Sasaran Pembelajaran
1. Menjelaskan perubahan anatomi dan fisiologi pada manula
2. Menjelaskan gangguan gangguan akibat perubahan anatomi dan fisiologi pada manula
3. Menjelaskan jenis- jenis Inkontinensia Urin pada manula
4. Menjelaskan faktor resiko terjasinya Inkontinensia Urin pada manula
5. Menjelaskan patofisiologi IU pada manula
6. Menjelaskan cara mendiagnosis dan tatalaksana pada IU
7. Menjelaskan tatalaksana dan rehabilitasi pada IU
Skenario Kasus
Ny. Siti, usia 65 tahun, datang k poliklinik RSMP dengan keluhan sering sulit menahan BAK yang
ditandai dengan keluarnya urin sebelum ia sampai di kamar mandi sejak 1 minggu yang lalu. Sejak 3 bulan
yang lalu, Ny. Siti sering terbangun malam hari ke kamar mandi untuk BAK. Ny. Siti adalah ibu rumah tangga
dengan aktivitas fisik rendah. Akibat gejala ini, Ny. Siti justru menghindari aktiitas diluar rumah misalnya
pengajian dan pergi ke pasar.
Riwayat penyakit dahulu : Ny. Siti menderita DM dan hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, kontrol tidak
teratur, minum obat Metformin 3x1 dan HCT 1x1
Riwayat kehamilan : Ny. Siti sudah melahirkan 6 kali spontan cukup bulan
Riwayat menopause : Sejak umur 45 tahun
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : compos mentis
Vital sign : TD: 160/100 mmHg; RR: 18x/menit, Temp: 36,70C, HR : 70x/menit reguler
Pemeriksaan Khusus :
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks : simetris, retraksi tidak ada, jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : dalam bata normal
Pemeriksaan Laboratorium :Hb: 11 gr%, Leukosit: 9500/ml3. Diff Count: 1/1/14/58/20/4, Urin rutin: leukosit
1-2, eritrosit 2-5, Kimia darah : GDS 210 210 mg/dl, ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0 mg/dl, asam
urat 4 mg/dl
Identifikasi Masalah
Prioritas Masalah
No 1, karena keadaan tersebut akan mengganggu aktivitasnya dan akan berdampak pada psikososialnya seperti
rasa malu dan minder yang dan bahkan bisa berdampak depresi, sehingga perlu segera ditatalaksana.
Analisis Masalah
1. Ny. Siti, usia 65 tahun, datang ke Poliklinik RSMP dengan keluhan sering sulit menahan BAK yang
ditandai dengan keluarnya urin sebelum ia sampai dikamar mandi sejak 1 minggu yang lalu.
a. Apa hubungan usia dan jenis kelamin dengan kasus?
Jawab:
Jenis kelamin :
2. Uretra
saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria
Pada laki-laki
1. panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
2. Urethra pars Prostatica
3. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
4. Urethra pars spongiosa.
Pada wanita
panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini
hanya sebagai saluran ekskresi(Purnomo, Basuki, 2012).
c. Bagaimana perubahan anatomi dan fisiologi pada geriatri yang berhubungan dengan kasus
(traktus urinarius)?
b
fibrosis & kandungan kolagen Saraf autonom
Pembentukan divertikula
:
Perubahan fisiologis
Kapasitas
Kemampuan menahan kencing
Kontraksi involunter
Volume residu pasca berkemih
Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna
Berkurangnya konsentrasi faktor antiadheren
protein Tamm-Horsfall.
Uretra: Perubahan morfologis
tekanan penutupan uretra & tekanan Komponen seluler
outflow akibat dari atrofi mukosa, Deposit kolagen pada uretra sehingga terjadi
perubahan vaskularisasi submukosa & atrofi mukosa yang menyebabkan penipisan otot
menipisnya lapisan otot uretra uretra
Perubahan fisiologis
Tekanan penutupan
Tekanan akhiran keluar
Prostat Hiperplasia dan membesar
Vagina Komponen seluler
Mukosa atrofi
Dasar panggul berperan penting dalam Deposit kolagen
dinamika miksi & mempertahankan kondisi Rasio jaringan ikat-otot
kontinen Otot melemah
+
+
Reseptor regang
+ Neuron motoric ke
+ -
Miksi atau berkemih, proses pengosongan kandung kemih diatur oleh dua mekanisme; refleks
berkemih dan kontrol volunter. Refleks brkemih terpicu ketika reseptro regang didalam dinding
kandung kemih terngsang. Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung ghingga 250
sampai 400 ml urine sebelum tegangan didindingnya mulai cukup meningkat untuk mengaktifkan
reseptor regang. Semakin besar tegangan melebihi ukuran ini, semakin besar tingkat pengaktifan
reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke medula spinalis dan akhirnya,
melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis untuk kandung kemih dan menghambat neuron
Faktor risiko terjadinya inkontinensia urine adalah kehamilan, umur lanjut, menopause, bedah
pelvis dan kondisi kesehatan pasien itu sendiri seperti gangguan neurologis dan penggunaan obat-
obatan. Melahirkan pervaginam akan meningkatkan risiko inkontinensia tipe stress dan tipe
campuran.
Jadi pada kasus, kemungkinan penyebab Ny. Sari sulit menahan BAK yakni dari fakor usia lanjut
,jenis kelamin seorang wanita , menopause, riwayat kehamilan dan riwayat penggunaan obat-
obatan seperti HCT dan Captopril kelemahan pada otot dasar panggul kelemahan M.sfingter
uretra eksterna Inkontinensia urine
FR : DM
Jadi pada kasus, makna sejak 1 minggu sulit menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya urine
sebelum sampai dikamar mandi menunjukkan Ny Sari telah mengalami inkontinensia urine tipe
urgensi. Dilihat dari waktunya 1 minggu mengindkasikan bahwa penyakit yang dialami masih
bersifat akut.
2. Sejak 3 bulan yang lalu, Ny. Siti sering terbangun malam hari ke kamar mandi untuk BAK.
a. Apa makna sering terbangun di malam hari ke kamar mandi untuk BAK sejak 3 bulan yang
lalu?
Jawab:
Maknanya Ny Sari sejak 3 bulan yang lalu sudah mengalami gejala overaktive bladder pada
inkontinensia urin yaitu nokturia.
Overaktive bladder adalah salah satu sebab dari inkontinensia urine. Overactive bladder merupakan
suatu jenis urgen incontinence (keluarnya urine secara tidak sadar terjadi ketika tekanan kandung
kemih melebihi tekanan uretra selama fase pengisian) yang dihubungkan dengan keinginan kuat
untuk buang air kecil dan berhubungan dengan overaktif otot detrusor.
Gejala yang terjadi pada overactive bladder antara lain:
1. Frekuensi: berkemih sangat sering , dengan jumlah lebih dari 8 kali dalam 24 jam.
2. Nokturia: malam hari sering bangun lebih dari satu kali untuk berkemih.
Urgensi: keinginan yang kuat dan tiba-tiba untuk berkemih walaupun penderita belum lama sudah
berkemih dan kandung kemih belum terisi penuh seperti keadaan normal.
b. Bagaimana patofisiologi dari sering terbangun di malam hari ke kamar mandi untuk BAK?
Jawab:
FR : DM
Perubahan Perubahan F. Risiko:
Perubahan
osmolarita Vu uretra Aktivitas
otot dasar
s fisik rendah
konstrak deposit
Riwayat panggul :
FR: si kolagen
kehamilan deposit dan
minum diuresis Atrofi dan
involunter
mukosa persalinan kolagen
obat osmotik
araf Menipisny Riwayat jaringan
HCT autonomy a lapisan menopause
ikat otot
fibrosis otot
poliuri O
&
t
kolagen
o
tekanan
ativitas Kelemahan Kelamah t
intravesica f
m.detrusor muskulus an otot
i
kan VU sfingter uretra dasar m
b
Dorongan eksterna panggul e
r
urine l
Kontrksi VU o e
keluar k
trkndli s P intraVU m
a
i
Noktur (Overactiv VU) a
p
s
kap VU Dorongan h
urin klr
V
&
U Sulit menahan
BAK
k
o
c. Bagaimana hubungan keluhan sejak 3 bulan yang lalu dengan keluhan 1 minggu yang lalu?
l
Jawab:
a
Keluhan 3 bln yll menandakan inkontinensia akut karena Excess urin output akibat obat diuretik
g
(HCT) dan DM + OAB karena tidak ditangani dengan baik (tidak diobati) saat akut + fungsi
e
ia n
BY DESI PUSPITASARI BLOK XIX TUMBUH KEMBANG & GERIATRI 11
inkontinensia urin tipe urgensi.
fisiologi geriatri yang semakin menurun berlanjut menjadi kronik sfingter uretranya melemah
sulit menahan BAK
3. Ny. Siti adalah ibu rumah tangga dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah. Akibat gejala ini,
Ny. Siti justru menghindari aktivitas diluar rumah misalnya pengajian dan pergi ke pasar.
a. Apa hubungan tingkat aktivitas fisik yang rendah dengan kasus ?
Jawab :
Aktivitas fisik seperti olahraga dapat mengurangi risiko inkontinensia dengan memperkuat otot
dasar pelvis. Aktivitas fisik yang rendah akan menyebabkan melemahnya otot-otot dasar panggul
sehingga semakin rentan terjadinya inkontinensia urin.
Jadi, hubungannya aktivitas fisik yang rendah merupakan faktor risiko terjadinya inkontinensia urin
4. Riwayat penyakit dahulu: Ny. Siti menderita DM dan hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, kontrol
tidak teratur, minum obat metformin 3x1 dan HCT 1x1.
a. Apa hubungan riwayat penyakit dahulu Ny. Sari dengan eluhan saat ini ?
Jawab :
Riwayat penyakit dahulu menderita DM dan hoertensi sejak 15 tahun yang lalu, kontrol tidak
teratur;
Diabetus militus ; terdapat hubungan antara Dm dengan terjadinya inkontinensia urine pada
kasus ini
Riwayat penyakit dahulu: DM hiperglikemi melampaui tresh hold absorpsi ginjal
glikosuria dieresis osmotic volume urin poliuri berisiko mengalami
inkontinensia urin
Hipertensi ; tidak terdapat hubungan antara penyakit hipertensi yang dialami dengan
terjadinya inkontinensia urine
b. Apa hubungan obat yang diminum Ny. Sari dengan keluhan saat ini ?
Jawab :
Riwayat mengonsumsi obat:
Metformin
Mekanisme kerja :
Kerjanya dalam menurunkan kadar gula darah tidak bergantung pada sel beta pankreas yang
berfungsi. Hipotesis terkini tentang mekanisme kerja biguanid meliputi (1) penurunan
glukoneogenesis dihati dan ginjal (2) perlambatan absorbsi glukosa dari saluran cerna dengan
peningkatan konversi glukosa menjadi laktat oleh enterosit ; (3) stimulasi langsung glikolisis
dijaringan dengan peningkatan bersihan glukosa dari darah dan ; (4) penurunan kadar glukagon
plasma.
Toksisitas
Efek toksisitas tersering metformin terjadi disaluran cerna (anoreksia, mual,muntah, rasa tidak
nyaman diabdomen, diare) dan terjadi pada hingga 20% pasien.
Jadi pada kasus, tidak ada hubungan bermakna antara mengonsumsi obat metformin dengan
terjadinya inkontinensia urine. Karena efek toksik yang terjadi pada metformin berhubungan dengan
saluran pencernaan.
Toksisitas
Hipotensi berat dapat terjadi setelah pemberian dosis-dosis awal beberapa penghambat ACE pada
pasien yang hipovolemik akibat diuretik. Efek tak diinginkan lain yang sering ditemukan disemua
penghambat ACE adalah gagal ginjal akut, hiperkalemia, batuk kering yang kadang disertai mengi
dan angioedema.
Jadi pada kasus, ada hubungan antara mengonsumsi obat captopril dengan terjadinya inkontinensia
urine. Karena efek toksis yang terjadi pada obat captopril salah satunya batuk. Batuk dapat
meningkatkan tekanan intraabdomen sehingga dapat memperberat keadaan inkontinensia urine.
Hidroklorotiazid (HCT)
Mekanisme kerja
Tiazid menghambat reabsorbsi NaCl dari sisi lumen sel epitel TCD dengan memblokade transporter
Na+/ Cl- . Berbeda dengan CAT, tempat diuretik loop menghambat reabsorbsi Ca2+. Peningkatan ini
diperkirakan terjadi akibat efek tiazid pada tubulus contortus proksimal dan distal. Dalam tubulus
proksimal, hilangnya volume cairan tubuh akibat tiazid menyebabkan peningkatan reabsorbsi pasif
Ca2+ dan Na2+.
Toksisitas
a. alkalosis metabolik hipokalemia
b. gangguan toleransi karbohidrat
c. hiperlipidemia
d. hiponatremia
e. reaksi alergi
Jadi pada kasus, ada hubungan antara mengonsumsi obat HCT dengan terjadinya inkontinensia
urine. HCT merupakan obat golongan diuretik yang dapat menyebabkan terjadinya inkontinensia
urine. Mekanisme kerja HCT menghambat reabsorbsi natrium di tubula distal ginjal, sehingga
menyababkan peningkatan eksresi natrium dan air, begitu pula kalium dan ion hidrogen.
5. Riwayat kehamilan: Ny. Siti sudah melahirkan 6 kali spontan cukup bulan.
7. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: kompos mentis
Vital sign: TD: 160/100 mmHg; RR: 18x/menit, Temp: 36,7 oC, HR: 70x/menit reguler
Pemeriksaan khusus:
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks: simetris, retraksi tidak ada, jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas: dalam batas normal
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme pemeriksaan abnormal ? (TD)
Jawab :
Pemeriksaan Klasifikasi Kasus Interpretasi
Tekanan Klasifikasi menurut JNC 7 TD : Hipertensi
Darah Normal <120/80 mmHg 160/90 Stage II
8. Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 11gr%, Leukosit: 9500/m3, Diff Count: 1/1/14/58/20/4, Urin
rutin: leukosit 1-2, eritrosit 2-5, Kimia darah: GDS 210 mg/dl, ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0
mg/dl, asam urat 4 mg/dl
a. Bagaimana interpretasi dan dan mekanisme dari pemeriksaan laboratorium abnormal ?
Jawab :
Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi
Hb 11 g% 12-16 g% Anemia
Leukosit 9500/m3 5000-10.000 Normal
Diff Count 1/1/14/58/20/4 Basofil : 0-1 Netrofil batang
Eosinofil : 1-3 meningkat: Shift to the
Batang : 2-6 Left infeksi bersifat
Segmen : 40-70 akut
Limfosit : 20-40
Monosit : 2-8
Leukosit 1-2 0-4 Normal
Eritrosit 2-5 0-3 Hematuria mikroskopik
GDS 250 70-110 Hiperglikemia
Ureum 35 20-40 Normal
Creatinin 1 0,5-1,5 Normal
Asam Urat 4 2-6 Normal
Patofisiologi
Anemia
FR (Usia lanjut) perubahan dari sistem hematopoiesis (penurunan eritropoiesis oleh sumsum
tulang) produksi eritrosit menurun anemia
Hiperglikemi
FR (Usia lanjut) proses degeneratif, perubahan gaya hidup (aktifitas fisik yang rendah obesitas
sel adiposa dapat membuat dan melepaskan adipositokin yaitu TNF-alfa yang berperan
menginduksi resistensi insulin melalui glukose transporter 4 (GLUT4)), dan perubahan pelepasan
insulin (akibat ganguan gen glukokinase) glukosa dalam darah meningkat hiperglikemi (GDS
250 mg/dl)
9. Cara Diagnosis?
Jawab:
Anamnesis ada keluhan dalam BAK (sulit menahan BAK, sering BAK malam hari, BAK keluar
sebelum sampai toilet), adanya faktor risiko/penyebab penyakit kronik seperti hipertensi dan
diabetes melitus sejak 10 tahun yang lalu, tidak terkontrol dan adanya konsumsi obat metformin
3x1, dan HCT 1x1, serta adanya riwayat kehamilan 6 kali spontan cukup bulan, dan riwayat
menopause sejak usia 45 tahun.
Pemeriksaan fisik adanya tanda hipertensi stadium 2
Pemeriksaan Laboratoriumadanya tanda anemia (Hb 11 gr%) dan adanya tanda hiperglikemik
(GDS 210 mg/dl)
10. DD
Jawab :
12. WD
Jawab :
Inkontinensia urine tipe urgensi + DM tipe II dan hipertensi stage II
13. Tatalaksana
Jawab :
1. Modalitas suportif non-spesifik
Edukasi
Memakai substansi toilet
Manipulasi lingkungan
Pakaian tertentu dan pads
Modifikasi intaks cairan obat
2. Intervensi behavior
Bergantung pasien :
Bladder trainingmerupakan salah satu terapi yang efektif diantara terapi non-farmakologi
lainnya. Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan teknik
HCT
Pada usia lanjut efektif untuk hipertensi sistolik, tetapi apabila ada inkontinensa urine maka obat ini
tidak dianjurkan
Hipertensi kronik
1. Tujuan: control HR, cegah stroke, dan mengembalikan ritme sinus
2. Non Farmakologi Diet rendah garam dan olahraga teratur
3. Farmakologi ganti HCT (diuretik) dan captopril yang digunakan pada kasus dengan
antihipertensi seperti ARA, digoxin, beta-blockers, calcium antagonists (verapamil or diltiazem),
atau amiodarone.
Pada kasus ganti dengan Amlodipin 1x 5 mg,
Diabetes Melitus
Nonfarmakologi
diet DM (mengurangi asupan kabohidrat, Low carbohidrat, Low fat, low sugar, middle protein, high
fiber, high water, Makannya sedikit tapi sering) dan olahraga teratur.
Farmakologi
Pemakaian metformin bisa dilanjutkan atau dapat diganti OAD. penggantinya dapat berupa:
Sulfonyluria dan meglitinides Merangsang sel beta untuk mengeluarkan insulin agar produksi
insulin meningkat, misalnya glibenclamid, glimepirid , dosis glibenclamide 2,5 -15 mg , diminum 1-2
x sehari karena waktu paruhnya 12-24 jam
Alfa glucosidase inhibitor menghambat enzim yang mencena karbohidrat di usus sehingga
pennyerapan glukosa ke darah lebih lambat, misalnya acarbose dosis 50 100 mg , diminum 3x
sehari
Catatan Inkontinensia
1. Untuk inkontinensia urgensi
Terapi perilaku bladder training untuk memperpanjang interval miksi
Diantar ketika hendak ke toilet
Membuat catatan berkemih
Terapi farmakologis menggunakan muscle relaxant (Flavoxate), chalcium channel blocker
(diltiazem, nifedipine), kombinasi muscle relaxant dan antikolinergik (oxybutynin, tolterodine,
dicyclomine), antidepresan trisiklik (doxepine, imipramine)
2. Untuk inkontinensia stress
Pengurangan berat badan
Latihan otot dasar panggul (Kegel)
Cap device menutupi meatus uretra/kateter kondom/penile clamps
Farmakologis, untuk relaksasi kandung kemih dan estrogen (phenylpropanolamine,
pseudoephedrine, estrogen)
Terapi bedah jika terdapat hipermobilitas uretra
3. Inkontinensia tipe fungsional
Penyesuaian sikap berkemih antara lain dengan jadwal dan kebiasaan berkemih
Modifikasi lingkungan tempat berkemih
Obat yang merelaksasi kandung kemih.
HCT
Pada usia lanjut efektif untuk hipertensi sistolik, tetapi apabila ada inkontinensa urine maka obat ini
tidak dianjurkan
Hipertensi kronik
4. Tujuan: control HR, cegah stroke, dan mengembalikan ritme sinus
5. Non Farmakologi Diet rendah garam dan olahraga teratur
6. Farmakologi ganti HCT (diuretik) dan captopril yang digunakan pada kasus dengan
antihipertensi seperti ARA, digoxin, beta-blockers, calcium antagonists (verapamil or diltiazem),
atau amiodarone.
Pada kasus ganti dengan Amlodipin 1x 5 mg,
Diabetes Melitus
Nonfarmakologi
diet DM (mengurangi asupan kabohidrat, Low carbohidrat, Low fat, low sugar, middle protein, high
fiber, high water, Makannya sedikit tapi sering) dan olahraga teratur.
Farmakologi
Pemakaian metformin bisa dilanjutkan atau dapat diganti OAD. penggantinya dapat berupa:
Sulfonyluria dan meglitinides Merangsang sel beta untuk mengeluarkan insulin agar produksi
insulin meningkat, misalnya glibenclamid, glimepirid , dosis glibenclamide 2,5 -15 mg , diminum 1-2
x sehari karena waktu paruhnya 12-24 jam
Alfa glucosidase inhibitor menghambat enzim yang mencena karbohidrat di usus sehingga
pennyerapan glukosa ke darah lebih lambat, misalnya acarbose dosis 50 100 mg , diminum 3x
sehari
14. Komplikasi
Jawab :
Inkontinensia urine dapat menimbulkan komplikasi :
Infeksi saluran kemuh
Lecet pada area gluteus sampai dengan ulkus decubitus karena selalu lembab
Infeksi kulit daerah genital
Masalah psikososial
15. Prognosis
Quo ad fungsional dubia ad bonam
Quo ad vitam dubia ad bonam
Inkontiensia urine tipe urgensi ; pengobatan yang efektif dengan relaksan kandung kemih, estrogen
dan bladder training. Pada inkontinensia urine tipe ini latihan kandung kemig membarikan perbaikan
yang cukup signifikan (75%) dibandingkan dengan penggunaan obat. Pilihan terapi bedah sangat
terbatas dan memilikti tingkat morbiditas yang tinggi
16. KDU
17. PI
Jawab :
Aku pernah berada di samping Rasulullah b. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka
bertanya, Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat? Beliau menjawab: Iya, wahai para hamba
Allah, berobatlah. Sebab Allah I tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula
obatnya, kecuali satu penyakit. Mereka bertanya: Penyakit apa itu? Beliau menjawab: Penyakit
tua. (HR. Ahmad, Al-Bukhari)
Kesimpulan
Ny. Siti, 65 tahun mengeluh sering sulit menahan BAK sejak 1 minggu yang lalu akibat inkontinensia
urin tipe urgensi +
Kerangka Konsep