Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN SIKAP PERAWAT DENGAN PENERAPAN KODE ETIK DALAM

MEBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANGAN


TUMATENDEN DI RSUD MARIA WALANDA MARAMIS

Oleh :
BELLA AGUSTIANY
NIM : 14061160

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

ungkapan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas penyertaan-nya kepada penulis,
terutama dalam proses penyelesaian proposal skripsi ini dengan judul, Hubungan Sikap Perawat
Dengan Penerapan Kode Etik Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Di Ruangan
Tumatenden RSUD Maria Walanda Maramis.

Proposal ini disusun dalam rangka memperoleh persetujuan para penguji sehingga penulis dapat
hasil penelitian.penulis berencana untuk menyajikan hasil penelitian nanti menurut jenis deskriptif-
analitis, sedangakan pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan cross sectional.

Materi utama yang akan dijadikan bahan penelitian berhubungan dengan dua variable yang akan
diteliti, yakni variable sikap perawat dan variable penerapan kode etik, dengan kelompok sasaran adalan
pasien yang ada di ruangan Tumatenden RSUD Maria Walanda Maramis. Dan tujuan utamanya untuk
melihat ada atau tidaknya Hubungan Sifat perawat dengan penerapan kode etik dalam memberikan
asuhan keperawatan di ruangan Tumatenden RSUD Maria Walanda Maramis.

Proposal ini disusun dalam suatu sistematika penulisan yang terdiri atas empat (4) bab, yakni
Pendahuluan (Bab 1), landasan Teori ( Bab 2), kerangka konsep dan hipotesis penelitian (Bab 3), serta
metode Penelitian serta rumusan masalah penelitian. Sedangkan bab 2, penulis menyajikan landasan
teori tentang variable-variabel yang akan diteliti (sikap perawat dan penerapan kode etik).hal penting
dalam bab 3 yakni berisi kerangka konsep dan hipotesis penelitian, sementara dalam bab 4 penulis
memaparkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan metode penelitian yang akan penulis
pergunakan.

Penulis sangat berharap semoga proposal penelitian ini diterima sehingga penulis dapat
melanjutkan pada tahap penelitian lapangan. Penulis menyadari keterbatasan penulis dalam menyusun
proposal ini, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk perbaikan menuju yang lebih baik. Dan
semoga penelitian dan hasil penelitian yang nanti dilaksanakan dan disajikan penulis, memberi nilai bagi
pengembangan pengetahuan dan kesehatanb bagi semua pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pelayanan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang ditetapkan.
Upaya untuk memberikan keperawatan bermutu ini dapat dimulai perawat dari adanya rasa tanggung
jawab perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara professional. Dalam melakukan praktek
keperawatan, perawat secara langsung berhubungan dan berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan,
dan pada saat interaksi inilah sering timbul beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja maupun
tidak disengaja, kondisi demikian inilah sering menimbulkan konflik baik pada diri pelaku dan penerima
praktek keperawatan. (Ismaini dan Kozier N. 2001).
Sikap kerja perawat menjelaskan sikap sebagai perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang
selalu sisipkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada
respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun keadaan. (Gibson 1997).
Bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi pelayanan.
Kualitas pelayanan professional memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan berpedoman pada
etik dan moral (Marsirfan, 2007). Perawat diharapkan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan
asuhan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktik asuhan professional.
(Makhfudli, 2009). Proses keperawatan adalah metode Asuhan keperawatan yang ilmiah, sistematis,
dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan
pasien/klien, dimulai dari pengkajian (pengumpulan Data, Analisis Data dan penentuan masalah),
Diagnosis keperawatan, pelaksanaan dan penilaian tindakan keperawatan (evaluasi) (Ali, 1997).
Misalnya memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien yang baru selesai operasi yang tidak
bisa melakukan personal hygine secara mandiri untuk itu kita sebagai perawat menggantikan peran
dengan membantu menggantikan pakaian seorang pasien/klien kita harus menjaga privasi dengan cara
menutup sampiran dan meminta izin kepada keluarga pasien/klien.
Survei terhadap pelayanan keperawatan di rumah sakit di Kanada, menemukan sekitar 17-44%
perawat melakukan pelayanan keperawatan dengan kualitas memburuk alam setahun terakhir
(McLoughlin & Leatherman, 2003). Penelitian ini menggambarkan ketidakpuasan yang dipersepsikan
pasien di rumah sakit berhubungan dengan tutur kata, keacuhan, ketidakramahan, dan kesulitan
memperoleh informasi dari perawatan menduduki peringkat pertama (suryawati, Dharminto, dan
shaluhiyah, 2006). Hasil survei yang dilakukan dibeberapa ruangan di salah satu rumah sakit di
Semarang didapatkan data sebanyak 10 responden (30,3%) mengatakan tidak puas terhadap pelayanan
keperawatan, dan sebanyak 23 responden (69,9%) mengatakan puas terhadap pelayanan keperawatan,
hal ini menunjukkan bahwa kepuasan pasien masih rendah. Menurut KepMenKes No. 129 tahun 2008
tentang standar pelayanan minimal rumah sakit menetapkan bahwa standar kepuasan pasien rawat
inap adalah >= 90% atau standar ketidakpuasan pasien <= 10% (Aburrouf, 2013). Hasil penelitian yang
dilakukan di RSUD salatiga didapatkan data bahwa catatan pendokumentasi asuhan keperawatan masih
kurang meliputi pengkajian sebanyak 43,4%, diagnosis sebanyak 29,6%, perencanaan sebanyak 29,8%,
tindakan sebanyak 57,8%, evaluasi sebanyak 53,4%, dan catatan asuhan keperawatan sebanyak 69,8%
(Martini, 2007).

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Pernyataan Masalah

Berdasarkan latar belakang uraian di atas ini penulis melihat ada atau tidaknya
hubungan sikap perawat dengan penerapan kode etik dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien di ruangan Tumatenden RSUD Maria Walanda Maramis.

1.2.2 Pertanyaan Masalah

1. Bagaimana sikap perawat di ruangan tumatenden di RSUD Maria Walanda maramis?

2. Bagaimana penerapan kode etik dalam memberikan asuhan keperawatan pada


pasien di ruangan Tumatenden Di RSUD Maria Walanda Maramis?

3. Apakah ada hubungan antara sikap perawat dengan penerapan kode etik dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien di ruangan Tumatenden Di RSUD
Maria Walanda Maramis?

1.3. Tujuan umum

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya hubungan
atau korelasi antara sikap perawat dengan penerapan kode etik delam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien di ruangan Tumatenden di RSUD Maria Walanda Maramis.

1.3.2. Tujuan Khusus

Beberapa tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Teridentifikasinya sikap perawat pada pasien di ruangan Tumatenden RSUD


Maria Walanda Maramis.
2. Teridentifikasinya penerapan kode etik pemberian asuhan keperawatan pada
pasien di ruangan tumatenden RSUD Maria Walanda Maramis.
3. Teranalisanya hubungan sikap perawat dengan penerapan kode etik dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien di ruangan tumatenden RSUD
Maria Walanda Maramis.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Memberikan pemahaman kepada penulis tentang Hubungan sikap perawat


dengan penerapan kode etik dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

1.4.2. Manfaat Praktis


A. Perawat
Memberikan informasi kepada perawat yang bekerja di RS, tentang
penerapan kode etik dalam memberikan asuhan keperawatan dan sikap
perawat.
B. Tempat Penelitian
RSUD Maria Walanda Maramis khususnya ruangan rawat inap Tumatenden.
C. Masyarakat
Sebagai pengguna pelayanan rumah sakit penelitian ini harus di informasikan
kepada masyarakat tentang kode etik dalam pemberian asuhan keperawatan
guna untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Sikap

2.1.1. Pengertian
Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat langsung ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau
lingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).

2.1.2. Komponen Pokok Sikap

Sikap mempunyai 3 komponen pokok (Notoatmodjo, 2010) yaitu :

2.1.2.3 komponen Kognitif

Komponen kognitif yaitu kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap


suatu objek, artinya bagaimana keyakinan, atau pemikiran seseorang terhadap objek.

2.1.2.4 Komponen Afektif


Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. Artinya bagaimana
penilaian (terkandung didalamnya factor emosi)orang tersebut terhadap objek.

2.1.2.5 Komponen konatif


Kencendrungan untuk bertindak, artinya sikap adalah merupakan komponen
yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total


attitude). Pengetahuan berpikir, keyakinan dan emosi memgang peranan penting (
Notoatmodjo, 2010).
2.1.3. Tingkatan sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan (Notoatmodjo, 2010).
Yakni:

2.1.3.1 Menerima (receiving)


Menerima diartikan bahwa orang mau menerima stimulus yang diberikan.

2.1.3.2 Merepon (responding)

Merespon seperti member jawaban ketika ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

2.1.3.3 Menghargai (Valuing)

Menghargai orang lain untuk mengerjakann atau mendiskusikan dengan


orang lain terhadap suatu masalah adalah indikasi sikap pada tingkatannya.

2.1.3.4 Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap

dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat

dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu

objek (Notoatmodjo, 2010).

2.2. Kode Etik

2.2.1. Definisi Etika Profesi


Etika berasal dari kata Ethos (bahasa yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan,
atau adat. ( Martin 1993). Menurut para ahli etika adalah aturan perilaku, adalah
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar
dan mana yang buruk. Etika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang baik burukb
secara moral. Etika profesi adalah pedoman yang menumbuhkan tanggung jawab atau
kewajiban bagi bagi anggota profesi tantang hak-hak yang diharapkan orang lain. Secara
etika profesi member tuntunan praktik bagi anggota-anggota profesi dalam melaksanakan
praktik profesinya sesuai dengan standart moral yang diyakininya. Etika berbagai profesi
digariskan dalam kode etik yang bersumber dari, martabat dan hak manusia (yang
memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik
berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani. Kode etik
menerapkan konsep etis karena profesi menghargai kepercayaan serta nilai individu.

2.2.2. Pengertian Kode Etik

kode etik dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman atis dalam melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan atau pedoman berperilaku. Suatu kode etik
menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam
standar perilaku anggotanya. Kode etik adalah sistem dimana norma, nilai dan aturan
professional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik. Kode etik
dijadikan standar aktivitas anggota profesi, kode etik dijadikan standar aktivitas anggota
profesi, kode etik tersebut sekaligus sebagai pedoman konvensi nasional IPBI ke-1
mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan, aturan, tata cara yang menjadi
pedoman dalam menjalankan serta menjiwai akan pola, aturan karena pada dasarnya
suatu tindakan yang tidak menggunakan kode etik akan berhadapan dengan sanksi.

2.2.3. Tujuan Kode Etik Bagi Keperawatan

Menurut American Ethics Comission Bureau On Teaching:

1. Mengenal dan mengidentasikana unsure moral dalam praktik keperawatan.


2. Membuntuk strategi atau cara menganalisis masalah yang terjadi dalam praktik
keperawatan.
3. Menghubungkan prinsip moral atau pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan pada diri sendiri, keluarga, dan kepada Tuhan, sesuai dengan
kepercayaannya.

Tujuan lainnya :
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan anggotanya.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan diatas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat.
2.2.4. Fungsi kode Etik Perawat
1. kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan
memaknai dan menerima kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan kepada
perawat oleh masyarakat.
2. kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesiannya sebagai landasan dalam praktik etikal.
3. kode etik perawatan menetapkan hubungan-hubungan professional yang harus
dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan klien sebagai advocator, perawat dengan
tenaga professional kesehatan lain sebagai teman sejawat yang berprofesi
keperawatan sebagai contributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari
asuhan keperawatan.
4. kode etik perawat memberikan sarana pengetahuan diri sebagai profesi.

2.2.5. Kode Etik Keperawatan Nasional Dan Dunia

1. Definisi
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam
hubungan dengan orang lain. Etik merupakan studi tentang ditekankan pada
penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang. Secara umum, terminologi
etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminology yang berbeda dengan moral
bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofi atau kajian
tentang masalah atau dilemma tertentu. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan
bagaimana seharusanya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan
seseorang terhadap orang lain.

2. Teori Etik
a) Utilitarian
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau
akibat tindakan contoh : Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi
dapat menyebabkan hal yang tidak menyenangkan, nyeri atau penderitaan
pada semua hal yang terlibat, tetapi pada dasarnya hal tersebut bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.

b) Deontologi
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain autonomi, informed consent, alokasi sumber-sumber
dan euthanasia.
3. Prinsip-prinsip Etik

A. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.

B. Berbuat baik (beneficience)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi.

C. Keadilan (justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hokum, standar praktek dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

D. Tidak merugikan (nonmaleficience)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.

E. Kejujuran (veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk menyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan
mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.

F. Menepati janji (fidelity)


Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setiap pada komitmennya dan menepati janji
serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetianan, adalah kewajiban
seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan
penderitaan.

G. Kerahasiaan (confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak
ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan
oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar era
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan
tenaga kesehatan lain harus dihindari.

H. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

2.2.6 Kode Etik Keperawatan Indonesia

Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai


pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan
yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi
perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat
selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat
dihindarkan. Kode etik keperawtan Indonesia :

a. Perawat dan Klien

1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan


martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama
yang dianut serta kedudukan sosial.

2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara


suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama klien.

3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.

4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan


tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

b. Perawat dan praktek

1) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui


belajar terus-menerus
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.

3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain

4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan


selalu menunjukkan perilaku profesional.

c. Perawat dan masyarakat

Perawat bertanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan


mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat.

d. Perawat dan teman sejawat

1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun


dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan.

2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan


pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.

e. Perawat dan Profesi

1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan


pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan

2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi


keperawatan

3)Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan


memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan
yang bermutu tinggi.

2.2.7 Kode Etik Keperawatan American Nurses Association

1. Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat


kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan status
sosial atau ekonomi, atribut personal atau corak masalah kesehatan.
2. Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang
bersifat rahasia.

3. Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam
oleh praktek seseorang yang tidak berkompoten, tidak etis atau illegal.

4. Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan


yang dijalankan masing-masing individu.

5. Perawat memelihara kompetensi keperawatan.

6. Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan


kompetensi dan kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan
konsultasi, menerima tanggung jawab dan melimpahkan kegiatan keperawatan
kepada orang lain.

7. Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu pengembangan pengetahuan


profesi.

8. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan


meningfkatkan standar keperawatan.

9. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina
kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas.

10. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap
informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat.

11. Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat
lainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan publik.

2.3 Asuhan keperawatan

2.3.1. Definisi

Asuhan Keperawatan atau Askep adalah serangkaian tindakan atau proses


keperawatan yang diberikan kepada seorang pasien pada sebuah pelayanan
kesehatan, dengan cara mengikuti aturan dan kaidah-kaidah keperawatan dan
berdasarkan pada masalah yang sedang dihadapi seorang pasien serta
kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk merawat pasien tersebut. Proses
keperawatan adalah suatu metode asuhan keperawatan (askep) yang sistematis,
dinamis, ilmiah (menurut kajian teoritis) ,dan dilakukan secara berkesinambungan
dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien, dimulai dari beberapa proses
pengkajian yaitu diagnosis keperawatan, pelaksanaan keperawatan, kemudian
penilaian atau evaluasi terhadap tindakan keperawatan hingga kemudian
pendokumentasian hasil tindakan keperawatan itu sendiri sehingga jika sewak tu-
waktu dibutuhkan maka dapat dipergunakan kembali keberadaannya (Ali :1997).
2.3.2 . Fungsi Asuhan Keperawatan
1. Sebagai pedoman dan acuan resmi bagi setiap fungsional kesehatan untuk
melakuka tindakan keperawatan dalam rangka memecahkan masalah yang
sedang dihadapi seorang pasien.
2. Sebagai alat untuk mengukur profesionalisme seorang tenaga fungsional
kesehatan ketika melakukan serangkan tindakan keperawatan terhadap
pasiennya.
3. Sebagai alat dalam menjamin kebebasan seorang pasien untuk mendapat
pelayanan yang sesuai kebutuhan dan keperluan dalam menyelesaikan
masalah yang sedang dihapainya.

2.3.3. Tahapan Proses Asuhan Keperawatan (Askep)


1. Kajian Keperawatan
Kajian keperawatan atau pengkajian keperawatan merupakan serangkaian
tindakkan awal dalam sebuah proses keperawatan pasien. Tahapan ini
diperlukan dalam rangka mendapatkan informasi dan data yang sangat
diperlukan dari pasien, mulai dari aspek fisik, mental, gejala serta hal lainnya
dan berhubungan dengan diri pasien maupun penyakit yang diderita pasien itu
sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan
Untuk tahapan diagnosa keperawatan bagi seorang fungsional
kesehatan meliputi hal-hal sebagai berikut :

Aktual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik
yang ditemukan.
Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak
dilakukan intervensi.
Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat
sejahtera yang lebih tinggi.
Syndrom : diagnose yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan
actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu
kejadian atau situasi tertentu.

3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah serangkaian uraian tindakan yang tertulis,
meliputi rencana tindakan yang akan dilakukan pada setiap pasien dalam rangka
merubah status kesehatan pertama hingga status pada saat mendapatkan
asuhan keperawatan itu sendiri. Oleh karena itu rencana keperawatan ini bisa
juga dikatakan sebagai pedoman tertulis bagi setiap fungsional kesehatan dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatannya.
4. Implementasi Keperawatan
Untuk tahap implementasi keperawatan, secara umum ada 3 tahapan
penting yang biasa dilakukan oleh fungsional kesehatan yaitu :

1. Tahap I :
Persiapan. Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat
untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.

2. Tahap II :
Intervensi. Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah
kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan
meliputi tindakan : independen, dependen, dan interdependen.

3. Tahap III :
Dokumentasi. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam
proses keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Tahapan evaluasi keperawatan disinisangatlah penting, dimana pada
tahapan ini keberhasilan tindakan keperawatan yang telah diberikan dapat
dilakukan dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien. Sedangkan
untuk evaluasi pada proses keperawatan yang telah dilaksanakan dapat
dilakukan dengan cara membandingkan antara proses dengan
pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
dilihat dengan dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.

6. Dokumentasi Keperawatan
Dalam suatu tindakan asuhan keperawatan (askep), pendokumentasian dan
pengarsipan data setiap proses asuhan keperawatan merupakan bukti penting
yang berguna bagi beberapa pihak, baik bagi fungsional kesehatan itu sendiri
maupun bagi sang pasien atau pun bagi lembaga tertentu yang
memerlukannya.

Anda mungkin juga menyukai