al-Thabari, as-
Shawi, al-Khazin , al-Baidhawi , Zubatut tafsir , dan al-Qurthubi )
disebutkanada beberapa perbuatan yang diharamkan karena termasuk
“mengubah ciptaan Allah”, yaitu: mengebiri manusia, homoseksual, lesbian,
pangur dan sanggul, membuat tato, dan takhannus (seorang pria berpakaian
dan bertingkah laku seperti wanita layaknya waria dan sebaliknya).
c. Hadith Nabi yang menyatakan” Allah mengutuk para tukang tato, yang
meminta ditato, yang menghilangkan alis, dan orang-orang yang memotong
(pangur) giginya, yang semua itu untuk kecantikan dengan mengubah ciptaan
Allah”. (HR. Bukhari).5

4. Dampak Operasi Ganti Kelamin


Pada penggantian kelamin, penis (dzakar) dan scrotum (buah dzakar atau
buah pelir) serta testi (tempat produksi sperma) dibuang. Sedangkan kulit scrotan
digunakan untuk menutup ilang vagina (farji) dan untuk pembuat clitoris
(klentif), diambil sebagian dari penis yang telah terbuang tadi.
Karena operasi tersebut termasuk pembedahan yang mengandung resiko,
maka seorang dokter harus menanfaninya secara hati-hati dan cermat karena bisa
tejadi hal-hal sebagai berikut :
a. Tembusnya anus , sehingga mestinya tempat kotoran keluar melalui dubu,
justru melewati liang vagina buatan itu. Maka kedalaman liang vagina buatan
itu harus sesuai dengan besarnya pinggul tubuh yang menjalankan operasi.
Kalau pinggul yang agak kecil tidak diperbolehkan membuat liang vaginanya
terlalu dalam, karena di khawatirkan dapat menembus tempat anusnya itu,
tetapi kebanyakan pasien yang dioperasi di indonesia kedalaman vaginanya
sampai 10-15 cm. Dan itu pun bisa mengerut dan memendek bila operasinya
sudah sembuh. Oleh karena itu, vagian buatan yang selesai operasi di pasangi
sebuat alat penyanngah disebut “tampo” selama satu bulan baru bisa
dilepaskan.
b. Terjadinya kelainan saraf pada penderita, bila ia tidak dapat menahan kencing
setelah di operasi selesai. Sering terjadi karena saluran kecingnya ikut
terbuang.
Ada hal yang lebih berbahaya bila pasien tidak menuruti nasihat dari dokter
yang akhirnya melakukan hubungan seks sebelum vaginanya benar-benar sembuh.
Adapun Perbuatan semacam itu, bisa mengakibatkan robeknya selaput perut yang
bisa menembus saluran kotoran. Kalau terjadi seperti itu, cara mengatasi satu-
satunya adalah dioperasi kembali untuk menutupnya. Berarti tidak berfungsi
sebagai vagina, tetapi hanya sebagai saliran kencing saja.6

5
Ibid., hlm. 773
6
Sudirman, Fiqih Kontemporer, (Yogyakarta : Budi Utama 2018), hlm. 26
C. Operasi Selaput Dara
1. Pengertian Operasi Selaput Dara
Hymen atau bisa dimaknai Operasi selaput dara sering kali dilakukan di
dengar di dunia kedokteran. Pemindahan suatu jaringan atau organ manusia
tertentu, dari suatu tempat ke tempat yang lainnya, untuk menggantikan organ
tubuh yang tidak berfungsi dengan baik disebut Operasi.7 Term selaput darah
dapat diartikan sebagai selaput tipis yang ada dalam kemaluan wanita,sering
didengar oleh masyarakatdengan sebutan keperawanan, sebab apabila selaput
darah itu belum pecah atau sobek hal tersebut mengindikasikan bahwa wanita itu
belum pernah melakukan hubungan sek dengan lawan jenisnya. Meskipun hal ini
ditandai dengan tidaklah mutlak karena ada sebagian wanita yang pecah selaput
darahnya bukan sebab melakukan hubungan seksual.8
Operasi selaput darah dapat diartikan sebuah cara untuk memperbaiki atau
mengembalikannya ke tempat semula. Untuk mempermudah dalam menemui atau
mencari hukum tentang operasi selaput dara, maka permasalahan ini dibagi
menjadi beberapa bagian, sesuai dengan sebab hilangnya atau robeknya selaput
dara; 1) Hilang selaput dara karena aktifitas dan olahraga; 2) Hilang selaput dara
karena zina dan masyarakat mengetahuinya; 3) Hilangnya selaput dara karena
pernikahan.9

2. Hukum Operasi Selaput Dara


Berikut ini hukum tentang operasi selaput dara, sebab masalah tersebut
dibagi menjadi beberapa bagian, sesuai dengan sebab hilangnya atau robeknya
selaput darah:10
a. Hilang selaput darah bukan karena maksiat.
Apabila seseorang yang tidak berdosa tersebut melakukan operasi selaput
darah, maka ulama’ berbeda pendapat tentang masalah ini, sebagian ulama’

7
Anonim, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, (Jakarka:EGC1999) hlm. 15
8
Yusuf Qardawi, Fatwa fatwa Kontemporer, Seputar pencangkoan Organ Tubuh (Jakarta:Gema
Insani Press 1995), hlm. 58
9
Handrawan Nadesul, Sehat Itu Nikmat , Panduan Seputar Seks, Organ Reproduksi Dan
Kesehatan Keluarga (cet.I; Jakarta: Gunung mulia, 2010), hlm. 153
10
Muhammad Nu’aim Yasin, Fiqh Kedokteran, (Cet.III ;Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2006)
hlm. 87
berasumsi hal tersebut dibolehkan, atau disunnahkan, atau malah menjadi fardhu,
namun dengan alasan-alasan sebagai berikut;
Kejadian yang menimpanya adalah sebuah musibah, misalnya orang yang
patah tulang atau luka bakar akibat kecelakaan. Apabila orang-orang yang kena
musibah seperti ini diperkenankan melakukan operasi dengan tujuan memperbaiki
tubuhnya yang rusak, maka orang yang kehilangan selaput daranya pun
dibolehkan untuk melakukan operasi demi mengembalikan bagian tubuh yang
rusak tadi.
Menyelamatkan sigadis dari tuduhan atau fitnah, sekaligus menutupi aib yang
menimpa dirinya. Hal ini sejalan dengan ruh Islam, yang memerintahkan untuk
menutupi aib saudaranya. Akan tetapi, meski begitu, sebagian ulama tidak
membolehkan operasi selaput darah, karena aurat sesorang akan terlihat oleh
dokter padahal operasi ini bukanlah hal yang darurat. Sedangkan untuk
menghindari fitnah, bisa saja dengan menjelaskan kepada calon suami atau kepada
masyarakat bahwa selaput dara yang hilang itu karena kecelakaan bukan karena
zina.
Dari dua pendapat diatas, maka siapa saja yang selaput daranya robek, atau
hilang karena kecelakaan, atau karena hal-hal lain yang tidak termasuk maksiat,
sebaiknya tidak usah melakukan operasi karena hal itu bukanlah hal yang darurat.
Akan tetapi, jika memang keadaannya sangat mendesak dan benar-benar
membawa maslahat yang besar, maka hal itu dibolehkan juga.
b. Hilang Selaput Dara Karena Zina dan Masyarakat Mengetahuinya.
Orang yang berzina dibagi menjadi dua keadaan;11
1) Dia telah melakukan zina tapi masyarakat belum mengetahuinya.
Dalam hal ini ulama berbeda pendapat. Sebagian membeolehkan dengan
alasan menutupi aibnya.Namun, sebagian tidak membolehkannya dengan
alasan hal itu akan mendorongnya dan mendorong orang lain terus-
menerus berbuat zina, karena dengan mudah ia akan melakukan operasi
selapu dara dan hal ini akan membawa mafsadat yang besar bagi
masyarakat. Jadi, dalam hal ini dilihat jika memang operasi tersebut benar-

11
Syeikh Ali Akhmad Al-jurjawi, Filsafah dan Hikmah Hukum Islam (Semarang: CV. Asy-
syifa1992), hlm. 99
benar membawa maslahat yang besar tidak apa-apa dilakukan, tapi jika
tidak, sebaiknya diurungkan melakukan operasi selaput dara.
2) Dia sudah melakukan zina dan masyarakat sudah mengetahuninya. Dalam
hal ini para ulama bersepakat untuk mengharamkan operasi selaput dara
karena mafsadat yang ditimbulkan jauh lebih besar dan tidak ada maslahat
sama sekali dalam hal itu.
c. Hilangnya Selaput Dara Karena Pernikahan.
Hilangnya selaput dara dalam pernikahan adalah sesuatu yang wajar dan
normal. Sehingga melakukan operasi selaput dara pada keadaan seperti ini
merupakan tindakan yang sia-sia dan menghambur-hamburkan uang dan waktu.ia,
harus membuka auratnya yang paling vital dan tentunya akan dilihat oleh para
dokter yang melakukan operasi. Dengan demikian melakukan operasi selaput dara
dalam kondisi seperti ini merupakan tindakan yang tercela dan dilarang dalam
Islam. Para dokter yang melakukan operasi juga ikut berdosa. Para ulama sepakat
dalam hal ini.12
Pendapat ulama berkenaan dengan masalah ini dan memilih pendapat yang
terkuat. Pendapat pertama: Tidak dibolehkan mengoperasi selaput dara hingga
seperti sedia kala Pendapat kedua: Masalah ini perlu diperinci sebagai berikut:13
1) Jika terkoyaknya selaput dara disebabkan perbuatan yang dianggap dosa oleh
syariat,yaitu perbuatan zina, maka perlu dilihat: jika berat dugaan bahwa si
wanita itu akan menemui kesulitan dan gangguan disebabkan adat dan
kebudayaan setempat maka operasi selaput dara mesti dilakukan.
2) Jika dokter tidak memandangnya sebagai problem yang serius maka
pelaksanaan opersai selaput dara hanya sebatas anjuran saja.jika terkoyaknya
selaput darah disebabkan hubungan seksual setelah terikat dalam tali
perkawinan seperti pada wanita yang tertalak atau disebabkan perbuatan zina
yang sudah masyhur di tengah masyarakat maka operasi selaput dara haram
dilakukan.

12
Ahmad Zain An Najah , Halal dan Haram dalam Pengobatan, ( Solo: Intermedia, 2003), hlm.
67
13
Abdul Fadli Mohsin Ebrahim, Telaah Fiqih & Biotika Islam. (Jakarta: Serambi Ilmu Semeta
2004), hlm. 97
3) Jika sebabnya adalah perbuatan zina yang tidak masyhur di tengah masyarakat
dan dokter dihadapkan kepada dua pilihan antara melakukan operasi selaput
darh ataukah tidak, maka yang terbaik adalah tetap melakukan operasi.Sisi-sisi
perbedaan pendapat:
4) Perbedaan pendapat ini dapat kita simpulkan sebagai berikut:
Pada kondisi kedua, kedua pendapat tersebut sepakat atas haramnya operasi
selaput dara. Sementara pada kondisi pertama dan ketiga kedua pendapat
tersebut saling berbeda.

3. Dampak Operasi Selaput Dara


Argumentasi yang dibawakan kedua belah pihak: Argumentasi kelompok
pertama (yang sama sekali tidak membolehkan operasi selaput darah):
a. Operasi selaput dara dapat menimbulkan tercampur baurnya garis keturunan.
Boleh jadi si wanita itu telah hamil akibat persetubuhan sebelumnya
kemudian setelah melakukan operasi selaput darah ia menikah dengan pria
lain. Hal itu menyebabkan janin yang dikandungnya dinasabkan kepada
suaminya yang terakhir sehingga tercampurlah yang halal dengan yang
haram.
b. Operasi selaput dara menyebabkan aurat vitalnya terlihat
c. Operasi selaput dara memudahkan muda-mudi melakukan perbuatan dosa
(zina) karena mereka tahu bahwa selaput dara dapat kembali seperti sedia
kala selepas bersetubuh.
d. Bilamana berbenturan antara maslahat dan mafsadat maka yang kita pilih
adalah meraih maslahat tanpa menimbulkan mafsadat. Itulah yang terbaik.
Bilamana hal itu tidak mungkin diwujudkan maka jika mafsadat yang timbul
lebih besar daripada maslahat yang hendak diraih hendaklah mendahulukan
menolak mafsadat tanpa harus mempertimbangkan maslahat yang luput,
sebagaimana yang ditetapkan oleh para ahli fiqh. Berdasarkan kaidah di atas,
jika kita lihat besarnya mafsadat yang ditimbulkan operasi selaput dara ini
maka dapatlah kita putuskan bahwa tidak boleh melakukan operasi selaput
dara karena mafsadat yang ditimbulkannya sangat besar.
e. Salah satu kaidah syariat menyatakan: "kemudharatan tidak boleh
dihilangkan dengan kemudharatan pula" diantara cabang kaidah ini adalah
"Tidak dibolehkan mengelakkan kerugian tanahnya dengan merugikan tanah
orang lain" demikian pula seorang pemudi atau ibunya tidak boleh
mengelakkan mudharat (koyaknya selaput darah) dengan melakukan operasi
selaput dara dan menimpakan mudharatnya kepada suaminya.
f. Dasar-dasar melakukan operasi selaput dara dianggap tidak syar'i, karena
mengandung unsur penipuan. Dan syariat telah mengharamkan penipuan.
g. Operasi selaput dara membuka pintu dusta bagi pemuda-pemudi dan bagi
keluarga mereka dengan menyembunyikan hakikat sebenarnya. Dan syariat
telah mengharamkan dusta.
h. Operasi selaput dara membuka pintu bagi para dokter untuk melakukan
praktek aborsi dengan alasan menyembunyikan aib.14
D. Penutup
Transgender dengan makna orang yang merasa berada di tubuh yang salah
secara seksual, yakni dia secara fisik terlahir laki-laki, tetapi jiwanya merasa
sebagai perempuan, atau sebaliknya (secara fisik terlahir perempuan tetapi
jiwanya merasa sebagai laki-laki), maka istilah yang sepadan dalam khazanah
fikih Islam adalah takhonnuts dan tarojjul. Takhonnuts adalah perilaku laki-laki
mengitimasi wanita sementara tarojjul adalah kebalikannya, yaitu perilaku wanita
mengitimasi laki-laki. Perilaku takhonnuts dan tarojjul hukumnya haram karena
bertentangan dan melanggar sejumlah dalil, yaitu: bentuk penyimpangan fitrah,
laknat Rasulullah Saw terhadap laki-laki yang berpakaian dengan cara wanita atau
wanita berpakaian dengan cara lelaki, laknat lugas Rasulullah Saw terhadap
pelaku takhonnuts dan tarojjul, laknat lugas Rasulullah Saw terhadap laki-laki
yang berusaha mengitimasi wanita atau wanita yang berusaha mengitimasi laki-
laki, dan larangan taza’fur. Jika takhonnuts dan tarojjul adalah haram dan
tergolong maksiat, maka mengubah kelamin dengan cara operasi beradasarkan
kecenderungan takhonnuts dan tarojjul tersebut lebih jelas lagi keharamannya,
karena perbuatan ini melanggar dua hal sekaligus, yaitu larangan
takhonnuts/tarojjul dan larangan mengubah ciptaan Allah.

14
Abdul, Mudjib, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqh,(Cet.II;Jakarta : Kalam Mulia1996), hlm. 89
Operasi selaput dara dapat diartikan sebuah cara untuk memperbaiki atau
mengembalikannya ke tempat semula. Dalam menentukan hukum operasi selaput
dara, dibagi menjadi beberapa sebab hilangnya atau robeknya selaput dara yang
meliputi;
1) Hilang selaput dara karena aktifitas dan olahraga;
2) Hilang selaput dara karena zina dan masyarakat mengetahuinya;
3) Hilangnya selaput dara karena pernikahan. Selain dapat menyebabkan aurat
vitalnya terlihat, operasi selaput dara juga dapat menimbulkan tercampur
baurnya garis keturunan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-jurwawi, SAA. 1992. Filsafah dan Hikmah Hukum Islam. Semarang: CV. Asy-
syifa.
An-najah, AZ. 2003. Halal dan Haram dalam Pengobatan. Solo: Intermedia.
Anonim. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan . Jakarka: EGC.
Ebrahim, AFM.2004. Telaah Fiqih & Biotika Islam. Jakarta:Serambi Ilmu
Semeta.
Mudjib, A.1996. Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqh. Cet.II;Jakarta : Kalam Mulia.
Nadesul , H. 2010. Sehat Itu Nikmat , Panduan Seputar Seks, Organ Reproduksi
Dan Kesehatan Keluarga. cet.I;Jakarta:Gunung mulia.
Qardawi, Y. 1995. Fatwa fatwa Kontemporer, Seputar pencangkoan Organ
Tubuh. Jakarta: Gema Insani Press.
Rozikin.2017. LGBT Dalam Tinjauan Fikih. Malang: UB Press.
Setiawan, BU.2003. Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer).
Jakarta: Gema Insani.
Sudirman . 2018. fiqih kontemporer. yogyakarta : Budi Utama.
Yasin, MN.2006. Fiqh Kedokteran. Cet.III ;Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.

Anda mungkin juga menyukai