Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA

PEMBUATAN SABUN DAN DETERGEN

Disusun Oleh :
1. Ivan Dhimas A 1531010044
2. M Sandy Gumilang 1531010001
3. Hanifah Navitania 1531010013
4. Lia Putri Lestari 1531010022
5. Ajeng Dewi S 1531010031

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR
SURABAYA
2017
1. Detergen
Detergen merupakan salah satu produk industri yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari, terutama untuk keperluan rumah tangga dan industri. Detergen
dapat berbentuk cair, pasta, atau bubuk yang mengandung konstituen bahan aktif pada
permukaannya dan konstituen bahan tambahan. Konstituen bahan aktif adalah berupa
surfaktan yang merupakan singkatan dari surface active agents, yaitu bahan yang
menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas
maupun cair-cair) untuk mempermudah penyebaran dan pemerataan. Adapun
konstituen tambahan dapat berupa pembangun, zat pengisi, zat pendorong, diantaranya
adalah :
Garam dodesilbenzena sulfonat, natrium lauril eter sulfat, kokonum sitrat, dan metil
paraben. Detergen pertama yang dihasilkan yaitu natrium lauril sulfat (NSL) yang
berasal dari lemak trilausil yang kemudian direduksi dengan hidrogen dibantu dengan
katalis. Setelah itu, direaksikan dengan asam sulfat lalu dinetralisasi. Karena proses
produksinya yang
mahal, maka penggunaan NSL ini tidak dilanjutkan.
Industri deterjen selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan alkil
benzena sulfonat (ABS). Akan tetapi, ABS ini memiliki dampak negatif terhadap
lingkungan karena molekul ABS ini tidak dapat dipecahkan oleh mikroorganisme
sehingga berbahaya bagi persediaan suplai air tanah. Selain itu, busa dari ABS ini
menutupi permukaan air sungai sehingga sinar matahari tidak bisa masuk pada dasar
sungai yang dapat menyebabkan biota sungai menjadi mati dan sungai menjadi
tercemar.
Perkembangan selanjutnya ABS diganti dengan linear alkil sulfonat (LAS).
Detergen ini memiliki rantai karbon yang panjang dan dapat dipecahkan oleh
mikroorganisme sehingga tidak menimbulkan busa pada air sungai. Akan tetapi, LAS
juga memiliki kekurangan yaitu dapat membentuk fenol, suatu bahan kimia beracun.
Deterjen yang beredar di pasaran atau yang dikonsumsi sebagian masyarakat
Indonesia merupakan hasil produksi dalam negeri, tetapi dengan lisensi dari
perusahaan luar negeri. Sebagai contoh detergen dari produk PT Unilever yang
berpusat di Perancis, dan detergen produk Kao.

Bahan Aditif pada Deterjen


Tabel 1.Bahan Aditif Pada Detergen
Komposisi Fungsi Utama Contoh

Abrasives Menyediakan pelicin, scrubbing Calcite


dan/atau pengkilap Feldspar
Quartz
Sand
Komposisi Fungsi Utama Contoh

Menetralisir atau mengatur Asam


Acids kebasaan asetat
Asam
dari komposisi lain sitrat
Asam
hidroklorid
a
Asam
phosfat
Asam
Sulfat
Menetralisir atau mengatur
Alkalis keasaman Amonium
dari komposisi lain hidroksida
Membuat surfaktan dan builders
lebih etanolamin
natrium
Efisien karbonat
natrium
Meningkatkan kebasaan hidroksida
Kebasaan berguna untuk natrium
membersihkan silikat
kotoran asam, lemak dan minyak.
Sehingga, detergen akan lebih
efektif
ketika bersifat basa
Minyak
Antimicr cemara
obial Membunuh atau menghambat senyawa
pertumbuhan organisme yang ammoniu
Agents dapat m
menyebabkan penyakit dan/atau
bau kuartener
natrium
hipoklorit
Triclocarb
an
Triclosan
Antirede Selulosa
position Mencegah kotoran balik lagi karboksi
agents Metil
polikarbon
at
polietilen
glikol
natrium
silikat
Bleaches Memutihkan, mencerahkan dan membersihkan noda

Natrium
Chlorine Desinfektan hypoklorit
bleach
Natrium
Oxygen Dalam beberapa produk, dapat perborat
ditambahkan dengan activator
bleach pemutih natrium
perkarbona
untuk hasil yang lebih baik pada t
temperatur air yang rendah
Pigments
Colorant mempertahankan warna or dyes

Corrosio Melindungi bagian mesin yang Natrium


n berupa silikat
inhibitors logam dan lapisan penutup

Protein diklasifikasikan Amylase


Enzymes berdasarkan (starch
jenis kotoran yang akan
dibersihkan soils)
Lipase
oleh detergen (fatty and

Komposisi Fungsi Utama Contoh

Selulosa mereduksi pilling dan oily soils)


Protease
greying dari kain yang mengandung (protein
kapas dan membantu soils)
menghilkangkan kotoran partikulat Cellulase
Fabric
softening Memberi kelembutan pada kain Quaternary
ammoniu
Agents m
compound
s
Fluoresce
nt Membuat kain terlihat lebih cemerlang Colorless
whitenin
g agents dan putih ketika terkena sinar fluorescing
compound
s
Fragranc Fragrance
es Menutupi bau blends
Memberikan bau yang sedap pada
pakaian dan ruangan

1.1 Proses pembuatan detergent

1. Sulfonasi Alkylbenzene
a. Reaksi utama

R + H2SO4.SO3 R SO3H + H2SO4 H = -420 kj/kg


Alkylbenzene oleum alkylbenzene sulfonat asam sulfat

2. Reaksi ke dua
SO3
H
R SO3H + H2SO4.SO3 R SO3H + H2SO4

Alkylbenzen sulfinat oleum disulfonat asam sulfat

R SO3H + R1 R SO2 R1
+ H2O

Alkylbenzene
Alkyl benzene sulfone 1%
sulfonat
water
Proses pembuatan detergen dapat dijelaskan melalui gambar berikut ini.
Gambar 1. Proses pembuatan detergen
Sumber: Austin, 1984
1.1.1Fatty Alcohol Sulfonation
1. Reaksi utama
R-CH2OH + SO3.H2O ROSO3H + H2O H = -325
sampai -350 kj/kg
2. Reaksi sekunder
R-CH2OH + R-CH2-OSO3H R-CH2-O-CH2-O-CH2-R +H2SO4
R-CH2-CH2OH + SO3 R-CH=CH2 + H2SO4
R-CH2OH + SO3 RCHO + H2O + SO2
R-CH2OH + 2SO3 RCOOH + H2O + 2SO2
Susunan proses pembuatan detergen adalah sebagai berikut:
1. Sulfonation-sulfation
Alkilbenzen yang dimasukkan ke dalam sulfonator dengan penambahan
sejumlah oleum, menggunakan dominant bath principle (yang
ditunjukanpada gambar 29.8) untuk mengontrol panas pada proses
sulfonasi dan menjaga temperature tetap pada 550C. di dalam campuran
sulfonasidimasukkan fatty tallow alcohol dan oleum. Semuanya dipompa
menuju sulfater, beroperasi juga dalam dominant bath principle untuk
menjaga suhu agar tetap pada kisaran 500 hingga 550C, pembuatan ini
campuran dari surfactant.
2. Netralization
Produk hasil dari sulfonasi-sulfasi dinetralisasi dengan larutan NaOH
dibawah temperature yang terkontrol untuk menjaga fluiditas bubur
surfaktan. Surfaktan dimasukkan dalam penyimpanan.
Berikut ini merupakan diagram alir pembuatan surfaktan:

Gambar 2. Pembuatan surfaktan


Sumber: Austin, 1984

Bubur surfaktan, sodium tripolipospat , dan bermacam-macam bahan aditif


masuk ke dalam crutcher. Sejumlah air dipindahkan, dan pasta campuran ini
menebal oleh tripolipospat yang terhidrasi.

Na5P3O10 + 6H2O Na5P3O10.6H2O


Sodium tripolipospat sodium tripolipospat hexahydrate

Campuran ini dipompa ke upper story, dimana campuran ini disemprotkan


dibawah tekanan tinggi ke dalam high spray tower setinggi 24m, melawan udara
panas dari tungku api. Butiran kering ini adalah bentuk yang dapat diterima,
ukuran dan densitas yang sesuai dapat dibentuk. Butiran yang sudah dikeringkan
di alirkan ke upper story lagi melalui lift yang dapat mendinginkan mereka dari
1150C dan menstabilkan butiran. Butiran ini dipisahkan dalam goncangan,
dilapisi, diharumkan dan menuju pengemasan.
2. Sabun

Sabun adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak


dariminyak nabati atau hewani yang berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa
digunakan sebagai pembersih, dengan menambahkan zat pewangi, dan bahan
lainnya yang tidak membahayakan kesehatan (SNI, 1994). Kandungan utama
penyusun sabun adalah asam lemak dan alkali. Asam lemak merupakan
monokarboksilat berantai panjang dengan panjang rantai yang berbeda-beda,
tetapi bukan siklik atau bercabang. Pada umumnya monokarboksilat yang
ditemukan di alam tidak bercabang dan memiliki jumlah atom genap (Winarno,
1997).

Sabun yang baik harus memiliki daya bersih yang tinggi dan tetap efektif
walaupun dipakai pada temperatur dan tingkat kesadahan air yang berbeda-beda,
(Shrivastava, 1982). Sabun batang yang baik harus memiliki kekerasan yang
cukup untuk memaksimalkan pemakaian (user cycles) dan ketahanan yang cukup
terhadap penyerapan air (water reabsorption) ketika sedang tidak digunakan, dan
pada saat yang sama juga mampu menghasilkan busa dalam jumlah yang cukup
untuk mendukung daya bersihnya (Hill, 2005).

2.1 Sifat sifat Sabun

Sifat-sifat yang dimiliki oleh sabun (Harnawi, 2004) adalah:

1. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suhu tinggi
sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air
bersifat basa.
2. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air diaduk
maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah
(air yang mengandung garam). Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih
setelah garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
2. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia
koloid. Sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci
kotoran yang bersifat polar maupun non polar. Sabun mempunyai gugus polar
dan non polar. Saat dipakai mencuci sabun berperan sebagai emulsifier
sehingga sabun dikatakan dapat membersihkan lemak dan kotoran. Molekul
sabun mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor
yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organik.
Sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan
larut dalam air. Struktur molekul sabun dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur molekul sabun


(Anonim, 2015)
Manfaat sabun adalah sebagai pembersih saat mencuci atau saat mandi.
Kotoran yang menempel pada kulit umumnya adalah minyak, lemak dan keringat.
Zat-zat ini tidak dapat larut dalam air karena sifatnya yang non polar. Sabun
digunakan untuk melarutkan kotoran-kotoran pada kulit tersebut. Sabun memiliki
gugus non polar yaitu gugus (R) yang akan mengikat kotoran, dan gugus
(COONa) yang akan mengikat air karena sama-sama gugus polar. Kotoran dapat
lepas karena terikat pada sabun dan sabun terikat pada air (Cavith, 2001). Reaksi
penyabunan (safonifikasi) dapat dilihat pada Gambar 2.
Lemak Basa Sabun Gliserol

Gambar 2. Struktur Molekul Reaksi Penyabunan


(Sudarmadji dkk., 1997)
2.2 Jenis-jenis Sabun

Berdasarkan jenisnya, sabun dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sabun


opaque, sabun transparan, sabun translusen, dan sabun herbal. Jenis sabun tersebut
dapat dibedakan dengan mudah dari penampakannya. Sabun opaque adalah jenis
sabun yang biasa digunakan sehari-hari yang berbentuk kompak dan tidak tembus
cahaya, sabun transparan merupakan sabun yang paling banyak meneruskan
cahaya jika pada batang sabun dilewatkan cahaya, sedangkan sabun translusen
merupakan sabun yang sifatnya berada di antara sabun transparan dan sabun
opaque. Sabun transparan mempunyai harga yang relatif lebih mahal dan
umumnya digunakan oleh kalangan menengah atas. Sabun transparan juga dapat
digolongkan kedalam sabun aromaterapi, sedangkan sabun herbal merupakan
sabun yang mengandung sari tanaman, berfungsi membersihkan dan mengobati
penyakit kulit, (Malik, 2011). Sabun sereh termasuk dalam jenis sabun herbal.

2.3 Bahan Pembuatan Sabun Sereh


Pembuatan sabun sereh menggunakan bahan baku seperti minyak kelapa,
asam stearat, NaOH, KOH, gliserol, etanol, gula pasir halus, pewarna, dan minyak
atsiri daun sereh, (Modifikasi Cognis, 2003).

2.3.1 Asam Stearat


Asam stearat adalah jenis asam lemak dengan rantai hidrokarbon yang
panjang, mengandung gugus karboksil di salah satu ujungnya dan gugus metil di
ujung lain. Asam stearat memiliki 18 gugus karbon dan merupakan asam lemak
jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara atom karbonnya (Poucher,
1974). Asam stearat berbentuk padatan bewarna putih kekuningan (Wade dan
Weller, 1994). Dalam pembuatan sabun sereh asam stearate berfungsi untuk
pembuatan stok sabun dan menstabilkan busa (Mitsui, 1997).
Asam stearat meleleh pada suhu 69,6C dan mendidih pada suhu 240C.
Titik didih dan titik leleh asam stearat relatif lebih tinggi dibandingkan asam
lemak jenuh yang memiliki atom karbon yang lebih sedikit dan relative lebih
rendah disbanding asam lemak jenuh yang memiliki atom karbon yang lebih
banyak. (Ketaren, 1986).

2.3.2 Minyak Kelapa

Lemak yang dipakai dalam pembuatan sabun adalah lemak


yangmemiliki rantai karbon berjumlah 12-20 (C12-C20). Lemak dengan rantai
karon kurang dari 12 tidak memiliki efek sabun (soapy effect) dan dapat
menimbulkan iritasi pada kulit, dan lemak dengan rantai karon lebih dari 20
memiliki kelarutan yang sangat rendah. Minyak kelapa adalah contoh lemak
nabati yang banyak diketahui masyarakat. Minyak kelapa mengandung asam
laurat. Rumus bangun minyak kelapa adalah C12H24O2 (Corredoira dan Pandolfi,
1996). Minyak kelapa diperoleh melalui ekstraksi kopra atau daging buah kelapa
segar daging buah kelapa segar mengandung 30-35% minyak dan jika dikeringkan
(dijadikan kopra), kadar minyaknya akan meningkat hingga 63-65% (Woodroof,
1979).
Minyak kelapa memiliki sifat mudah tersaponifikasi (tersabunkan) dan
cenderung menjadi tengik (rancid). Asam lemak yang paling dominan dalam
minyak kelapa adalah asam laurat. Asam-asam lemak yang lain adalah kaproat,
kaprilat, dan kaprat. Semua asam lemak tersebut dapat larut dalam air dan bersifat
mudah menguap jika didistilasi dengan menggunakan air atau uap panas. Didalam
pembuatan sabun sereh minyak kelapa berfungsi untuk bahan pembuatan stok
sabun, busa, kekerasan sabun, dan melembabkan saat dipakai (Shrivastava, 1982).
Minyak kelapa memiliki sekitar 90% asam lemak jenuh (Ketaren, 1986).
Komposisi asam lemak dalam minyak kelapa dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi asam lemak dalam minyak kelapa
Asam lemak Jumlah (%)
Asam lemak jenuh
Laurat C12H24O2) 44-52
Miristat (C14H28O2) 13-19
Palmitat (C16H32O2) 7,5-10,5
Kaprilat (C8H16O2) 5,5-9,5
Kaprat (C10H20O2) 4,5-9,5
Stearat (C16H36O2) 1-3
Kaproat (C6H12O2) 0-0,8
Arachidat (C20H40O2) 0-0,4
Asam lemak tidak jenuh
Oleat (C16H34O2) 5-8
Linoleat (C18H32O2) 1,5-2,5
Palmitoleat (C16H30O2) 0-1,3
Thieme (1968)

Asam laurat merupakan asam lemak jenuh yang memiliki sifat


pembusaan yang baik dan sering digunakan dalam formulasi sabun. Penggunaan
asam laurat dala pembuatan sabun akan menghasilkan sabun dengan kelarutan
yang tinggi dan karakteristik busa yang baik (Corredoire dan Pandolfi, 1996).
Minyak kelapa yang belum dimurnikan mengandung komponen bukan minyak,
yaitu fosfatida, gum 0,06-0,08%), tokoferol (0,003%), dan am lemak bebas (<5%).
Sterol yang terdapat dalam minyak nabati disebut phitosterol. Sterol bersifat tidak
bewarna, tidak berbau, stabil, dan berfungsi sebagai penstabil minyak. Tokoferol
bersifat tidak dapat disabunkan dan berfungsi sebagai antioksidan (Ketaren, 1986).
Asam laurat yang diliki oleh minyak kelapa mempengaruhi busa sabun yang
dihasilkan (Corredoire dan Pandolfi, 1996).

2.3.3 Natrium Hidroksida (NaOH)


Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai basa kuat atau
sodium hidroksida merupakan jenis basa logam kuat. Natrium hidroksida
terbentuk dari oksida basa natrium oksida yang dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan dalam air.
Natrium hidroksida digunakan di dalam berbagai macam bidang industri.
Kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses industri bubur kayu, kertas,
tekstil, air minum, sabun, dan deterjen. Selain itu natrium hidroksida juga
merupakan basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia
(Williams dan Schmitt, 2011).

Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam


bentuk pelet, serpihan, dan butiran. NaOH bersifat lembab cair dan secara
spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH juga sangat larut
dalam air dan akan melepaskan kalor ketika dilarutkan dalam air. Larutan NaOH
meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Wade dan Weller, 1994). Ion
Na+ dari NaOH bereaksi dengan asam lemak membentuk sabun, seingga NaOH
dalam sabun sereh berfungsi untuk pembuatan stok sabun (Cavith, 2001).

Pada proses pembuatan sabun, penambahan NaOH harus tepat


jumlahnya. Apabila NaOH terlalu pekat atau berlebih maka alkali bebas yaang
tidak berikatan dengan asam lemak akan terlalu tinggi sehingga memberikan
pengaruh negatif yaitu iritasi pada kulit. Sebaliknya apabila NaOH yang
ditambahkan terlalu sedikit jumlahnya, maka sabun yang dihasilkan akan
mengandung asam lemak bebas yang tinggi. Asam lemak yang tinggi dapat
menggangu proses emulsi sabun dan kotoran pada saat sabin digunakan (Kirk
dkk., 1952).
2.3.4 Kalium Hidroksida (KOH)

Kalium hidroksida (KOH) adalah basa kuat yang terbentuk dari oksida
basa kalium oksida yang dilarutkan dalam air. Kalium hidroksida membentuk
larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan dalam air. Kalium hidroksida sama
seperti natrium hidroksida digunakan di dalam berbagai macam bidang industri.
Kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses industri bubur kayu, kertas,
tekstil, air minum, sabun, dan deterjen (Williams dan Schmitt, 2011).

Kalium hidroksida berwujud kristal padat bewarna putih. Dalam


pembuatan sabun konsentrasi kalium hidroksida harus tepat, karena apabila terlalu
banyak akan memberikan pengaruh negatif, yaitu iritasi pada kulit sedangkan
apabila terlalu sedikit maka sabun yang dihasilkan akan mengandung asam lemak
bebas tinggi yang mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran (Kirk dkk.,
1952). Ion K+ dari KOH bereaksi dengan asam lemak membentuk sabun, sehingga
KOH dalam sabun sereh berfungsi untuk pembuatan stok sabun (Cavith, 2001).
2.3.5 Gliserol

Secara tradisional gliserol didapat sebagai hasil samping dari minyak

tumbuhan dan hewan yang disaponifikasi pada pabrik sabun. Gliserol jarang
ditemukan dalam bentuk lemak bebas, tetapi biasanya terdapat sebagai trigliserida
yang tercampur dengan bermacam-macam asam lemak, misalnya asam stearat,
asam oleat, asam palmitat dan asam laurat.Wujud gliserol adalah jernih, tidak
berbau dan memiliki rasa manis (Mitsui, 1997). Dalam pembuatan sabun sereh
gliserol berfungsi untuk melembutkan kulit, mengurangi jumlah air yang
meninggalkan kulit, dan memberikan efek transparan (George dan Serdakowski,
1996).
2.3.6 Etanol

Etanol (ROH) adalah cairan transparan, tidak berwarna, dan mudah

menguap. Molekul penyusun alkohol adalah molekul polar. Etanol memiliki titik
didih 78,3C dan beku pada suhu (-144C). Molekul penyusun etanol berbobot
rendah sehingga menyebabkan etanol dapat larut dalam air. Kelarutan dalam air
tersebut disebabkan oleh ikatan hidrogen antara etanol dan air. Etanol juga dapat
melarutkan tetapi tidak sebaik air (Fess
Etanol dalam sabun sereh berfungsi sebagai pelarut karena sifatnya yang
mudah larut dalam air dan lemak. Selain sebagai pelarut etanol juga berfungsi
sebagai pemberi efek transparan dan pengawet yang dapat menghambat timbulnya
ketengikan pada berbagai produk berbahan baku minyak/lemak (Puspito, 2007).

2.3.7 Gula Pasir Halus

Gula pasir halus adalah suatu karbohidrat sederhana yang tersusun dari

glukosa dan fruktosa (Santoso, 1999). Gula merupakan disakarida yang terdiri
dari glukosa dan fruktosa, dengan rumus kimia C12H22O11. (Buckle dkk, 1987).
Gula dalam pembuatan sabun digunakan untuk membantu dalam pembentukan
transparansi, membentuk tekstur sabun, membantu perkembangan kristal pada
sabun, dan pengontrol kelembaban sabun. Semakin banyak konsentrasi gula pasir
halus maka tekstur sabun yang dihasilkan akan semakan keras. Gula pasir halus
dan gliserol jika dipanaskan akan membentuk polimer sederhana yang mudah
terdegradasi dan pH yang tinggi, berfungsi untuk menyangga sabun agar tidak
lembek, (Hambali dkk., 2005).

Penelitian Purnamawati (2006) yang menggunakan konsentrasi gula pasir


8%, 11%, dan 13% asam sitrat 1%, 3%, dan 5% menunjukkan bahwa sabun
transparan terbaik dimiliki oleh sabun dengan konsentrasi gula pasir 11% dan
asam sitrat 5%. Karakteristik sabun tersebut adalah sebagai berikut: kisaran kadar
air 24,81-32, 48%, jumlah asam lemak 28,38-38,81%, fraksi tidak tersabunkan
0,46-8,72%, bagian tidak larut dalam alkohol 1,23-3,02%, alkali bebas 0,11-
0,70%, stabilitas busa 0,34-0,87%, pH 4,5-7%, stabilitas emulsi 96,68-98,06%,
transparansi 70%, dan kekerasan 1,71-4,48 mm/detik.
2.3.8 Pewarna

Pewarna merupakan zat aditif yang berfungsi untuk memperbaiki

penampilan asli dari suatu produk. Warna asli sabun adalah putih pucat sehingga
kurang menarik minat konsumen. Pewarna makanan dapat ditambahkan pada
proses pembuatan sabun. Pewarna sabun dibolehkan sepanjang memenuhi syarat
dan peraturan yang ada, pigmen yang dipakai harus stabil dan konsentrasinya
kecil (0,01-0,5%). Untuk menambah efek berkilau pada sabun dapat ditambahkan
titanium dioksida (0,01%). Sabun tanpa warna dan transparan lebih banyak
diproduksi oleh pabrik pembuatan sabun (Wasitaatmadja, 1997).

2.3.9 Minyak atsiri daun sereh

Minyak atsiri atau minyak eteris (essential oil, volatile oil, ethereal oil)

adalah minyak mudah menguap yang diperoleh dari tanaman sereh dan
merupakan campuran dari senyawa-senyawa volatile yang dapat diproleh dengan
distilasi, pengepresan, dan ekstraksi, (Ketaren, 1987; Boelens, 1997; Baser, 1999).

Minyak atsiri daun sereh mengandung sitronelal 32-45%, geraniol 12-


18%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronelil asetat 2-4%, sitral, kavikol,
eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin, limonen, kamfen. Senyawa ini dapat
dimanfaatkan diberbagai bidang industri seperti industri parfum, industri makanan
dan kosmetika. Kandungan yang dimiliki minyak atsiri sereh memberi aroma
yang sangat khas dan memberi berbagai manfaat seperti untuk menghaluskan
kulit, mencegah jerawat, menghilangkan flek, menghilangkan bau badan, selain
itu minyak atsiri sereh juga merupakan aroma terapi alami dan sangat bagus
digunakan sebagai insektisida alami (Sastrohamidjojo, 2004).
2.4 Proses Pembuatan Sabun

Teknologi pembuatan sabun semakin berkembang. Computer mengontrol


otomatisasi pabrik dalam saponifikasi continuous oleh NaOH dan lemak, untuk
berproduksi dalam waktu 2 jam sama dengan pembuatan sabun secara
keseluruhan (lebih dari 300 t/ day) debuat dengan 2-5 hari dengan metode
traditional batch.
Prosedur ini melibatkan proses perombakan secara kontinyu, atau
hidrolisis yang dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tallow + Hydrolysis (splitting fats) tallow fatty acid
Tallow fatty acid + NaOH sodium salt
Tallow of fatty acid + Builders, etc soap
Setelah terjadi pemisahan gliserin, asam karboksilat dinetralisasikan
menjadi sabun. Proses kimia dasar dalam pembuatan sabun disebut saponifikasi,
dengan reaksi sebagai berikut:

3NaOH + (C17H35COOH)3C3H5 3C17H35COONa + C3H5(OH)3


Caustic soda gliseril stearat sodium stearat gliserin

Prosedur ini untuk merombak atau menghidrolisis lemak dan kemudian


setelah terpisah dari gliserin, asam lemak dinetralisasikan dengan larutan soda
kaustik:
(C17H35COO)3C3H5 + 3H2O 3C17H35COOH +C3H5(OH)3
C17H35COOH + NaOH C17H35COONa + H2O
Biasanya lemak dan minyak dijual tidak terkomposisi gliserin dari asam lemak
satu pun, tetapi dalam bentuk campuran. Namun demikian, beberapa asam lemak
dengan kemurnian 90% atau lebih dapat ditempuh dengan proses yang khusus.
Selanjutnya, perombakan secara countercurrent lemak ini dikondisikan
dalam keadaan vacuum untuk mencegah terjadinya oksidasi selama proses. Ini
terisi dari bawah dari menara hidrolisis yang berbentuk seperti palung dengan
kecepatan yang terkontrol yang akan memecah lemak menjadi tetesan tetesan.
Menara mempunyai ukuran dengan tinggi 20 meter dan berdiameter 60 cm,
dirancang dengan bahan stailess steel tipe 316. Lihat gambar dibawah ini.
steam
Caustic
Fatty acid Flash soda
tank
condensor
High
Mixer pressure
neutraliz pump
steam er
Hot Cooling
water
water High
vacuum
Heat Heat excanger
excanger still
Hydrolizer
250OC, 4 MPa Soap
blender steam

Distillate Flash
Fats and
receiver tank
catalyst

air

Bottoms to freezer
Blend
storage and Conventional
tank
soap finishing:
recovery Cutter,
bar, flake or pack off
power
steam Fatty acid Aerated
bar soap
Crude
glycerin
evaporator

Gambar 3. Cara pembuatan sabun, produksi asam lemak dan gliserin (proses
kontinyu).
Sumber: Austin, 1984
Minyak dimasukkan melalui bagian bawah tanki menara, karena
densitasnya relative kecil (lebih kecil dari densitas air), maka lemak akan
terangkat keatas dan sebagian kecil bahan lemak akan terlarut menjadi cairan
gliserin. Pada waktu yang sama, H2O murni dimasukkan ke dalam menara melalui
bagian atas, sehingga inilah yang disebut dengan proses hidrolisis lemak secara
countercurret dimana proses ini akan mengekstrak gliserin yang terlarut dalam
lemak. Kedua aliran ini bereaksi dalam keadaan tekanan dan suhu tinggi.
setelah perombakan selesai, asam lemak keluar dari bagian atas menara,
sedangkan larutan gliserin keluar dari bawah menara yang otomatis akan
terkontrol pada settling tank. Lihat gambar berikut ini (gliserin proses).
Crude For skimmings To ejector
glycerin
To condensers
ejector
settling tank
Flash tank ST

DR
Sweet water
from
hydrolyzer 12 Crude Glycerin
glycerol glycerin still
(78% HP
glycerol) steam

caustic

Still feed tank


steam
Distilation
roots

Heat exchanger

Activated
Product tanks
charcoal

CP HG TD
glicerol glycerin glycerin

filter

Refined glycerin Bleaching


(95-99% glycerol) tank

Gambar 4. Flowsheet pembuatan gliserin dari hidrolisis sweet water.


Sumber: Austin, 1984
Meskipun campuran asam lemak yang dihasilkan dari metode di atas
digunakan sebagai bahan pembuatan sabun, asam lemak dapat diproduksi sebagai
produk keluaran, dan dapat dipisahkan lagi menjadi komponen yang berguna.
Komposisi asam lemak dari perombakan tergantung pada lemak atau minyak yang
dimasukkan. Pada umumnya yang digunakan untuk produksi asam lemak
meliputi lemak hewani, minyak kelapa, palm, biji kapas dan minyak kedelai.
Proses lama yang banyak digunakan adalah panning dan pressing. Proses
kristalisasi fraksional ini terbatas pada campuran asam lemak dimana yang siap
untuk dipadatkan seperti Tallow Fatty Acid. Lelehan asam lemak mengalir ke
panic, didinginkan, dibungkus dengan kain goni, dan ditekan. Pengekstrakan ini
dapat direalisasikan pada penghasilan minyak merah (umumnya oleic acid ) dari
padatan asam stearat. Total angka penekanan dapat mengindikasikan kemurnian
produk. Untuk memisahkan asam lemak dari rantai panjang yang berbeda dapat
ditempuh dengan cara distilasi, vacuum distillation adalah yang umum digunakan.
Dibawah ini merupakan susunan prinsip pembuatan sabun padat:
2.5 Pengangkutan lemak dan minyak.
2.6 Pengangkutan dan pembuatan soda kaustik.
2.7 Pencanpuran katalis, ZnO, dengan leburan lemak dan pemanasan
pada tanki pencampur.
2.8 Lemak panas dan katalis masuk ke dalam menara hidrolisis melalui
bagian bawah.
2.9 Perombakan lemak terjadi secara countercurrent di dalam
hydrolyzer pada suhu 2500C dan tekana 4,1 MPa. butiran lemak akan naik ke atas
berlawanan dengan fase cairnya.
2.10 Fasa cairnya (H2O) akan melarutkan rombakan gliserin (12%),
jatuh ke bawah dan terpisah.
2.11 Kemudian fasa gliserin-air di uapkan dan dimurnikan. Didapatkan
gliserin.
2.12 Fasa asam lemak yang keluar dari bagian atas hydrolizer
dikeringkan dalam flash tank menggunakan cahaya kilasan dan dipanaskan
dengan cepat.
2.13 Di dalam high-vacuum still, asam lemak didistilasi dari bawah.
2.14 Sabun di bentuk dengan melanjutkan penetralisasian menggunakan
50% soda kaustik dalam mixer-neutralizer dengan kecepatan tinggi.
2.15 Sabun murni ini dibebaskan pada suhu 93oC kedalam tanki
pencampuran dengan digoncangkan secara perlahan untuk keluar dari
penetralisasian. Pada saat ini sabun murni dapat dianalisis: 0.002 hingga 0.10 %
NaOH, 0.3 hingga 0.6% NaCl, dan 30% H2O. sabun murni ini dapat diolah,
dipotong atau dikeringkan, tergantung pada permintaan produk. Diagram alir pada
gambir 29.3 menggambarkan proses finishing sabun padat.
2.16 Proses finishing ini dapat di detailakan: tekanan yang dilakukan
pada sabun murni mencapai 3.5 MPa, dan sabun dipanaskan pada suhu 200oC
dalam steam exchanger dengan tekan tinggi. Sabun panas ini, dilepaskan pada
tanki yang bertekanan atmosfer, dimana dikeringkan (hingga mencapai 20 %)
karena larutan sabun dapat terbentuk diatas titik didihnya pada tekanan atmosfer.
Pada hubungan ini, pasta sabun dicampur dengan udara dalam mesin, dimana
sabun juga didinginkan oleh sirkulasi air laut, yang kemudian keluar dari 105oC
menjadi 65oC. Pada temperatur ini, sabun dilanjutkan dengan pemotongan dengan
ukuran sabun padat. Lalu segera didinginkan, dicap, dan dibungkus dengan
operasi mesin. Proses ini berlangsung selama 6 jam.
2.17 Mutu Sabun

Standar mutu sabun menurut Standar Nasional Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 2

No Uraian Satuan Syarat


1 Kadar air % maks. 15
2 Jumlah asam lemak % > 70
3 Alkali bebas
a. Dihitung sebagai NaOH % maks. 0,1
b. Dihitung sebagai KOH % maks. 0,14
4 Asam lemak bebas dan %
< 2,5
asam lemak netral
5 Minyak mineral % Negatif
Tabel 2. Standar mutu sabun

Standar nasional Indonesia (SNI) 06-3532-1994


1. Kadar Air

Kadar air merupakan bahan yang menguap pada suhu dan waktu tertentu.
Maksimal kadar air pada sabun adalah 15%, hal ini disebabkan agar sabun yang
dihasilkan cukup keras sehingga lebih efisien dalam pemakaian dan sabun tidak
mudah larut dalam air. Kadar air akan mempengaruhi kekerasan dari sabun.

2. Jumlah Asam Lemak

Jumlah asam lemak merupakan jumlah total seluruh asam lemak pada sabun yang
telah atau pun yang belum bereaksi dengan alkali. Sabun yang berkualitas baik
mempunyai kandungan total asam lemak minimal 70%, hal ini berarti bahan-
bahan yang ditambahkan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan sabun kurang
dari 30%. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi proses pembersihan kotoran
berupa minyak atau lemak pada saat sabun digunakan. Bahan pengisi yang biasa
ditambahkan adalah madu, parfum, gliserol, waterglass, protein susu dan lain
sebagainya. Tujuan penambahan bahan pengisi untuk memberikan bentuk yang
kompak dan padat, melembabkan, menambahkan zat gizi yang diperlukan oleh
kulit.

3. Alkali Bebas

Alkali bebas merupakan alkali dalam sabun yang tidak diikat sebagai senyawa.
Kelebihan alkali bebas dalam sabun tidak boleh lebih dari 0,1% untuk sabun Na,
dan 0,14% untuk sabun KOH karena alkali mempunyai sifat yang keras dan
menyebabkan iritasi pada kulit. Kelebihan alkali bebas pada sabun dapat
disebabkan karena konsentrasi alkali yang pekat atau berlebih pada proses
penyabunan. Sabun yang mengandung alkali tinggi biasanya digunakan untuk
sabun cuci.
4. Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas merupakan asam lemak pada sabun yang tidak terikat sebagai
senyawa natrium atau pun senyawa trigliserida (lemak netral). Tingginya asam
lemak bebas pada sabun akan mengurangi daya membersihkan sabun, karena
asam lemak bebas merupakan komponen yang tidak diinginkan dalam proses
pembersihan. Sabun pada saat digunakan akan menarik komponen asam lemak
bebas yang masih terdapat dalam sabun sehingga secara tidak langsung
mengurangi kemampuannya untuk membesihkan minyak dari bahan yang
berminyak.

5. Minyak Mineral

Minyak mineral merupakan zat atau bahan tetap sebagai minyak, namun saat
penambahan air akan terjadi emulsi antara air dan minyak yang ditandai dengan
kekeruhan. Minyak mineral adalah minyak hasil penguraian bahan organik oleh
jasad renik yang terjadi berjuta-juta tahun. Minyak mineral sama dengan minyak
bumi beserta turunannya. Contoh minyak mineral adalah: bensin, minyak tanah,
solar, oli, dan sebagainya. Kekeruhan pada pengujian minyak mineral dapat
disebabkan juga oleh molekul hidrokarbon dalam bahan.

Anda mungkin juga menyukai