Apikoektomi 9 27
Apikoektomi 9 27
APIKOEKTOMI
I. PENDAHULUAN
Apikoektomi menurut Miller (1957) adalah suatu prosedur
pembedahan dimana bagian apikal gigi nonvital dipotong dan jaringan
granulasi dibawah periapikal diambil dengan cara dikuret.
Grossman (1974) memakai istilah reseksi akar, yaitu suatu
pembedahan dimana bagian apeks akar gigi diambil dan jaringan periapikal
dikuret.
Sailer (1999) mendefinisikan apikoektomi adalah suatu pengambilan
jaringan patologis secara bedah yang dekat dengan akar gigi, pengeliminasi
ramifikasi apikal dari saluran akar dan penutupan saluran akar secara simultan
dari masuknya bakteri
Tehnik apikoektomi pertama kali dikenalkan oleh Partsch 1899 dan
menjadi salah satu tindakan yang sering dilakukan dalam tindakan bedah
mulut.
Macam-macam tehnik apikoektomi (Barnes, 1991):
1. Tehnik orthograde
Tehnik ini digunakan bila pengambilan segmen apikal dari akar secara
bedah diikuti dengan perawatan dan pengisian saluran akar dari arah
korona gigi.
2. Tehnik orthograde + tehnik retrograde
Bila bagian apikal dari akar gigi mempunyai penampang yang tidak
teratur, penutupan apikal dengan penambalan amalgam sebagai tambahan
mungkin dibutuhkan sebagai tambahan dalam pengisian saluran akar
dengan semen saluran akar dan guta perca point dan point pengisi saluran
akar lainnya.
3. Tehnik retrograde
Tehnik sederhana retrograde digunakan sebagai jalan terakhir ketika
bagian koronal dari saluran akar tidak dapat dicapai atau tidak dapat dilalui
10
Pada keadaan dimana saluran akar tidak dapat dirawat atau diisi mencapai
ketinggian yang penuh setelah pengambilan apeks akar (Retrograde)
11
2. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk dapat melihat panjang akar,
bentuk saluran akar dan keadaan akar itu sendiri.
3. Test vitalitas
Gigi yang akan dilakukan perawatan harus ditest apakah vital atau
nonvital. Demikian juga dengan gigi tetangganya. Test vitalitas
merupakan suatu hal yang penting bila pada gambar radiologis terlihat
adanya lesi pada periapikal.
Flap semilunar
Flap ini berbentuk seperti bulan sabit dengan sedikit
melengkung. Insisi horizontal dibuat pada gingiva cekat dengan bagian
konveks paling dekat dengan tepi gingival bebas. Flap ini sederhana
15
A. B.
C.
Gambar 1. Macam-macam flap (Petersen, 1998)
A. Semilunar B. Submarginal C.Subkular
Flap Submarginal
Flap segitiga atau rektangular ini merupakan modifikasi flap
kurva semilunar. Insisi horizontal yang melengkung dibuat pada
gingiva cekat dengan satu atau dua tambahan insisi vertikal.
Penggunaan flap ini banyak digunakan pada rahang atas anterior. Flap
16
Gambar 2.
Refleksi jaringan. Flap diperluas ke arah apeks dari servikal ke batas
mukogingiva (Petersen, 1998)
Gambar 3.
Akses ke apeks. Pengambilan tulang harus cukup sehingga
apeks dan perluasan lesi tulang jelas terlihat
A. Dari arah bukal B. Dari arah lateral. (Petersen, 1998)
5. Kuretase periradikuler
Tahap berikutnya dalah mengangkat jaringan lunak yang rusak
dari sekitar apeks dengan kuretase. Gambar 4. Hal ini penting untuk:
- Memperoleh akses dan pandangan yang cukup ke daerah apeks
- Membuang jaringan yang terinflamasi
- Memperoleh spesimen untuk pemeriksaan histologis
- Memperkecil perdarahan
Gambar 4.
Kuretase apeks A.dari arah bukal B. Dari arah lateral
(Petersen, 1998)
Gambar 5.
Reseksi apeks A. Dari bukal B. Dari lateral (Petersen, 1998)
b. Orthograde + Retrograde
Jika diperlukan untuk menguatkan pengisian secara orthograde
dapat dilakukan penutupan retrograde dengan kondisi sbb
(Grossman, 1974; Bence, 1986):
- Bilamana setelah instrumentasi dan percobaan pengisian dengan
point, bagian akhir dari saluran akar tidak direaming secara
sirkular.
- Bila panjang saluran akar setelah dilakukan reseksi terdapat
bentuk yang tidak teratur sehingga saluran akar tidak dapat
direaming menjadi berbentuk sirkular
- Bila pengisian saluran akar mengalami kegagalan lebih baik
diperbaiki secara bedah daripada dirawat kembali.
Bila setelah dilakukan pengisian dengan tehnik orthograde
point saluran akar tidak menutup secara sempurna maka tehnik
kombinasi dengan retrograde dapat dilakukan.
Point yang telah dicobakan dan belum disemen ditarik dari
saluran akar dan dipotong 3 mm dari ujung akar. Setelah itu
disemen ke dalam saluran akar. Setelah semen mengeras, kavitas
dari apeks saluran akar dipreparasi dengan bor bundar pada jarak 3
mm dari ujung akar. Bagian apikal dari saluran akar biasanya
berbentuk corong sebagai hasil dari reaming sehingga tidak
memerlukan undercut sebagai retensi penutupan dengan amalgam.
Setelah itu kavitas diisi dengan amalgam yang
dikondensasikan ke arah point pengisi saluran akar yang telah
22
c. Retrograde
Tehnik retrograde dilakukan bila saluran akar tidak dapat
diinstrumentasi dengan baik secara orthograde. Bagian ujung akar
dilakukan preparasi kavitas untuk tempat penutupan amalgam.
Preparasi kavitas dibuat dengan menggunakan undercut. Pada
bagian saluran akar yang tidak terisi dibersihkan dan difile dengan
file yang dibengkokkan. Dan dengan jarum yang dibengkokan
saluran akar diirigasi. Kemudian setelah saluran akar dikeringkan
saluran akar diisi dengan gutta percha yang termoplastis setelah itu
baru ditutup dengan amalgam. (Grossman, 1974; Bence, 1986)
B. POSTOPERATIF
1. Instruksi postoperatif (Barnes, 1991)
Setelah operasi selesai dilakukan, pasien diberi petunjuk pasca operasi
secara sederhana dan tidak bertele-tele baik secara lisan maupun
tertulis.
Berikut ini adalah petunjuk untuk pasien:
- Pembengkakan atau perubahan warna adalah hal biasa. Gunakan
kompres es dengan tekanan ringan pada bagian luar wajah (20
menit ditekan, 5 menit diangkat) sampai waktu tidur.
- Merembesnya darah adalah normal. Bila perdarahan bertambah,
letakkan gulungan kasa bawah atau kertas muka di atas daerah
perdarahan dan tekan dengan jari selama 15 menit. Jika perdarahan
terus berlangsung hubungi dokter.
- Jangan mengangkat bibir untuk melihat daerah operasi. Ikatan
jahitan terletak di bawah bibir, sehingga pengangkatan bibir dapat
merusak jahitan.
- Kumur keesokan harinya dengan air hangat yang dicampur dengan
garam 1 sendok teh sebanyak 3 sampai 4 kali sehari. Sikat gigi
dengan hati-hati. Dental flos dapat digunakan kecuali di daerah
operasi.
- Makan makanan yang halus atau lunak dan menggunakan sisi yang
lain. Minum banyak cairan dan makanan lunak seperti keju,
yoghurt, telur dan es krim.
- Adanya rasa tidak nyaman adalah normal. Minum obat anti rasa
sakit yang diberikan sesuai petunjuk pemakaian.
- Jangan merokok selama tiga hari pertama setelah operasi.
- Kalau terjadi pembengkakan yang besar atau nyeri atau demam
hubungi dokter segera.
2. Pengambilan jahitan
24
C. KEGAGALAN APIKOEKTOMI
Meinfisch (1980) melakukan penelitian selama 3 sampai 6 tahun
menunjukkan sebanyak 85% terjadi penyembuhan yang sempurna setelah
apikoektomi. Penelitian ini berdasarkan pada pengamatan radiologis
dimana terjadi pembentukan sempurna dari ligamen periodontal pada regio
periapikal. Sebanyak 11% terjadi radiolusensi pada penyembuhan yang
tidak sempurna walaupun pasien tidak memberikan keluhan. Dan kurang
dari 4% terjadi kegagalan dimana tidak terjadi regenerasi tulang, terjadi
pembentukan fistula dan inflamasi pada jaringan lunak (Sailer, 1999)
D. KOMPLIKASI APIKOEKTOMI
Komplikasi apikoektomi dibagi dalam dua kategori yaitu:
1. Komplikasi waktu pembedahan.
2. Komplikasi pasca bedah.
dalam rongga sinus dan rongga mulut tetap sama sehingga tidak terjadi
gangguan pada tempat perforasi. (Petersen, 1998; Barnes 1991)
c. Perdarahan primer
Perdarahan primer dapat terjadi karena terputusnya pembuluh
darah, atau karena adanya kelainan-kelainan darah. Untuk mengatasi
perdarahan primer dapat diberikan:
- dengan tampon basah adrenalin ditekan pada daerah tsb.
- dengan obat-obat koagulan seperti trombose, adona, dst. (Petersen,
1998; Barnes 1991)
Hal ini dapat terjadi bila alat-alat kurang steril. Selain itu juga di dalam
mulut sendiri terdapat bermacam-macam bakteri. Bila infeksi terjadi
berikan antibiotik.
f. Perdarahan sekunder
Yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam. Hal ini biasanya terjadi
karena pembuluh darah terbuka atau karena jahitan jaringan kurang
sempurna, dapat juga terjadi akibat instruksi pada pasien tidak
dipatuhi.
V. KESIMPULAN
Apikoektomi adalah suatu prosedur pembedahan dimana dilakukan
pemotongan pada bagian apikal akar gigi yang terinfeksi dan kuretase jaringan
patologis di daerah periapikal, pengeliminasi ramifikasi saluran akar dan
penutupan saluran akar untuk mencegah masuknya bakteri.
Terdapat 3 metoda yaitu tehnik orthograde, kombinasi orthograde dan
retrograde dan tehnik retrograde. Tehnik orthograde yaitu dilakukan
pemotongan ujung akar dan setelah itu dilakukan pengisian saluran akar dari
arah koronal. Tehnik kombinasi ortrhograde dan retrograde yaitu pemotongan
ujung saluran akar dan dilakukan pengisian saluran akar dari koronal dan
ditambah penutupan yang lebih sempurna pada ujung apeks yang telah
diamputasi dengan amalgam atau dengan bahan lain. Sedangkan tehnik
retrograde dilakukan bila pengisian saluran akar secara orthograde tidak dapat
dilakukan, sehingga setelah ujung akar diamputasi, saluran akar yang tidak
terisi diinstrumentasi dan diisi kemudian dilakukan penutupan pada bagian
apikal.
Tehnik flap ada 3 macam yaitu semilunar, submarginal dan
mukoperiostal penuh. Yang paling sering digunakan adalah flap mukoperiostal
penuh, karena memberikan lapang pandang yang cukup, sedikit menimbulkan
perdarahan dan tidak menyebabkan jaringan parut serta dapat dilakukan root
planning pada daerah tsb.
Tahap-tahap apikoektomi adalah: persiapan preoperatif, anestesi, flap,
pengambilan jaringan tulang untuk mendapatkan ujung akar, kuretase daerah
apeks, penutupan saluran akar dengan ketiga tehnik di atas, debridement
27
daerah luka dan pengembalian flap serta penjahitan. Setelah itu pasien diberi
instruksi postoperasi dan dilakukan kontrol.
Komplikasi yang mungkin timbul selama pembedahan adalah rasa
nyeri, perforasi antrum dan perdarahan primer. Sedangkan komplikasi pasca
pembedahan yaitu rasa nyeri, parestesi, pembengkakan, infeksi, ecchymosis,
dan perdarahan sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
1. Barnes. I.E. 1991. Surgical Endodontics. 2nd.ed. London. Wright. 1991. H. 9 53
2. Bence. R. 1976.Handbook of Clinical Endodontics. St. Louis.C.V Mosby
Company.
3. Grossman, L.J. 1974.Endodontic Practice. 8th.ed. Lea & Febiger, Philadelphia,
1974. H. 345 376
4. Kruger, G.O.1984. Textbook of Oral Surgery. 6th ed. St. Louis, C.V Mosby Co.,
(h.195-219)
5. Peterson, L. 1998. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 3th ed.
St.Louis, C.V Mosby Co
6. Sailer H.F and Gion F. Pajarola. 1999. Color Atlas of Dental Medicine. Oral
Surgery for the General Dentist. Stuttgart.New York. Thieme. H. 160 163
7. Walton and Torabinejad. 1996. Principles and Practice of Endodontic. 2nd ed.
Philadelphia. W.B Waunders. 1996. H.402 414