Anda di halaman 1dari 9

1

METODE AASHTO 1993


1. Teori Dasar
Metode AASHTO93 merupakan perluasan dari metode AASHTO72 dengan
tambahan beberapa parameter baru.
Modifikasi-modifikasi parameter tersebut adalah sebagai berikut :
Parameter Daya Dukung Tanah diganti dengan Modulus Residen (Mr).
Parameter Koefisien Relatif Lapisan untuk berbagai macam material
dibedakan atas Modulus resilennya dan nilai CBR-nya.
Parameter Faktor Lingkungan seperti kelembaban dan suhu ditambahkan untuk
mempertimbangkan pengaruh lingkungan terhadap perencanaan. Parameter ini
menggantikan parameter faktor regional pada metode sebelumnya.
Parameter Reliabilitas atau tingkat keandalan (R) diperkenalkan pada metode
ini agar perencana dapat menganalisa tingkat resiko yang dihasilkan dari berbagai
macam kelas jalan.
Parameter baru lainnya yaitu seperti simpangan baku keseluruhan (So) dan
koefisien drainase (mi).
Sehingga didapatkan rumus metode AASHTO93 untuk menghitung Indeks Tebal
Perkerasan sebagai fungsi dari faktor-faktor yang mempengaruhi adalah :

PSI
log10
log10 W18 Z R S o 9,36 log10 SN 1 0,20 4,2 1,5 2,32 log M 8,07
10 R
1094
0,40
SN 1 5,19

Dimana :
W18 = lintas ekivalen selama umur rencana.
Zr = simpangan baku
So = gabungan simpangan baku
SN = indeks tebal perkerasan
PSI = selisih indeks permukaan awal dan akhir
Mr = modulus resilen tanah dasar (psi)
Dan untuk menentukan tebal masing-masing lapisan mempergunakan rumus sebagai
berikut :
SN a1 D1 a 2 D2 m2 a3 D3 m3

Dimana :
ai = koefisien relatif lapis ke i
Di = tebal lapis ke i
mi = koefisien drainase lapis ke i
SN = indeks tebal perkerasan
Menurut AASHTO93 parameter-parameter desainnya adalah sebagai berikut :

1.1 Batasan Waktu


Batasan waktu ini meliputi penentuan umur kinerja jalan (Performance periode) dan
umur rencana (analisis periode)
Tabel dibawah ini menyajikan hubungan antara Umur Rencana dengan kondisi jalan
raya pada umumnya.
2

Kondisi Jalan Raya Umur Rencana (Th)


Kota dengan LL tinggi 30 50
Desa dengan LL tinggi 20 50
Jalan dengan LL rendah 15 25
Agregat permukaan dengan LL rendah 10 20

1.2 Lalu Lintas


Volume lalu lintas harus didistribusikan pada suatu arah suatu jalur untuk tujuan
perencanaan. Distribusi arah (DD) biasanya ditentukan pada masing-masing arah sebesar
0.5 (50%), tetapi bisa juga berkisar 0,3 0,7. untuk distribusi jalur (D L), harga-harga yang
berbeda diberikan tergantung pada total jalur yang ada pada suatu arah. Sehingga menurut
AASHTO93, volume lalu lintas pada tahun pertama adalah :
W18 D D DL w18
Dimana :
DD = faktor distribusi arah
DL = faktor distribusi jalur
W18 = total dua arah 18 kip ESAL selama umur rencana.

Jumlah jalur pada masing-masing Persen 18 kip ESAL pada jalur rencana
arah (DL)
1 100
2 80 100
3 60 80
4 50 75

1.3 Reliabilitas dan Gabungan Kesalahan Baku


Reliabilitas mempunyai pengertian yang berkaitan dengan tingkat kepastian pada
proses perencanaan untuk menjamin bahwa variasi alternatif perencanaan akan mencapai
akhir periode analisa, dengan rumus sebagai berikut :
R FR
1/ n

Dimana :
FR = faktor keandalan
n = jumlah tahap perencanaan termasuk perkerasan aslinya
AASHTO merekomendasikan nilai Reliabilitas (R) menurut klasifikasi fungsional jalan
yang direncanakan sesuai tabel dibawah ini :

Tabel 1.3. Perkiraan Tingkat Keandalan (R) untuk berbagai klasifikasi Jalan Menurut
Fungsinya.

Reliabilitas yang direkomendasikan


Klasifikasi Fungsional
Dalam Kota Luar Kota
Jalan antar kota dan bebas hambatan 85-99.9 80-99.9
Jalan arteri 80-99 75-95
Jalan kolektor 80-95 75-95
Jalan lokal 50-80 50-80

Untuk suatu tingkat keandalan yang diberikan (R), faktor keandalan merupakan fungsi
dari gabungan kesalahan baku (So) yang bernilai antara 0.4-0.5 menurut AASHTO93.
3

Sedangkan nilai Simpangan Baku Normal (ZR) ditentukan berdasarkan Tingkat Keandalan
(R) yang dipilih, seperti yang tersaji pada tabel II.4 dibawah.

Tabel 4 Harga Simpangan Baku Normal (ZR) berkaitan dengan tingkat Keandalan
yangdipilih.

Tingkat Simpangan Baku


Keandalan (R) Normal (ZR)
50 -0.00
60 -0.253
70 -0.524
75 -0.674
80 -0.841
85 -1.037
90 -1.282
91 -1.340
92 -1.405
93 -1.476
94 -1.555
95 -1.645
96 -1.751
97 -1.881
98 -2.054
99 -2.327
99.9 -3.090
99.99 -3.750

1.4 Faktor Lingkungan


Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi masa pelayanan jalan dengan beberapa
cara. Perubahan suhu dan kelembaban dapat berpengaruh pada kekuatan, ketahanan dan
kapasitas beban yang dapat dipikul oleh perkerasan dan material tanah dasarnya. Dampak
lainnya adalah akibat langsung dari pengembangan tanah dasar, naiknya perkerasan, daya
angkat karena pembekuan yang akan menyebabkan kehilangan kualitas dan tingkat
pelayanan jalan.
Tujuan dari analisa lingkungan ini adalah untuk menghasilkan grafik kehilangan
tingkat pelayanan yang timbul karena dampak lingkungan seperti pengembangan tanah
dan daya angkat karena pembekuan sejalan dengan waktu, seperti pada contoh gambar 1 :

Gambar 1 Grafik hubungan antara IP swell dan jumlah


Tahun dari jalan tersebut dibuka
4

Besarnya penurunan indeks permukaan akibat pengembangan (swell) merupakan


fungsi dari tingkat pengembangan (swel rate constant), kemungkinan pengembangan
(swell probability), dan besarnya potensi merembes keatas (potential vertical rise).
IP swel = 0.00335 Vr Ps 1 et
Dimana :
IP swel = Perubahan indeks permukaan akibat pengembangan tanah dasar.
Vr = Besarnya potensi merembes keatas (inchi)
Ps = Probabilitas pengembangan (%)
= Tingkat pengembangan tetap
t = Jumlah tahun yang ditinjau

1.5 Servisibilitas
Servisibilitas atau tingkat pelayanan suatu jalan ditandai oleh kemampuannya untuk
melayani berbagai macam tipe lalu lintas yang melaluinya. Total kehilangan tingkat
pelayanan dirumuskan sebagai berikut :

PSI po pt
Dimana :
Po = tingkat pelayanan awal
Pt = indeks permukaan pada akhir umur rencana.

1.6 Modulus Resilient Efektif Tanah Dasar (Mr)


Modulus resilient tanah dasar diperkenalkan untuk mengganti daya dukung tanah.
Hubungan antara modulus resilient tanah dasar dan CBR lapangan menurut Heukelom
dan Klomp adalah :

Mr = 1500 x CBR (psi)


Modulus resilient efektif yang dipergunakan dalam perencanaan tebal perkerasan
adalah harga korelasi yang diperoleh dari kerusakan relatif rata-rata dalam setahun.
Besarnya kerusakan relatif dari setiap kondisi tanah dasar dapat dihitung dengan rumus :

u 1,18 10 8 Mr 2,32
Dimana :
u = kerusakan relatif
Mr = modulus resilient

1.7 Karakteristik Material Lapisan Perkerasan


Tiga tipe material perkerasan akan menyusun masing-masing lapisan dari suatu
struktur perkerasan. Dimana setiap mudulus lapisan ditentukan melalui tes laboratorium
dengan metode yang berbeda-beda. Notasi berbeda diberikan untuk menggambarkan
modulus elastis yaitu untuk subbase (ESB), base (EBS), aspal concrete (EAC), dan portland
cement concrete (EC).

1.8 Koefisien Kekuatan Relatif Lapisan (a)


Koefisien relatif lapisan ini menggambarkan hubungan empiris antara indeks tebal
perkerasan (SN) dan ketebalan perkerasan, dan merupakan suatu ukuran
kemampuanrelatif material untuk dapat berfungsi sebagai komponen struktur perkerasan.
Koefisien relatif lapisan ini dibedakan atas lima kategori tergantung dari fungsi dan tipe
dari jenis material lapisannya, yaitu : Aspal Concrete (aspal beton), Granular Base,
Granular Subbase, Cement Treated Base, dan Bituminous Base.
5

a. Lapis Permukaan Aspal Concrete (a1)


Pada gambar 2 adalah grafik hubungan struktural Layer Coefficient a 1, for
Asphalt Concrete Structure Course dan Modulus Elastic E AC (psi) of Asphalt Concrete
(68oF) yang digunakan untuk untuk mengestimasi nilai koefisien relatif lapisan untuk
lapis permukaan aspal concrete berdasarkan nilai Modulus elasticnya (EAC) pada suhu
68o F. Dimana keadaan ini direkomendasikan untuk nilai modulus dibawah 450.000
psi.
b. Lapis Pondasi Atas Granular (a2)
Persamaan berikut dapat digunakan untuk mengestimasi nilai koefisien relatif
lapisan untuk Granular Base berdasarkan modulus elasticnya (EBS) :
a2 = 0.249 log10 E BS 0.977
c. Lapis Pondasi Bawah Granular (a3)
Persamaan berikut dapat digunakan untuk mengestimasi nilai koefisien relatif
lapisan untuk Granular Sub Base berdasarkan modulus elasticnya (ESB) :
a3 = 0.227 log10 E SB 0.839

Gambar 2 Grafik hubungan Koefisien Struktural. Lapisan a1 untuk Asphalt


Concrete Structure Course dan Modulus Elastic (psi) of Asphalt
Concrete (68oF)
6

1.9 Faktor Drainase

Sebagai perencana harus bisa mengidentifikasi pada tingkat apa drainase dapat dicapai
dibawah kondisi drainase tertentu. Berikut ini adalah definisi umum yang koresponding
dengan tingkat drainase yang berbeda dari struktur perkerasan.

Tabel 5 Tingkat kualitas drainase

Kualitas drainase Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan air


Baik sekali 2 jam
Baik 1 hari
Cukup 1 minggu
Buruk 1 bulan
Buruk sekali Air tak mungkin dikeringkan

AASHTO 93 memberikan harga koefisien drainase (mi) yang direkomendasikan


sebagai fungsi dari kualitas drainase dan presentase waktu selama setahun ketika struktur
perkerasan secara normal kelembabannya mendekati jenuh.

Tabel 6 Rekomendasi harga mi untuk Modifikasi Koefisien Relatif Lapisan dari


Untreated Base dan Subbase pada Perkerasan Lentur.

Kualitas Persen waktu perkerasan dalam keadaan lembab-jenuh


drainase <1 15 5 25 > 25
Baik sekali 1,40 1,35 1,35 1,30 1,30 1,20 1,20
Baik 1,35 1,25 1,25 1,15 1,15 1,00 1,00
Cukup 1,25 1,15 1,15 1,05 1,00 0,80 0,80
Buruk 1,15 1,05 1,05 0,80 0,80 0,60 0,60
Buruk
1,05 0,95 0,95 0,75 0,75 0,40 0,40
sekali
7

2. PROSEDURE DISAIN METODE AASHTO93


Langkah-langkah perencanaan tebal perkerasan lentur dengan metode AASHTO 1993
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Batasan Waktu, meliputi penentuan umur kinerja jalan (performance
periode) dan umur rencana (analysis periode) dari jalan yang hendak direncanakan.
2. Menentukan beban lalu lintas berdasarkan pada Acumulative 18 kips Equivalent
Single Axle Loads (ESAL) selama umur rencana (W18), dengan rumus:
W18 DD D W18 1 i n 1 / i
Dimana :
DD = faktor distribusi arah
DL = faktor distribusi jalur
W18 = total dua arah 18 kip ESAL selama umur rencana
g = faktor pertumbuhan
n = jumlah tahun pengamatan selama umur kinerja jalan
3. Menentukan Realibilitas dan Kesalahan Baku
Tahapan yang diperlukan untuk menerapkan konsep keandalan adalah :
- Hitung tingkat keandalan (R) dari faktor keandalan yang dipilih dengan rumus :
R FR
1/ n

- Pilih Gabungan kesalahan baku (So) yang mewakili kondisi-kondisi setempat.


- Tentukan Simpangan baku normal (Zr sesuai dengan Tingkat Keandalan (R) yang
dipilih.
4. Menentukan faktor lingkungan yang dipengaruhi oleh pengembangan tanah dasar dan
daya angkat karena pembekuan yang akan menyebabkan kehilangan kualitas dan
tingkat pelayanan jalan, dengan rumus :

IPswel 0.00335 Vr Ps 1 et
Dimana :
IPswell = perubahan indeks permukaan akibat pengembangan tanah dasar.
Vr = besarnya potensi merembes keatas (inchi)
Ps = probabilitas pengembangan
= tingkat pengembangan tetap
t = jumlah tahun yang ditinjau
5. Menentukan Servisibilitas atau Tingkat Pelayanan yang dirumuskan sebagai berikut :
PSI po pt
Dimana :
PSI = Present Servisibility Index atau Kehilangan Tingkat
po = tingkat pelayanan awal.
pt = indeks permukaan pada akhir umur rencana.
6. Menentukan Modulus Resilien Efektif Tanah Dasar (Mr) dari harga korelasi yang
diperoleh dari kerusakan yang diperoleh dari kerusakan relatif rata-rata (u) dalam
setahun, dengan rumus :
u 1.18 10 8 Mr 2.32
Dimana :
u = kerusakan relatif
Mr = modulus resilien (psi)

7. Menentukan karakteristik material lapisan perkerasan yang didapatkan dari hasil tes
laboratorium untuk tiap-tiap lapis perkerasan yang dibedakan atas : subbase (E SB),
base (EBS), aspal concrete (EAC).

8. Menentukan Koefisien Relatif lapisan (a1) masing-masing lapisan dari hasil korelasi
nilai modulusnya.
8

9. Menentukan faktor Drainase yang diperoleh dari daftar koefisien Drainase.

10. Menentukan Indeks Tebal Perkerasan (SN) tahap pertama dengan mempergunakan
rumus :

PSI
log10
log10 W18 Z R S C 9.36 log10 ( SN 1) 0.20 4.2 1.5 2.32 log M 8.07
10 R
1094
0.40
SN 1 5.19
Dimana :

W18 = lintas ekivalen selama umur rencana.

Zr = simpangan baku normal

So = gabungan simpangan baku

SN = indeks tebal perkerasan

PSI = selisih indeks permukaan awal dan akhir

Mr = modulus resilien tanah dasar (psi).

11. SN yang diperoleh diatas adalah SN dengan asumsi tidak terdapat penurunan IP akibat
swelling, sehingga umur kinerja jalan berkurang sehingga tidak lagi sama dengan
umur kinerja jalan maksimum. Lapisan tambahan harus dilaksanakan sebelum umur
kinerja jalan yang direncanakan untuk tahap pertama selesai. Cara memperkirakan
umur kinerja jalan akibat beban lalu-lintas dan pengembangan adalah cara trial and
error, yaitu sebagai berikut :

a. Perkirakan umur kinerja jalan akibat beban lalu-lintas dan pengembangan, a tahun
dimana besarnya harus lebih kecil dari umur kinerja jalan maksimum.

b. Tentukan besarnya penurunan IP swell selama a tahun dengan mempergunakan


rumus seperti pada langkah 4.

c. Tentukan besarnya penurunan IP akibat beban lalu-lintas dan pengembangan


(swell) selama umur kinerja jalan, dengan rumus :

IP = po-pt IP swell (langkah b)

d. Tentukan W18 dengan mempergunakan rumus seperti pada langkah 10, dimana
semua parameter lain sama dengan yang dipergunakan pada langkah 10 kecuali
IP yang sama dengan yang diperoleh pada langkah c.

e. Tentukan berapa lama besarnya yang diperoleh pada langkah d tercapai dengan
mempergunakan rumus yang diperoleh pada langkah 2. Angka yang diperoleh
pada langkah e ini harus sama dengan langkah a. Jika terdapat perbedaan, maka
iterasi harus diteruskan sampai hasil yang diperoleh pada langkah e mendekati
perkiraan pada langkah a.

12. Tentukan tebal masing-masing lapisan dengan mempergunakan rumus sbb :


9

D1* = SN1/a1

SN1 = a1D1*

D2* = (SN2-SN1)/(a2m2)

SN2*= a2D2*m

D3 = SN3-(SN1*+SN2*))/(a3m3)

Dimana :

a1 = koefisien relatif lapis ke i

D1 = tebal lapis ke i

m1 = koefisien drainase lapis ke i

SN = Indeks tebal perkerasan

Surface D1
(a1)
Base D2
(a2)
Subbase D3
(a3)
Subgrade
Gambar 3 Tebal Lapis Perkerasan dan Structural number

Dimana :

a1, D,m dan SN adalah sebagaimana didefinisikan pada bab II.2 D* dan SN*
sehubungan dengan nilai yang sebenarnya dipergunakan, dapat sama atau lebih besar
dari nilai yang dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai