ARTS5 Ali Djamhuri AKUNTANSI PERSPEKTIF KRITIS PDF
ARTS5 Ali Djamhuri AKUNTANSI PERSPEKTIF KRITIS PDF
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Ali Djamhuri2
1
Disampikan pada acara ARTS (Accounting Research Training Series) V dan TEMAN (Pertemuan
Masyarakat Akuntansi Multiparadigma Indonesia) I pada tanggal 22-23 Januari 2014 yang
diselenggarakan oleh Program Paska Sarjana Akuntansi (PDIA dan Magister Akuntansi) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
2
Drs. Ali Djamhuri, MCom, Ph.D., CPA, AK adalah dosen tetap di Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Saat ini yang bersangkutan adalah Ketua Program
Studi pada Program Magister Akuntansi di Fakultas yang sama
Halaman 1
File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Mengapa Kritis
Mengacu kepada pernyataan Cooper dan Hopper (2006) tersebut setidaknya kita
bisa makin mengenali karakteristik yang khas dari kondisi kita sekarang ini, yaitu
makin langkanya keterlibatan negara dalam perekonomian yang berdampak pada
kesenjangan sosial yang makin melebar, makin intensifnya penerapan berbagai
teknik akuntansi manajemen yang bersifat kapitalistik di berbagai ranah sosial yang
sebelumnya sama sekali tidak tersentuh dan bahkan dianggap kebal dari pengaruh
akuntansi manajemen tersebut (lihat misalnya penerapan akuntansi manajemen di
rumah sakit, di universitas, dan di lembaga-lembaga pemerintahan serta keagamaan
melalui gerakan New Public Management). Selain itu, dan ini yang juga penting, kita
cenderung makin menyepelekan peran potensial akuntansi sebagai suatu alat yang
efektif untuk melakukan perubahan sosial yang lebih berkeadilan.
Dengan menyitir kepada beberapa penulis lain, Adler, Forbes dan Willmott
(2007), misalnya, memasukkan faktor-faktor lain seperti terpecahnya gerakan kiri
(komunisme) di tahun 1970an (Hassard, Hogan, & Rowlinson, 2001) beserta
munculnya gerakan sosial baru (Alvarez, Dagino & Escobar, 1998), makin
Halaman 2
File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
bersatunya Eropa, munculnya India dan Cina sebagai kekuatan ekonomi baru
(Ibarra-Colado, 2006; Dussel & Ibarra-Colado, 2006), dan bahkan pengeboman
gedung the World Trade Center atau yang terkenal dengan peristiwa 11 September
2001 telah ikut menjadi pemicu perkembangan perspektif kritis ini. Oleh sebab itu
kehadiran perspektif kritis di bidang akuntansi ini, jika dikaitkan dengan perubahan-
perubahan di ranah global tersebut, sejatinya justeru semakin penting, terutama bagi
para akademisi akuntansi yang masih memiliki kepedulian dan berkeyakinan bahwa
apapun yang kita punya, termasuk ilmu pengetahuan, sebenarnya merupakan
sumberdaya yang bisa kita manfaatkan untuk memperjuangkan sesuatu, dalam hal
ini memperjuangkan nasib mereka yang kurang beruntung dan tertindas
(almustadhafien) oleh para pemilik modal melalui pembangunan yang sangat bias
kepada kepentingan mereka.
Jika kita mencoba memberi pengertian tentang akuntansi, maka yang paling
sering kita acu boleh jadi adalah definisi akuntansi yang sangat bersifat teknis dan
berorientasi pada pengambilan keputusan (decision making oriented) seperti yang
salah satunya dikemukakan oleh Gray (1996) dan dikutip oleh Broadbent (2002)
berikut ini:
[A]ccounting is an activity which conventionally involves identifying, collecting,
describing, recording, processing and communicating information in financial
terms about the economic events of an entity, to groups and individuals who have
a need or right to the information
Suatu hal yang sudah terlanjur menjadi salah kaprah bagi kita adalah bahwa cara
pandang terhadap rangkaian aktifitas yang membentuk akuntansi tersebut seperti
kegiatan mengidentiifikasi, mengumpulkan, menjelaskan, mencatat, mengolah dan
juga mengomunikasikan informasi sebagai rangkaian aktifitas yang bebas nilai
(value free) alias obyektif. Dalam realitasnya, rangkaian aktifitas tersebut tidak
terlepas dari nilai alias value laden sehingga bersifat subyektif. Hal inilah yang
menjadi pijakan utama para pendukung paradigm akuntansi kritis, yaitu bahwa
dalam tubuh akuntansi irtu sendiri telah tersisipi banyak kepentingan terutama
kepentingan pihak-pihak tertentu yang sedang berkuasa. Akibatnya, semakin intensif
akuntansi kontemporer model seperti ini dipraktekkan, akan semakin kokohlah posisi
pihak-pihak yang diuntungkan oleh keberadaan akuntansi dan semakin terpuruk
Halaman 3
File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
nasib mereka yang tertindas oleh keberadaannya. Pada ranah filosofis, hal ini berarti
bahwa akuntansi kritis memiliki pandangan ontologis yang memusat pada keyakinan
bahwa masyarakat yang menjadi sumber realitas akuntansi senantiasa dalam
kondisi konflik atau bertentangan satu dengan lainnya.
Dengan alasan-alasan tersebut tersebut akuntansi kritis sebagaimana
dikemukakan baik oleh Broadbent (2002), Cooper dan Hopper (2006), maupun
Adler, et al (2007) selalu berhubungan dan bahkan dalam analisanya selalu
berangkat dari praktek akuntansi yang ada. Kenyataan ini akan secara langsung
berimplikasi pada riset akuntansi yang mengambil perspektif kritis ini. Praktek
akuntansi kontemporer atau yang ada sekarang, melalui peralatan analisis yang
berupa berbagai teori sosial, akan ditempatkan sebagai lahan atau ranah darimana
permasalahan atau pertanyaan dasar penelitian akan diajukan. Melalui pemaduan
akuntansi dengan berbagai disiplin ilmu sosial tersebut, akuntansi kritis mencoba
menempatkan akuntansi dalam peran kemasyarakatannya sebagai instrumen yang
berotensi dalam menegakkan keadilan sosial. Melalui penggunaan berbagai teori
dalam ilmu-ilmu pengatahuan sosial tersebut, juga sekaligus menegaskan bahwa
sifat akuntansi kritis adalah lintas disiplin (inter-disciplinary).
Karakteristik lain yang menandai akuntansi kritis adalah orientasinya yang
lazim dikenal dengan istilah emancipatory, yaitu keinginan untuk mengangkat harkat
hidup kelompok masyarakat yang tertindas oleh praktek implementasi berbagai
konsep atau teori akuntansi yang ada saat ini yang terbukti melembagakan
ketidakadilan sosial. Akibat langsungnya, akuntansi kritis sekaligus juga bersifat anti-
positive yang dianggap menutupi dan melembagakan dan melanggengkan ketidak
adilan. Dengan pernyataan ini, maka misi emansipatoris akuntansi kritis sering
dimulai dengan mencoba membuka selubung yang terlanjur menjadi mitos dalam
akuntansi kontemporer sekaligus menginfuskan semangat relativism dalam
memandang berbagai konsep dan teori akuntansi yang ada, dan kemudian mencoba
mengganti konsep-konsep yang dipandang ikut menyemaikan ketidak adilan
tersebut dengan konsep-konsep baru yang lebih baik. Dengan konsep baru yang
lebih baik tersebut maka diharapkan akan dihasilkan praktik akuntansi yang lebih
berkeadilan. Dampak yang ditimbulkan oleh strategi yanag dipakai oleh akuntansi
kritis, yaitu upaya relatifisasi berbagai konsep akuntansi yang sekarang ini berlaku,
mewujud pada bertemunya akuntansi kritis ini dengan akuntansi yang berparadigma
postmodern. Seperti diketahui, salah satu tema utama dalam paradigma
Halaman 4
File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Dengan mengacu kepada definisi yang diajukan oleh Laughlin (1999) tersebut,
akuntansi kritis pada hakikatnya merupakan suatu cara pemahaman atas peran
proses dan praktik akuntansi termasuk juga profesi akuntansinya sekaligus dalam
menopang berjalannya organisasi-organisasi yang ada di masyarakat dengan suatu
tujuan untuk menggunakan pemahaman tersebut sebagai dasar untuk melakukan
perubahan atas proses, praktik dan juga profesi akuntansi yang ada. Pengertian
atau definisi akuntansi kritis ini menjadi penting, terutama bagi mereka yang akan
atau sedang melakukan penelitian akuntansi dengan perspektif kritis. Dengan
Halaman 5
File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Halaman 6
File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Halaman 7
File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Halaman 8
File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Istilah alienasi sendiri telah menjadi tema besar dari banyak pemikir kritis,
darimulai Marx sampai Weber. Beda pendapat kedua tokoh pemikiran kritis tersebut
atas alienasi terletak hanya pada pandangan dimana Marx langsung menempatkan
alienasi sebagai sesuatu yang melekat pada hanya pada kapitalisme, sementara
Weber meyakini bahwa alienasi terjadi tidak terbatas pada masyarakat yang
didominasi oleh system kapitalisme, namun juga secara historis terjadi pada era
Halaman 9
File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
feodalisme, kapitalisme dan juga yang didominasi oleh birokrasi (Burrell & Morgan,
1979). Untuk memberikan sedikit gambaran tentang apa yang dimaksud dengan
alienasi barangkali disini perlu diberikan makna yang dimaksud dengan istilah
tersebut. Secara sederhana Wikipedia mencoba memberikan pengertian alienasi
dengan menggambarkannya sebagai suatu kondisi keterpisahan sesuatu dengan
sesuatu yang lain yang semestinya menyatu (http://en.wikipedia.org/wiki/Alienation,
diunduh tanggal 17 Januari 2014). Oleh karena itu alienasi bisa terjadi dalam
berbagai modus seperti alienasi sosial, alienasi kepengasuhan (parenthal
alienation), alienasi dariTuhan dan sebagainya. Termasuk dalam pengertian alienasi
adalah kondisi yang dikenal dengan desakralisasi yang dimulai dengan proses
objektifikasi kemudian terus berlangsung sampai akhirnya bermuara pada proses
komodifikasi. Pada kondisi terakhir ini seseorang sebenarnya telah terpisah dari
kediriannya yang sejati, yakni kedirian yang didasarkan pada kesadaran
(consciousness). Pada titik inilah masalah alienasi bersinggungan dengan tema lain
dalam perspektif kritis, yaitu masalah kesadaran.
Akhirnya perlu juga dijelaskan disini, bahwa jika pada awalnya teori-teori yang
dipakai sebagai alat analisis dalam kajian-kajian akuntansi kriitis sebatas teori-teori
sosiologi kiri (untuk mengelompokkan pada berbagai teori soiologi dan filsafat
yang awalnya dikembangakan oleh Marx, Engel, Hegel, Marcuse, dsb), pada
perkembangannya sekarang ini, kajian-kajian akuntansi kritis tidak lagi terbatas pada
teori-teori tersebut. Dengan memadukan spirit kritis dan posmoderen sekaligus,
kajian kritis juga memanfaatkan sumber-sumber gagasan filosofis lainnya yang
bahkan berasal dari pemikiran local maupun religious. Semoga tulisan ini
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Adler, P. S., Forbes, L. C., & Willmott, H. (2007). Critical Management Studies:
Premises, Practices, Problems, and Prospects. The Academy of Management
Annals, 1(1), 119 - 179.
Broadbent, J. (2002). Critical Accounting Research: A View from England. Critical
Perspectives on Accounting, Vol. 13, 433449.
Halaman 10
File ini diunduh dari:
www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id
Halaman 11