Proposal Mini
Proposal Mini
Oleh :
BELLA AGUSTIANY
NIM : 14061160
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
ungkapan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas penyertaan-nya kepada penulis,
terutama dalam proses penyelesaian proposal skripsi ini dengan judul, Hubungan Sikap Perawat
Dengan Penerapan Kode Etik Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Di Ruangan
Tumatenden RSUD Maria Walanda Maramis.
Proposal ini disusun dalam rangka memperoleh persetujuan para penguji sehingga penulis dapat
hasil penelitian.penulis berencana untuk menyajikan hasil penelitian nanti menurut jenis deskriptif-
analitis, sedangakan pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan cross sectional.
Materi utama yang akan dijadikan bahan penelitian berhubungan dengan dua variable yang akan
diteliti, yakni variable sikap perawat dan variable penerapan kode etik, dengan kelompok sasaran adalan
pasien yang ada di ruangan Tumatenden RSUD Maria Walanda Maramis. Dan tujuan utamanya untuk
melihat ada atau tidaknya Hubungan Sifat perawat dengan penerapan kode etik dalam memberikan
asuhan keperawatan di ruangan Tumatenden RSUD Maria Walanda Maramis.
Proposal ini disusun dalam suatu sistematika penulisan yang terdiri atas empat (4) bab, yakni
Pendahuluan (Bab 1), landasan Teori ( Bab 2), kerangka konsep dan hipotesis penelitian (Bab 3), serta
metode Penelitian serta rumusan masalah penelitian. Sedangkan bab 2, penulis menyajikan landasan
teori tentang variable-variabel yang akan diteliti (sikap perawat dan penerapan kode etik).hal penting
dalam bab 3 yakni berisi kerangka konsep dan hipotesis penelitian, sementara dalam bab 4 penulis
memaparkan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan metode penelitian yang akan penulis
pergunakan.
Penulis sangat berharap semoga proposal penelitian ini diterima sehingga penulis dapat
melanjutkan pada tahap penelitian lapangan. Penulis menyadari keterbatasan penulis dalam menyusun
proposal ini, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk perbaikan menuju yang lebih baik. Dan
semoga penelitian dan hasil penelitian yang nanti dilaksanakan dan disajikan penulis, memberi nilai bagi
pengembangan pengetahuan dan kesehatanb bagi semua pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang ditetapkan.
Upaya untuk memberikan keperawatan bermutu ini dapat dimulai perawat dari adanya rasa tanggung
jawab perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara professional. Dalam melakukan praktek
keperawatan, perawat secara langsung berhubungan dan berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan,
dan pada saat interaksi inilah sering timbul beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja maupun
tidak disengaja, kondisi demikian inilah sering menimbulkan konflik baik pada diri pelaku dan penerima
praktek keperawatan. (Ismaini dan Kozier N. 2001).
Sikap kerja perawat menjelaskan sikap sebagai perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang
selalu sisipkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada
respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun keadaan. (Gibson 1997).
Bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi pelayanan.
Kualitas pelayanan professional memerlukan landasan komitmen yang kuat dengan berpedoman pada
etik dan moral (Marsirfan, 2007). Perawat diharapkan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan
asuhan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktik asuhan professional.
(Makhfudli, 2009). Proses keperawatan adalah metode Asuhan keperawatan yang ilmiah, sistematis,
dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan
pasien/klien, dimulai dari pengkajian (pengumpulan Data, Analisis Data dan penentuan masalah),
Diagnosis keperawatan, pelaksanaan dan penilaian tindakan keperawatan (evaluasi) (Ali, 1997).
Misalnya memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien yang baru selesai operasi yang tidak
bisa melakukan personal hygine secara mandiri untuk itu kita sebagai perawat menggantikan peran
dengan membantu menggantikan pakaian seorang pasien/klien kita harus menjaga privasi dengan cara
menutup sampiran dan meminta izin kepada keluarga pasien/klien.
Survei terhadap pelayanan keperawatan di rumah sakit di Kanada, menemukan sekitar 17-44%
perawat melakukan pelayanan keperawatan dengan kualitas memburuk alam setahun terakhir
(McLoughlin & Leatherman, 2003). Penelitian ini menggambarkan ketidakpuasan yang dipersepsikan
pasien di rumah sakit berhubungan dengan tutur kata, keacuhan, ketidakramahan, dan kesulitan
memperoleh informasi dari perawatan menduduki peringkat pertama (suryawati, Dharminto, dan
shaluhiyah, 2006). Hasil survei yang dilakukan dibeberapa ruangan di salah satu rumah sakit di
Semarang didapatkan data sebanyak 10 responden (30,3%) mengatakan tidak puas terhadap pelayanan
keperawatan, dan sebanyak 23 responden (69,9%) mengatakan puas terhadap pelayanan keperawatan,
hal ini menunjukkan bahwa kepuasan pasien masih rendah. Menurut KepMenKes No. 129 tahun 2008
tentang standar pelayanan minimal rumah sakit menetapkan bahwa standar kepuasan pasien rawat
inap adalah >= 90% atau standar ketidakpuasan pasien <= 10% (Aburrouf, 2013). Hasil penelitian yang
dilakukan di RSUD salatiga didapatkan data bahwa catatan pendokumentasi asuhan keperawatan masih
kurang meliputi pengkajian sebanyak 43,4%, diagnosis sebanyak 29,6%, perencanaan sebanyak 29,8%,
tindakan sebanyak 57,8%, evaluasi sebanyak 53,4%, dan catatan asuhan keperawatan sebanyak 69,8%
(Martini, 2007).
Berdasarkan latar belakang uraian di atas ini penulis melihat ada atau tidaknya
hubungan sikap perawat dengan penerapan kode etik dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien di ruangan Tumatenden RSUD Maria Walanda Maramis.
3. Apakah ada hubungan antara sikap perawat dengan penerapan kode etik dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien di ruangan Tumatenden Di RSUD
Maria Walanda Maramis?
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya hubungan
atau korelasi antara sikap perawat dengan penerapan kode etik delam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien di ruangan Tumatenden di RSUD Maria Walanda Maramis.
Beberapa tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
2.1.1. Pengertian
Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat langsung ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau
lingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).
Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan (Notoatmodjo, 2010).
Yakni:
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap
kode etik dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman atis dalam melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan atau pedoman berperilaku. Suatu kode etik
menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam
standar perilaku anggotanya. Kode etik adalah sistem dimana norma, nilai dan aturan
professional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik. Kode etik
dijadikan standar aktivitas anggota profesi, kode etik dijadikan standar aktivitas anggota
profesi, kode etik tersebut sekaligus sebagai pedoman konvensi nasional IPBI ke-1
mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan, aturan, tata cara yang menjadi
pedoman dalam menjalankan serta menjiwai akan pola, aturan karena pada dasarnya
suatu tindakan yang tidak menggunakan kode etik akan berhadapan dengan sanksi.
Tujuan lainnya :
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan anggotanya.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan diatas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat.
2.2.4. Fungsi kode Etik Perawat
1. kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan
memaknai dan menerima kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan kepada
perawat oleh masyarakat.
2. kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesiannya sebagai landasan dalam praktik etikal.
3. kode etik perawatan menetapkan hubungan-hubungan professional yang harus
dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan klien sebagai advocator, perawat dengan
tenaga professional kesehatan lain sebagai teman sejawat yang berprofesi
keperawatan sebagai contributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari
asuhan keperawatan.
4. kode etik perawat memberikan sarana pengetahuan diri sebagai profesi.
1. Definisi
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam
hubungan dengan orang lain. Etik merupakan studi tentang ditekankan pada
penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang. Secara umum, terminologi
etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminology yang berbeda dengan moral
bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofi atau kajian
tentang masalah atau dilemma tertentu. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan
bagaimana seharusanya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan
seseorang terhadap orang lain.
2. Teori Etik
a) Utilitarian
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau
akibat tindakan contoh : Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi
dapat menyebabkan hal yang tidak menyenangkan, nyeri atau penderitaan
pada semua hal yang terlibat, tetapi pada dasarnya hal tersebut bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.
b) Deontologi
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain autonomi, informed consent, alokasi sumber-sumber
dan euthanasia.
3. Prinsip-prinsip Etik
A. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
C. Keadilan (justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hokum, standar praktek dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
E. Kejujuran (veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk menyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan
mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
G. Kerahasiaan (confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak
ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan
oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar era
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan
tenaga kesehatan lain harus dihindari.
H. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
3. Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam
oleh praktek seseorang yang tidak berkompoten, tidak etis atau illegal.
9. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina
kondisi kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas.
10. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap
informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat.
11. Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat
lainnya dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan publik.
2.3.1. Definisi
2. Diagnosa Keperawatan
Untuk tahapan diagnosa keperawatan bagi seorang fungsional
kesehatan meliputi hal-hal sebagai berikut :
Aktual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik
yang ditemukan.
Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak
dilakukan intervensi.
Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat
sejahtera yang lebih tinggi.
Syndrom : diagnose yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan
actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu
kejadian atau situasi tertentu.
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah serangkaian uraian tindakan yang tertulis,
meliputi rencana tindakan yang akan dilakukan pada setiap pasien dalam rangka
merubah status kesehatan pertama hingga status pada saat mendapatkan
asuhan keperawatan itu sendiri. Oleh karena itu rencana keperawatan ini bisa
juga dikatakan sebagai pedoman tertulis bagi setiap fungsional kesehatan dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatannya.
4. Implementasi Keperawatan
Untuk tahap implementasi keperawatan, secara umum ada 3 tahapan
penting yang biasa dilakukan oleh fungsional kesehatan yaitu :
1. Tahap I :
Persiapan. Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat
untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.
2. Tahap II :
Intervensi. Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah
kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan
meliputi tindakan : independen, dependen, dan interdependen.
3. Tahap III :
Dokumentasi. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam
proses keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahapan evaluasi keperawatan disinisangatlah penting, dimana pada
tahapan ini keberhasilan tindakan keperawatan yang telah diberikan dapat
dilakukan dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien. Sedangkan
untuk evaluasi pada proses keperawatan yang telah dilaksanakan dapat
dilakukan dengan cara membandingkan antara proses dengan
pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
dilihat dengan dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.
6. Dokumentasi Keperawatan
Dalam suatu tindakan asuhan keperawatan (askep), pendokumentasian dan
pengarsipan data setiap proses asuhan keperawatan merupakan bukti penting
yang berguna bagi beberapa pihak, baik bagi fungsional kesehatan itu sendiri
maupun bagi sang pasien atau pun bagi lembaga tertentu yang
memerlukannya.