Anda di halaman 1dari 25

inkontinensia urin tipe urgensi.

Sasaran Pembelajaran
1. Menjelaskan perubahan anatomi dan fisiologi pada manula
2. Menjelaskan gangguan gangguan akibat perubahan anatomi dan fisiologi pada manula
3. Menjelaskan jenis- jenis Inkontinensia Urin pada manula
4. Menjelaskan faktor resiko terjasinya Inkontinensia Urin pada manula
5. Menjelaskan patofisiologi IU pada manula
6. Menjelaskan cara mendiagnosis dan tatalaksana pada IU
7. Menjelaskan tatalaksana dan rehabilitasi pada IU

Skenario Kasus
Ny. Siti, usia 65 tahun, datang k poliklinik RSMP dengan keluhan sering sulit menahan BAK yang
ditandai dengan keluarnya urin sebelum ia sampai di kamar mandi sejak 1 minggu yang lalu. Sejak 3 bulan
yang lalu, Ny. Siti sering terbangun malam hari ke kamar mandi untuk BAK. Ny. Siti adalah ibu rumah tangga
dengan aktivitas fisik rendah. Akibat gejala ini, Ny. Siti justru menghindari aktiitas diluar rumah misalnya
pengajian dan pergi ke pasar.
Riwayat penyakit dahulu : Ny. Siti menderita DM dan hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, kontrol tidak
teratur, minum obat Metformin 3x1 dan HCT 1x1
Riwayat kehamilan : Ny. Siti sudah melahirkan 6 kali spontan cukup bulan
Riwayat menopause : Sejak umur 45 tahun
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : compos mentis
Vital sign : TD: 160/100 mmHg; RR: 18x/menit, Temp: 36,70C, HR : 70x/menit reguler
Pemeriksaan Khusus :
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks : simetris, retraksi tidak ada, jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : dalam bata normal
Pemeriksaan Laboratorium :Hb: 11 gr%, Leukosit: 9500/ml3. Diff Count: 1/1/14/58/20/4, Urin rutin: leukosit
1-2, eritrosit 2-5, Kimia darah : GDS 210 210 mg/dl, ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0 mg/dl, asam
urat 4 mg/dl

Identifikasi Masalah

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 1


inkontinensia urin tipe urgensi.
1. Ny. Siti, usia 65 tahun, datang ke Poliklinik RSMP dengan keluhan sering sulit menahan BAK yang
ditandai dengan keluarnya urin sebelum ia sampai dikamar mandi sejak 1 minggu yang lalu.
2. Sejak 3 bulan yang lalu, Ny. Siti sering terbangun malam hari ke kamar mandi untuk BAK.
3. Ny. Siti adalah ibu rumah tangga dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah. Akibat gejala ini, Ny. Siti
justru menghindari aktivitas diluar rumah misalnya pengajian dan pergi ke pasar.
4. Riwayat penyakit dahulu: Ny. Siti menderita DM dan hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, kontrol tidak
teratur, minum obat metformin 3x1 dan HCT 1x1.
5. Riwayat kehamilan: Ny. Siti sudah melahirkan 6 kali spontan cukup bulan.
Riwayat menopause: sejak umur 45 tahun.
6. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: kompos mentis
Vital sign: TD: 160/100 mmHg; RR: 18x/menit, Temp: 36,7 oC, HR: 70x/menit reguler
Pemeriksaan khusus:
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks: simetris, retraksi tidak ada, jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas: dalam batas normal
7. Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 11gr%, Leukosit: 9500/m3, Diff Count: 1/1/14/58/20/4, Urin rutin:
leukosit 1-2, eritrosit 2-5, Kimia darah: GDS 210 mg/dl, ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0 mg/dl, asam urat
4 mg/dl

Prioritas Masalah
No 1, karena keadaan tersebut akan mengganggu aktivitasnya dan akan berdampak pada psikososialnya seperti
rasa malu dan minder yang dan bahkan bisa berdampak depresi, sehingga perlu segera ditatalaksana.

Analisis Masalah
1. Ny. Siti, usia 65 tahun, datang ke Poliklinik RSMP dengan keluhan sering sulit menahan BAK yang
ditandai dengan keluarnya urin sebelum ia sampai dikamar mandi sejak 1 minggu yang lalu.
a. Apa hubungan usia dan jenis kelamin dengan kasus?
Jawab:

Jenis kelamin :

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 2


inkontinensia urin tipe urgensi.
Perempuan lebih sering mengalami inkontinensia urin daripada laki-laki dengan perbandingan
1,5:1. Hal ini disebabkan karena perempuan mengalami proses kehamilan, persalinan,
menopouse, serta struktur kandung kemih yang berbeda dengan laki-laki.
Usia
Dari penelitian pada populasi lanjut usia dimasyarakat, didapatkan 7% dari pria dan 12% pada
wanita diatas usia 70 tahun mengalami keluhan sulit menahan BAK atau pengeluaran urine
tanpa disadari. Usia lanjut sering kali memiliki kondisi medic yang dapat mengganggu proses
berkemih yang secara langsung mempengaruhi fungsi saluran berkemih, perubahan status
volume dan ekskresi urie atau gangguan kemampuan untuk ke jamban. Semakin tua usia terjadi
perubahan pada struktur kandung kemih dan otot-otot dasar panggul sehingga pada lanjut usia
memiliki risiko untuk tejadi inkontinensia urine.

b. Organ apa yang terlibat pada kasus ini? (anatomi)


Jawab:
Sistem tractus urinarius bagian bawah :
Vesica Urinaria
Sfingter uretra interna dan eksterna
otot-otot dasar panggul
musculus detrusor.

1. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)


Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin.
berbentuk seperti buah pir (kendi).
letaknya dibelakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.

Dinding kandung kemih terdiri dari:


1. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
2. Tunika muskularis (lapisan berotot).
3. Tunika submukosa.
4. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)

2. Uretra
saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 3


inkontinensia urin tipe urgensi.
Fungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Dinding uretra terdiri dari beberapa lapisan.
Lapisan paling luar adalah otot lurik spinkter urogenital yang juga dikenal dengan
sebutan otot lurik sirkuler, atau muskulus sfingter uretra eksterna atau rhabdosphincter.
Otot lurik ini melingkari selapis tipis otot polos sirkuler yang juga melingkari otot-otot
polos longitudinal. Diantara otot polos dan mukosa terdapat submukosa yang sangat kaya
suplai vaskuler. Musculus rhabdosphincter ini juga merupakan sebagian dari otot-otot
dasar panggul.

Pada laki-laki
1. panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
2. Urethra pars Prostatica
3. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
4. Urethra pars spongiosa.

Pada wanita
panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini
hanya sebagai saluran ekskresi(Purnomo, Basuki, 2012).

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:


1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan
elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3. Lapisan mukosa.
Neuroanatomi Traktur Urinarius Bagian Bawah
Persyarafan traktus urinarius bagian bawah berasal dari tiga sumber :
1. Sistim syaraf parasimpatis (S2-S4) n pelvikus
2. Sistim syaraf simpatis (T11-L2) n. hipogastrikus dan rantai simpatis
3. Sistim syaraf somatis atau volunter (S2-S4) n. pudendus

c. Bagaimana perubahan anatomi dan fisiologi pada geriatri yang berhubungan dengan kasus
(traktus urinarius)?

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 4


inkontinensia urin tipe urgensi.
J
a Kandung kemih fungsi kontraktil tidak Perubahan morfologis

w efektif lagi & mudah terbentuk trabekulasi Trabekulasi

a sampai divertikel akibat dari peningkatan Fibrosis

b
fibrosis & kandungan kolagen Saraf autonom
Pembentukan divertikula
:
Perubahan fisiologis
Kapasitas
Kemampuan menahan kencing
Kontraksi involunter
Volume residu pasca berkemih
Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna
Berkurangnya konsentrasi faktor antiadheren
protein Tamm-Horsfall.
Uretra: Perubahan morfologis
tekanan penutupan uretra & tekanan Komponen seluler
outflow akibat dari atrofi mukosa, Deposit kolagen pada uretra sehingga terjadi
perubahan vaskularisasi submukosa & atrofi mukosa yang menyebabkan penipisan otot
menipisnya lapisan otot uretra uretra
Perubahan fisiologis
Tekanan penutupan
Tekanan akhiran keluar
Prostat Hiperplasia dan membesar
Vagina Komponen seluler
Mukosa atrofi
Dasar panggul berperan penting dalam Deposit kolagen
dinamika miksi & mempertahankan kondisi Rasio jaringan ikat-otot
kontinen Otot melemah

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 5


inkontinensia urin tipe urgensi.

d. Bagaimana fisiologi berkemih?


Jawab:
Kontrol Refleks Kontrol volunter

Kandung kemih terisi Kotreks serebri

+
+
Reseptor regang

+ Neuron motoric ke

Saraf parasimpatis sfingter eksternus

+ -

Kandung kemih Sfingter uretra eksternus


membuka ketika neuron
motoric dihambat
Kontraksi dinding kemih

Sfingter uretra internus Sfingter uretra eksternus


secara mekanis terbuka tertutup ketika neuron
ketika kandung kemih motoric terangsang
berkontraksi

Berkemih Tidak kemih

Miksi atau berkemih, proses pengosongan kandung kemih diatur oleh dua mekanisme; refleks
berkemih dan kontrol volunter. Refleks brkemih terpicu ketika reseptro regang didalam dinding
kandung kemih terngsang. Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung ghingga 250
sampai 400 ml urine sebelum tegangan didindingnya mulai cukup meningkat untuk mengaktifkan
reseptor regang. Semakin besar tegangan melebihi ukuran ini, semakin besar tingkat pengaktifan
reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke medula spinalis dan akhirnya,
melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis untuk kandung kemih dan menghambat neuron

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 6


inkontinensia urin tipe urgensi.
motorik kespingter eksternus. Stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini
berkontraksi. Tidak ada mekanisme khusus yang dibutuhkan untuk membuka spingter internus ;
perubahan bentuk kandung kemih selama kontraksi akan secara mekanis manarik terbuka sfingter
internus. Secara bersamaan , sfingter eksternus melemas karea neuron-neuron motoriknya
dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan urine terdorong melalui uretra oleh gaya yang
ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih.

a. Apa saja kemungkinan penyebab sulit menahan BAK pada kasus ?


Jawab :
Penyebab inkontinensia urine secara umum:
Kelainan urologik ; misalnya radang, batu, tumor, divertikel
Kelainan neurologik ; misalnya stroke, trauma pada medulla spinalis, demensia, dan lain-
lain
Lain-lainnya ; misalnya hambatan morbiditas, situasi tempat berkemih yang tidak memadai
atau jauh dan sebagainya

Faktor risiko terjadinya inkontinensia urine adalah kehamilan, umur lanjut, menopause, bedah
pelvis dan kondisi kesehatan pasien itu sendiri seperti gangguan neurologis dan penggunaan obat-
obatan. Melahirkan pervaginam akan meningkatkan risiko inkontinensia tipe stress dan tipe
campuran.
Jadi pada kasus, kemungkinan penyebab Ny. Sari sulit menahan BAK yakni dari fakor usia lanjut
,jenis kelamin seorang wanita , menopause, riwayat kehamilan dan riwayat penggunaan obat-
obatan seperti HCT dan Captopril kelemahan pada otot dasar panggul kelemahan M.sfingter
uretra eksterna Inkontinensia urine

b. Bagaimana mekanisme terjadinya sulit menahan BAK ?


Jawab :

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 7


inkontinensia urin tipe urgensi.

FR: Usia lanjut

FR : DM

Perubahan Perubahan F. Risiko:


Perubahan
osmolarita Vu uretra Aktivitas
otot dasar
s fisik rendah
konstrak deposit panggul :
Riwayat
FR: si kolagen
kehamilan deposit dan
minum diuresis Atrofi dan
involunter
mukosa persalinan kolagen
obat osmotik
araf Menipisny Riwayat jaringan
HCT autonomy a lapisan menopause
ikat otot
fibrosis otot
poliuri O
&
t
kolagen
o
tekanan
ativitas Kelemahan Kelamah t
intravesica f
m.detrusor muskulus an otot
i
kan VU sfingter uretra dasar m
b
Dorongan eksterna panggul e
r
urine l
o
Kontrksi VU trkndli e
keluar k
(Overactiv VU)
s P intraVU m
a
i
kap VU p a
s Dorongan h
urin klr
V
&
U Sulit menahan
BAK
k
o
c. Apa makna sulit menahan BAK pada kasus ?
l
Jawab :
a
Sulit menahan BAK menunjukkan Ny. Sari mengalami inkontinensia urine.
g
e
n
BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 8
inkontinensia urin tipe urgensi.
Inkontinensia urine merupakan pengeluaran urine tanpa disadari atau sulit menahan BAK, dalam
jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan atau sosial.

Tipe-tipe inkontinensia urine :


Inkontinensia urine tipe urgensi ditandai dengan ketidakmampuan menunda
berkemih setelah sensasi berkemih muncul.manifestasinya berupa urgensi,
pengeluaran urine dalam jumlah banyak, tidak dapat menahan miksi/BAK dan
nokturia
Inkontinensia urine tipe stress; Terjadi akibat tekanan intraabdomen yang meningkat seperti
batuk, bersin, mengejan, terutama terjadi pada perempuan lansia yang mengalami
hipermobilitas uretra dan lemahnya otot dasar panggul akibat sering melahirkan, operasi,
penurunan estrogen (menopause)
Inkontinensia urine tipe fungsional ; Terjadi akibat penurunan berat fungsi fisik dan kognitif
sehingga pasien tidak dapat mencapai toilet pada saat yang tepat. Biasanya terjadi pada
demensia berat, gangguan mobilitas (atritis genu, kontraktur), gangguan neurologic dan
psikologik (seperti marah, depresi), belum siap untuk berkemih,
Inkontinensia urine tipe overflow ;inkontinensia ini jarang ditemukan. Dapat idiopatik atau
akibat gangguan persyarafan sacrum (neurogenic bladder). Bila mengakibatkan
Inkontinensia, ditamdai dengan sering berkemih, malam hari lebih sering, dan jumlah urine
sedikit-sedikit/kecil, sisa urine residu setelah berkemih (sekitar 450 cc) membedakannya
dari inkontinensia tipe urgensi dan stress.

Jadi pada kasus, makna sejak 1 minggu sulit menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya urine
sebelum sampai dikamar mandi menunjukkan Ny Sari telah mengalami inkontinensia urine tipe
urgensi. Dilihat dari waktunya 1 minggu mengindkasikan bahwa penyakit yang dialami masih
bersifat akut.

d. Bagaimana proses terjadinya perburukan gejalan tersebut ?


Jawab :
Proses perburukan dapat terjadi akibat gejala tersebut tidak diobati ditambah keadaan fungsional
pada geriatri yang semakin menurun dan memburuk sehingga kekuatan penutupan sfingter uretra
eksterna menurun yang menyebabkan pasien sering tidak dapat menahan BAK sejak 1 miggu yang
lalu (perjalanan timbulnya gejala bersifat progresif)

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 9


inkontinensia urin tipe urgensi.

2. Sejak 3 bulan yang lalu, Ny. Siti sering terbangun malam hari ke kamar mandi untuk BAK.
a. Apa makna sering terbangun di malam hari ke kamar mandi untuk BAK sejak 3 bulan yang
lalu?
Jawab:
Maknanya Ny Sari sejak 3 bulan yang lalu sudah mengalami gejala overaktive bladder pada
inkontinensia urin yaitu nokturia.
Overaktive bladder adalah salah satu sebab dari inkontinensia urine. Overactive bladder merupakan
suatu jenis urgen incontinence (keluarnya urine secara tidak sadar terjadi ketika tekanan kandung
kemih melebihi tekanan uretra selama fase pengisian) yang dihubungkan dengan keinginan kuat
untuk buang air kecil dan berhubungan dengan overaktif otot detrusor.
Gejala yang terjadi pada overactive bladder antara lain:
1. Frekuensi: berkemih sangat sering , dengan jumlah lebih dari 8 kali dalam 24 jam.
2. Nokturia: malam hari sering bangun lebih dari satu kali untuk berkemih.
Urgensi: keinginan yang kuat dan tiba-tiba untuk berkemih walaupun penderita belum lama sudah
berkemih dan kandung kemih belum terisi penuh seperti keadaan normal.

b. Bagaimana patofisiologi dari sering terbangun di malam hari ke kamar mandi untuk BAK?
Jawab:

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 10


inkontinensia urin tipe urgensi.

FR: Usia lanjut

FR : DM
Perubahan Perubahan F. Risiko:
Perubahan
osmolarita Vu uretra Aktivitas
otot dasar
s fisik rendah
konstrak deposit
Riwayat panggul :
FR: si kolagen
kehamilan deposit dan
minum diuresis Atrofi dan
involunter
mukosa persalinan kolagen
obat osmotik
araf Menipisny Riwayat jaringan
HCT autonomy a lapisan menopause
ikat otot
fibrosis otot
poliuri O
&
t
kolagen
o
tekanan
ativitas Kelemahan Kelamah t
intravesica f
m.detrusor muskulus an otot
i
kan VU sfingter uretra dasar m
b
Dorongan eksterna panggul e
r
urine l
Kontrksi VU o e
keluar k
trkndli s P intraVU m
a
i
Noktur (Overactiv VU) a
p
s
kap VU Dorongan h
urin klr
V
&
U Sulit menahan
BAK
k
o
c. Bagaimana hubungan keluhan sejak 3 bulan yang lalu dengan keluhan 1 minggu yang lalu?
l
Jawab:
a
Keluhan 3 bln yll menandakan inkontinensia akut karena Excess urin output akibat obat diuretik
g
(HCT) dan DM + OAB karena tidak ditangani dengan baik (tidak diobati) saat akut + fungsi
e
ia n
BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 11
inkontinensia urin tipe urgensi.
fisiologi geriatri yang semakin menurun berlanjut menjadi kronik sfingter uretranya melemah
sulit menahan BAK

3. Ny. Siti adalah ibu rumah tangga dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah. Akibat gejala ini,
Ny. Siti justru menghindari aktivitas diluar rumah misalnya pengajian dan pergi ke pasar.
a. Apa hubungan tingkat aktivitas fisik yang rendah dengan kasus ?
Jawab :
Aktivitas fisik seperti olahraga dapat mengurangi risiko inkontinensia dengan memperkuat otot
dasar pelvis. Aktivitas fisik yang rendah akan menyebabkan melemahnya otot-otot dasar panggul
sehingga semakin rentan terjadinya inkontinensia urin.
Jadi, hubungannya aktivitas fisik yang rendah merupakan faktor risiko terjadinya inkontinensia urin

b. Apa akibat menghndari aktivitas fisik di luar rumah ?


Jawab :
Dampaknya Ny. Siti akan terjauhi dengan kehidupan masyarakat dapat membuatnya cenderung
lebih murung dan depresi serta menjadi FR terjadinya gangguan psikologi dan psikiatri lainnya
seperti scizofrenia

4. Riwayat penyakit dahulu: Ny. Siti menderita DM dan hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, kontrol
tidak teratur, minum obat metformin 3x1 dan HCT 1x1.
a. Apa hubungan riwayat penyakit dahulu Ny. Sari dengan eluhan saat ini ?
Jawab :
Riwayat penyakit dahulu menderita DM dan hoertensi sejak 15 tahun yang lalu, kontrol tidak
teratur;
Diabetus militus ; terdapat hubungan antara Dm dengan terjadinya inkontinensia urine pada
kasus ini
Riwayat penyakit dahulu: DM hiperglikemi melampaui tresh hold absorpsi ginjal
glikosuria dieresis osmotic volume urin poliuri berisiko mengalami
inkontinensia urin
Hipertensi ; tidak terdapat hubungan antara penyakit hipertensi yang dialami dengan
terjadinya inkontinensia urine

b. Apa hubungan obat yang diminum Ny. Sari dengan keluhan saat ini ?
Jawab :
Riwayat mengonsumsi obat:

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 12


inkontinensia urin tipe urgensi.

Metformin
Mekanisme kerja :
Kerjanya dalam menurunkan kadar gula darah tidak bergantung pada sel beta pankreas yang
berfungsi. Hipotesis terkini tentang mekanisme kerja biguanid meliputi (1) penurunan
glukoneogenesis dihati dan ginjal (2) perlambatan absorbsi glukosa dari saluran cerna dengan
peningkatan konversi glukosa menjadi laktat oleh enterosit ; (3) stimulasi langsung glikolisis
dijaringan dengan peningkatan bersihan glukosa dari darah dan ; (4) penurunan kadar glukagon
plasma.

Metabolisme dan eksresi


Metformin memiliki waktu paruh 1,5-3 jam, tidak berkaitan dengan protei plasma, tidak
dimetabolisme dan diekresikan oleh ginjal sebagai senyawa akif. Akibat blokade glukoneogenesis
oleh metformin, obat ini dapat mengganggu metabolisme asam laktat dihati. Pada pasien dengan
insufisiensi ginjal, biguanid menumpuk sehingga meningkatkan risiko terjadinya asidosis laktat, yang
agaknya menjadi kompliksi yang bergantung pada dosis tunggal tersebut.

Toksisitas
Efek toksisitas tersering metformin terjadi disaluran cerna (anoreksia, mual,muntah, rasa tidak
nyaman diabdomen, diare) dan terjadi pada hingga 20% pasien.

Jadi pada kasus, tidak ada hubungan bermakna antara mengonsumsi obat metformin dengan
terjadinya inkontinensia urine. Karena efek toksik yang terjadi pada metformin berhubungan dengan
saluran pencernaan.

Captopril (penghambat ACE)


Mekanisme kerja
Captopril menghambat converting enzyme , peptidil dipeptidase yang nenghidrolisis angiotensin I
menjadi angiotensin II dan menginaktifkan bradikinin, vasodilator yang poten, yang setidaknya
bekerja sebagian dengan merangsang pelepasan nitrat oksida dari kerja penghambat pada sistem
renin angiotensin dan suatu kerja rangsangan pada sistem kinin-kalikrein.Penghambat angiotensin II
menurunkan tekanan darah terutama dengan mengurangi tahanan vaskular perifer. Curah jantung dan
frekuensi jantung tidak diubah secara nyata.

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 13


inkontinensia urin tipe urgensi.

Toksisitas
Hipotensi berat dapat terjadi setelah pemberian dosis-dosis awal beberapa penghambat ACE pada
pasien yang hipovolemik akibat diuretik. Efek tak diinginkan lain yang sering ditemukan disemua
penghambat ACE adalah gagal ginjal akut, hiperkalemia, batuk kering yang kadang disertai mengi
dan angioedema.

Jadi pada kasus, ada hubungan antara mengonsumsi obat captopril dengan terjadinya inkontinensia
urine. Karena efek toksis yang terjadi pada obat captopril salah satunya batuk. Batuk dapat
meningkatkan tekanan intraabdomen sehingga dapat memperberat keadaan inkontinensia urine.

Hidroklorotiazid (HCT)
Mekanisme kerja
Tiazid menghambat reabsorbsi NaCl dari sisi lumen sel epitel TCD dengan memblokade transporter
Na+/ Cl- . Berbeda dengan CAT, tempat diuretik loop menghambat reabsorbsi Ca2+. Peningkatan ini
diperkirakan terjadi akibat efek tiazid pada tubulus contortus proksimal dan distal. Dalam tubulus
proksimal, hilangnya volume cairan tubuh akibat tiazid menyebabkan peningkatan reabsorbsi pasif
Ca2+ dan Na2+.

Toksisitas
a. alkalosis metabolik hipokalemia
b. gangguan toleransi karbohidrat
c. hiperlipidemia
d. hiponatremia
e. reaksi alergi

Jadi pada kasus, ada hubungan antara mengonsumsi obat HCT dengan terjadinya inkontinensia
urine. HCT merupakan obat golongan diuretik yang dapat menyebabkan terjadinya inkontinensia
urine. Mekanisme kerja HCT menghambat reabsorbsi natrium di tubula distal ginjal, sehingga
menyababkan peningkatan eksresi natrium dan air, begitu pula kalium dan ion hidrogen.

5. Riwayat kehamilan: Ny. Siti sudah melahirkan 6 kali spontan cukup bulan.

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 14


inkontinensia urin tipe urgensi.
a. Apa makna dan hubungan sudah melahirkan 6 kali spontan cukup bulan ?
Jawab :

Sudah melahirkan 6 kali (grandemultipara) :


Tekanan selama kehamilan dapat menyebabkan melemahnya otot dasar panggul karena ditekan
selama sembilan bulan. Proses persalinan juga dapat membuat otot-otot dasar panggul rusak akibat
regangan otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan risiko
terjadinya inkontinensia urine

6. Riwayat menopause: sejak umur 45 tahun.


a. Apa hubungan menopause sejak umur 45 tahun dengan kasus ini ?
Jawab :
Pada saat menopause penurunan produksi estrogen atrofi pada sel-sel uretra dan
berkurangnya aliran darah ke jaringan Epitel uretra dan trigonum vesika mengalami atrofi --
Matriks yang terdiri dari berbagai jenis kolagen, elastin, fibronektin dan proteoglikan juga
mengalami perubahan Perubahan-perubahan ini dan penurunan aliran darah menyebabkan
berkurangnya turgor dan tonus dari otot polos uretra dan detrusor vesika mengganggu mekanisme
kerja jaringan-jaringan ikat Akibatnya pada usia tua mudah terjadi kelemahan pada dasar panggul
dan berpengaruh terhadap intergritas sistem neuromuskular Kelemahan M.sfingter urethra
exsterna Inkontinensia urine

7. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: kompos mentis
Vital sign: TD: 160/100 mmHg; RR: 18x/menit, Temp: 36,7 oC, HR: 70x/menit reguler
Pemeriksaan khusus:
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks: simetris, retraksi tidak ada, jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas: dalam batas normal
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme pemeriksaan abnormal ? (TD)
Jawab :
Pemeriksaan Klasifikasi Kasus Interpretasi
Tekanan Klasifikasi menurut JNC 7 TD : Hipertensi
Darah Normal <120/80 mmHg 160/90 Stage II

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 15


inkontinensia urin tipe urgensi.
Prehipertensi 120-139/80-89 mmHg mmHg
Hipertensi 140/90 mmHg
Hipertensi stage I 140-159/90-99 mmHg
Hipertensi stage II 160/100 mmHg
Patofisiologi
Tekanan Darah (hipertensi stage II)
FR (Usia lanjut) perubahan vaskuler (penurunan elastisitas pembuluh darah akibat peningkatan
kolagen di dalam struktur pembuluh darah) resistensi perifer meningkat hipertensi (stadium 2)

8. Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 11gr%, Leukosit: 9500/m3, Diff Count: 1/1/14/58/20/4, Urin
rutin: leukosit 1-2, eritrosit 2-5, Kimia darah: GDS 210 mg/dl, ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0
mg/dl, asam urat 4 mg/dl
a. Bagaimana interpretasi dan dan mekanisme dari pemeriksaan laboratorium abnormal ?
Jawab :
Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi
Hb 11 g% 12-16 g% Anemia
Leukosit 9500/m3 5000-10.000 Normal
Diff Count 1/1/14/58/20/4 Basofil : 0-1 Netrofil batang
Eosinofil : 1-3 meningkat: Shift to the
Batang : 2-6 Left infeksi bersifat
Segmen : 40-70 akut
Limfosit : 20-40
Monosit : 2-8
Leukosit 1-2 0-4 Normal
Eritrosit 2-5 0-3 Hematuria mikroskopik
GDS 250 70-110 Hiperglikemia
Ureum 35 20-40 Normal
Creatinin 1 0,5-1,5 Normal
Asam Urat 4 2-6 Normal

Patofisiologi
Anemia
FR (Usia lanjut) perubahan dari sistem hematopoiesis (penurunan eritropoiesis oleh sumsum
tulang) produksi eritrosit menurun anemia

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 16


inkontinensia urin tipe urgensi.
Netrofil batang meningkat (Shift to the Left)
Inkontinensia urin kemungkinan tinggi terjadi infeksi saluran kemih (ISK) diif count shift to the
left
Eritrosit 2-5 ( eritrosit dalam urin)
Hipertensi tekanan di glomerulus meningkat beberapa eritrosit gagal untuk disaring adanya
eritrosit dalam urin.

Hiperglikemi
FR (Usia lanjut) proses degeneratif, perubahan gaya hidup (aktifitas fisik yang rendah obesitas
sel adiposa dapat membuat dan melepaskan adipositokin yaitu TNF-alfa yang berperan
menginduksi resistensi insulin melalui glukose transporter 4 (GLUT4)), dan perubahan pelepasan
insulin (akibat ganguan gen glukokinase) glukosa dalam darah meningkat hiperglikemi (GDS
250 mg/dl)

9. Cara Diagnosis?
Jawab:
Anamnesis ada keluhan dalam BAK (sulit menahan BAK, sering BAK malam hari, BAK keluar
sebelum sampai toilet), adanya faktor risiko/penyebab penyakit kronik seperti hipertensi dan
diabetes melitus sejak 10 tahun yang lalu, tidak terkontrol dan adanya konsumsi obat metformin
3x1, dan HCT 1x1, serta adanya riwayat kehamilan 6 kali spontan cukup bulan, dan riwayat
menopause sejak usia 45 tahun.
Pemeriksaan fisik adanya tanda hipertensi stadium 2
Pemeriksaan Laboratoriumadanya tanda anemia (Hb 11 gr%) dan adanya tanda hiperglikemik
(GDS 210 mg/dl)

10. DD

Tipe Tipe Tipe


Tipe fungsional
urgensi stress overflow
Urine Ada keinginan untuk Tekanan intraabdomen Vesika urinaria Pada orang usia
keluar pada kencing (tidak mampu meningkat (batuk, mencapai kapasitas lanjut yg tidak
saat menunda)>8x sehari bersin, mengangkat maksimum tetapi mampu atau tidak
beban) tidak dapat keluar mau mencapai toilet
semuanya pada waktunya
menopause Faktor risiko Faktor risiko - -

Jawab :

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 17


mekanisme inkontinensia
Melemahnya sfingter Kelemahan urin tipe urgensi. parsial Kelainan
otot Obstruksi saluran
uretra eksterna, panggul yang atau otot vesika kemih bg bawah spt
overactive bladder : menyebabkan gangguan urinaria yang inaktif hiperaktivitas
aktivitas detrusor fungsi sfingter uretra detrusor
berlebihan selama
fase
pengisian/penyimpana
n
Penyebab Non neurogenik; Prolaps Menurunnya Gangguan fisis:
Inflamasi atau Hipermobilitas kontraksi VU gangguan
iritasi pada VU uretra Denervasi pada immobilitas
Proses menua: Perubahan posisi detrusor akibat akibat arthritis,
Kelemahan otot uretra dan VU kelainan paraplegia
dasar panggul Defisiensi intrinsik neurologis yang inferior, stroke
Idiopatik sfingter(kongenital) mempengaruhi Gangguan
Predisposisi : inervasi VU kognitif akibat
Neurogenik ; obesitas , batuk Obtruksi aliran delirium atau
SSP yang kronik , trauma urin demensia
menghambat perineal, melahirkan Obtruksi Obat
kontraksi VU pervaginam anatomik pada
Kelainan perempuan
neurologik Neuropati
akibat lesi diabetes melitus
suprapontin
(stroke,parkinson)
11. Data tambahan
Jawab :
Pemeriksaan tambahan :
1. Pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan adanya proses nflamasi / infeksi atau keganasan
pada saluran kemih
Kultur urine
Sitologi urine
Uji fungsi ginjal
USG ginjal
2. Pemeriksaan ginekologi untuk mendiagnoss penyakit genikologi yang berhubungan dengan
terjadinya inkontinensia
3. Pemeriksaan urologi
4. Cystouretroskopi

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 18


inkontinensia urin tipe urgensi.
5. Uji urodinamik sebagai suatu pengujian faktor normal dan abnormal pada proses pengisian,
transpor, dan pengoaongan urine pada kandung kemih dan uretra dengan menggunakan metode
tertentu.
Simpel
Observasi proses pengosongan kandung kemih
Uji batuk
Cystometri simpel
Kompleks
Urine flowmetry
Multichannel cystometrogram
Pressure-flow study
Leak-point pressure
Urethral pressure profilometry
Sphinter electromygraphy
Video urodynamics
6. Postvoid Residual volume: untuk mengetahui kemungkinan adanya obstruksi intravesika atau
kelemahan otot detrusor. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan kateterisasi atau dengan
USG setelah miksi.

12. WD
Jawab :
Inkontinensia urine tipe urgensi + DM tipe II dan hipertensi stage II

13. Tatalaksana
Jawab :
1. Modalitas suportif non-spesifik
Edukasi
Memakai substansi toilet
Manipulasi lingkungan
Pakaian tertentu dan pads
Modifikasi intaks cairan obat
2. Intervensi behavior
Bergantung pasien :
Bladder trainingmerupakan salah satu terapi yang efektif diantara terapi non-farmakologi
lainnya. Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan teknik

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 19


inkontinensia urin tipe urgensi.
distraksi atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih hanya 6-7 kali per hari atau 3-4
jam sekali.
Latihan otot dasar panggul merupakan terapi yang efektif untuk inkontinensia urin tipe
stress atau campuran dan tipe urgensi. Latihan ini dilakukan tiga sampai lima kali sehari
dengan 15 kontraksi dan menahan hingga 10 detik. Latihan dilakukan dengan membuat
kontraksi berulang-ulang pada otot dasar panggul.
Habit trainingmemerlukan penjadwalan waktu berkemih. Diupayakan agar jadwal berkemih
sesuai dengan pola berkemih pasien sendiri.
Promptes voidingdilakukan dengan mengajari pasien mengenali kondisi atau status
kontinensia. Teknik ini digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi kognitif
Terapi biofeedbackbertujuan agar pasien mampu mengontrol atau menahan kontraksi
involunter otot detrusor kandung kemihnya.
Stimulasi elektrikmerupakan terapi yang menggunakan dasar kejutan kontraksi otot pelvis
dengan menggunakan alat0alat bantu pada vagina atau rektum.
Neuromodulasi merupakan terapi dengan menggunakan stimulasi saraf sakral.

Bergantung Caregiver (pengasuh)


Penjadwalan miksi
Latihan kebiasaan
Prompted vuiding
Obat
Terapi farmakologi atau medikamentosa telah terbukti mempunyai efek yang baik
terhadap inkontinensia urine tipe urgensi dan tipe stress. Obat-obat yang
dipergunakan dapat digolongkan menjadi antokolinergik- antispasmodik, agonis
adrenergik alfa, estrogen topikal dan agonis adrenergik alfa.
Pada kasus :.Golongan antikolinergik atau antispasmodic seperti Oksibutinin ; 2,5
5 mg tid, Tolterodine :2 mg bid, Propanthelin ; 15-30 mg tid, Dicyclomine ; 10-20
mg, Imipramine ; 10-50 mg tid
Pembedahan
Tindaka operatif dilakukan atas pertimbangan yang matang dan didahului dengan
evaluasi urodinamik. Teknik pembedahan yang bertujuan untuk merusak struktur
kekuatan detrusor seperti transeksi terbuka kandung kemih, transeksi endoskopi,
injeksi penol periureter dan sistolisis telah banyak digunakan. Teknik pembedahan
yang sering digunakan adalah ileosistoplasti dan miektomi detrusor. Teknik
pembedahan untuk inkontinensia tipe stress adalah injectable intraurtehral bulking

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 20


inkontinensia urin tipe urgensi.
agents, suspensi leher kandung kemih, urethral slings, dan artifical urinary
sphincter. Teknik pembedahan untuk inkontinensia tipe urgensi adalah augmentation
cystoplasty dan stimulasi electrik.
Kateter eksternal, intermitten, kronik atau menetap

Terapi primer untuk berbagai tipe inkontinensia urine


Tipe inkontinensia urine Terapi primer
Stress Latihan kegel
Agonis adrenergik
Estrogen
Injeksi periuretral
Operasi bagian leher kandung kemih
Urgensi Relaksan kandung kemih
Estrogen
Bladder training
Luber (overflow) Operasi untuk menghilangkan
sumbatan
Bladder retraining
Kateterisasi intermiten
Kateterisasi menetap
Fungsional Intervensi behavioral
Manipulasi lingkungan
Pads

HCT
Pada usia lanjut efektif untuk hipertensi sistolik, tetapi apabila ada inkontinensa urine maka obat ini
tidak dianjurkan

Hipertensi kronik
1. Tujuan: control HR, cegah stroke, dan mengembalikan ritme sinus
2. Non Farmakologi Diet rendah garam dan olahraga teratur
3. Farmakologi ganti HCT (diuretik) dan captopril yang digunakan pada kasus dengan
antihipertensi seperti ARA, digoxin, beta-blockers, calcium antagonists (verapamil or diltiazem),
atau amiodarone.
Pada kasus ganti dengan Amlodipin 1x 5 mg,

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 21


inkontinensia urin tipe urgensi.

Diabetes Melitus
Nonfarmakologi
diet DM (mengurangi asupan kabohidrat, Low carbohidrat, Low fat, low sugar, middle protein, high
fiber, high water, Makannya sedikit tapi sering) dan olahraga teratur.

Farmakologi
Pemakaian metformin bisa dilanjutkan atau dapat diganti OAD. penggantinya dapat berupa:
Sulfonyluria dan meglitinides Merangsang sel beta untuk mengeluarkan insulin agar produksi
insulin meningkat, misalnya glibenclamid, glimepirid , dosis glibenclamide 2,5 -15 mg , diminum 1-2
x sehari karena waktu paruhnya 12-24 jam
Alfa glucosidase inhibitor menghambat enzim yang mencena karbohidrat di usus sehingga
pennyerapan glukosa ke darah lebih lambat, misalnya acarbose dosis 50 100 mg , diminum 3x
sehari

Catatan Inkontinensia
1. Untuk inkontinensia urgensi
Terapi perilaku bladder training untuk memperpanjang interval miksi
Diantar ketika hendak ke toilet
Membuat catatan berkemih
Terapi farmakologis menggunakan muscle relaxant (Flavoxate), chalcium channel blocker
(diltiazem, nifedipine), kombinasi muscle relaxant dan antikolinergik (oxybutynin, tolterodine,
dicyclomine), antidepresan trisiklik (doxepine, imipramine)
2. Untuk inkontinensia stress
Pengurangan berat badan
Latihan otot dasar panggul (Kegel)
Cap device menutupi meatus uretra/kateter kondom/penile clamps
Farmakologis, untuk relaksasi kandung kemih dan estrogen (phenylpropanolamine,
pseudoephedrine, estrogen)
Terapi bedah jika terdapat hipermobilitas uretra
3. Inkontinensia tipe fungsional
Penyesuaian sikap berkemih antara lain dengan jadwal dan kebiasaan berkemih
Modifikasi lingkungan tempat berkemih
Obat yang merelaksasi kandung kemih.

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 22


inkontinensia urin tipe urgensi.

HCT
Pada usia lanjut efektif untuk hipertensi sistolik, tetapi apabila ada inkontinensa urine maka obat ini
tidak dianjurkan

Hipertensi kronik
4. Tujuan: control HR, cegah stroke, dan mengembalikan ritme sinus
5. Non Farmakologi Diet rendah garam dan olahraga teratur
6. Farmakologi ganti HCT (diuretik) dan captopril yang digunakan pada kasus dengan
antihipertensi seperti ARA, digoxin, beta-blockers, calcium antagonists (verapamil or diltiazem),
atau amiodarone.
Pada kasus ganti dengan Amlodipin 1x 5 mg,

Diabetes Melitus
Nonfarmakologi
diet DM (mengurangi asupan kabohidrat, Low carbohidrat, Low fat, low sugar, middle protein, high
fiber, high water, Makannya sedikit tapi sering) dan olahraga teratur.

Farmakologi
Pemakaian metformin bisa dilanjutkan atau dapat diganti OAD. penggantinya dapat berupa:
Sulfonyluria dan meglitinides Merangsang sel beta untuk mengeluarkan insulin agar produksi
insulin meningkat, misalnya glibenclamid, glimepirid , dosis glibenclamide 2,5 -15 mg , diminum 1-2
x sehari karena waktu paruhnya 12-24 jam
Alfa glucosidase inhibitor menghambat enzim yang mencena karbohidrat di usus sehingga
pennyerapan glukosa ke darah lebih lambat, misalnya acarbose dosis 50 100 mg , diminum 3x
sehari

14. Komplikasi
Jawab :
Inkontinensia urine dapat menimbulkan komplikasi :
Infeksi saluran kemuh
Lecet pada area gluteus sampai dengan ulkus decubitus karena selalu lembab
Infeksi kulit daerah genital
Masalah psikososial

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 23


inkontinensia urin tipe urgensi.
Dehidrasi karena umumnya pasie mengurangi asupan cairan agar tidak terjadi inkontinensia
urine

15. Prognosis
Quo ad fungsional dubia ad bonam
Quo ad vitam dubia ad bonam
Inkontiensia urine tipe urgensi ; pengobatan yang efektif dengan relaksan kandung kemih, estrogen
dan bladder training. Pada inkontinensia urine tipe ini latihan kandung kemig membarikan perbaikan
yang cukup signifikan (75%) dibandingkan dengan penggunaan obat. Pilihan terapi bedah sangat
terbatas dan memilikti tingkat morbiditas yang tinggi

16. KDU

Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk


Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan
yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah
kembali dari rujukan.

17. PI
Jawab :
Aku pernah berada di samping Rasulullah b. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka
bertanya, Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat? Beliau menjawab: Iya, wahai para hamba
Allah, berobatlah. Sebab Allah I tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula
obatnya, kecuali satu penyakit. Mereka bertanya: Penyakit apa itu? Beliau menjawab: Penyakit
tua. (HR. Ahmad, Al-Bukhari)

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 24


inkontinensia urin tipe urgensi.

Kesimpulan
Ny. Siti, 65 tahun mengeluh sering sulit menahan BAK sejak 1 minggu yang lalu akibat inkontinensia
urin tipe urgensi +

Kerangka Konsep

BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 25

Anda mungkin juga menyukai