Disusun Oleh :
1. Ivan Dhimas A 1531010044
2. M Sandy Gumilang 1531010001
3. Hanifah Navitania 1531010013
4. Lia Putri Lestari 1531010022
5. Ajeng Dewi S 1531010031
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR
SURABAYA
2017
1. Detergen
Detergen merupakan salah satu produk industri yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari, terutama untuk keperluan rumah tangga dan industri. Detergen
dapat berbentuk cair, pasta, atau bubuk yang mengandung konstituen bahan aktif pada
permukaannya dan konstituen bahan tambahan. Konstituen bahan aktif adalah berupa
surfaktan yang merupakan singkatan dari surface active agents, yaitu bahan yang
menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas
maupun cair-cair) untuk mempermudah penyebaran dan pemerataan. Adapun
konstituen tambahan dapat berupa pembangun, zat pengisi, zat pendorong, diantaranya
adalah :
Garam dodesilbenzena sulfonat, natrium lauril eter sulfat, kokonum sitrat, dan metil
paraben. Detergen pertama yang dihasilkan yaitu natrium lauril sulfat (NSL) yang
berasal dari lemak trilausil yang kemudian direduksi dengan hidrogen dibantu dengan
katalis. Setelah itu, direaksikan dengan asam sulfat lalu dinetralisasi. Karena proses
produksinya yang
mahal, maka penggunaan NSL ini tidak dilanjutkan.
Industri deterjen selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan alkil
benzena sulfonat (ABS). Akan tetapi, ABS ini memiliki dampak negatif terhadap
lingkungan karena molekul ABS ini tidak dapat dipecahkan oleh mikroorganisme
sehingga berbahaya bagi persediaan suplai air tanah. Selain itu, busa dari ABS ini
menutupi permukaan air sungai sehingga sinar matahari tidak bisa masuk pada dasar
sungai yang dapat menyebabkan biota sungai menjadi mati dan sungai menjadi
tercemar.
Perkembangan selanjutnya ABS diganti dengan linear alkil sulfonat (LAS).
Detergen ini memiliki rantai karbon yang panjang dan dapat dipecahkan oleh
mikroorganisme sehingga tidak menimbulkan busa pada air sungai. Akan tetapi, LAS
juga memiliki kekurangan yaitu dapat membentuk fenol, suatu bahan kimia beracun.
Deterjen yang beredar di pasaran atau yang dikonsumsi sebagian masyarakat
Indonesia merupakan hasil produksi dalam negeri, tetapi dengan lisensi dari
perusahaan luar negeri. Sebagai contoh detergen dari produk PT Unilever yang
berpusat di Perancis, dan detergen produk Kao.
Natrium
Chlorine Desinfektan hypoklorit
bleach
Natrium
Oxygen Dalam beberapa produk, dapat perborat
ditambahkan dengan activator
bleach pemutih natrium
perkarbona
untuk hasil yang lebih baik pada t
temperatur air yang rendah
Pigments
Colorant mempertahankan warna or dyes
1. Sulfonasi Alkylbenzene
a. Reaksi utama
2. Reaksi ke dua
SO3
H
R SO3H + H2SO4.SO3 R SO3H + H2SO4
R SO3H + R1 R SO2 R1
+ H2O
Alkylbenzene
Alkyl benzene sulfone 1%
sulfonat
water
Proses pembuatan detergen dapat dijelaskan melalui gambar berikut ini.
Gambar 1. Proses pembuatan detergen
Sumber: Austin, 1984
1.1.1Fatty Alcohol Sulfonation
1. Reaksi utama
R-CH2OH + SO3.H2O ROSO3H + H2O H = -325
sampai -350 kj/kg
2. Reaksi sekunder
R-CH2OH + R-CH2-OSO3H R-CH2-O-CH2-O-CH2-R +H2SO4
R-CH2-CH2OH + SO3 R-CH=CH2 + H2SO4
R-CH2OH + SO3 RCHO + H2O + SO2
R-CH2OH + 2SO3 RCOOH + H2O + 2SO2
Susunan proses pembuatan detergen adalah sebagai berikut:
1. Sulfonation-sulfation
Alkilbenzen yang dimasukkan ke dalam sulfonator dengan penambahan
sejumlah oleum, menggunakan dominant bath principle (yang
ditunjukanpada gambar 29.8) untuk mengontrol panas pada proses
sulfonasi dan menjaga temperature tetap pada 550C. di dalam campuran
sulfonasidimasukkan fatty tallow alcohol dan oleum. Semuanya dipompa
menuju sulfater, beroperasi juga dalam dominant bath principle untuk
menjaga suhu agar tetap pada kisaran 500 hingga 550C, pembuatan ini
campuran dari surfactant.
2. Netralization
Produk hasil dari sulfonasi-sulfasi dinetralisasi dengan larutan NaOH
dibawah temperature yang terkontrol untuk menjaga fluiditas bubur
surfaktan. Surfaktan dimasukkan dalam penyimpanan.
Berikut ini merupakan diagram alir pembuatan surfaktan:
Sabun yang baik harus memiliki daya bersih yang tinggi dan tetap efektif
walaupun dipakai pada temperatur dan tingkat kesadahan air yang berbeda-beda,
(Shrivastava, 1982). Sabun batang yang baik harus memiliki kekerasan yang
cukup untuk memaksimalkan pemakaian (user cycles) dan ketahanan yang cukup
terhadap penyerapan air (water reabsorption) ketika sedang tidak digunakan, dan
pada saat yang sama juga mampu menghasilkan busa dalam jumlah yang cukup
untuk mendukung daya bersihnya (Hill, 2005).
1. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suhu tinggi
sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air
bersifat basa.
2. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air diaduk
maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah
(air yang mengandung garam). Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih
setelah garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
2. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia
koloid. Sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci
kotoran yang bersifat polar maupun non polar. Sabun mempunyai gugus polar
dan non polar. Saat dipakai mencuci sabun berperan sebagai emulsifier
sehingga sabun dikatakan dapat membersihkan lemak dan kotoran. Molekul
sabun mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor
yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organik.
Sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan
larut dalam air. Struktur molekul sabun dapat dilihat pada Gambar 1.
Kalium hidroksida (KOH) adalah basa kuat yang terbentuk dari oksida
basa kalium oksida yang dilarutkan dalam air. Kalium hidroksida membentuk
larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan dalam air. Kalium hidroksida sama
seperti natrium hidroksida digunakan di dalam berbagai macam bidang industri.
Kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses industri bubur kayu, kertas,
tekstil, air minum, sabun, dan deterjen (Williams dan Schmitt, 2011).
tumbuhan dan hewan yang disaponifikasi pada pabrik sabun. Gliserol jarang
ditemukan dalam bentuk lemak bebas, tetapi biasanya terdapat sebagai trigliserida
yang tercampur dengan bermacam-macam asam lemak, misalnya asam stearat,
asam oleat, asam palmitat dan asam laurat.Wujud gliserol adalah jernih, tidak
berbau dan memiliki rasa manis (Mitsui, 1997). Dalam pembuatan sabun sereh
gliserol berfungsi untuk melembutkan kulit, mengurangi jumlah air yang
meninggalkan kulit, dan memberikan efek transparan (George dan Serdakowski,
1996).
2.3.6 Etanol
menguap. Molekul penyusun alkohol adalah molekul polar. Etanol memiliki titik
didih 78,3C dan beku pada suhu (-144C). Molekul penyusun etanol berbobot
rendah sehingga menyebabkan etanol dapat larut dalam air. Kelarutan dalam air
tersebut disebabkan oleh ikatan hidrogen antara etanol dan air. Etanol juga dapat
melarutkan tetapi tidak sebaik air (Fess
Etanol dalam sabun sereh berfungsi sebagai pelarut karena sifatnya yang
mudah larut dalam air dan lemak. Selain sebagai pelarut etanol juga berfungsi
sebagai pemberi efek transparan dan pengawet yang dapat menghambat timbulnya
ketengikan pada berbagai produk berbahan baku minyak/lemak (Puspito, 2007).
Gula pasir halus adalah suatu karbohidrat sederhana yang tersusun dari
glukosa dan fruktosa (Santoso, 1999). Gula merupakan disakarida yang terdiri
dari glukosa dan fruktosa, dengan rumus kimia C12H22O11. (Buckle dkk, 1987).
Gula dalam pembuatan sabun digunakan untuk membantu dalam pembentukan
transparansi, membentuk tekstur sabun, membantu perkembangan kristal pada
sabun, dan pengontrol kelembaban sabun. Semakin banyak konsentrasi gula pasir
halus maka tekstur sabun yang dihasilkan akan semakan keras. Gula pasir halus
dan gliserol jika dipanaskan akan membentuk polimer sederhana yang mudah
terdegradasi dan pH yang tinggi, berfungsi untuk menyangga sabun agar tidak
lembek, (Hambali dkk., 2005).
penampilan asli dari suatu produk. Warna asli sabun adalah putih pucat sehingga
kurang menarik minat konsumen. Pewarna makanan dapat ditambahkan pada
proses pembuatan sabun. Pewarna sabun dibolehkan sepanjang memenuhi syarat
dan peraturan yang ada, pigmen yang dipakai harus stabil dan konsentrasinya
kecil (0,01-0,5%). Untuk menambah efek berkilau pada sabun dapat ditambahkan
titanium dioksida (0,01%). Sabun tanpa warna dan transparan lebih banyak
diproduksi oleh pabrik pembuatan sabun (Wasitaatmadja, 1997).
Minyak atsiri atau minyak eteris (essential oil, volatile oil, ethereal oil)
adalah minyak mudah menguap yang diperoleh dari tanaman sereh dan
merupakan campuran dari senyawa-senyawa volatile yang dapat diproleh dengan
distilasi, pengepresan, dan ekstraksi, (Ketaren, 1987; Boelens, 1997; Baser, 1999).
Distillate Flash
Fats and
receiver tank
catalyst
air
Bottoms to freezer
Blend
storage and Conventional
tank
soap finishing:
recovery Cutter,
bar, flake or pack off
power
steam Fatty acid Aerated
bar soap
Crude
glycerin
evaporator
Gambar 3. Cara pembuatan sabun, produksi asam lemak dan gliserin (proses
kontinyu).
Sumber: Austin, 1984
Minyak dimasukkan melalui bagian bawah tanki menara, karena
densitasnya relative kecil (lebih kecil dari densitas air), maka lemak akan
terangkat keatas dan sebagian kecil bahan lemak akan terlarut menjadi cairan
gliserin. Pada waktu yang sama, H2O murni dimasukkan ke dalam menara melalui
bagian atas, sehingga inilah yang disebut dengan proses hidrolisis lemak secara
countercurret dimana proses ini akan mengekstrak gliserin yang terlarut dalam
lemak. Kedua aliran ini bereaksi dalam keadaan tekanan dan suhu tinggi.
setelah perombakan selesai, asam lemak keluar dari bagian atas menara,
sedangkan larutan gliserin keluar dari bawah menara yang otomatis akan
terkontrol pada settling tank. Lihat gambar berikut ini (gliserin proses).
Crude For skimmings To ejector
glycerin
To condensers
ejector
settling tank
Flash tank ST
DR
Sweet water
from
hydrolyzer 12 Crude Glycerin
glycerol glycerin still
(78% HP
glycerol) steam
caustic
Heat exchanger
Activated
Product tanks
charcoal
CP HG TD
glicerol glycerin glycerin
filter
Standar mutu sabun menurut Standar Nasional Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 2
Kadar air merupakan bahan yang menguap pada suhu dan waktu tertentu.
Maksimal kadar air pada sabun adalah 15%, hal ini disebabkan agar sabun yang
dihasilkan cukup keras sehingga lebih efisien dalam pemakaian dan sabun tidak
mudah larut dalam air. Kadar air akan mempengaruhi kekerasan dari sabun.
Jumlah asam lemak merupakan jumlah total seluruh asam lemak pada sabun yang
telah atau pun yang belum bereaksi dengan alkali. Sabun yang berkualitas baik
mempunyai kandungan total asam lemak minimal 70%, hal ini berarti bahan-
bahan yang ditambahkan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan sabun kurang
dari 30%. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi proses pembersihan kotoran
berupa minyak atau lemak pada saat sabun digunakan. Bahan pengisi yang biasa
ditambahkan adalah madu, parfum, gliserol, waterglass, protein susu dan lain
sebagainya. Tujuan penambahan bahan pengisi untuk memberikan bentuk yang
kompak dan padat, melembabkan, menambahkan zat gizi yang diperlukan oleh
kulit.
3. Alkali Bebas
Alkali bebas merupakan alkali dalam sabun yang tidak diikat sebagai senyawa.
Kelebihan alkali bebas dalam sabun tidak boleh lebih dari 0,1% untuk sabun Na,
dan 0,14% untuk sabun KOH karena alkali mempunyai sifat yang keras dan
menyebabkan iritasi pada kulit. Kelebihan alkali bebas pada sabun dapat
disebabkan karena konsentrasi alkali yang pekat atau berlebih pada proses
penyabunan. Sabun yang mengandung alkali tinggi biasanya digunakan untuk
sabun cuci.
4. Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas merupakan asam lemak pada sabun yang tidak terikat sebagai
senyawa natrium atau pun senyawa trigliserida (lemak netral). Tingginya asam
lemak bebas pada sabun akan mengurangi daya membersihkan sabun, karena
asam lemak bebas merupakan komponen yang tidak diinginkan dalam proses
pembersihan. Sabun pada saat digunakan akan menarik komponen asam lemak
bebas yang masih terdapat dalam sabun sehingga secara tidak langsung
mengurangi kemampuannya untuk membesihkan minyak dari bahan yang
berminyak.
5. Minyak Mineral
Minyak mineral merupakan zat atau bahan tetap sebagai minyak, namun saat
penambahan air akan terjadi emulsi antara air dan minyak yang ditandai dengan
kekeruhan. Minyak mineral adalah minyak hasil penguraian bahan organik oleh
jasad renik yang terjadi berjuta-juta tahun. Minyak mineral sama dengan minyak
bumi beserta turunannya. Contoh minyak mineral adalah: bensin, minyak tanah,
solar, oli, dan sebagainya. Kekeruhan pada pengujian minyak mineral dapat
disebabkan juga oleh molekul hidrokarbon dalam bahan.