Anda di halaman 1dari 12

REVIEW: METODE UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SECARA IN VITRO PADA

EKSTRAK TANAMAN

Arni Praditasari
Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran
Jl. Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor 45363
desidinahanifa@gmail.com

Abstrak
Ekstrak tanaman yang mengandung metabolit sekunder diperkirakan memiliki aktivitas antioksidan.

Potensi antioksidan ekstrak tanaman harus diuji supaya diketahui aktivitasnya. Ada empat metode

uji aktivitas antioksidan yang sering digunakan secara in vitro, yaitu metode 1,1-difenil-2-

pikrilhidrazil (DPPH), tiosianat, xantin oksidase, dan deoksiribosa. Pencarian artikel ilmiah

menggunakan sumber internet dan didapatkan 29 artikel. Hasil yang didapatkan berupa frekuensi

penggunaan keempat metode tersebut dan senyawa pembanding, nilai IC50 senyawa pembanding

dan karakteristik setiap metode. Metode DPPH merupakan metode yang paling sering digunakan

dan memiliki efektivitas yang paling baik. Vitamin C merupakan senyawa pembanding yang lebih

sering digunakan daripada butil hidroksi toluen (BHT) karena aktivitas antioksidannya yang sangat

tinggi.

Kata kunci: Antioksidan, in vitro, DPPH, xantin oksidase, tiosianat, deoksiribosa

Review: Methods of In Vitro Antioxidant Activity Assay on Plant Extracts

Abstract
Plant extracts that contain secondary metabolites is thought have antioxidant activity. The potency

of antioxidant of plant extracts should be tested to determine the activity. There are four methods

which commonly used for in vitro antioxidant activity assay, i.e. the method of 1,1-diphenyl-2-

picrylhydrazyl (DPPH), thiocyanate, xanthine oxidase, and deoxyribose. The searching of scientific

articles using internet resources and obtained 29 articles. The results was the frequency of the

method usage and the standards, the IC50 value of standards, and the characteristics of each

method. DPPH is the most method which commonly used and has the best effectivity. Vitamin C is a
standard compound which used more often than butyl hydroxy toluene (BHT) due to a very high

antioxidant activity.

Key words: Antioxidants, in vitro, DPPH, xanthine oxidase, thiocyanate, deoxyribose

Pendahuluan eksogen diperlukan, karena membantu

mengembalikan keseimbangan tubuh dan


Kulit adalah organ yang
memperlambat proses oksidasi senyawa
bersentuhan langsung dengan lingkungan.
radikal bebas. Antioksidan memberikan
Kulit berperan untuk melindungi tubuh
satu atau lebih atom hidrogen/elektron
dari pengaruh buruk lingkungan dan
kepada radikal bebas sehingga senyawa
kerusakan lingkungan seperti sinar
radikal bebas dapat lebih stabil5.
ultraviolet matahari dan mikroba1. Namun,
Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah
jika paparan sinar ultraviolet terlalu sering,
kerusakan oksidasi pada kulit sehingga
maka akan terbentuk radikal bebas
penuaan dini dapat teratasi6.
eksogen yang mengakibatkan kulit

mengalami kerutan dan penuaan dini lebih Menurut sumbernya, antioksidan

cepat. Penting untuk merawat kulit dengan terbagi menjadi dua, yaitu antioksidan

penanganan yang tepat2. alami dan sintetik7. Contoh antioksidan

sintetik adalah Butil Hidroksi Toluen


Radikal bebas merupakan senyawa
(BHT) dan Butil Hidroksi Anisol (BHA).
yang sangat reaktif karena memiliki
Namun, penggunaan antioksidan sintetik
elektron bebas yang tidak berpasangan3.
dikhawatirkan dapat bersifat karsinogenik
Radikal bebas yang terlalu banyak dapat
dan toksik dalam dosis yang tinggi8. Hal
memicu stress oksidatif sel, sehingga
ini yang membuat antioksidan alami mulai
terjadi ketidakseimbangan antara radikal
dikembangkan. Penentuan senyawa dalam
bebas dengan antioksidan alami dalam
ekstrak tanaman yang dapat digunakan
tubuh. Hal ini dapat menyebabkan
sebagai antioksidan dilakukan dengan uji
penyakit degeneratif seperti hipertensi,
aktivitas antioksidan.
kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker

dan gejala penuaan4. Asupan antioksidan


Uji aktivitas antioksidan terdiri atas systematic review dengan pendekatan

metode in vivo dan in vitro. Para peneliti meta-agregasi. Artikel ilmiah berkaitan

lebih mengembangkan metode in vitro dengan studi penelitian uji aktivitas

karena metode in vivo membutuhkan antioksidan secara in vitro pada bulan Juni

waktu pengerjaan yang lama. Metode 2016, baik penerbit nasional maupun

antioksidan secara in vitro terbagi menjadi internasional. Penapisan dilakukan dengan

metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DP- kata kunci yaitu: uji antioksidan,

PH), xantin oksidase, tiosianat, dan metode antioksidan, ekstrak tanaman,

deoksiribosa9. Artikel ini memuat ulasan in vitro dalam rentang 10 tahun terakhir

beberapa penelitian untuk membandingkan dengan jumlah keseluruhan 659 artikel dan

frekuensi penggunaan metode dan efikasi, kata kunci uji antioksidan ekstrak

serta menentukan karakteristik metode tanaman dengan pembanding dengan

dilihat dari artikel ilmiah uji aktivitas jumlah keseluruhan 3005 artikel.

antioksidan pada ekstrak tanaman. Pemilihan artikel berdasarkan pada (i)

aktivitas antioksidan ekstrak tanaman, (ii)


Metode
prosedur uji aktivitas antioksidan, dan (iii)
Metode pencarian, identifikasi, dan
kebaruan penelitian tersebut. Sebanyak 29
mengunduh data artikel atau jurnal ilmiah
artikel ilmiah ditinjau lebih lanjut.
menggunakan sumber internet dari

database Google Scholar dengan studi

Hasil
600 542

Frekuensi Penggunaan Metode


500

400

300

200

100 45 61
11
0
DPPH Tiosianat Xanthin oksidase Deoksiribosa
Metode Antioksidan in vitro

Gambar 1. Grafik frekuensi metode in vitro

3000 2610
Frekuensi Penggunaan
Senyawa Pembanding

2500
2000
1500
1000
395
500
0
Vitamin C BHT
Senyawa Pembanding dalam Metode Antioksidan

Gambar 2. Grafik penggunaan senyawa pembanding dalam uji aktivitas antioksidan metode in
vitro

Tabel 1. Nilai IC50 Vitamin C dan BHT10-13 Tabel 2. Tingkat kekuatan antioksidan14
IC50 Intensitas Nilai IC50 (g/mL)
Sampel Keterangan
(g/mL) Antioksidan
(1) 8,66 Sangat kuat <50
(2) 13,7 Kuat 50-100
Vitamin C Sangat aktif
(3) 5,69 Sedang 100-250
(4) 3,48 Lemah 250-500
(1) 10,64 Tidak aktif >500
(2) 16,0
BHT (3) 8,82 Sangat aktif
(4) 6,30

Tabel 3. Karakteristik metode in vitro


Keterangan :
(1) Kemudahan: + (tidak mudah); ++ (cukup mudah); +++ (mudah); ++++ (sangat mudah)
(2) Durasi: + (tidak lama); ++ (agak lama); +++ (lama)
(3) Substrat & Pembanding: + (ada); - (tidak ada)
(4) Kebutuhan Instrumen: + (perlu)
(5) Hasil yang didapatkan: + (umum); ++ (spesifik)

Pembahasan digunakan karena dapat mengukur

senyawa radikal bebas tertentu, seperti


Frekuensi Penggunaan Metode In Vitro
hidroksil, anion superoksida, dan alkoksi.
Berdasarkan grafik pada Gambar 1,
Penggunaan metode in vitro
sebesar 82,24% penelitian menggunakan
biasanya disesuaikan dengan sifat dari
metode DPPH untuk mengevaluasi
ekstrak tanaman yang akan diteliti dan
aktivitas antioksidan ekstrak tanaman.
target radikal bebas yang ingin dicapai, hal
Metode DPPH merupakan metode yang
ini dilihat dari spesifikasi masing-masing
akurat, efisien, cepat dalam menentukan
metode.
profil antioksidan ekstrak tanaman dan

mudah dalam preparasi sampelnya15. Penggunaan Senyawa Pembanding

Metode xantin oksidase (9,26%), Senyawa pembanding dalam

tiosianat (6,83%), dan deoksiribosa metode in vitro dibutuhkan sebagai kontrol

(1,67%) lebih jarang digunakan karena positif aktivitas antioksidan. Senyawa

tahapan metode yang memakan waktu pembanding yang sering digunakan adalah

pengerjaan lebih lama daripada metode vitamin C dan BHT. Keduanya digunakan

DPPH. Namun, ketiga metode ini masih untuk mewakili antioksidan alami dan
sintetik. Vitamin C bekerja sebagai pada Tabel 1 vitamin C mempunyai nilai

antioksidan sekunder yang menghambat lebih kecil dibandingkan dengan BHT. Hal

aktivitas radikal bebas dan mencegah ini menunjukkan bahwa aktivitas vitamin

terjadinya reaksi berantai16 sedangkan C lebih kuat dibandingkan BHT.

BHT bekerja dengan memberikan atom


Metode Antioksidan In Vitro
hidrogen pada radikal bebas sehingga
1. Metode DPPH
radikal bebas menjadi senyawa yang lebih

stabil17. Gambar 2 menunjukkan bahwa DPPH adalah radikal bebas yang

sebesar 86,85% penelitian menggunakan stabil pada suhu kamar yang menerima

vitamin C sebagai pembanding. elektron atau hidrogen, dan membentuk

molekul yang stabil. Adanya serapan


Vitamin C lebih banyak digunakan
warna violet pada panjang gelombang 517
daripada BHT karena vitamin C
nm ditimbulkan oleh delokalisasi elektron.
merupakan antioksidan alami yang lebih
Ketika seluruh DPPH telah berikatan
baik dibandingkan antioksidan sintetik.
dengan senyawa antioksidan dalam ekstrak
Atom hidrogen pada gugus hidroksil
yang dapat memberikan atom hidrogen,
berikatan dengan radikal bebas sehingga
maka larutan akan kehilangan warna ungu
meningkatkan stabilitas radikal bebas18.
dan berubah menjadi warna kuning
Vitamin C memiliki empat gugus hidroksil
terang19.
sedangkan BHT hanya memiliki satu

gugus hidroksil, sehingga aktivitas

antioksidan vitamin C jauh lebih kuat

dibandingkan BHT.

Gambar 3. Mekanisme penghambatan


Berdasarkan kekuatan aktivitas radikal DPPH20

antioksidan pada Tabel 2, vitamin C dan


DPPH berfungsi untuk
BHT tergolong senyawa antioksidan yang
mengevaluasi potensi antioksidan dalam
sangat kuat. Namun, dari hasil nilai IC50
meredam radikal bebas. Penentuan
aktivitas antioksidan menggunakan 1 mL dengan cepat dan akurat tanpa penggunaan

sampel yang ditambahkan 1 mL larutan substrat22.

DPPH (100 ppm). Campuran kemudian


2. Metode Tiosianat
dihomogenkan dan didiamkan selama 30
Metode tiosianat menentukan
menit di tempat yang gelap. Serapan
aktivitas radikal bebas menggunakan
diukur pada panjang gelombang 517 nm
senyawa pembanding sebagai kontrol
dengan spektrofotometer visibel dan
positif. Sebanyak 2 mL sampel dicampur
senyawa pembanding sebagai kontrol
dengan 2,05 mL asam linoleat dan bufer
positif. Presentasi inhibisi serapan DPPH
fosfat pH 7,0 diinkubasi di tempat gelap
dihitung dengan rumus21:
pada suhu 37o C. Jumlah peroksida yang
Abs.standarAbs.sampel
% inhibisi = x 100% terbentuk ditentukan dari serapan warna
Abs.standar

merah pada panjang gelombang 500 nm


Metode DPPH merupakan metode
dengan penambahan FeCl2 dan amonium
yang paling banyak digunakan. Hal ini
tiosianat. Pengukuran dilakukan setiap 24
dikarenakan metode ini hanya
jam hingga dicapai absorbansi
membutuhkan senyawa DPPH sebagai
maksimum23,24.
radikal bebas yang stabil dan larutan

pembanding. Metode ini tidak memerlukan

substrat, karena radikal bebas sudah

tersedia secara langsung. Hal yang diamati

hanya perubahan larutan dari ungu ke Gambar 4. Mekanisme oksidasi Fe2+ oleh
radikal bebas25
kuning terang19. Perubahan warna

menunjukkan bahwa DPPH telah berikatan


Persentase inhibisi dihitung dengan
dengan antioksidan dan DPPH tidak
rumus:
memberikan serapan pada panjang
Abs.sampel
22 % Inhibisi = (1 - Abs.standar ) x 100%
gelombang 517 nm . Metode ini dapat

melihat aktivitas peredaman radikal bebas


Metode tiosianat adalah metode Kemudian ditambahkan 150 L xantin,

dengan prinsip lipid peroksidasi. Metode serapan diukur pada panjang gelombang

ini menggunakan asam linoleat, yaitu asam 505 nm. Persentase inhibisi dihitung

lemak tidak jenuh yang bertindak sebagai dengan rumus28:

radikal bebas25. Metode ini secara spesifik Abs.sampel


% Inhibisi = (1 - ) x 100%
Abs.blanko
dapat mengukur jumlah radikal bebas

berdasarkan peroksidasi lipid, yaitu Metode ini mengamati jumlah asam urat

pembentukan radikal alkoksi26. Namun, yang terbentuk29.

metode ini memerlukan proses pengukuran Metode xantin oksidase adalah


serapan yang lama. Pengukuran serapan metode dengan prinsip metabolisme
harus terus dilakukan hingga dicapai nilai xantin-xantin oksidase, yang menghasilkan
absorbansi maksimum 23,24. radikal anion superoksida. Superoksida

3. Metode Xantin Oksidase dismutase (SOD) mengubah superoksida

menjadi hidrogen peroksida (H2O2)30


Metode xantin oksidase
sehingga metode ini dapat digunakan
menentukan nilai inhibisi sampel terhadap
untuk mengukur aktivitas antioksidan
radikal bebas. Perhitungan aktivitas
dalam meredam radikal anion superoksida.
inhibisi radikal bebas menggunakan
Metode ini tidak memerlukan waktu yang
superoksida dismutase (SOD)27.
lama pada pengukuran, namun metode ini

melewati beberapa tahap inkubasi dalam

pembentukan radikal bebas.

Metode tiosianat dan metode xantin


Gambar 5. Mekanisme hipoxantin
menjadi asam urat oleh oksidase membutuhkan bufer fosfat
xantin oksidase27
sebagai penstabil pH fisiologis selama

Sebanyak 0,5 mL sampel ditambah pembentukan radikal bebas berlangsung.

bufer fosfat pH 7,0 dicampurkan dengan 1 Tanpa bufer fosfat maka pembentukan

mL interxantin dan xantin oksidase.


radikal bebas tidak akan terbentuk dengan inhibisi dihitung dengan menggunakan

baik. Metode ini pun membutuhkan rumus31:

substrat agar produk radikal bebas dapat Abs.standarAbs.sampel


% inhibisi = x 100%
Abs.standar
terbentuk.
Metode ini memerlukan senyawa
4. Metode Deoksiribosa
pembanding sebagai kontrol positif.
Metode deoksiribosa menggunakan
Jumlah MDA diamati sebagai hasil dari
reaksi degradasi deoksiribosa dengan
peredaman radikal bebas oleh
radikal bebas yang dihasilkan dari larutan
antioksidan31,32.
besi (II) sulfat dan hidrogen peroksida.
Reaksi pembentukan radikal bebas
Radikal bebas dicampurkan dengan ekstrak
oleh FeSO4 dan H2O2 menghasilkan
dan 2-deoksiribosa. Reaksi ini membentuk
radikal hidroksil yang diukur dengan
malonaldehida (MDA). Antioksidan dalam
metode deoksiribosa31,32. Metode ini dapat
ekstrak tanaman akan mencegah radikal
mengukur potensi antioksidan yang
hidroksil merusak 2-deoksiribosa, sehingga
menghambat radikal hidroksil32. Metode
produk MDA terhambat. Kemudian larutan
ini memerlukan tahapan yang lebih banyak
diberikan tiobarburat (TBA) yang akan
dibandingkan metode in vitro yang lainnya
berikatan dengan MDA dan menyebabkan
karena produk MDA harus dihentikan
warna merah31,32.
terlebih dahulu oleh TBA sebelum

dilakukan pengukuran nilai serapan pada

panjang gelombang yang ditentukan.

Karakteristik Metode In Vitro


Gambar 4. Reaksi antara TBA dan
MDA32
Berdasarkan kategori kemudahan
Serapan larutan merah ini diukur pada Tabel 1. yang dilihat dari banyaknya
menggunakan spektrofometer visibel pada tahapan yang dibutuhkan dalam sekali
panjang gelombang 532 nm. Presentasi pengerjaan, metode DPPH merupakan
metode yang sangat mudah untuk larutan pembanding seperti vitamin C dan

dikerjakan. Metode tiosianat adalah BHT, sedangkan metode xantin oksidase

metode yang tidak mudah dilakukan tidak membutuhkan pembanding. Metode

karena pengukuran absorbansi yang xantin oksidase hanya menggunakan

dibutuhkan memakan waktu yang lama. larutan blanko.

Berdasarkan durasi yang Seluruh metode memerlukan

dibutuhkan, metode DPPH tetap unggul spektrofotometer UV-Vis untuk mengukur

dibandingkan dengan metode yang nilai absorbansi. Seluruh metode

lainnya. Metode xantin oksidase dan antioksidan ini bereaksi dan menimbulkan

deoksiribosa membutuhkan waktu yang warna yang dapat menyerap cahaya dari

lebih lama dari metode DPPH karena spektrofotometer UV-Vis sehingga dalam

radikal bebas yang digunakan tidak pengukurannya digunakan nilai absorbansi.

dihasilkan secara langsung sedangkan


SIMPULAN
metode tiosianat memerlukan durasi yang
Metode DPPH adalah metode yang
lama disebabkan oleh proses pengukuran
memiliki frekuensi penggunaan paling
yang harus dilakukan 24 jam sekali.
besar dan efektivitas yang lebih baik
Tabel 3 pada poin substrat
dibandingkan metode xantin oksidase,
menunjukkan bahwa, satu metode tidak
tiosianat, dan deoksiribosa. Vitamin C
memerlukan substrat dan tiga metode
lebih banyak digunakan sebagai senyawa
memerlukan substrat. Metode DPPH tidak
pembanding antioksidan daripada BHT
memerlukan substrat karena senyawa
karena aktivitas antioksidannya yang
DPPH merupakan radikal bebas yang
sangat tinggi.
stabil sedangkan metode lainnya
UCAPAN TERIMA KASIH
memerlukan kondisi tertentu dalam

membentuk radikal bebas. Metode DPPH, Saya sampaikan rasa terima kasih

tiosianat dan deoksiribosa membutuhkan kepada orang tua dan dosen pembimbing
Ibu Nyi Mekar Saptarini yang telah purification of antioxidant
component of ethereal fractions of
memberikan dukungan serta bimbingan Aframomum danielli. World Chem.
2006;1:15.
selama proses pembuatan review. 9. Ardiansyah. Antioksidan dan
Peranannya bagi Kesehatan. Artikel
IPTEK; 2007.
10. Nnanga NGA, Deli V, Claire L,
Lazare, Sandrine, Arthur S, et al.
KONFLIK KEPENTINGAN Phytochemistry and in vitro
Antimicrobial, Antioxydant
Activities of Entandrophragma
Penulis tidak memiliki konflik candollei H. Journal of Applied
Pharmaceutical Science. 2016;
kepentingan dengan penelitian, 6(5):73-9
11. Saptarini NM, Wardati Y, dan
kepenulisan atau publikasi artikel ini. Juliawati R. Antioxidant activity of
extract and fraction of yellow passion
DAFTAR PUSTAKA fruit (Passiflora flavicarpa) leaves.
Int J Pharm Pharm Sci. 2013;
1. Darmawan. Metode Penelitian 5(2):194-6
Kuantitatif. Bandung: Remaja 12. Shahriar M, Hossain Md I, Sharmin
Rosdakarya; 2013. FA, Akhter S, Haque Md A, and
2. Yaar M and Gilchrest B. Aging of Bhuiyan MA. In vitro antioxidant
Skin. 7th ed. New York: McGraw- and free radical scavenging activity
Hill; 2008. of withania Somnifera root. Iosr J of
3. Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. Pharm. 2013; 3(2): 38-47
Penentuan aktivitas antioksidan, 13. Engonga L, Ondo JP, Padzys GS,
kadar fenolat total dan likopen pada Barh TA, Kounga T, Bongui JB, et
buah tomat (Solanum lycopersicum al. Ovicidal and larvicidal activities
L). Jurnal Sains dan Teknologi against Anopheles gambiae,
Farmasi. 2008;13(1):1-9. antioxidant and antibacterial
4. Juniarti, Osmeli D, dan Yuhernita. proprieties of Aucoumea klaineana
Kandungan senyawa kimia, uji pierre, Canarium schweinfurthii engl
toksisitas (BSLT) dan antioksidan and Dacryodes edulis (g. Don) H. J.
(1,1-diphenyl-2-pikrilhydrazyl) dari Lam essential oils from gabon. Int J.
ekstrak daun saga. Makara Sains. of Pharm. Research. 2016;6 (1): 68-
2009;13: 50-4. 75
5. Kuncahyo I dan Sunardi. Uji 14. Jun M, Fu HY, Hong J, Wang X,
aktivitas antioksidan ekstrak Yang CS, Ho CT. Comparison of
belimbing wuluh (Averrhoa blimbi, antioxidant activities of isoflavones
L) terhadap 1,1-diphenyl-2- from kudzu root (Pueraria lobate
picrylhidrazil (DPPH). Prosiding ohwi). J of Food Science. 2006;
Seminar Nasional Teknologi ISSN
2117-22.
1978-9997. 2007; Yogyakarta.
6. Masaki H. Role of Antioxidants in 15. Badarinath AV, Mallikarjuna K,
The Skin: Anti-Aging Effects. Chetty CMS, Ramkanth S, Rajan
Journal of Dermatological Science. TVS, Gnanaprakash K. A Review on
2010; 58:85-90 In-vitro Antioxidant Methods:
7. Cahyadi W. Bahan Tambahan Comparisions, Correlations and
Pangan.Jakarta: Bumi Aksara; 2006. Considerations. Int.J. PharmTech
8. Fosoyiro SB, Adegoke, Idowu OO. Res. 2010;2(2): 1276-85
Characterization and partial 16. Afriani S, Idiawati N, Destiarti L,
Arianie L. Uji Aktivitas Antioksidan
Daging Buah Asam Paya (Eleiodoxa seeds of Benincasa hispida. J Nat
conferta Burret) Dengan Metode Plant Resour. 2014;4(4):31-4.
DPPH dan Tiosianat. JKK. 2014; 25. Hanani E, Munim A, Sekarini R,
3(1):49-56. dan Wiryowidagdo S. Uji Aktivitas
17. Riyanti F, Loekitowati H, dan Antioksidan Beberapa Spons Laut
Muharrani R. Pengaruh Pemanasan dari Kepulauan Seribu. Jurnal Bahan
dan Penambahan Antioksidan BHT Alam Indonesia. 2006; 6:1-3.
Pada Minyak Biji Ketapang 26. Behera BC, Verna N, Sonone A.,
(Terminalia catappa Linn.) dan Makhija U. Determination of
Kinetika Reaksi Oksidasi. 2011 Antioxidative Potential of Usnea
[diakses tanggal 11 Juni 2016]. ghattensis L. In Vitro. LWT-Food
Tersedia online di Sci Tech. 2006; 36: 80-5
http://eprints.unsri.ac.id/34/2/makala 27. Anandagiri DAWM, Manuaba IBP,
h_bogor11.pdf dan Suastuti DA. Pemanfaatan teh
18. Muharni M, Elfita E, dan Amanda A. kombucha sebagai obat hiperurisemia
Aktivitas antioksidan senyawa (+) melalui penghambatan aktifitas
morelloflavon dari kulit batang xantin oksidase pada Rattus
tumbuhan gamboge (Garcinia norvegicus. Jurnal Kimia. 2014; 8
xanthochymus). Prosiding Semirata (2): 220-5
FMIPA Universitas Lampung; 2013. 28. Zulfa E, Nurkhasanah, Nurani LH.
19. Nur Md A, Bristi NJ, and Aktivitas antioksidan sediaan
Rafiquzzaman Md. Review on in nanopartikel kitosan ekstrak etanol
vivo and in vitro methods evaluation rosela (Hibiscus sabdariffa L.) pada
of antioxidant activity. Saudi tikus hiperkolesterol terhadap
Pharmaceutical Journal. 2013; aktivitas enzim SOD. Kartika Jurnal
21:143152 Ilmiah Farmasi. 2014; 2 (1): 7-14
20. Sharma RJ, Chaphalkar SR, and 29. Muharni S, Husein HB, dan
Adsool AD. Evaluating antioxidant Dachariyanus. Aktivitas Antiosidan
potential, cytotoxicity and intestinal Senyawa Fenol dari Manggis Hutan
absorption of flavonoids extracted (Garcinia bancana Miq.). Jurnal
from medicinal plants. Inter J Penelitian Sains. 2009; 12(3)
Biotech Appl. 2010; 2(1):15. 30. Young J, Dong S, Jiang Q, Kuang T,
21. Sugiat D, Hanani E, dan Munim A. Huang W, Yang J.Changes in
Aktivitas Antioksidan dan Penetapan Expression of Manganese Superoxide
Kadar Fenol Total Ekstrak Metanol Dismutase, Copper and Zinc
Dedak Beberapa Varietas Padi Superoxide Dismutase and Catalase
(Oryza sativa L.). Majalah Ilmu in Brachionus calyciflorus during the
Kefarmasian. 2010; 8: 24-33. Aging Process. Plos one Journal.
22. Kalauw SLN, Ilang Y, Kartika R., 2013; 8
Rachman F, Simanjuntak P. Uji 31. Atun, S. Uji Aktivitas Beberapa
BSLT dan anti oksidan ekstrak n- Senyawa Oligoresveratrol Hasil
butanol dan air pada ranting tanaman Isolasi Dari Kulit Batang Tumbuhan
sirih hutan (Piper aduncum. L.). Hopea odorata Sebagai Pencegah
Prosiding Seminar Kimia; 2014. Degradasi 2-Deoksiribosa. Jurnal
23. Saripah RSA, Sunalti M, Norizan A, Penelitian Saintek. 2010; 13(1)
et al. Phenolic content and 32. Atun, S. Hubungan Struktur dan
antioxidant activity of fruits of Ficus Aktivitas Antioksidan Beberapa
deltoidea var angustifolia sp. MJAS. Senyawa Resveratrol dan
2009;13(2):146-150. Turunannya. Yogyakarta: UNY;
24. Sharma S. In vitro evaluation of 2010.
antioxidant activity of methanolic
and petroleum ether extracts from

Anda mungkin juga menyukai