Anda di halaman 1dari 5

Prinsip Corporate Governance menurut OECD

Prinsip-prinsip dasar dari corporate governance, pada dasarnya memiliki tujuan


untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Dalam OECD
terdapat 6 prinsip yang mengatur tentang corporate governance. Prinsip-prinsip
tersebut secara garis besar menjelaskan tentang kerangka kerja corporate
governance, perlindungan atas hak-hak pemegang saham, perlakuan yang adil
bagi seluruh pemegang saham, peranan stakeholders dalam corporate
governance, keterbukaan dan tranparansi, serta tanggung jawab dewan komisaris.

1. Menjamin Kerangka Dasar Coporate Governance Berjalan Efektif


Pada prinsip 1 ini menyatakan bahwa corporate governance harus mendorong
terciptanya pasar yang transparan dan efisien, sesuai dengan perundang-undangan
dan peraturan yang berlaku, dan dapat dengan jelas memisahkan fungsi dan
tanggung jawab otoritas-otoritas yang memiliki pengaturan, pengawasan, dan
penegakan hukum. Prinsip 1 OECD ini secara lebih jelas membahas 4 subprinsip:
a. Kerangka corporate governance harus dikembangkan dengan
mempertimbangkan pengaruhnya terhadap perkembangan perekonomian secara
keseluruhan, integritas pasar dan insentif yang tercipta bagi pelaku pasar serta
meningkatkan transparansi dan efisiensi pasar.
b. Ketentuan hukum dan peraturan perundangan yang berkaitan dengan
pelaksanaan corporate governance harus sejalan dengan peraturan perundangan
yang berlaku, transparan dan dapat di tegakkan.
c. Pembagian tanggung jawab antar otoritas dalam suatu yurisdiksi harus
diungkapkan secara jelas dan dipastikan bahwa kepentingan masyarakat telah
terpenuhi.
d. Otoritas dalam pengawasan, pengaturan dan penegakan hukum harus memiliki
kewenangan, integritas dan sumber daya dalam pemenuhan tugasnya secara
profesional dan objektif. Selanjutnya, keputusan-keputusannya harus tepat waktu,
transparan, dan jelas.

2. Hak-hak Pemegang Saham dan Fungsi-fungsi Penting Kepemilikan Saham


Prinsip OECD ini pada dasarnya menjelaskan bahwa kerangka corporate
governance harus melindungi dan menunjang pelaksanaan hak-hak pemegang
saham. Prinsip ini dibagi atas 7 sub prinsip:
a. Hak-hak dasar pemegang saham harus mencakup hak untuk: memperoleh cara
pendaftaran yang aman atas kepemilikan, menyerahkan atau mengalihkan saham,
memperoleh informasi yang relevan atau material tentang perusahaan secara
teratur dan tepat waktu, berpartisipasi dan memberikan hak suara dalam rapat
umum pemegang saham, memilih dan mengganti anggota pengurus, dan
memperoleh hak atas bagian keuntungan perusahaan.
b. Pemegang saham harus memiliki hak untuk berpartisipasi dalam, dan diberikan
informasi yang cukup atas keputusan-keputusan tentang perubahan-perubahan
penting perusahaan seperti: perubahan anggaran dasar, akte pendirian, otorisasi
saham tambahan, dan transaksi luar biasa.
c. Pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara efektif
dan memberikan hak suara dalam RUPS dan harus diberikan informasi tentang
aturan-aturannya, termasuk tata cara pemungutan suara, yang mengatur
penyelenggaraan RUPS.
d. Struktur dan komposisi permodalan yang memungkinkan pemegang saham
tertentu untuk memperoleh tingkat pengendalian yang tidak proporsional dengan
kepemilikan sahamnya harus diungkapkan.
e. Pengalihan pengendalian perusahaan harus diperbolehkan agar berfungsi secara
efisien dan transparan.
f. Pelaksanaan hak-hak atas kepemilikan oleh seluruh pemegang saham, termasuk
investor kelembagaan, harus difasilitasi.
g. Pemegang saham, termasuk pemegang saham institusi, harus diperbolehkan
untuk saling berkonsultasi tentang masalah-masalah berkenaan dengan hak-hak
dasar pemegang saham.

3. Perlakuan yang sama terhadap Pemegang Saham


Prinsip ke 3 ini menekankan bahwa perlu adanya perlakuan yang sama kepada
seluruh pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang
saham asing. Semua pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk
menuntut atas pelanggaran hak-hak mereka. Prinsip ini dibagi atas 3 sub prinsip.
Pertama, perlakuan yang sama antara pemegang saham dalam kelas saham yang
sama. Kedua, larangan transaksi orang dalam dan perdagangan tutup sendiri yang
merugikan pihak lain. Ketiga, kewajiban dari komisaris, direksi dan manajemen
kunci untuk mengungkapkan kepentingannya kepada dewan komisaris jika baik
langsung maupun tidak langsung atau atas nama pihak ketiga mempunyai
kepentingan yang material dalam suatu transaksi atau suatu hal yang
mempengaruhi perusahaan.

4. Peranan Stakeholders dalam Corporate Governance


Kerangka corporate governance harus mengakui hak stakeholders yang dicakup
oleh perundang-undangan atau perjanjian dan mendukung secara aktif kerjasama
antara perusahaan dan stakeholders dalam menciptakan kesejahteraan, lapangan
pekerjaan, dan pertumbuhan yang bekesinambungan dari kondisi keuangan
perusahaan yang dapat diandalkan. Pertama-tama, hak-hak pemangku kepentingan
yang dicakup dalam perundang-undangan atau perjanjian harus dihormati. Jika
kepentingan stakeholder dilindungi oleh undang-undang, maka stakeholders
seharusnya memiliki kesempatan untuk menuntut secara efektif atas hak-hak yang
dilanggar. Mekanisme peningkatan kinerja bagi partisipasi karyawan harus
diperkenankan untuk berkembang. Jika stakeholders berpartisipasi dalam proses
corporate governance, maka stakeholder harus memiliki akses atas informasi
yang relevan, memadai dan dapat diandalkan secara tepat waktu dan berkala.
Stakeholders termasuk didalamnya individu karyawan dan serikat karyawan,
seharusnya dapat secara bebas mengkomunikasikan kepedulian mereka terhadap
praktik ilegal atau tidak etis kepada dewan, dan tindakan tersebut seharusnya tidak
merpengaruhi hak-hak mereka. Terakhir, kerangka corporate governance harus
dilengkapi dengan kerangka insolvency yang efisien dan efektif serta penegakan
hukum yang efektif atas hak-hak kreditur.

5. Keterbukaan dan Transparansi


Kerangka kerja corporate governance harus memastikan bahwa keterbukaan
informasi yang tepat waktu dan akurat dilakukan atas semua hal yang material
berkaitan dengan perusahaan, termasuk di dalamnya keadaan keuangan, kinerja,
kepemilikan dan tata kelola perusahaan. Keterbukaan yang dimaksud harus
meliputi, namun tidak terbatas pada informasi material atas: keuangan dan hasil
operasi perusahaan, tujuan perusahaan, kepemilikan saham mayoritas dan hak
suara, transaksi dengan pihak terkait, faktor-faktor risiko yang dapat diperkirakan,
hal-hal penting berkaitan dengan karyawan dan para stakeholder lainnya, dan
struktur dan kebijakan tata kelola khususnya berkaitan dengan isi dari pedoman
atau kebijakan tata kelola perusahaan dan penerapannya. Selain itu informasi
harus disajikan dan diungkapkan sesuai dengan standar akuntansi yang berkualitas
tinggi dan keterbukaan keuangan dan non-keuangan. Audit tahunan harus
dilakukan oleh auditor yang independen, kompeten dan memenuhi kualifikasi,
dalam rangka menyediakan jaminan/kepastian eksternal dan objektif kepada
pengurus dan pemegang saham bahwa laporan keuangan perusahaan menyajikan
secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan kinerja
perusahaan. Auditor eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang saham
dan melaksanakan tugasnya terhadap perusahaan dengan menjaga/secara
profesional selama melakukan audit. Sementara itu media penyebaran informasi
harus memberikan akses informasi yang relevan bagi pengguna secara sama, tepat
waktu dan biaya yang efisien. Selanjutnya kerangka corporate governance harus
mengarah dan mendorong terciptanya ketentuan mengenai analisa atau saran dari
analis, pedagang perantara efek, pemeringkat dan pihak lainnya yang relevan
dengan keputusan investor, tidak mengandung benturan kepentingan yang
material yang mungkin mempengaruhi integritas analisa atau saran yang
diberikan.

6. Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi


Kerangka kerja corporate governance harus memastikan pedoman strategis
perusahaan, monitoring yang efektif terhadap manajemen oleh dewan, serta
akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan pemegang saham.
a. Anggota dewan harus bertindak berdasarkan informasi yang jelas, dengan itikad
yang baik, berdasarkan due diligence dan kehati-hatian, serta demi kepentingan
perusahaan dan pemegang saham.
b. Apabila keputusan dewan dapat mempengaruhi suatu kelompok pemegang
saham secara berbeda dengan kelompok pemegang saham lain, maka dewan harus
memperlakukan seluruh pemegang saham secara adil.
c. Dewan harus menerapkan standar etika yang tinggi dan memperhatikan
kepentingan para pemangku kepentingan.
d. Fungsi-fungsi utama harus dimiliki oleh suatu dewan.
e. Dewan harus dapat melaksanakan penilaian yang obyektif dan independen
dalam melakukan pengurusan perusahaan.
f. Dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya, anggota dewan komisaris harus
memiliki akses terhadap infomasi yang akurat, relevan dan tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai