Anda di halaman 1dari 49

BAB III

ANALISA DATA DAN EKSPERIMEN

III. 1 Analisa Teoritis

Dalam penyusunan laporan ini digunakan beberapa buku sebagai landasan

teori selama proses pembuatan karya. Salah satu buku yang digunakan adalah

Pengetahuan Barang Tekstil, 1977, karangan Jumaeri. Buku ini menjadi acuan

utama pengumpulan teori mengenai bahan tekstil yang digunakan karena

menjelaskan bagaimana proses suatu bahan tekstil dibuat mulai dari bahan baku,

sifat fisika, sifat kimia, proses penenunan, dan istilah-istilah tekstil dijelaskan

secara lengkap.

Didalam buku tersebut dijelaskan pengertian organdi yang menjadi acuan

bahwa bahan tekstil yang digunakan dalam tugas akhir ini kurang tepat jika

disebut dengan organdi, karena pengertian organdi disini adalah bahan tekstil

yang dibuat dari serat alam yaitu kapas, sedangkan organdi yang digunakan dalam

pembuatan tugas akhir ini terbuat dari serat sintetis yaitu poliester yang diketahui

dari hasil eksperimen serta uji identifikasi serat tekstil yang dilakukan di

laboratorium. Lalu pada beberapa definisi organdi yang diambil dari berbagai

sumber seperti Encyclopedia of Textiles ( Second Edition ), 1972 dan dari situs-

situs internet, semakin memerkuat definisi sebelumnya bahwa organdi terbuat dari

kapas, sedangkan nama kain dengan karakteristik yang hampir sama dengan

37
organdi namun terbuat dari serat sutra atapun serat sintetis disebut dengan

organza.

Lalu buku 100 Tahun Mode di Indonesia, 2002, karangan Mohamad Alim

Zaman. Perkembangan mode di Indonesia maju dan berkembang seiring dengan

perkembangan mode dunia. Buku ini membahas perkembangan tersebut dengan

cukup jelas dan disertai dengan paparan mengenai keadaan sosial, ekonomi

hingga politik pada setiap waktu sehingga dapat menjelaskan hubungan

keterkaitannya satu sama lain. Setiap era memiliki tren mode pada waktu itu yang

akan kembali lagi dimasa depan karena mode terus berputar.

III. 2 Analisa Empiris

III. 2. 1 Identifikasi Serat Tekstil

Sebelum memulai eksperimen, diperlukan penelitian terhadap

karakteristik organdi melalui uji evaluasi tekstil untuk mengidentifikasi serat

yang terkandung dalam organdi. Uji evaluasi identifikasi50 serat tekstil ini

dilakukan di Laboratorium Evaluasi Kimia di Sekolah Tinggi Teknologi

Tekstil, Jalan Jakarta No. 31 Bandung.

Identifikasi serat terutama didasarkan pada beberapa sifat khusus dari

serat yaitu morfologi, sifat kimia dan sifat fisika serat. Pemeriksaan

morfologi serat memerlukan suatu mikroskop. Pengamatan dengan

mikroskop meliputi pengamatan penampang membujur dan melintang,

dimensinya adanya lumen dan sebagainya. Pengujian kimia dari serat

dilakukan secara makro maupun diamati dibawah mikroskop, pengujian ini

meliputi uji kelarutan dan uji pewarnaan. Selain uji kimia dan morfologi

50
Mengakui atau menentukan apanya sesuatu ( Jakarta: Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, 2005 )

38
biasanya ditambah uji sifat fisika yaitu uji pembakaran, berat jenis, dan titik

leleh untuk serat-serat sintetis.51

Pada umumnya, identifikasi dilakukan pada serat yang digunakan

sebagai bahan pembuat kain tanpa dicampur dengan serat lain dalam satu

benangnya. Kebanyakan tes memerlukan proses pembakaran ataupun

penggunaan bahan kimia sehingga mesti dilakukan dengan berhati-hati.

Pastikan selalu menggunakan alat-alat yang sesuai dan dilakukan dengan

pengawasan ahli di laboratorium khusus jika menggunakan bahan-bahan

kimia yang cukup berbahaya.

Serat yang akan diidentifikasi berasal dari dua jenis kain organdi

yaitu organdi yang disebut dengan organdi biasa berwarna biru dan organdi

jenis doff berwarna putih. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan

perbandingan apabila terdapat bahan penyusun yang berbeda pada tiap-tiap

jenis serat.

Berikut adalah uji evaluasi yang telah dilakukan terhadap dua jenis

serat penyusun kain organdi. :

1. Uji Pembakaran

Uji pembakaran adalah cara yang paling mudah dilakukan

untuk memerkirakan golongan serat secara umum. Hasil uji

menunjukkan bahwa serat dari organdi yang dibakar mengerut

menjauhi bara api, menghasilkan asap hitam, berbau menyengat

seperti plastik terbakar, meleleh dan terbakar perlahan hingga

menyisakan abu berupa gumpalan bulat berwarna hitam yang

mengeras karena api yang disulut tidak dapat meneruskan

51
Pedoman Praktikum Identifikasi Serat Tekstil, ( Bandung: STT Tekstil ).

39
pembakaran hingga habis. Hal ini membuktikan bahwa serat yang

terkandung dalam organdi adalah serat sintetis.

Gambar 3. 1 Uji Pembakaran, dokumen pribadi.

2. Uji Mikroskop

Gambar 3. 2 Proses Sebelum Uji Mikroskop, dokumen pribadi.

Penggunaan mikroskop dimaksudkan untuk mengetahui

bentuk penampang melintang dan membujur dari serat organdi.

Sebelum dilihat dibawah mikroskop, benang organdi dipisahkan

pakan dan lusinya, dimasukkan kedalam gabus dan dikeringkan di

dalam oven khusus.

Gambar 3. 3 Penampang Membujur Pakan ( Kiri ) dan Lusi ( Kanan ) Organdi


Biru, dokumen pribadi.

40
Gambar 3. 4 Penampang Membujur Pakan ( Kiri ) dan Lusi ( Kanan ) Organdi
Doff Putih, dokumen pribadi.

Gambar-gambar diatas menampilkan keadaan penampang

membujur benang organdi dibawah pembesaran mikroskop. Dari

pembesaran penampang membujur ini terlihat bahwa benang organdi

jenis kaca berwarna biru memiliki tekstur halus, licin, dan berkilau.

Sedangkan pada benang doff tampak kurang licin dan kurang

berkilau namun masih tampak bertekstur halus dan kelebihannya

adalah transparan atau tembus pandang karena benang yang berada

dibawahnya masih terlihat.

Gambar 3. 5 Penampang Melintang Pakan ( Kiri ) dan Lusi ( Kanan ) Organdi


Biru, dokumen pribadi.

Gambar 3. 6 Penampang Melintang Pakan ( Kiri ) dan Lusi ( Kanan ) Organdi


Doff Putih, dokumen pribadi.

41
Gambar-gambar hasil pembesaran penampang melintang

pakan organdi kaca biru memerlihatkan keadaaan benang poliester

yang telah dimodifikasi dengan bentuk segitiga atau trilobal, hingga

akan memiliki tekstur seperti sutra, karena biasanya benang dengan

penampang melintang berbentuk segitiga merupakan penampakan

dari serat sutra ataupun poliester dengan jenis Dacron 62 yang

menginginkan kain tampak berkilau seperti sutra. Penampang

benang yang lainnya merupakan ciri-ciri umum dari serat poliester

karena berbentuk silinder dan bulat. Penampang melintangnya

memerlihatkan kondisi benang yang bisa berdiri sendiri, sehingga

dapat diketahui bahwa benang organdi berbentuk filamen.

3. Uji Pelarutan

Uji pelarutan berhubungan dengan sifat kimia dari serat yang

diuji, penting untuk mengetahui jenis dari serat buatan yang biasanya

memiliki morfologi hampir sama. Serat dari organdi dilarutkan

dengan menggunakan zat pelarut metil salisilat yang dipanaskan

diatas pembakar bunsen. Larutan metil salisilat diperuntukkan

sebagai bahan untuk melarutkan serat poliester, serat dari organdi

maupun potongan kainnya habis terlarut didalam larutan ini sehingga

dapat disimpulkan bahwa organdi terbuat dari serat poliester.

Gambar 3. 7 Uji Pelarutan, dokumen pribadi.

42
III. 2. 2 Analisa Lapangan

Analisa lapangan dilakukan terhadap beberapa pusat penjualan bahan

tekstil untuk mengetahui kondisi bahan tekstil di pasaran umum, maupun

terhadap beberapa pusat penjualan produk-produk fashion untuk mengetahui

apresiasi masyarakat terhadap produk dengan bahan organdi.

Berikut adalah analisa lapangan yang telah dilakukan :

1. Pusat Perbelanjaan Pasar Baru, Jl. Otto Iskandardinata No. 70,

Bandung.

Kawasan pertokoan yang selalu ramai ini memiliki pusat

penjualan tekstil dengan variasi bahan tekstil yang cukup lengkap.

Organdi polos bisa ditemukan di hampir semua toko dan jenisnya

bervariasi, mulai dari organdi biasa, organdi doff, organdi shimmer,

hingga organdi sutra ( yang biasanya disebut dengan organza meski

kadang bahan utamanya adalah rayon ). Dijual dengan kisaran harga

Rp10.000,00 hingga Rp75.000,00 permeter untuk jenis organdi

polos. Sedangkan untuk jenis yang telah dibordir harga yang

ditawarkan mulai dari Rp75.000,00 - Rp125.000,00 namun masih

bisa ditawar.

2. PD. Ratna, Toko 125, Jl. Otto Iskandardinata, Bandung.

Toko-toko yang berada disepanjang Jalan Otista menjual

berbagai macam bahan tekstil yang cukup lengkap dengan harga

yang tidak terlalu jauh berbeda dengan Pasar Baru. Jenis organdi

yang terdapat disini hanya ada satu, namun dengan variasi warna

yang cukup lengkap, hanya saja terkadang di satu toko tidak

memiliki warna tertentu hingga harus mencari di toko berikutnya.

43
Dikawasan ini organdi dijual dengan harga Rp8.000,00

Rp10.000,00 permeter.

3. Pusat Penjualan Tekstil Jalan Tamim, Bandung.

Pusat penjualan tekstil yang sudah cukup tua ini menjual

bahan tekstil dengan kisaran harga yang lebih murah daripada di

Pasar Baru asalkan menawar. Disini organdi bisa ditemukan pada

beberapa toko, meskipun kebanyakan toko menjual bahan denim dan

kaos. Harga organdi yang ditawarkan adalah Rp7.500,00 -

Rp8.000,00 permeter untuk organdi polos asli Korea.

4. Pusat Tekstil Kings Shopping Center, Jl. Dalem Kaum, Bandung.

Gambar 3. 8 Pusat Tekstil di Kings Shopping Center, dokumen pribadi.

Pusat tekstil Kings yang berada di lantai dasar menjual banyak

sekali jenis bahan tekstil, mulai dari bahan untuk pakaian kerja

hingga bahan untuk busana pesta. Dengan lokasi yang masih

berdekatan dengan pusat tekstil lainnya seperti Tamim dan Pasar

Baru, umumnya harga yang ditawarkan oleh para pedagang di Kings

lebih tinggi dari pasaran. Organdi dijual dengan kisaran harga

Rp10.000,00 per meter.

5. Pusat Tekstil Cigondewah.

Pada saat penulis mengunjungi Cigondewah di bulan Maret

2007, organdi sudah jarang ditemukan. Pasokan jenis bahan tekstil

yang dijual disini umumnya tidak menentu karena bergantung pada

pasokan bahan yang biasanya merupakan sisa bahan dari pabrik.

44
Namun kelebihannya adalah harga jual yang jauh lebih murah

dibandingkan dengan tempat lainnya, meski harus teliti dan berhati-

hati dalam memilih bahan karena terkadang merupakan bahan reject.

Gambar 3. 9 Kawasan Cigondewah, dokumen pribadi.

Dari semua toko kain di sepanjang Jalan Cigondewah, hanya

ditemukan dua toko yang menjual kain organdi polos, itu pun

masing-masing hanya ada satu gulung, satu dengan jenis doff dan

yang lainnya adalah organdi kahatex yang diproduksi oleh PT

Kahatex yang memiliki tekstur rabaan lebih kasar dan lebih kaku

dibandingkan dengan organdi lainnya. Sedangkan untuk jenis

organdi yang telah diberi tambahan teknik seperti bordir maupun

payet cukup banyak ditemukan. Umumnya terdapat di toko-toko

yang lebih eksklusif dan mengkhususkan penjualan bahan tekstil

untuk busana pesta. Untuk pemesanan khusus, organdi bisa

didapatkan dengan kisaran harga dibawah Rp5.000,00 permeter.

6. Toko Azad, Sinar Mustika, dan Resik, Jl. Cihideung, Tasikmalaya

Di Jalan Cihideung terdapat beberapa toko yang menjual

bahan tekstil yang menjual secara eceran maupun untuk memenuhi

pemesanan bahan tekstil industri bordir di Tasikmalaya. Harga

organdi yang ditawarkan berkisar diantara Rp6.000,00 - 6.500,00

permeter. Harga ini lebih murah daripada pasaran Bandung.

45
Gambar 3. 10 Kawasan Penjualan Tekstil di Jalan Cihideung Tasikmalaya,
dokumen pribadi.

7. Gens Collection, Griya Permata Indah D 14, Tasikmalaya

Organdi digunakan sebagai bahan pembantu pembuatan

produk-produk dengan teknik bordir maupun sebagai bahan utama

busana, terutama busana wanita. Pada umumnya, organdi digunakan

sebagai aplikasi tambahan diatas bahan tekstil lain karena sifat

menerawangnya dengan kilau yang menarik. Produk yang memakai

bahan organdi sebagai bahan baku utamanya adalah tas untuk

mukena dan tas tangan hingga busana wanita.

Gambar 3. 11 Produk Organdi Gens, dokumen pribadi.

8. Magg, Jl. Kuta Raya, Kuta, Bali.

Gambar 3. 12 Magg Bali, dokumen pribadi.

Magg merupakan toko yang mayoritas produknya berbahan

dasar organdi dengan kesan girly dan berwarna romantis seperti

magenta, pink, ungu, dan putih. Produk yang dibuat diantaranya

adalah sarung bantal, tirai, kap lampu, alas kursi, tas, sandal, dan

sepatu.

46
9. House of Yanie, body&soul, PBA, Bali.

Pada saat penulis mengunjungi beberapa pusat perbelanjaan

tersebut di bulan Mei 2007, terdapat cukup banyak produk dengan

bahan dasar organdi. Di body&soul yang merupakan merk fashion

yang cukup terkemuka, terdapat beberapa busana yang menggunakan

bahan organdi. Yang paling menonjol adalah rok panjang yang

dibuat dari organdi poliester dengan efek crinkle. Produk ini pun

dipajang dengan cara digulung-gulung agar kerutannya selalu

terjaga, disertai pula dengan saran cara penyimpanan yaitu dengan

menggulung dan pencucian dengan cara tertentu. Di House of Yanie

yang terletak di Kuta Square, membuat beberapa produk interior

dengan bahan organdi dibuat dengan kesan etnik, umumnya

berwarna merah dipadukan dengan bordiran benang emas.

Sedangkan di PBA Jl. Legian Kelod 143c Kuta, varian produk

interior berbahan dasar organdi sangat banyak dengan variasi warna

dan model yang beragam.

Gambar 3.13 Rok Organdi body&soul, dokumen pribadi.

10. Mustafa Centre, 320 Serangoon Road, Serangoon Plaza, Singapore

218108.

Pada saat mengunjungi pusat tekstil di Mustafa Centre pada

bulan Juni 2007, penulis tidak menemukan bahan organdi. Disini

pada umumnya menjual bahan buatan India, Cina dan Jepang, seperti

47
kain sari yang terbuat dari sifon maupun sutra. Harga kain yang

ditawarkan dimulai dari $3 ( sekira Rp16.000,00 ) permeter.

Gambar 3.14 Pusat Tekstil di Mustafa Centre, dokumen pribadi.

11. IKEA Alexandra, 317 Alexandra Road, Singapore 159965.

Gambar 3.15 Kelambu ( kiri ) dan Tirai ( kanan ) Organdi di IKEA, dokumen
pribadi.

Pada pusat perbelanjaan yang menjual aneka kebutuhan

rumah tangga terutama produk interior ini, terdapat pusat penjualan

bahan tekstil untuk interior di lantai 1. Organdi dijual dengan ukuran

145 x 250 cm2 seharga $15 yang diperuntukkan sebagai kelambu

tempat tidur maupun tirai. Namun ada pula organdi yang dijual

pergulung yang merupakan barang sisa atau reject.

12. Sri Jaiy Textiles, Tekka Mall, Sungei Road, Singapore.

Gambar 3.16 Sri Jaiy Textiles, dokumen pribadi.

48
Toko yang menjual produk-produk etnik Nepal maupun India

ini menjual hiasan-hiasan dinding maupun pernak-pernik kecil

seperti dompet koin dari bahan organdi.

13. Takashimaya, Top Shop Top Man, Ngee Ann City, Paragon, Orchard

Road, Singapore.

Pada pusat perbelanjaan dengan butik dan merk-merk

ternama disepanjang jalan Orchard banyak terdapat produk fashion

terutama busana wanita yang menggunakan organdi sebagai bahan

penunjangnya. Penampilan window display toko golongan ekonomi

atas yang memajang produk terbaru maupun konsep produk dari

musim yang sedang berlangsung ini sangat menarik dan bisa menjadi

inspirasi bagi mahasiswa kriya tekstil untuk membuat karya.

Dari analisa terhadap pusat penjualan khusus bahan tekstil maupun

pusat perbelanjaan diatas, dapat disimpulkan bahwa organdi merupakan

bahan tekstil yang cukup menarik bagi masyarakat, memiliki pangsa pasar

baik didalam maupun diluar negeri, dan masih digemari sebagai bahan dasar

untuk produk fashion, baik untuk produk interior maupun busana. Hanya

saja, kebanyakan produk masih menggunakan organdi polos tanpa

penerapan teknik reka bahan sehingga eksperimen yang dilakukan dalam

tugas akhir ini diharapkan dapat memerkaya kelebihan organdi sebagai

bahan dasar.

III. 2. 3 Analisa Tren 2007 - 2008

Perkembangan fashion tentunya dipengaruhi oleh perkembangan

masyarakat didalam segala bidang. Perancang busana menciptakan sesuatu

49
yang kemudian diperkenalkan kepada dunia sehingga masyarakat

mengetahuinya dan mengadaptasikan karya tersebut ke dalam

kehidupannya. Perkembangan dari suatu produk fashion bisa dikatakan

menjadi tren apabila mampu menyita perhatian masyarakat dan disenangi

hingga marak digunakan di dalam suatu periode. Apabila hal tersebut telah

mengalami puncaknya dan sudah menjadi sesuatu yang umum atau biasa di

mata masyarakat dalam rentang waktu yang lama, maka hal tersebut sudah

tidak lagi menjadi tren mode. Meskipun dunia Barat dikatakan sebagai pusat

tren mode dunia, kita sebagai bangsa yang telah maju didalam bidang

fashion sudah seharusnya turut berpartisipasi dalam menciptakan sesuatu

yang bernilai tinggi dan tidak kalah bersaing dengan ciptaan para perancang

dunia, apalagi jika karya kita mampu memerkenalkan nilai-nilai asli budaya

bangsa kita ke mata dunia.

III. 2. 3. 1 Tren Warna 2007 - 2008

Berikut adalah beberapa skema acuan warna untuk tren warna

tahun 2007 - 2008 dari berbagai sumber :

Gambar 3. 17 Skema Warna Summer 2007 Le Cuir Paris,


www.fashiontrendsetter.com

50
Gambar 3. 18 Tren Warna Spring / Summer 2007 Color in Motion,
www.dorlastan.com

Gambar 3. 19 Tren warna Spring / Summer 2007 CBI Fashion Forecast,


www.fashiontrendsetter.com

Gambar 3. 20 Fashion Trendsetter Color Trends Autumn/Winter 2007/2008,


www.fashiontrendsetter.com

51
Gambar 3. 21 Paul Pellsers Early Color & Trend Directions For Autumn/Winter
2007/2008, www.fashiontrendsetter.com

Gambar 3. 22 Fashion Trendsetter Color Trends Vol. II Spring/Summer 2008,


www.fashiontrendsetter.com

Gambar 3. 23 Fashion Trendsetter Color Trends Vol. III Spring/Summer 2008,


www.fashiontrendsetter.com

III. 2. 3. 2 Tren Fashion 2007

Perkembangan tren mode atau siluet busana yang digemari oleh

pasar selalu berubah, meskipun biasanya merupakan perputaran mode

yang telah ada sebelumnya dengan modifikasi pada beberapa bagian.

Tren busana pada tahun ini masih mirip dengan tren pada tahun

sebelumnya.

Dalam situs dorlastan, disebutkan bahwa tren 2007 memiliki

pengaruh masa lalu dari romantisisme, pengaruh bohemian, etnik,

natural, penggayaan bahan, dan siluet busana seperti empire line dan

berbagai siluet lainnya.

52
Gambar 3. 24 Acuan Tren Fashion 2007, www.dorlastan.com

III. 2. 4 Analisa Wawancara

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan pihak-pihak

yang dianggap berkaitan dengan proses pembuatan karya, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Sonny Muchlison, Fashion Designer, Dosen Institut Kesenian Jakarta.

Proses perancangan dalam pembuatan produk-produk fashion

harus disertai dengan konsep perancangan dan tujuan yang ingin dicapai.

Fashion design merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari

perancangan karya kriya tekstil. Karya dari eksperimen organdi yang

telah dilakukan harus bisa dimanfaatkan dan digunakan untuk membuat

produk. Keberanian untuk menampilkan kekayaan varian warna dan

teknik rekabahan cukup penting. Gradasi warna, penggabungan berbagai

53
macam teknik, hingga finishing produk pada akhirnya penting untuk

dipikirkan sejak awal proses perancangan produk akhir. Material yang

telah dibuat sebagai olahan rekabahan tekstil harus bisa dimanfaatkan

dengan efisien agar karakter olah tekstil yang telah dibuat tidak hilang

serta bisa memerkaya penggayaan busana.

2. Nina Moran, Business Director majalah Gogirl!.

Pada saat ini organdi sedang tidak menjadi bahan tekstil yang

seringkali dipakai untuk produk fashion ( not it material for fashion ).

Namun bahan ini masih menarik digunakan untuk membuat beberapa

produk misalnya untuk tas pantai dengan model dan bentuk yang tidak

biasa atau pasaran seperti setengah lingkaran, dan menggunakan warna-

warna cerah seperti fuschia, hijau muda, dan kuning. Teknik yang

digunakan misalnya dengan bordir, namun teknik cetak bisa lebih

menarik dengan motif-motif sablonan yang menarik. Atau dengan

menggabungkan beberapa warna organdi dengan teknik jahit untuk

dijadikan syal dan hiasan tas.

3. Rias Sekar, Gens Collection, Tasikmalaya.

Gens Collection yang didirikan sejak tahun 2000 karena

pengaruh lingkungan yang banyak berusaha di bidang bordir dan

konveksi di Tasikmalaya ini membuat produk fashion kreasi sendiri dan

pesanan perseorangan.

Untuk penggunaan bahan organdi, biasanya digunakan sebagai

bahan tambahan sebagai aplikasi hiasan diatas bahan lain seperti organza

sutra. Sebagai bahan aplikasi, organdi poliester digunakan untuk

menyangga bordiran kerancang karena bahannya mudah untuk dibordir,

54
digunting dan disolder karena cepat meleleh hingga yang nampak di

permukaan hanya benang hasil pembordiran. Lalu digunakan pula

sebagai aplikasi yang sengaja memperlihatkan organdi poliester dengan

karakteristiknya yang menerawang dengan varian warna yang

bermacam-macam.

III. 3 Teknik yang Digunakan

Berikut adalah beberapa definisi teknik :

1. 1 pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan

dengan hasil industri (bangunan, mesin); 2 cara (kepandaian dsb)

membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni; 3

metode atau sistem mengerjakan sesuatu.52

2. 1 semua manifestasi dalam arti materiil yang lahir dari daya cipta

manusia untuk membuat sesuatu yang bermanfaat bagi manusia. 2

dalam arti klasik, ilmu-ilmu alam dan eksakta meliputi perencanaan,

konstruksi, pengamanan, utilitas, tepat guna, dan sebagainya.53

III. 3. 1 Sablon

Sablon merupakan teknik yang cukup banyak digunakan di pasaran,

terutama diatas produk t-shirt. Cara mengaplikasikannya cukup mudah yaitu

dengan mengaplikasikan cat sablon dengan bantuan screen dan rakel keatas

permukaan kain. Terdapat banyak teknik sablon dengan prinsip pencetakan

motif yang sama. Dalam tugas ini digunakan beberapa teknik yaitu foil, flock

dan puff.

52
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001
53
Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, 2005

55
1. Foil

Foil n metal in a thin flexible sheet vt to cover or coat

something with foil.54

Teknik ini memberikan tambahan bahan berupa material

berkilap atau berwarna metalik dengan bantuan lem transfer.

Dilakukan dengan cara menyablon lem transfer keatas kain,

menempelkan lembaran foil keatasnya, kemudian dipanaskan dengan

menggunakan setrika bersuhu tinggi agar lapisan metaliknya terlepas

dari lembaran plastik.

2. Flock

Flocking (flki) (textiles) A design or a surface finish made

by spraying short fibers so that they adhere electrostatically to a

material.55

Flocking memberikan tambahan bahan diatas kain dengan

tekstur yang lembut seperti tekstur kain beludru. Flock adalah wol

maupun serat buatan yang sangat pendek dan bisa diwarna. Sebelum

diaplikasikan keatas kain, flock harus diberdirikan secara elektrostatis.

Sama dengan teknik foil, flock pun menggunakan lem transfer

sebagai bahan perekat antara bagian belakang lembaran flocking

dengan kain. Cara pengaplikasiannya pun sama. Flock bisa dicuci

maupun dengan dry clean.

3. Puff

Sablon Puff atau yang juga dikenal dengan sablon foaming

merupakan teknik sablon yang menggunakan pasta khusus yang akan

54
Microsoft Encarta Encyclopedia, 2002
55
www.answers.com

56
mengembang setelah dipanaskan. Suhu pada waktu pemanasan

sebaiknya tidak terlalu panas agar hasilnya tidak mudah rontok akibat

dari pengembangan yang berlebihan.

III. 3. 2 Teknik Jahit

Sew : vti to join things or repair or make something by using a

needle to pass thread repeatedly through material. Sewing n 1. the act or

work of using a needle and thread to join or repair material 2. a piece of

material that somebody is sewing.56

Menjahit adalah pekerjaan yang dilakukan pada kain dengan

menggunakan jarum dan benang. Teknik menjahit banyak sekali macamnya

dan tidak terbatas hanya untuk menggabungkan potongan-potongan kain

namun bisa digunakan untuk kepentingan membuat sesuatu yang baru dalam

proses eksperimen ini.

1. Jahit Mesin

Teknik ini menggunakan mesin jahit manual dengan jahitan

biasa. Dengan beberapa teknik yang dikembangkan sendiri dapat

menghasilkan beberapa bentuk jahitan yang menarik. Teknik ini

dipadukan dengan teknik cutting atau pengguntingan yang dilakukan

dengan rapi maupun secara acak sebelum dan setelah penjahitan

dengan maksud untuk menghasilkan guntingan, sayatan, atau

potongan-potongan tertentu.

56
Microsoft Encarta Encyclopedia, 2002

57
2. Bordir

Embroidery : Needlework done by hand or machine using a

wide variety of threads to produce designs on cloth. Embroider v 1.

decorate ( cloth ) with needlework.57

Embroidery : Ornamental needlework of colored designs

worked on to fabric. Has been used to decorate many items of

womenswear for centuries. It was created by hand until the 20th

century.58

Pengertian bordir disini dibatasi pada teknik produksi tekstil

berupa menambahkan benang atau serat tambahan pada sehelai kain

dengan menggunakan alat bantu mesin. Mesin yang dipakai adalah

mesin jahit kaki ( kejek ) atau mesin juki. Teknik ini dimaksudkan

untuk memberikan motif diatas sehelai kain maupun untuk sekaligus

menyatukan beberapa helai kain organdi dengan maksud memberikan

tekstur baru.

Selain mesin jahit, alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan

adalah :

1. Bahan dasar berupa organdi,

2. Benang bordir ( katun, linen, poliester, sutra, metal, dan

sebagainya ),

3. Gunting bordir yang berukuran kecil ( 10 cm ) dengan

ujung sedikit melengkung keatas,

4. Solder listrik untuk membuat terawang atau lubang,

57
Oxford Learners Pocket Dictionary, 2002
58
The Encyclopaedia of Fashion from 1840 to The 1980s, 1989

58
5. Karbon untuk menjiplak gambar dari sketsa di kertas

minyak atau kertas roti keatas kain,

6. Bidangan,

7. Jarum jahit dan alat-alat penunjang lainnya.

3. Quilt

Quilt n 1. a bed cover made of two layers of fabric stitched together,

with interior padding of cotton or feathers held in place by decorative

intersecting seams 2. something that resembles a quilt or is quilted vt to

make a fabric article, especially a bed cover, by sewing two layers of fabric

together with a filling, especially using decorative stitching.59

Teknik ini merupakan penjahitan dengan menggabungkan dua helai

kain dengan tambahan bahan diantaranya. Salah satunya adalah shadow

quilting yang bisa menampilkan bahan pengisinya karena material yang

digunakan adalah material transparan yaitu organdi. Teknik yang juga

dipakai adalah stuffing yaitu dengan memasukkan bahan pengisi kedalam

organdi dengan bentuk tertentu. Kelebihan teknik ini adalah dapat

menampilkan tekstur bahan pengisinya ataupun menimbulkan tekstur baru.

III. 3. 3 Heat Setting

Heat-setting adalah proses mereka tekstur bahan tekstil dengan

bantuan pemanasan. Misalnya teknik pleating permanen, karakteristik

permukaan dari pliss, dan efek tiga dimensi dari kain seperti Trilok.

59
Microsoft Encarta Encyclopedia, 2002

59
1. Pleats

Pleat n a vertical fold in cloth or other material, usually one of

a number, sewn into position or pressed flat vt to put pleats into cloth

or a piece of clothing.60

Cara membuat pleats sangatlah sederhana, yaitu dengan

melipat-lipat kain hingga membentuk struktur lipitan, baik dengan cara

ditekan, dijahit, di-steam ataupun dengan menggunakan obat khusus.

Jenis yang umum digunakan adalah box, accordion, rolled, stacked,

cartridge dan knife pleating.

Pleats memerlukan kain yang lebih banyak dari ukuran yang

diharapkan karena dalam proses pengerjaannya dibutuhkan bagian

untuk dilipat ke bagian belakang sehingga mengurangi ukuran sekira 3

: 1 dengan rasio perbandingan 3 untuk ukuran awal kain dan 1 sebagai

hasil pleating. Dalam ekperimen yang dilakukan, teknik pleats tidak

terbatas pada beberapa teknik diatas namun melakukan berbagai

eksplorasi cara melipat kain organdi yang merujuk pada teknik pleats

biasa dengan bantuan bahan kimia khusus sebagai pengawet bentuk.

2. Steam

Steam merupakan proses pemanasan yang dilakukan agar

proses reka bahan yang telah dilakukan sebelumnya menjadi

permanen. Beberapa teknik yang memerlukan proses ini adalah

twisting dan celup warna. Twisting merupakan proses yang mudah

dilakukan yaitu dengan cara memutar, memelintir atau menggulung

kain sehingga mendapatkan tekstur baru. Lalu dengan teknik

60
Microsoft Encarta Encyclopedia, 2002

60
menggunakan kawat maupun benda lainnya sehingga bentuk kain yang

dihasilkan akan bervariasi bergantung pada bahan tersebut. Kain yang

telah dikukus selama beberapa jam akan berubah bentuk, ikatan-ikatan

pada benda penopangnya baru dibuka setelah kain kering.

3. Setrika

Proses ini cukup dilakukan dengan menyetrika kain pada suhu

yang yang tinggi untuk memertahankan posisi reka bahan yang telah

dilakukan dan memerlukan proses penyetrikaan.

III. 3. 4 Tenun

Tenun : hasil kerajinan yang berupa bahan ( kain ) yang dibuat dari

benang ( kapas, sutra, dsb ) dengan cara memasuk-masukkan pakan secara

melintang pada lungsin.61

Prinsip kain hasil tenunan adalah adanya benang lusi ( benang-

benang yang sejajar ) dan pakan ( benang-benang yang melintang ) yang

saling menyilang satu sama lain, dengan salah satu benang berada diatas

pada satu bagian dan berada dibawah benang yang lainnya pada bagian

berikutnya, yang terus berulang-ulang hingga menghasilkan kain tenunan.

Teknik yang digunakan dalam eksplorasi adalah teknik tenun polos.

Anyaman polos merupakan anyaman yang paling sederhana. Pada anyaman

ini benang pakan menyilang bergantian yaitu diatas benang lusi dan

berikutnya dibawah benang lusi dan begitu berulang seterusnya. Anyaman

polos merupakan anyaman yang paling tua dan paling banyak digunakan

diantara anyaman lainnya. Diperkirakan 80 % dari semua anyaman kain

61
Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1176, 2001

61
tenun adalah anyaman polos dan turunannya. Kain dengan anyaman polos

mudah diberi desain muka, misalnya dicap, dibatik, disulam, dan

sebagainya.62

Teknik ini dimaksudkan untuk membuat kain tenun baru dari kain

yang telah ada yang penulis sebut dengan istilah a new woven material from

a woven material. Sebelum ditenun ulang, organdi mengalami beberapa

teknik reka bahan seperti sablon, mengikat-ikat beberapa bagian kain,

langsung digunting untuk menjadi benang pakan dalam tenunan, ataupun

dengan melakukan beberapa perlakuan khusus seperti menarik pakan pada

saat penenunan dan membuat efek tenun ikat pada lusinya. Benang untuk

lusi digunakan benang jahit biasa berbahan dasar poliester. Proses perekaan

hingga pemotongan kain organdi dilakukan sendiri oleh penulis sedangkan

proses penenunan dilakukan oleh perajin tenun dengan menggunakan

ATBM ( Alat Tenun Bukan Mesin) di daerah Manonjaya, Tasikmalaya.

III. 3. 5 Multilayer

Multi- prefix many, multiple, more than one or two

Layer n a single thickness of something that lies over or under

something or between other similar thicknesses vti to apply or arrange

things as separate thicknesses, or form into separate thicknesses.63

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa multilayer adalah

penumpukkan dari beberapa benda. Sehingga pada intinya, multilayer adalah

penumpukkan beberapa bahan tekstil dengan bantuan berbagai teknik yang

digunakan dalam pembuatan suatu busana. Teknik multilayer cocok

62
Pengetahuan Barang Tekstil, hlm. 152 - 154
63
Microsoft Encarta Encyclopedia, 2002

62
diaplikasikan dengan karakteristik organdi yang menerawang pada suatu

busana agar tidak tembus pandang. Misalnya dengan menggabungkan

beberapa warna organdi sehingga menghasilkan warna baru yang lebih unik,

menggabungkan beberapa organdi dengan motif-motif yang berbeda

sehingga terlihat menimbulkan motif baru, menghasilkan efek tembus

cahaya, serta tekstur dan ketebalan.

III. 4 Eksperimen

III. 4. 1 Definisi Eksperimen

Berikut adalah beberapa definisi eksperimen :

a. percobaan yang bersistem dan berencana ( untuk membuktikan

suatu teori dsb ).64

b. percobaan65

c. ( Ing : experiment; Lat: experimentum, experiri = mencoba ) 1.

metode pokok untuk mengungkapkan dan menguji suatu

kebenaran dengan jalan percobaan. 2. suatu penyelidikan

fenomen yang dilakukan dengan memengaruhi secara aktif

fenomen-fenomen dengan menciptakan kondisikondisi baru

agar tetap sejalan dengan maksud penyelidik. 3. praktek sosial

dan historis manusia dan menjadikan sumber pengetahuan karena

merupakan kriteria kebenaran akan hipotetis dan teori. Langkah-

langkah eksperimen; tentukan kondisi yang perlu termasuk

64
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001
65
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2002

63
menjauhkan faktor-faktor yang mengganggu; penggunaan alat-

alat yang sesuai.66

d. Experiment n 1. a test, especially a scientific one, carried out in

order to discover whether a theory is correct or what the results

of a particular course of action would be 2. an attempt to do

something new, or a trying out of something to see what will

happen 3. the use of tests and trials in order to make discoveries

vi 1. to try out new methods of doing or using things 2. to carry

out a scientific test of a theory or process.67

III. 4. 2 Alat dan Bahan Penunjang Eksperimen

Berikut adalah alat dan bahan penunjang yang digunakan dalam

melakukan eksperimen :

1. Mesin jahit,

2. Jarum jahit berbagai ukuran,

3. Benang jahit poliester, benang akrilik,

4. Screen sablon dan rakel,

5. Setrika, panci, sendok plastik, kompor, sarung tangan,

6. Double-tape, lem putih, lem kertas, lem transfer SP TOP Ink,

7. Cat sablon, pasta puff, bibit pewarna tekstil, pewarna poliester

dengan merek dagang iretsu / dylon, foil, flocking,

8. Payet dan manik-manik.

66
Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, 2005
67
Microsoft Encarta Encyclopedia, 2002

64
III. 4. 3 Eksperimen Awal

Eksperimen awal dilakukan sebagai permulaan proses eksplorasi

untuk mengetahui bagaimana kondisi dan reaksi dari kain organdi setelah

mengalami perlakuan reka bahan dengan berbagai macam teknik dan

perlakuan berbeda dengan bermacam-macam bahan kimia maupun teknik

celup warna.

1. Eksperimen Pemutihan

Organdi dicelup dingin dengan menggunakan bahan

pemutih NaOCl 5,25% yang umum terdapat di pasaran, dalam

rentang waktu selama 2 jam tidak menimbulkan reaksi apapun,

warna organdi tidak memudar. Percobaan kedua dengan waktu

selama 1 minggu, warna sedikit memudar namun tidak terlalu

kentara. Hal ini membuktikan bahwa kekuatan warna organdi

sangat tinggi dan tahan lama.

Lalu dicoba dengan proses celup panas yaitu dengan bahan

pemutih yang umum digunakan untuk proses pemutihan selulosa

yaitu Hidrogen Peroksida 35%, Na Silikat dan Teepol. Setelah

proses pendidihan selama tiga jam, ternyata hasilnya tidak

menunjukkan adanya perubahan warna organdi secara signifikan.

Hal ini membuktikan bahwa organdi bukan merupakan bahan

tekstil yang terbuat dari selulosa.

2. Eksperimen Pewarnaan

Organdi dicelup dengan zat pewarna untuk bahan poliester.

Dengan bantuan garam dan proses pendidihan selama dua jam

tidak menimbulkan perubahan yang kentara, hanya sedikit sekali

65
warna yang menempel itupun setelah dibilas dengan air mengalir

warnanya semakin menghilang. Warna yang menempel pada kain

setelah kering dan disetrika memerlihatkan perubahan yang

cukup terlihat pada organdi doff, namun pada organdi shimmer

warna aslinya menjadi kusam dan warna dari zat pewarna tidak

terlalu baik. Hasil yang unik didapatkan dari organdi shimmer

dengan bahan yang telah dipanaskan diatas lilin, karena pewarna

lebih banyak menempel pada bagian-bagian yang telah

dipanaskan. Perubahan warna yang tidak terlalu bagus hasilnya

dalam proses ini sehingga teknik yang diharapkan seperti teknik

shibori maupun tie-dye tidak berhasil dilakukan karena hasilnya

kurang maksimal.

3. Eksperimen Pemanasan

Eksperimen ini dilakukan dengan cara memanaskan

organdi dengan menggunakan panci pengukus dengan bantuan

alat tambahan seperti sendok, kawat, sumpit, uang logam, dan

tali pengikat. Organdi diikat pada alat tambahan untuk

mendapatkan bentuk maupun tekstur baru, namun eksperimen ini

tidak bertahan dengan baik karena jika disetrika maka kain akan

kembali seperti semula. Namun hasilnya akan lebih kuat jika

diberi obat pleats.

66
Berikut adalah eksperimen awal yang telah dilakukan68 :

Tabel 3. 1

Eksperimen Awal

Eksperimen Awal Keterangan


Eksperimen 1 Organdi putih.
Pewarna hijau.
Teknik celup rintang warna.
Warna pada eksperimen asli yang
muncul tidak terlalu jelas / tipis.

Eksperimen 2 Organdi Pink.


Pewarna Pink.
Teknik celup rintang warna.
Warna hasil celupan cenderung
memudarkan warna asli, hasil rintangan
tidak kentara.

Eksperimen 3 Organdi kuning dan putih.


Pewarna biru.
Teknik celup rintang warna.
Teknik jahit mesin multilayering.
Kain kuning dicelup dengan pewarna
hijau. Kain putih dicelup pewarna biru
dengan teknik shibori namun hasilnya
tidak bagus. Kemudian disatukan dengan
mesin jahit listrik.
Eksperimen 4 Organdi Tosca.
Pleating dengan obat pleats.
Hasil pleating acak dengan teknik
menyubit beberapa bagian kain
kemudian dioleskan dengan obat pleats
dan dipanaskan hingga kaku.

68
Warna yang tampil pada gambar tidak sama persis dengan eksperimen asli, disebabkan oleh
beberapa hal seperti kurangnya pencahayaan, penggunaan blitz kamera, maupun teknik fotografi
yang tidak terlalu baik.

67
Eksperimen 5 Organdi kuning.
Pewarna hijau.
Pemanasan diatas lilin.
Kain dipanaskan dengan lilin di
beberapa bagian hingga mengerut
kemudian dicelup kedalam pewarna. Zat
pewarna lebih menempel pada bagian
kain yang telah dipanaskan diatas lilin
serta memudarkan warna asli kain.
Eksperimen 6 Organdi kuning.
Pemanasan diatas lilin.
Kain dipanaskan acak hingga mengerut
dan berlubang.

Eksperimen 7 Organdi hijau.


Pemanasan diatas lilin.
Kain dipanaskan diatas lilin hingga
berlubang.

Eksperimen 8 Organdi merah, biru, kuning, dan putih.


Teknik kukus dan obat pleats.
Kain diikat-ikat dengan tali dan koin
berbagai ukuran sebagai pengisinya.
Dikukus selama 3 jam agar bentuk kain
berubah mengikuti bentuk koin.

Eksperimen 9 Organdi berbagai warna dikukus dengan


bantuan beberapa benda pengikat
sebagai alat bantu seperti sumpit, koin
dan plastik untuk mendapatkan bentuk
berbeda hasil dari pemanasan selama
hampir 4 jam namun hasilnya tidak
tahan lama karena akan kembali lagi
mejadi lurus apabila disetrika.

68
Eksperimen 10 Organdi putih doff.
Teknik lukis dengan zat pewarna untuk
lukis sutra, pemanasan diatas lilin.
Organdi digambari dengan siluet motif
barong dan diberi warna. Kemudian,
dipanaskan diatas lilin hingga ada
beberapa bagian yang mengerut.

Setelah melakukan berbagai eksperimen diatas, maka disimpulkan

bahwa organdi tidak perlu lagi mengalami berbagai teknik kimiawi untuk

pewarnaan dalam proses eksplorasi kali ini maupun teknik heat-setting

seperti teknik kukus dan pleating. Terlebih dengan berbagai kelebihan

organdi yang telah ada seperti koleksi warna yang cukup lengkap di pasaran,

maka teknik yang dipilih adalah dengan menggunakan teknik reka bahan

lainnya seperti yang dijelaskan pada pembahasan berikutnya.

III. 4. 4 Eksperimen Lanjutan

Eksperimen lanjutan merupakan proses eksplorasi yang lebih

mendalam terhadap organdi dan merupakan proses terusan dari eksperimen

awal. Eksperimen difokuskan pada penggunaan berbagai teknik rekalatar.

Berikut adalah hasil eksperimen lanjutan yang telah dilakukan :

Tabel 3. 2

Eksperimen Lanjutan ( Rekalatar )

Eksperimen Lanjutan Keterangan


( Rekalatar )
Eksperimen 1 Organdi putih doff.
Multilayering, jahit mesin.
Lapisan pertama diberi puff putih acak
dan dijahit dengan mesin agar mengerut,
lapisan kedua hanya dijahit dengan
mesin, keduanya disatukan dengan jahit
mesin.

69
Eksperimen 2 Organdi putih doff.
Puff putih dioleskan dengan kuas lalu
disetrika. Kemudian kain dijahit dengan
tangan sehingga berbentuk 3 dimensi
dan diberi tambahan payet pink.

Eksperimen 3 Organdi putih doff.


Jahit mesin, puff .
Aplikasi sablon motif Barong warna
biru diatas puff putih dan jahitan dengan
pengulangan motif.

Eksperimen 4 Organdi putih, merah, kuning, hijau,


biru, dan pink.
Multilayering.
Teknik bordir dengan benang pelangi.

Eksperimen 5 Organdi putih, merah, kuning, jingga,


dan hijau.
Multilayering.
Teknik bordir dengan benang pelangi.

Eksperimen 6 Organdi putih, merah, kuning, hijau,


biru, dan jingga.
Multilayering.
Teknik bordir dengan benang pelangi.

70
Eksperimen 7 Organdi soft pink.
Pita organdi pink.
Pemanasan diatas lilin, jahit manual.
Perpaduan warna, bentuk dan material
dengan menjahitkan benang organdi
yang telah dibentuk menyerupai bunga
diatas organdi yang telah dipanaskan
diatas lilin.

Eksperimen 8 Organdi soft pink.


Bordir motif padma.
Aplikasi tile putih dan pink dengan
teknik jahit.

Eksperimen 9 Organdi pink.


Aplikasi teknik jahit dengan
menambahkan tile berwarna-warni.

Eksperimen 10 Organdi pink.


Pemanasan diatas lilin.
Flocking soft pink dan Foil emas motif
barong dengan pengulangan dan
perpaduan.

Eksperimen 11 Organdi pink dan soft pink.


Multilayering dan shadow quilting
dengan bahan pengisi berupa potongan
kain organdi pink. Lapisan atas
dipanaskan diatas lilin.

71
Eksperimen 12 Organdi pink, Hijau muda, Biru muda,
Soft pink.
Multilayering, cutting, sablon motif
prada, jahit mesin.
Perpaduan, penumpukkan.

Eksperimen 13 Organdi pink.


Puff pink, pemanasan diatas lilin
Perpaduan bentuk dan warna, ditujukan
sebagai point of interest dari sebuah
busana.

Eksperimen 14 Organdi soft pink


Teknik jahit mesin biasa dan pemanasan
diatas lilin serta puffing putih.

Eksperimen 15 Organdi soft pink, pink, jingga.


Multilayering, pleating, pemanasan
diatas lilin, jahit mesin.

Eksperimen 16 Organdi pink dan jingga.


Aplikasi sablon putih motif padma,
multilayering dengan organdi jingga
dengan jahit mesin dan cutting.

72
Eksperimen 17 Organdi pink, putih.
Multilayering, kain organdi pink dijahit
mesin secara acak dan dipanaskan diatas
lilin. Organdi putih yang telah
dipanaskan juga diberi aplikasi puff
putih menggunakan screen. Kemudian
keduanya dijahit agar menyatu dan
ditambahkan puff secara acak
menggunakan ujung pulpen.
Eksperimen 18 Organdi soft pink.
Teknik pemanasan dengan
menggunakan kawat ram, dikukus
selama 3 jam dan diberi obat pleats
sebagai penguat. Lalu dibordir dengan
benang putih.

Eksperimen 19 Organdi pink.


Sebelum dikukus organdi pink disablon
motif prada dengan warna biru. Lalu
dikukus dengan bantuan kawat ram.
Perpaduan warna yang kontras antara
pink dengan biru.

Eksperimen 20 Organdi pink, bronze.


Multilayering, jahit, pemanasan dengan
lilin, shadow quilting.
Kain bronze diiisi dengan felt pink
kemudian dibentuk bulat, diikat dan
dimasukan diantara organdi pink yang
telah dipanaskan diatas lilin hingga
berlubang. Kemudian dijahit dengan
mesin dengan arah mengelilinginya.
Eksperimen 21 Organdi soft pink, emas.
Multilayering, cutting, flocking.
Flocking diaplikasikan diatas organdi
emas, kemudian ditumpuk dengan
organdi pink yang kemudian dijahit
mengikuti motif, terakhir dilakukan
pengguntingan pada beberapa bagian
untuk memerlihatkan bagian bawahnya.

73
Eksperimen 22 Organdi jingga, kuning
Aplikasi sablon putih serta teknik jahit
mesin, multilayering dan cutting.

Eksperimen 23 Organdi kuning dan jingga.


Teknik jahit mesin multilayering dan
cutting.
Pengulangan.

Eksperimen 24 Organdi jingga, bronze, emas.


Multilayering, shadow quilting, cutting.
Organdi jingga dilapisi organdi bronze
dan dijahit dengan mesin kemudian
digunting-gunting dan dijahit kembali.
Lalu diberi tambahan organdi yang telah
diisi dengan felt warna jingga.

Eksperimen 25 Organdi jingga, bronze, emas.


Multilayering, shadow quilting, cutting.
Organdi bronze dilapisi organdi jingga
dan dijahit dengan mesin kemudian
digunting-gunting dan dijahit kembali.
Lalu diberi tambahan organdi yang telah
diisi dengan felt warna jingga.

Eksperimen 26 Organdi jingga, bronze, emas.


Multilayering, shadow quilting, cutting.
Organdi bronze dilapisi organdi emas
dan dijahit dengan mesin kemudian
digunting-gunting dan dijahit kembali.
Lalu diberi tambahan organdi yang telah
diisi dengan felt warna jingga serta
organdi jingga yang dikerut.

74
Eksperimen 27 Organdi emas, bronze, dan jingga.
Shadow quilting dengan brokat jingga
sebagai pengisi. Multilayer.

Eksperimen 28 Organdi bronze.


Foil perak motif padma, kemudian
dikukus dengan bantuan kawat ram.

Eksperimen 29 Organdi emas


Shadow quilting dengan felt coklat
sebagai pengisi.

Eksperimen 30 Organdi emas.


Shadow quilting dengan brokat hitam
sebagai pengisi.

Eksperimen 31 Organdi bronze dan putih.


Teknik bordir motif modifikasi ragam
hias Bali, multilayering.

75
Eksperimen 32 Organdi emas dan biru muda.
Teknik bordir motif modifikasi ragam
hias Bali, multilayering.

Eksperimen 33 Organdi hijau, bronze.


Multilayering, cutting
Pengulangan motif dan teknik
pengguntingan pada beberapa bagian
untuk lebih memerlihatkan bagian yang
berada dibagian bawah.

Eksperimen 34 Organdi hijau.


Felt kuning, putih dan hijau dibentuk
lingkaran-lingkaran berbagai ukuran
dan ditumpuk, diletakkan diatas maupun
dibawah organdi untuk menghasilkan
tekstur yang berbeda.
Teknik jahit mesin biasa dengan benang
kuning dan putih.

Eksperimen 35 Organdi hijau.


Teknik pleating dengan lem binder.
Foil emas motif sulur bunga dengan
pengulangan dan perpaduan.

Eksperimen 36 Organdi hijau dan kuning.


Multilayering, cutting, sablon putih
motif modifikasi
Pengulangan motif dan teknik
pengguntingan pada beberapa bagian
untuk lebih memerlihatkan bagian yang
berada dibagian bawah.

76
Eksperimen 37 Organdi hijau muda dan hijau.
Jahit mesin.
Ditumpuk dengan felt warna hijau,
multilayer kuning dan putih.
Pengulangan motif dan perpaduan.

Eksperimen 38 Organdi kuning dan biru muda


Multilayering, cutting.
Organdi kuning disablon biru dengan
motif padma kemudian ditumpuk
dengan organdi biru muda yang
disablon motif barong kemudian
ditumpuk dan dijahit dengan mesin dan
digunting-gunting pada beberapa bagian
untuk menonjolkan beberapa bagian
motif.
Eksperimen 39 Organdi kuning dan emas.
Teknik jahit mesin, pemanasan lilin,
puffing, multilayering.
Terdiri dari 4 lapisan, yang pertama
dibuat dengan teknik jahit mesin,
kemudian bagian pemanasan lilin,
cutting organdi emas, dan organdi
kuning dengan pemanasan lilin.
Terakhir diberi puff putih.
Eksperimen 40 Organdi jingga,
Multilayering, bordir.
Organdi jingga ditumpuk dengan
organdi kuning kemudian dibordir
dengan motif padma yang pada bagian
kelopak bunganya di beri tambahan kain
sifon yang dikerut.

Eksperimen 41 Organdi biru muda.


Smock dengan tambahan bulu sintetis
dan benang akrilik.

77
Eksperimen 42 Organdi biru muda.
Smock dengan tambahan benang akrilik.

Eksperimen 43 Organdi tosca.


Smock dengan motif tertentu sehingga
nampak seperti kipas-kipas kecil.

Eksperimen 44 Organdi turqoise.


Multilayering, bordir.
Motif modifikasi padma dibuat dengan
teknik bordir secara berulang-ulang di
beberapa bagian yang kemudian
digunting benangnya sehingga
menimbulkan efek berbulu.

Eksperimen 45 Organdi turqoise, Tosca


Multilayering, cutting
Kain tosca dijahit biasa kemudian
digunting-gunting secara acak untuk
mendapatkan komposisi tertentu.

Eksperimen 46 Organdi turqoise.


Multilayering, pita organdi.
Pita dilipat dan dijahit dengan teknik
jahit biasa.

78
Eksperimen 47 Organdi biru muda, turqoise.
Sablon, Multilayering, cutting.
Aplikasi motif modifikasi padma
dengan teknik sablon berwarna putih
kemudian ditumpuk dan digunting pada
bagian atas organdi bawah yang
disablon.

Eksperimen 48 Organdi turqoise, biru muda.


Multilayering, cutting, foil perak motif
modifikasi padma.
Terdapat 3 lapisan, diantara lapisan
pertama dan kedua diberi benang akrilik
dengan warna senada, kemudian dijahit
untuk menggabungkan semuanya.

Eksperimen 49 Organdi biru, jingga, dan turqoise.


Teknik jahit mesin dengan
menumpukkan beberapa organdi yang
telah dipanaskan dengan lilin.

Eksperimen 50 Organdi tosca, Bronze


Teknik flocking magenta motif
modifikasi ragam hias Bali,
multilayering, jahit mesin,
pengguntingan untuk lebih menonjolkan
motif.

Eksperimen 51 Organdi tosca, bronze.


Multilayering, cutting, pemanasan
diatas lilin, teknik jahit mesin secara
acak.

79
Eksperimen 52 Organdi biru, putih, biru muda.
Multilayering, cutting, sablon.
Terdapat dua lapis organdi dengan
sablon motif modifikasi, yang pertama
sablon putih biasa motif padma, dan
yang kedua sablon puff motif barong.
Lalu ditumpuk lagi dan dijahit dengan
mesin kemudian digunting-gunting.

Eksperimen 53 Organdi merah.


Brokat hitam dengan bordir bunga
warna merah. Multilayering.
Sebagai perpaduan bentuk ditujukan
sebagai point of interest dari sebuah
busana. Brokat diambil bagian yang
dibordirnya dan dibuat menjadi
gumpalan-gumpalan yang kemudian
dijahitkan keatas organdi.

III. 4. 5 Eksperimen Akhir

Eksperimen akhir merupakan proses terusan dari eksperimen

lanjutan. Eksperimen ini difokuskan pada teknik rekarakit dengan teknik

tenun polos menggunakan ATBM ( Alat Tenun Bukan Mesin ). Langkah-

langkah membuat tenunan dari kain organdi adalah,

1. Organdi digunting terlebih dahulu dengan lebar sekira 1 cm sebelum

ditenun di ATBM karena diperuntukkan sebagai pakan dalam tenunan,

sedangkan lusinya menggunakan benang poliester.

2. Untuk mendapatkan motif, organdi disablon atau diberi teknik

rekalatar lainnya sebelum digunting.

Gambar 3. 25 Organdi Sebelum Ditenun, dokumen pribadi.

80
3. Proses pengguntingan dilakukan secara manual satu persatu dengan

tangan mengikuti arah lusi kain agar hasil potongannya halus,

4. Setelah menentukan perpaduan warna, organdi yang telah digunting

ditenun dengan menggunakan ATBM.

Berikut adalah hasil eksperimen lanjutan yang telah dilakukan :

Tabel 3. 3

Eksperimen Akhir ( Rekarakit )

Eksperimen Akhir ( Rekarakit )


Tenun Polos dengan Varian Warna
Eksperimen 1 Eksperimen 2 Eksperimen 3

Eksperimen 4 Eksperimen 5 Eksperimen 6

Eksperimen 7 Eksperimen 8 Eksperimen 9

Eksperimen 10 Eksperimen 11 Eksperimen 12

81
Eksperimen 13 Eksperimen 14 Eksperimen 15

Eksperimen 16 Eksperimen 17 Eksperimen 18

Eksperimen 19 Eksperimen 20 Eksperimen 21

Eksperimen 22 Eksperimen 23 Eksperimen 24

Eksperimen 25 Eksperimen 26 Eksperimen 27

Eksperimen 28 Eksperimen 29

82
III. 4. 6 Evaluasi Eksperimen

Setelah mendapatkan lebih dari 100 buah eksperimen, berikut adalah

poin-poin evaluasi hasil eksperimen yang telah dilakukan :

1. Sifat organdi yang tipis serta tembus pandang dapat

dimanfaatkan dalam teknik penumpukkan untuk

mendapatkan efek baru dari penumpukkan warna, motif

hingga teknik yang berbeda sehingga menghasilkan bentuk,

volume hingga tekstur baru.

2. Satu jenis eksperimen dapat menjadi sumber ide untuk

melakukan eksperimen selanjutnya. Bahkan dari teknik yang

sederhana seperti menjahit dan menggunting saja bisa

menghasilkan banyak sekali eksperimen baru.

3. Eksperimen dibuat dalam skala 1 : 1 dalam potongan kain

berukuran A4 ( 21 cm x 29,7 cm ) ataupun ukuran lainnya,

untuk menghindari pengaruh kurang baik yang mungkin akan

timbul jika eksperimen dibuat dalam ukuran-ukuran kecil

untuk kemudian diperbesar pada saat pembuatan produk

akhir.

4. Setelah melakukan beberapa eksperimen, terdapat teknik-

teknik yang tidak terlalu tepat diaplikasikan dengan bahan

organdi seperti teknik shibori karena warna dapat merembes

kedalam jahitan dan ikatan, namun teknik tie-dye biasa masih

dapat diaplikasikan meski warna yang muncul kurang terlihat

dan cenderung kusam, apalagi jika dibandingkan dengan

warna bawaan organdi yang sudah menarik.

83
5. Dalam teknik cutting yang menjadi teknik utama dalam

eksperimen ini, bulu-bulu yang timbul di tepian bahan akibat

pengguntingan diantara pakan dan lusi organdi bisa

menimbulkan tekstur dan rabaan baru.

6. Teknik sablon biasa menarik untuk dikembangkan diatas

organdi yang transparan karena cat sablon menembus hingga

ke bagian belakang dan menempel pada material yang ada

dibawahnya.

7. Teknik foil maupun flocking memiliki kendala pada saat

mengaplikasikan lem karena lem tembus ke belakang dan

kurang mengikat lembaran foil atau flocking yang berada

diatas permukaan.

8. Teknik bordir diatas organdi memiliki banyak potensi untuk

terus dikembangkan dengan berbagai macam cara, misalnya

dengan menumpukkan banyak benang sekaligus atau

menambahkan material lain yang tidak menghilangkan

keunggulan organdi sebagai material utama.

9. Teknik tenun merupakan salah satu cara yang menarik untuk

memanfaatkan kain yang ada di pasaran untuk menjadi kain

baru yang lebih menarik.

10. Teknik tenun bisa menimbulkan wujud baru dari kain

pembuatnya.

11. Organdi berperan sebagai pakan, maka sebelum ditenun harus

digunting-gunting terlebih dahulu. Proses pengguntingan

dilakukan satu persatu dengan tangan sehingga proses

84
pembuatan pakan dari kain organdi memerlukan waktu yang

cukup lama karena proses pemotongan dilakukan secara

manual menggunakan gunting.

12. Organdi yang akan dijadikan pakan diberi motif modifikasi

ragam hias Bali dengan teknik sablon terlebih dahulu

sebelum ditenun, meskipun pada akhirnya setelah dipotong-

potong kemudian ditenun motif awal tidak lagi terlihat dan

menjadi seperti motif tenun ikat.

85

Anda mungkin juga menyukai