Anda di halaman 1dari 49

Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

BAB I

UJI KOEFISIEN FENOL

I.1. LANGKAH KERJA

Alat dan bahan

Alat :
1. Labu Ukur 50 ml 1
2. Inkubator 1
3. Pipet tetes 3
4. Gelas Ukur 3
5. Rak tabung 2
6. Stopwatch 1
7. Tabung reaksi 21
8. Kawat ose 1
9. Botol semprot 1
10. Pembakar spirtus 1
Bahan :
1. Fenol 12,5 ml
2. Nutrien Broth ( NB ) 65 ml
3. Sample uji (WPC) 1 ml
4. NaCl 0,9 % 15,5 ml
5. Aquadest secukupnya
6. Mc Farlan secukupnya
7. Staphulococcus aureas seujung ose

1
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

Prosedur
1. Pengenceran bakteri I
Bakteri SA dimasukkan 2 ml NaCl 0.9% dengan menggunakan ose yang
telah disterilkan sampai kekeruhannya sama dengan mc farlan
Sehingga didapatkan suspensi kuman 109

2. Pengenceran Bakteri II
Kedalam 3 tabung reaksi dimasukkan masing-masing 4.5 ml NaCl
0.9%
Tabung pertama ditambahkan 0.5 ml suspensi kuman 109 kemudian
dilarutkan sehingga didapatkan suspensi kuman 108
Tabung kedua ditambahkan 0.5 ml suspensi kuman 108 kemudian
dilarutkan sehingga didapatkan suspensi kuman 107
Tabung ketiga ditambahkan 0.5 ml suspensi kuman 107 kemudian
dilarutkan sehingga didapatkan suspensi kuman 106

2
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

Sehingga didapatkan fenol 1:80

3. Pengenceran Bakteri II
12.5 ml fenol dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml kemudian ditambahkan
aquadest sampai tanda batas kemudian dikocok
Sehingga didapatkan fenol 1:80

3
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

4. Pembuatan Larutan Desinfektan


1 ml larutan desinfektan dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 9 ml aquadest kemudian dilarutkan,sehingga didapatkan
desinfektan 1:10
Sediakan 3 tabung reaksi
Pada tabung yang pertama, ambil 1 ml desinfektan 1:10 kemudian
ditambahkan 7 ml aquadest dilarutkan, diperoleh desinfektan 1:80
Pada tabung yang kedua, ambil 0.5 ml desinfektan 1:10 tambahkan 4.5
ml aquadest dilarutkan,diperoleh desinfektan 1:100
Pada tabung yang ketiga, ambil 0.5 ml desinfektan 1:10 tambahkan 7 ml
aquadest dilarutkan, diperoleh desinfektan 1:150
Masing masing dari ketiga tabung diambil 5 ml dimasukkan ke tabung
reaksi

4
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

5. Penyiapan inokulasi
12 tabung reaksi diisi dengan masing masing 5 ml NB kemudian beri
label F5, F10, F15, DES 1:80 5, DES 1:80 10, DES 1:80 15, DES
1:100 5, DES 1:100 10, DES 1:100 15, DES 1:150 5, DES 1:150
10, DES 1:150 15
1 tabung reaki berisi 5 ml NB yang digunakan nanti untuk
pembanding

6. Uji fenol
Pada 5 ml fenol 1:80 ditambahkan 0.5 ml suspensi kuman 106
didiamkan selama 5 menit
Ambil 1 ose dari campuran tersebut kedalam tabung yang berisi NB
F5
Diamkan lagi selama 5 menit
Ambil 1 ose dari campuran tersebut kedalam tabung yang berisi NB
F10
Diamkan selama 5 menit Ambil 1 ose dari campuran tersebut kedalam
tabung

7. Uji desinfektan 1:80

5
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

7. Uji desinfektan 1:80


Pada 5 ml desinfektan 1:80 ditambahkan 0.5 ml suspensi kuman 106
didiamkan selama 5 menit
Ambil 1 ose dari campuran tersebut kedalam tabung yang berisi NB
DES 1:80 5
Diamkan lagi selama 5 menit
Ambil 1 ose dari campuran tersebut kedalam tabung yang berisi NB
DES 1:80 10
Diamkan selama 5 menit Ambil 1 ose dari campuran tersebut kedalam
tabung yang berisi NB DES 1:80 15

8. Uji desinfektan 1:100


Pada 5 ml desinfektan 1:100 ditambahkan 0.5 ml suspensi kuman 106
didiamkan selama 5 menit
Ambil 1 ose dari campuran tersebut kedalam tabung yang berisi NB
DES 1:100 5
Diamkan lagi selama 5 menit
Ambil 1 ose dari campuran tersebut kedalam tabung yang berisi NB
DES 1:100 10
Diamkan selama 5 menit Ambil 1 ose dari campuran tersebut kedalam
tabung yang berisi NB DES 1:100 15

6
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

9. Uji desinfektan 1:150


Pada 5 ml desinfektan 1:150 ditambahkan 0.5 ml suspensi kuman 106
didiamkan selama 5 menit
Ambil 1 ose dari campuran tersebut kedalam tabung yang berisi NB
DES 1:150 5
Diamkan lagi selama 5 menit
Ambil 1 ose dari campuran tersebut kedalam tabung yang berisi NB
DES 1:150 10
Diamkan selama 5 menit Ambil 1 ose dari campuran tersebut kedalam
tabung yang berisi NB DES 1:150 15

7
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

I.2. HASIL PRAKTIKUM

WAKTU (MENIT)
JUMLAH PENGENCERAN
5 10 15

FENOL 1 : 80 - - -

DESINFEKTAN 1 : 80 + + -

DESINFEKTAN 1 : 100 + - -

DESINFEKTAN 1 : 150 + - -

Keterangan : (+) Keruh = ada bakteri

(-) Bening = tidak ada bakteri

I.3. HASIL PERHITUNGAN KOEFISIEN FENOL

Besar koefisien fenol dapat ditentukan dengan rumus :

Koefisien fenol = A : B + C : D
2
Keterangan :

A = Fenol tercepat membunuh

B = Desinfektan tercepat membunuh

C = Fenol terlama membunuh

D = Desinfektan terlama membunuh

Maka besar koefisien fenol yang didapat dari hasil praktikum adalah :

Koefisien fenol = 1/80 : 1/100 + 1/80 : 1/80


2
Koefisien fenol = 1/80 100/1 + 1/80 80/1
2

8
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

Koefisien fenol = 100/80 + 80/


80

2
Koefisien fenol = 1,25+ 1
2
Koefisien fenol = 1,125

Jadi, kekuatan Desinfektan (WPC) adalah 1,125 kali Fenol

I.4. FOTO HASIL PRAKTIKUM

Hasil Uji Fenol

Hasil dari uji desinfektan I

Hasil dari uji desinfektan II

9
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

Hasil dari uji desinfektan III

1.5 DASAR TEORI UJI KOEFISIEN FENOL

A. Pengertian Desinfektan
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika
yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran
jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit
lainnya.Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri,
jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat
digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan
pakaian.
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan
sebagai antiseptik dan desinfektan tapi tidak semua bahan desinfektan
adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan
antiseptik.Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan
tubuh atau tidak bersifat keras. Penambahan bahan desinfektan juga
dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses
pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan
desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi
(Kimbal, 2002). Desinfektan dan antiseptik memiliki sifat antimikroba.

10
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

Cara kerja antimikroba antara lain:


a. Merusak DNA
Sejumlah unsur antimikroba bekerja dengan merusak DNA.Unsur ini
meliputi radiasi pengion (ionisasi), sinar ultra ungu, dan zat -zat kimia
reaktif DNA. Pada kategori yang terakhir ini terdapat zat- zat alkilasi
dan zat lain yang bereaksi secara kovalen dengan basa purin dan
pirimidin sehingga bergabung dengan DNAatau membentuk ikatan
silang antar untai. Penyinaran merusak DNA melalui beberapa cara,
misalnya sinar ultra ungu menyebabkan penyilangan diantara pirimidin
yang berdekatan pada salah satu untai yang sama dari dua untai
polinukleotida, membentuk dimer pirmidin. Radiasi pengion
memecahkan untaian tunggal atau ganda. Kerusakan DNA yang
ditimbulkan karena penyinaran atau secara kimiawi akan mematikansel
terutama karena mengganggu replikasi DNA (Jawetz et. al., 1996).
b. Denaturasi protein
Protein terdapat dalam keadaan tiga dimensi, terlipat, yang ditentukan
oleh pertautan disulfida kovalen intramolekul dan sejumlah pertautan
nonkovalen seperti ikatan ion, ikatan hidrofob, dan ikatan
hidrogen.Keadaan ini dinamakanstruktur tersier protein; struktur ini
mudah terganggu oleh sejumlah unsur fisikatau kimiawi, sehingga
protein tidak dapat berfungsi lagi.Kerusakan strukturtersier ini
dinamakan denaturasi protein (Jawetzet. al.,1996).
c. Gangguan selaput atau dinding sel.
Selaput sel berguna sebagai penghalang yang selektif, meloloskan
beberapazat terlarut dan menahan zat lainnya.Beberapa zat diangkut
secara aktif melalui selaput, sehingga konsentrasinya dalam sel
tinggi.Selaput sel juga merupakantempat bagi banyak enzim yang
terlibat dalam biosintesis berbagai komponenpembungkus sel. Zat-zat
yang terkonsentrasi pada permukaan sel mungkin mengubah sifat-sifat
fisik normalnya dan dengan demikian membunuh atau menghambat
sel.Dinding sel berlaku sebagai struktur pemberi bentuk pada sel,
melindungi sel terhadap lisis osmotik.Dengan demikian, zat yang

11
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

merusak dinding sel (misalnya lisozim) atau menghalangi sintesis


normalnya (misalnya penisilin) akan menyebabkan lisis sel
(Jawetzet.al.,1996).Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua
cara, cara fisik dan cara kimia. Banyak bahan kimia yang dapat
berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke
dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia
yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia
yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa
terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang
mengandung gugus-X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi,
golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan
golongan biguanida (Pankey,2014).

B. Sifat Fenol
Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak
dipakai antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para
kloro xylenol. Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam
rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air
dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk
virus, spora tetapi tidak baik digunakan untuk membunuh beberapa jenis
bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai dalam proses
desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding atau peralatan
yang terbuat dari papan/kayu.Adapun keunggulan golongan fenol adalah
sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material,
sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun,
dan korosif (Pankey, 2014).
Fenol dapat digunakan sebagai antiseptic seperti yangdigunakan Sir
Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik.Fenol merupakan
komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai
TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa
anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Collier, 1998).

12
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

Escherichia coli adalah salah satu jenis spesies utama bakteri Gram-
negatif. Bakteri ini ditemukan oleh Theodor Escherich. Pada umumnya
bakteri ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia. E.Coli merupakan
anggota dari family Enterobacteriaceae. Ukuran sel dengan panjang 2,06,0
m dan lebar 1,11,5 m. Bentuk sel dari bentuk seperti coocal hingga
membentuk sepanjang ukuran filamentous. Tidak ditemukan spora E. Coli
batang gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam
rantai pendek, biasanya tidak berkapsul. Bakteri ini aerobik dan dapat juga
aerobik fakultatif. E. Coli merupakan penghuni normal usus, seringkali
menyebabkan infeksi. E.Coli merupakan bakteri kemoorganotropik,
mempunyai tipe metabolisme fermentasi dan respirasi tetapi
pertumbuhannya paling sedikit banyak dibawah keadaan anaerob.
Pertumbuhan yang baik pada suhu optimal 37C pada media yang
mengandung 1% peptone sebagai sumber karbon dan nitrogen.
Untuk menentukan kualitas desinfektan yaitu dengan
menentukandaya bunuh desinfektan terhadap kuman adalah dengan
menggunakan metode koefisien fenol. Fenol adalah jenis desinfektan yang
paling kuno dan karena kekuatannya telah diketahui maka kualitas
desinfektan selalu dibandingkan dengan fenol. Fenol dengan kadar 0,2
persen bersifat bakteriostatik yakni menahan pertumbuhan bakteri,
sedangkan fenol 1% bersifat mematikan bakteri atau
bakterisid.Koefisienfenol adalah bilangan pecahan yang menunjukkan
perbandingan kekuatan daya bunuh dari desinfektan dibandingkan dengan
kekuatan daya bunuh dari fenol sebagai pembanding dalam kondisi yang
sama, yaitu jenis bakteri yang sama dan dan waktu kontak yang sama.
Waktu untuk menguji antibiotika adalah 18-24 jam, sedangkan untuk mata
tidak mungkin selama itu. Oleh karena itu, digunakanwaktu tertentu dengan
metode kontak secara konvensional, waktu yang paling cepat adalah 2,5
menit, paling lama 15 menit. Kekuatan fenol untuk menguji desinfektan
adalah tidak lebih besar dari 5% (Collier, 1998).
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100ml.
Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion

13
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan


anionfenoksida C6H5O- yang dapat dilarutkan dalam air. Dibandingkan
dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan
dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, dimana fenol dapat melepaskan
H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi
seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital, antara satu-
satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban
negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya (Collier, 1998).
Memfermentasikan laktosa dan memproduksi indol yang digunakanuntuk
mengidentifikasikan bakteri pada makanan dan air. E.coli berbentuk besar
(2-3 mm), sirkular, konveks dan koloni tidak berpigen pada nutrient dan
media darah. E.Coli dapat bertahan hingga suhu 60C selama 15 menit atau
pada 55C selama 60 menit.Penyakit yang sering ditimbulkan oleh E.Coli
adalah diare. E.Coli ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifatsifat
virulensinya dan setiap grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme
yang berbeda, antara lain yaitu: E. Coli Enteropatogenik (EPEC), E.Coli
Enterotoksigenik (ETEC), E. Coli Enterohemoragik (EHEC), E. Coli
Enteroinvansif (EIEC) dan E. Coli Enteroagregatif (EAEC). Kebanyakan
E.coli tidak berbahaya, tetapi beberapa spesies seperti E.coli tipe
O157:H7 dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada
manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama
verotoksin. Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin
dari unit 28S rRNA, sehingga menghentikan sintesis protein. Sumber
bakteri ini contohnya adalah daging yang belum masak (Levinson, 2008).

C. Koefisien fenol
Koefisien Fenol adalah Bilangan pecahan yang menunjukkan
perbandingan kekuatan daya bunuh dari desinfektan dibandingkan dengan
kekuatan daya bunuh dari fenol sebagai pembanding dalam kondisi
yang sama, yaitu jenis bakteri yang sama dan dan waktu kontak yang
sama (Collier, 1998). Waktu kontak adalah waktu yang dibutuhkan untuk
membunuh mikroba pada persentase kill yang dibutuhkan (Fuadi, 2012).

14
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

Besar koefisien fenol dapat ditentukan dengan rumus :

Koefisien fenol = A : B + C : D
2
Keterangan :

A = Fenol tercepat membunuh

B = Desinfektan tercepat membunuh

C = Fenol terlama membunuh

D = Desinfektan terlama membunuh

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan antiseptik atau desinfektan


yang digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme
adalah:

1. Jenis organisme yang digunakan


2. Jumlah mikroorganisme yang digunakan
3. Umur dan sejarah dari mikroorganisme
4. Jaringan atau unsur-unsur yang ada dalam mikrorganisme
5. Efek-efek dari zat kimia terhadap jaringan
6. Efek-efek dari jaringan terhadap zat kimia
7. Jenis racun dari zat kimia (jika diambil secara internal)
8. Waktu bagi zat kimia untuk bekerja dan konsentrasi yang dipakai
9. Temperatur pada zat kimia dan pada jaringan atau unsur -unsur
yang terlibat
(Melnick,1996)

1.6 . PEMBAHASAN KOEFISIEN FENOL

Praktikum kali ini berjudul Penentuan Uji Koefisien Fenolyang


bertujuan untuk menentukan daya hambat suatu sediaan yang berpotensi
sebagai antiseptik atau desinfektan, dengan membandingkannya terhadap
standar fenol atau disebut juga koefisien fenol.Uji koefisien fenolmerupakan

15
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

uji yang digunakan untuk membandingkan aktifitas antimicrobial suatu


senyawa kimia dibandingkan dengan fenol pada kondisi yang standar.
Sejumlah pengenceran seri dari bahan kimia yang akan di uji dilakukan
dengan pembanding fenol murni yang dilakukan pada tabung reaksi steril
(Rahayu,2010). Dalam praktikum ini yang dilakukan praktikan adalah
menguji kekuatan fenol sebagai baku pembanding desinfektan lain terhadap
strainbakteri yaitu Staphylococcus aureus. Konsentrasi larutan fenol yang
digunakan untuk pengujian adalah sebesar 5% karena pada konsentrasi 5%
fenol sudah tergolong efektif mendenaturasi protein dan merusak membran
sel bakteri serta aktif pada pH asam. Persyaratan koefesien fenol adalah jika
didapat nilai koefesien fenol antara 0,05 sampai 1, maka zat kimia uji
adalah antiseptik atau desinfektan yang kurang efektif, sedangkan jika nilai
yang diperoleh lebih besar dari 1, maka zat kimia uji adalah antiseptik
atau desinfektan yang efektif (Setiawan, 2013).
Fenol adalah zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga daya
antiseptik dinyatakan dalam koefesien fenol. Mekanisme kerja fenol sebagai
desinfektan berada dalam kadar 0,01% - 1% dimana fenol bersifat
bakteriostatika. Larutan fenol dengan kadar1,6% bersifat bakterisida
yang dapat mengadakan koagulasi protein. Ikatan protein dengan fenol
mudah lepas sehingga fenol dapat berpenetrasi ke dalam kulit utuh.
Larutan fenol dengan kadar 1,3% bersifat fungisida yang berguna untuk
sterilisasi ekskreta dan alat kedokteran. Mekanisme kerja dari fenol
adalah interaksi antara senyawa fenol dengan sel bakteri melalui proses
adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah, fenol akan
terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera
mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel bakteri dan
menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi,
fenol akan menyebabkan koagula siprotein sel bakteri dan membran
sitoplasma mengalami lisis (Ganiswarna, 1995).
Antiseptik yang ideal adalah antiseptik yang dapat menghambat
pertumbuhan dan merusak sel-sel bakteri, spora bakteri jamur, virus dan
protozoa, tanpa merusak jaringan tubuh. Antiseptik dapat merusak sel

16
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

dengan cara koagulasi atau denaturasi protein protoplasma sel, atau


menyebabkan sel mengalami lisis, yaitu dengan mengubah struktur
membran sel sehingga menyebabkan kebocoran isi sel (Yunanto, 2010).
Digunakan medium cair karena tahap terakhir dari praktikum ini
adalah melihat kekeruhan atau kejernihan dari medium, yang menandakan
ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri yang terjadi (Fauzia, 2010).
Labu erlenmeyer digunakan pada praktikum ini untuk menempatkan
aquadest steril. Pada labu erlenmeyer, ujung Erlenmeyer disumbat dengan
menggunakan kapas yang dibalut dengan kassa yang berfungsi untuk
melindungi masuknya kontaminan kedalam labu erlenmeyer tersebut
(Safitri, 2013).
Langkah pertama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah
pembuatan media dimana media kaldu nutrisi (Nutrient Broth) dimasukkan
ke dalam tabung dan volume masing-masing dibuat sebanyak 5 ml.
Selanjutnya dilanjutkan dengan pembuatan inokulum dimana penanaman
bakteri pada Nutrient Broth Inkubasi pada suhu 37C selama 24 jam, maka
terbentuklah kekeruhan yang setara dengan standart Mc Farland 1 , lalu
dilakukan pengernceran bakteri uji hingga konsentrasinya 106 kumsn/ml.
Jumlah bakteri telah memenuhi syarat untuk uji kepekaan yaitu : 105 108 /
ml (Hermawan et al, 2007).
Selanjutnya melakukan pengenceran larutan standar fenol dengan
konsentrasi 5% dalam labu ukur menjadi fenol 1 : 80. Pengenceran ini
dimaksudkan untuk mendapatkan larutan fenol uji dalam berbagai
konsentrasi untuk dibandingkan kekuatannya dalam mematikan atau
membunuh bakteri uji.Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan /
pengenceran larutan desinfektan (WPC) dengan konsentrasi 1:80, 1:100 dan
1:150.
Setelah itu, dilakukan uji koefisien fenol dengan masing-masing
konsentrasi dari fenol dan larutan uji menggunakan interval waktu 5 menit
dan dilakukan sebanyak 3 kali (5 menit, 10 menit, dan 15 menit) hal ini
dapat memperlihatkan perbandingan bahwa waktu kontak yang semakin
lama akan mempengaruhi keefektifan fenol dan larutan desinfektan dalam

17
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

menghambat pertumbuhanStaphylococcus aureus.


Berdasarkan hasil diperoleh bahwa larutan baku pembanding yaitu
fenol yang efektif membunuh bakteri. Hal ini ditunjukkan dengan tanda
plus (-) dari menit ke 5 yang artinya bakteri mati dan tidak tumbuh bakteri
pada bahan uji tersebut ditandai warna yang bening atau sama dengan
warna NB sebagai pembanding bagi larutan yang diujikan. Pengamatan ini
dilakukan setelah inkubasi selama 24jam.
Hasil uji larutan desinfektan didapatkan desinfektan terlama
membunuh bakteri adalah yang konsentrasinya 1 : 80 yaitu pada menit ke
15, sedangkan desinfektan yang tercepat membunuh bakteri adalah yang
konsentrasinya 1 : 100 yaitu pada menit ke 10.
Setelah dilakukan perhitungan dari hasil pengamatan, maka
didapatkan hasil koefisien fenolnya sebesar 1,125 yang berarti kekuatan
desinfektan (WPC) adalah 1,125 kalinya kekuatan fenol. Jadi desinfektan
(WPC) efektif dalam membunuh bakteri karena nilai koefisiennya >1.
Menurut literatur persyaratan koefisien fenol yaitu jika nilai koefisien fenol
antara 0,05-1 maka zat kimia uji adalah antiseptik / desinfektan yang kurang
efeektif, sedangkan jika nilai koefisien fenol lebih dari 1 makan zat
kimia uji adalah antiseptic /desinfektan yang efektif (Setiawan et al, 2013).
Beberapa desinfektan hanya cocok untuk mengendalikan
mikroorganisme tertentu, dan tidak mampu mengendalikan mikroorganisme
lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya efektif pada lapisan luar
saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap mikroorganisme dan
ada pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil mikroorganisme.
Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan. Hal ini
disebabkan karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam ribonukleat
di dalam protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh
buruk dari desinfektan.
Senyawa fenol merupakan senyawa yang bersifat bakterisida
namun tidak semua mikroorganisme sama rentannya terhadap sifat
menghambat atau mematikan suatu zat kimia tertentu. Spora bersifat
lebih resisten daripada sel-sel vegetatif. Bakteri gram positif dan gram

18
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

negatif memiliki kerentanan yang berbeda.


BakteriStaphylococcus aureus, memiliki dinding sel yang hanya
terdiri dari beberapa lapis peptidoglikan tanpa adanya tiga polimer
pembungkus yang terletak diluar lapisan peptidoglikan yaitu lipoprotein,
selaput luar dan lipopolisakarida. Staphylococcus aureus hanya memiliki
lapisan peptidoglikan maka selnya akan mudah terdenaturasi oleh phenol
(Hermawan et al, 2007)

19
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

BAB II
METODE MIC PADAT DAN MIC CAIR

2.1 METODE MIC (Minimum Inhibitory Concentration) PADAT


2.1.1 Foto Sampel Obat MIC padat

20
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

2.1.2 Langkah kerja MIC padat


1. larutkan amoxicillin 500 mg dalam 200 ml aquadest di dalam Erlenmeyer.
2. Siapkan 9 cawan petri yang diisi oleh media MHA, dan beri label dosis
1,2,3,4,5,6,7,8 dan control 9
3. membuat pengenceran larutan amox tadi di 8 tabung reaksi.
4. Pipet 2 ml larutan amoxicillin ke dalam tabung reaksi ke-1 lalu tambahkan
aquadest sampai dengan 10 ml.
5. kemudian pipet 5 ml larutan dalam tabung reaksi tersebut masukkan ke
dalam tabung reaksi ke-2 dan tambahkan aquadest samapai 10 ml. Ulangi
prosedur ini sampai tabung ke-8.
6. Tuangkan 2 ml larutan amox dalam tabung reaksi ke-1 ke dalam cawan
petri yang berlabel dosis 1, dan begitu seterusnya.
7. lalu masukkan bakteri SA ke dalam semua cawan petri dengan cara di
stretch menggunakan ose.
8. diamkan selama 1 hari untuk diamati.

2.1.3. Langkah kerja MIC cair


(-)
2.1.4 Tabel hasil MIC Padat
CAWAN PETRI
PENGAMATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
PERTUMBUHAN + + - + + + + + -
BAKTERI

2.1.5 Hasil Perhitungan Konsentrasi di Cawan


Amoxicillin 500 mg dilarutkan dalam 200 ml aquadest
M1 = Berat Amox / volume ml
M1 = 500 mg / 200 ml
= 500000 g / 200 ml
= 2500 g
Cawan petri ke 1 :

21
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

M1 x V1 = M2 x V2
2500 g x 2 ml = M2 x 10 ml.
M2 = 5000 / 10
= 500 g/ml
Cawan petri ke 2 :
M1 x V1 = M2 x V2
500 g x 5ml = M2 x 10 ml
M2 = 2500/ 10
= 250 g/ml
Cawan petri ke 3 :
M1 x V1 = M2 x V2
250 g x 5 ml = M2 x 10 ml.
M2 = 1250 / 10
= 125 g/ml
Cawan petri ke 4 :
M1 x V1 = M2 x V2
125 g x 5 ml = M2 x 10 ml.
M2 = 625 / 10
= 62,5 g/ml
Cawan petri ke 5 :
M1 x V1 = M2 x V2
62,5 g x 5 ml = M2 x 10 ml.
M2 = 312,5 / 10
= 31,25 g/ml
Cawan petri ke 6 :
M1 x V1 = M2 x V2
31,25 g x 5 ml = M2 x 10 ml
M2 = 156,25 / 10
= 15,625 g/ml
Cawan petri ke 7 :
M1 x V1 = M2 x V2
15,625 g x 5 ml = M2 x 10 ml.

22
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

M2 = 78,125 / 10
= 7,8125 g/ml
Cawan petri ke 8 :
M1 x V1 = M2 x V2
7,8125 g x 5 ml = M2 x 10 ml.
M2 = 39, 0625 / 10
= 3,90625 g/ml

2.1.6 Foto Hasil MIC Padat

Amox yang dilarutkan

Pengenceran amoxicillin 500mg

23
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

Menuangkan larutan amoxicillin ke dalam cawan petri berisi media MHA

Memasukkan bakteri SA ke dalam cawan petri tadi dengan cara menstrech


menggunakan ose

Hasil MIC padat setelah didiamkan 1 hari .

24
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

2.2 Dasar Teori


Minimum inhibitory concentration (MIC), adalah konsentrasi terendah
dariantimikroba yang akan menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme
setelahdiinkubasi semalaman. MIC sangat penting dalam diagnosa laboratorium
untuk mengetahui resistensi dari mikroorganisme terhadap antimikroba dan juga
untuk memonitor aktivitas dari senyawa-senyawa antimikroba. Secara klinis, MIC
tidak hanyadigunakan untuk menentukan jumlah dari antibiotik yang akan
diterima oleh pasientetapi juga tipe dari antibiotik yang digunakan, yang mana
dapat menurunkan resistensimikroba terhadap antimikroba tertentu.( Jawetz,
et al . 2004.)
Resistensi antibiotik adalah kemampuan dari mikroorganisme untuk
menahanefek dari antibiotik. Terdapat tipe khusus dari resistensi obat. Resistensi
antibiotik secaraalami terbentuk dari seleksi alam melalui pengacakan mutasi,
tetapi resistensi jugaterbentuk untuk tujuan dari pembentukan senjata alami.
Sekali sebuah gen dibangun, bakteri kemudian dapat mengirim informasi genetik
antar individuoleh perubahan plasmid. Jika sebuah bakteri membawa beberapa
gen resisten, hal tersebut disebutmultiresisten atau, biasanya, hama super.
(Anonymous. 2007)

Antibiotika (L. Anti=lawan, bios=hidup) adalah zat-zat kimia yang


dihasilkanoleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat yang mematikan atau
menghambat pertumbuhan kuman, sedankan toksisitasnya bagi manusia relatif
kecil. Turunan zattersebut, yang dibuat secara semi-sintetis, termasuk kelompok
ini; begitu pila senyawasintetis dengan khasiat anti bakteri lazimnya disebut
antibiotika. (Anonymous. 2007)Kegiatan antibiotis pertamakalinya ditemukan
secara kebetulan oleh dr.Alexander Fleming (Inggris,1928,penisilin). Tetapi
penemuan ini baru dikembangkandan digunakan pada permulaanPerang Dunia II
di tahun 1941, ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan untuk
menanggulangi efeksi dari luka-luka akibat pertempuran.Kemudian, para peneliti
di seluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengankhasiat antibiotis. Akan
tetapi, berhubung dengan sifat toksisnya bagi manusia, hanyasebagian kecil saja
yang dapat digunakan sebagai obat. Yang terpenting diantaranyaadalah

25
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

streptomisin(1944), kloramfenikol(1947), tetrasiklin(1948),


eritromisin(1952),rifampisin(1960), bleomisin(1965), doksorubisin(1969),
minosiklin(1972), dantobramisin(1974). (Nester,E.W.,C.E.Roberts &
B.J.McCarthy,1973)

2,3 Pembahasan metode MIC padat


Percobaan ini menguji Minimum Inhibitor Concentracy (MIC) dari
antibiotik amoxicillin terhadap bakteri SA. MIC adalah konsentrasi terkecil zat
antimikroba yang masih mempunyai daya hambat atau mulai bekerja pada
mikroorganisme tertentu atau dengan kata lain konsentrasi terendah
antibiotik untuk membunuh bakteri di dalam cawan petri atau in vitro.
Sediaan yang diuji dalam percobaan ini adalah amoxicillin. Dalam
melarutkan pada erlenmeyer, harus diperhatikan ketepatan dalam menambahkan
air sampai tanda batas, jika pelarut melebihi tanda batas maka
konsentrasi amoxicillin akan berkurang. Begitu jugasebaliknya jika pelarut yang
ditambahkan kurang dari tanda batas ,konsentrasi amoxicillin akan lebih besar
dari yang diperhitungkan.
Sebelum memulai praktikum, dilakukan perencanaan pengenceran dan
perhitungan konsentrasi. Pertama-tama dilakukan pengenceran sesuai dengan
perhitungan. Setelah dilakukan pengenceran pada tabung, dilakukan pembagian
pada permukaan dasar cawan petri 9 buah dan salah satu cawan sebagai kontrol
positif. Setiap cawan ini diberi label untuk mempermudah dalam pengamatan.
Pada penggunan cawan petri, jangan dibiarkan dalam kondisi terbuka, agar
isi cawan tidak terkontaminasi oleh udara luar. Kemudian setiap tabung reaksi
kecil yang telah dilakukan pengenceran amoxicillin 500 mg di tuangkan ke tiap
masing masing cawan petri.
Setelah itu diamkan semua cawan oetri selama 15 menit kemudian bakteri
SA digoreskan pada medium menggunakan osse. Penggoresan harus dilakukan
secara hati-hati, supaya medium padat tidak rusak, karena dapat mempengaruhi
pertumbuhan bakteri yang dapat tumbuh.
Setelah itu, cawan petri ini diinkubasi pada suhu 37 C selama 24
jam. Proses inkubasi dilakukan untuk menciptakan suasana ideal dalam proses

26
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

pembiakan bakteri sehingga proses dapat berlangsung maksimal. Waktu 24 jam


ditentukan karena pada rentang waktu tersebut bakteri berada pada fase
perkembangbiakan optimal.
Setelah diinkubasi, dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan bakteri
dalam cawan petri. Pada bagian yang ditanam oleh bakteri SA memberikan hasil
yang positif pada semua konsentrasi antibiotik. Hal ini menunjukkan bahwa
berbagai konsentrasi antibiotik tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
terlihat pertumbuhan pada konsentrasi tersebut.

2.4 Metode Mic Cair


2.4.1 Sampel Obat untuk MIC padat (Amoxicilin 500 mg )
2.4.2 Sampel Obat untuk MIC Cair (Chloramphenicol 250mg )

2.4.3 Langkah kerja MIC padat


2.4.4 Langkah Kerja MIC Cair
1. Siapkan 10 tabung raksi, masukan NB kedalaam masing-masing tabung
reaksi sebanyak 5ml.
2. Dibuat sampel (chloramphenico 250mg), Chloramphenicol di larutkan ad
melarut. Kemudian di tabahkan aquabidest ad 100 ml. Kemudian
dilakukan pengenceran :

2 ml sampel+8 ml aquadest
5ml+5ml 5ml+5ml 5ml+5ml 5ml+5ml 5ml+5ml 5ml+5ml
5ml+5ml 5ml
aqades aquades aquades aquades aquades aquades
aquades dibuang

27
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

1 2 3 4 5 6 7 8

3. Masukan sampel yang telah di lakukan pengenceran kedalam masing-


masing tabung reaksi sesuai nomor tabung reaksi : tabung reaksi 1 yang
berisi sampel dimasukan ke dalam tabung reaksi 1 yang berisi NB kocok
sampai homogen, dan seterusnya sampai tabung reaksi yang berisi
8sampel ke dalam tabung reaksi 8 yang berisi NB . Tabung reaksi 9 yang
berisi NB dibuat sebagai kontrol Positif (+), dan tabung reaksi 10 yang
berisi NB dibuat sebagai kontrol Negatif (-).
4. Kedalam setiap tabung di tambahkan 3gtt bakteri E-colli kecuali tabung
reaksi 10 yang digunakan sebagai kontrol Negatif (-).
5. Sebua tabung reaksi di tutup dengan kassa steril,kemudian di inkubasikan
pada suhu 37c selama 24 jam.
6. Tentukan dimana MICnya terletakpada rentang konsentrasi terkecil yang
tidak menunjukan adanya pertumbuhan bakteri (berwarna bening sesuai
dengan kontrol negatif).

2.4.6 Tabel Hasil Pengamatan MIC Cair


PENGAMATAN TABUNG REAKSI
1 2 3 4 5 6 7 8
PERTUMBYHAN
BAKTERI - - - - - + + +

28
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

Dari hasil pengamatan MIC pada media cair terletak pada konsentrasi 5
sampai dengan 6.
2.4.7 Hasil Perhitungan Dosis Tabung Reaksi
2.7.1 MIC Padat
2.7.2 MIC Cair
M1 = Berat Chloramphenicol g
Volume ml
M1= 250 mg
100 ml
M1 = 250.000 g
100ml
M1 = 2500 g/ml
1. Tabung Reaksi 1
M1.V1 = M2.V2
2500 g x 2ml = M2 x 10 ml
M2 = 2500 g x 2ml
10 ml
M2 = 500 g/ml
2. Tabung Reaksi 2
M1.V1 = M2.V2
500 g x 5ml = M2 x 10 ml
M2 = 500 g x 5 ml
10 ml
M2 = 250 g/ml
3. Tabung Reaksi 3
M1.V1 = M2.V2
250 g x 5 ml = M2 x 10 ml
M2 = 250 g x 5 ml
10 ml
M2 = 125 g/ml
4. Tabung Reaksi 4
M1.V1 = M2.V2

29
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

125 g x 5 ml = M2 x 10 ml
M2 = 125 g x 5 ml
10 ml
M2 = 62,5 g/ml
5. Tabung Reaksi 5
M1.V1 = M2.V2
62,5g x 5 ml = M2 x 10 ml
M2 = 62,5 g x 5 ml
10 ml
M2 = 31,25 g/ml
6. Tabung Reaksi 6
M1.V1 = M2.V2
31,25 g x 5 ml = M2 x 10 ml
M2 = 31,25 g x 5 ml
10 ml
M2 =15,625 g/ml
7. Tabung Reaksi 7
M1.V1 = M2.V2
15,625 g x 5 ml = M2 x 10 ml
M2 = 15,625 g x 5 ml
10 ml
M2 = 7,8125 g/ml
8. Tabung Reaksi 8
M1.V1 = M2.V2
7,625 g x 5 ml = M2 x 10 ml
M2 = 7,625 g x 5 ml
10 ml
M2 = 3,90625 g/ml
2.8 Foto Hasil MIC Padat dan MIC Cair
2.8.1 MIC Padat

30
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

2.8.2 MIC Cair

31
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

BAB III
PENENTUAN KERENTANAN SUATU BAKTERI TERHADAP
BERBAGAI SEDIAAN ANTIBIOTIK

3.1. Langkah Kerja Paper Disc


3.1.1. Pembuatan Larutan Amoxicilin
Gerus Amoxicillin 500 mg ,sampai halus
masukkan serbuk amxicillin kedalam gelas erlenmeyer 200 ml
masukkan aquadest sedikit demi sedikit aduk sampai serbuk amoxicilin
larut
ad dengan aquadest sampai 200 ml

3.1.2. Pembuatan Sampel Kadar Amoxicillin


a. ambil larutan amoxicillin 2 ml masukkan kedalam tabung reaksi
b. tambahkan aquadest 8 ml, aduk ( beri label sampel 1)
a. ambil 5 ml lar amoxicilin dari label 1 masukkan kedalam tabung reaksi
b. tambahkan 5 ml aquadest, adek (beri label sampel 2)
a. ambil 5 ml lar amoxicilin dari label 2 masukkan kedalam tabung reaksi
b. tambahkan 5 ml aquadest, adek (beri label sampel 3)
a. ambil 5 ml lar amoxicilin dari label 3 masukkan kedalam tabung reaksi
b. tambahkan 5 ml aquadest, adek (beri label sampel 4)
a. ambil 5 ml lar amoxicilin dari label 4 masukkan kedalam tabung reaksi
b. tambahkan 5 ml aquadest, adek (beri label sampel 5)
a. ambil 5 ml lar amoxicilin dari label 5 masukkan kedalam tabung reaksi
b. tambahkan 5 ml aquadest, adek (beri label sampel 6)
a. ambil 5 ml lar amoxicilin dari label 6 masukkan kedalam tabung reaksi
b. tambahkan 5 ml aquadest, adek (beri label sampel 7)
a. ambil 5 ml lar amoxicilin dari label 7 masukkan kedalam tabung reaksi
b. tambahkan 5 ml aquadest, adek (beri label sampel 8)

32
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

3.1.3. Langkah Kerja Paper Disc


Oleskan bakteri SA pada cawan petri yang telah terdapat media
padat,secara merata
beri nama pada cawan petri
masukkan paper disc kedalam larutan amoxicillin 1,2,3,4,7, dan 8 masing-
masing 3 paper disc
tunggu 5 menit, setelah 5 menit keluarkan paper disc
masukkan kertas paper disc pada cawan petri,masukkan sesuai dengan no
urut label
simpan selama 1 hari didalam ruang inkubator
ukur lingkaran putih Yang Terdapat Pada Cawan Petri

3.2. Hasil Percobaan


ZONA INHIBISI
CAWAN
500 250 125 62,5 31,25 15,625 7,8125 3,90625
PETRI
g/ml g/ml g/ml g/ml g/ml g/ml g/ml g/ml
1 1,2 mm 0 mm - -
2 0 mm 0 mm - -
3 - - 0 mm 0 mm
N indikator Indikator indikator indikator indikator indikator indikator indikato

Keterangan :
A, B, C, dst : Cakram-cakram antibiotika dengan konsentrasi tertentu.

33
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

3.3. Foto Hasil

3.4. Dasar Teori


Antibiotika atau antimikroba ialah zat-zat yang dihasilkan oleh
suatu mikroba, terutama golongan fungi (jamur), yang dapat menghambat
atau membasmi mikroba jenis lain. Suatu obat antibiotika yang ideal
menunjukkan toksisitas yang selektif. Istilah ini berarti bahwa obat
tersebut haruslah bersifat sangat toksis untuk mikroba, tetapi relatif tidak
toksis (dalam konsentrasi yang dapat ditoleransi) terhadap hospes
(Setiabudi, 1995).
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotika yang
menghambat pertumbuhan mikroba dikenal sebagai aktivitas
bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh mikroba dikenal sebagai
aktivitas bakterisid. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat
pertumbuhan mikroba atau membunuhnya masing-masing dikenal sebagai
kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM).
Antibiotika tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik
menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM
(Setiabudi, 1995).
Antibiotik dikelompokkan berdasarkan gugus aktifnya, misal
antibiotik macrolide, antimikroba peptida. Adapun penamaannya biasanya
berdasarkan gugus kimiawinya ataupun mikroorganisma produsernya,

34
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

misalnya:
Mekanisme kerja antibiotik antara lain :
Menghambat dsintesis dinding sel.
Merusak permeabilitas membran sel.
Menghambat sintesis RNA (proses transkripsi)
Menghambat sintesis protein (proses translasi).
Menghambat replikasi DNA. [E.Indra Pradhika, 2010]
Namun begitu, terjadi juga kes-kes dimana bakteri dapat
mampertahankan dirinya terhadap antibiotika dan dapat menggagalkan
terapi dengan antibiotika. Definisi bagi resistensi adalah ketahanan suatu
mikroba terhadap antibiotika tertentu yang dapat berupa resistensi
alamiah, resistensi kromosomal, resistensi ekstra kromosomal, maupun
resistensi silang. Resistensi kromosomal terjadi akibat adanya mutasi
spontan pada mikroba, resistensi ekstrakromosomal terutama terjadi akibat
adanya faktor R pada sitoplasma bakteri, sedangkan resistensi silang ialah
resistensi akibat pemindahan gen resisten atau faktor R atau plasmid dari
bakteri lain yang telah resisten yang masuk ke dalam bakteri
Resistensi kromosomal dapatdibagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Resistensi kromosomal primer, dimana mutasi terjadi sebelum
pengobatan dengan antibiotika dan selama pengobatan terjadi
seleksi bibit yang resisten.
2. Resistensi kromosomal sekunder, dimana mutasi terjadi selama
kontak dengan antibiotika kemudian terjadi seleksi bibit yang
resisten.[ Dewi Rusmiati et. al, 2011] Metode yang digunakan
pada kali ini untuk menentukan kerentanan terhadap antibiotika
adalah metode cakram kertas. Metode ini didasarkan pada difusi
antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan
agar padat dalam cawan petri atau lempeng yang berisi biakan
mikroba uji pada jumlah tertentu. Sediaan antibiotika
menghambat pertumbuhan mikroba yang ada pada lempeng agar
(Singgih, 2007). Prosedur difusi untuk kertas cakram-agar yang
distandardisasikan (metode Kirby-Bauer) merupakan cara untuk

35
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

menentukan sensitivitas antibiotik untuk bakteri. Sensitivitas suatu


bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat
yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin
terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan
untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka terhadap
suatu antibiotik.
Faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer :
-Konsentrasi mikroba uji
- Konsentrasi antibiotik yang terdapat dalam cakram
- Jenis antibiotik.
- pH medium [E.Indra Pradhika, 2010]

3.5. Perhitungan konsentrasi pengenceran


500
Konsentrasi Amoxycillin dalam labu ukur = 200
= 250/100
= 2500/
= 2500/

Perhitungan :
Tabung ke-1 : V1.M1 = V2. M2
2 ml . 2500 g = 10 . M2
M2 = 5000/10
M2 = 500 g
Tabung ke-2 : V1. M1 = V2 . M2
5 ml . 500g = 10 ml. M2
M2 = 2500/10
M2 = 250g
Tabung ke-3 ; V1. M1 = V2. M2
5 ml. 250g = 10 ml. M2
M2 = 1250/10
M2 = 125g
Tabung ke-4 ; V1. M1 = V2. M2

36
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

5 ml. 125 g= 10 ml. M2


M2 = 125/10
M2 = 12,5g
Tabung ke-5 ; VI. M1 = V2. M2
5 ml. 12,5g = 10 ml. M2
M2 = 62,5/10
M2 = 6,25g
Tabung ke-6 : VI. M1 = V2 . M2
5 ml. 6,25 g = 10 ml. M2
M2 = 31,25/10
M2 = 3,125g
Tabung ke-7 : VI. MI = V2. M2
5 ml. 3,125 g= 10 ml. M2
M2 = 15,625/10
M2 = 1,5625g
Tabung ke-8 : VI. M1 = V2. M2
5 ml. 1,5625g = 10 ml. M2
M2 = 7,8125/10
M2= 0,78125g

3.6. Pembahasan
Prosedur percobaan dengan Paper Disk Plate adalah pertama-tama
disiapkan 20 mL NA kemudian dituangkan ke dalam cawan petri. Kerjanya
harus dilakukan secara aseptis agar dapat menghindari kontaminasi dari
mikroba lain yang mampu merusak hasil percobaannya. Lalu ditunggu
hingga NA mengering dan suhunya kira-kira suam-suam kuku karena jika
suhu terlalu panas SA akan mati. Setelah NA memadat, suspensi SA
digoreskan atas permukaan NA kemudian diratakan dengan spreader hingga
terasa kesat. Rasa kesat menandakan bahwa SA merata pada seluruh
permukaan NA, ditunggu selama 30 menit agar bakteri mengering
sempurna. Setelah 30 menit, tempelkan lima antibiotik uji pada masing-
masing zona (1 cawan petri dibagi 5zona, 1 zona untuk 1 antibiotik uji).

37
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

Setelah itu, inkubasikan cawan petri dalam inkubator selama 18-24 jam.
Hal ini bertujuan agar zona yang dibentuk oleh SA dapat teramati dengan
jelas karena bakteri itu bisa tumbuh secara optimal.
Selepas itu, kesemua 5 zona itu diletakkan cakram-cakram
antibiotika pada jarak yang munasabah agar tidak terjadi penumpukan zona
inhibisi. Kerjanya harus dilakukan secara aseptis. Namun pada saat
memanaskan cawan petri berisi nutrient agar dan penyepit besi, haruslah
didiamkan terlebih dahulu. Hal ini karena agar bahannya menjadi tidak
terlalu panas, tetapi harus dilakukan dekat pembakar spiritus agar bakteri
dari udara tidak mengkontaminasi media agar yang berisi bakteri. Suhu
yang panas dapat meleburkan nutrient agar saat melubanginya, tetapi jika
terlalu jauh dari api ditakutkan akan terkontaminasi oleh bakteri. Proses
pembuatan lubang harus dilakukan dengan cepat, agar jangan biarkan
cawan petri terbuka terlalu lama untuk menghindari bakteri dari luar masuk
ke dalam cawan. Setelah kelima daerah yang dibagi tadi telah dimasukkan
cakram-cakram antibiotika, maka harus ditutup cawan petri dan dipanaskan
sekadar tidak dikontaminasi oleh bakteri- bakteri udara.
Dari lima antibiotik yang diujikan terhadap SA, Hanya satu dari
lima antibiotic tersebut memberikan hasil positif, berupa adanya zona
hambat bakteri(zona bening) disekitar cakram kertas.
Antimikroba yang lain gagal melakukan menghambatan karena
kemungkinan sudah diresistensi oleh antibiotika yang lain. Hal yang lain
yang bisa diambil adalah penggunaan dosis yang tidak tepat, atau
pemakaiannya yang tidak teratur. Waktu pengobatan yang tidak lama dan
penggunaan antibiotika yang tidak tepat juga bisa menunjukkan resistensi
terhadap antibiotika tersebut.

BAB IV

38
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

PENENTUAN POTENSI SAMPLE ANTIBIOTIK DI PASARAN DENGAN


ANTIBIOTIK STANDAR

4.1 Tujuan
Menentukan besarnya potensi sampel antibiotika di pasaran terhadap
antibiotika standar

4.2 Prinsip
Membandingkan lebar diameter hambat (zona bening) yang dihasilkan
oleh antibiotika di pasaran terhadap standar

4.3. Dasar teori


Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme hidup
terutama fungi dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Tjay, 1978).
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris
dr.Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru
diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey
(Oxford). Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh
penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat
toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat (Tjay, 1978).
Pertumbuhan dan pengerasan bakteri-bakteri dipengaruhi oleh berbagai macam
zat kimia dalam lingkungan karena pengaruh zat kimia, maka bakteri seperti
bergerak menuju atau menjauhi zat kimia itu. Peristiwa bila bakteri-bakteri itu
tertarik dan bergerak menuju kearah zat kimia kita sebut chemotaxis (+) dan
sebaliknya kita sebut chemotaxis (-). Bakteri-bakteri yang tidak bergerak,
pertumbuhan koloninya dapat dipengaruhi oleh zat-zat kimia peristiwa itu disebut
chemotropis (Soemarno, 1976).
Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba
oleh antimikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk

39
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

bertahan hidup. Ada 5 mekanisme resistensi kuman terhadap antimikroba yaitu :


Perubahan tempat kerja (target site) obat pada mikroba.
Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk ke dalam
sel.
Inaktivasi obat oleh mikroba.
Mikroba yang membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang
dihambat oleh antimikroba.
Meningkatkan produksi enzim yang dihambat oleh antimikroba.
Pemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan
mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak
mungkin melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk pasien yang dicurigai
menderita suatu infeksi berat yang memerlukan penanganan segera dimulai
setelah pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan
kepekaan kuman (Ditjen POM, 2001).
Suatu zat antimikroba yang ideal, memiliki toksisitas selektif. Istilah ini
berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tapi tidak membahayakan bagi
inang. Umumnya toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolud, ini
berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh
inang umum dapat merusak parasit (Tjay, 2003).
Aktifitas mikroba dapat dikendalikan dengan mengatur faktor-faktor lingkungan
yang meliputi faktor biotik dan abiotik (temperatur, pH, kelembaban, radiasi)
(Dwidjesoputro, 1994).
Uji potensi antibiotika dilakukan dalam dua metode yaitu metode kertas
saring (Kirby and Bauer) dan metode dAubert. Metode kertas saring
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan menggunakan zat-zat kimia
seperti fungisida, bakterisida, dan insektisida. Dengan perlakuan fisik seperti
dengan sinar UV, pemanasan yang tinggi, serta dengan perlakuan biologi seperti
menggunakan mikroorganisme lain sebagai antagonis. Metode dAubert yaitu
metode yang digunakan untuk memeriksa kadar anibiotika dalam bahan makanan
sebagai bahan pengawet (Ramona dkk., 2007).

UJI 2 DOSIS

40
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

4.4. Langkah Kerja Uji Potensi Dua dosis :


1. siapkan suspensi bakteri dalam Nutrien broth yang berumur 18-24 jam,
bakteri ini harus homogen.
2. siapkan perbenihan nutrient agar dengan cara melarutkan sejumlah tertentu
nutrien agar dalam aquadest kemudian disterilkan dalam autoklaf selama
15 menit.
3. Masukan sediaan uji (amoxsan 500 dan amoksilin 500 kedalam labu ukur,
larutkan 200 ml dengan sedikit pelarutnya (aquadest). kemudian tambahkan
air suling steril sampai tanda batas. jika sediaan uji berbentuk padat, gerus
dahulu dalam mortar, sebelum dimasukan kedalam labu ukur
4. rencanakan pengenceran larutan sampel dan larutan standar hingga didapat
variasi dua seri dosis yang diinginkan (dosis tinggi dan rendah)
5. dibuat larutan inokulum dengan cara memasukan suspensi biakan bakteri
kedalam nutrient agar yang telah disterilkan. dalam keadaan masih cair
tuangkan nutrient agar yang telah mengandung suspensi bakteri tersebut
kedalam cawan petri secara aseptis sebanayak 20 ml . Biarkan sampai
membeku.
6. Bagi permukaan dasar cawan menjadi empat area yang sama besar. Beri
label masing-masing area tersebut tergantung variasi seri dosis yang
digunakan.
7. Buat empat cetakan reservoir pada masing-masing cawan dengan
mengguakan perforator secara aseptis. Buat reservoir tersebut dengan cara
membuang agar yang ada dalam cetakan reservoir tersebut dengan
menggunakan spatel. masukan hasil buangan tersebut kealam larutan
desinfektan yang telah disediakan.
8. Masukan larutan sampel dan standar pada masing-masing reservoir sesuai
dosis yang ditentukan sesuai dosis yang ditentukan dengan menggunakan
mikropipet secara aseptis.
9. Inkubatorkan selama 1 hari atau 24 jam pada suhu 34

41
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

42
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

UJI 3 DOSIS

4.5 Prosedur praktikum


1. Siapkan stamper, mortir, Amoxan 500mg, Amoxycillin 500mg dan sudip
2. Gerus Amoxan 500mg, kemudian larutkan dengan Aq dest ad 200ml di dalam
erlenmeyer

Membuat larutan Paten tinggi


-Ambil 2ml larutan Amoxan stock, masukkan ke dalam tabung reaksi,
tambahkan Aq dest ad 10ml. Beri label.

Membuat larutan Paten rendah


-Ambil 1ml dari larutan paten tinggi, lalu masukkan ke dalam tabung
reaksi, tambahkan Aq dest ad 10ml. Beri label.

Membuat larutan Paten sedang


-Ambil 1ml larutan Amoxan stock, masukkan ke dalam tabung reaksi,
tambahkan Aq dest ad 10ml
-Ambil 2ml larutan tadi, masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
tambahkan Aq dest ad 5ml. Beri label.
- Gerus Amoxycillin 500mg, kemudian larutkan dengan Aq dest ad 200ml
di dalam erlenmeyer
Membuat larutan Generik tinggi
-Ambil 2ml larutan Amoxycillin stock, masukkan ke dalam tabung reaksi,
tambahkan Aq dest ad 10ml. Beri label.
Membuat larutan Generik rendah
-Ambil 1ml dari larutan generik tinggi, masukkan ke dalam tabung reaksi,
tambahkan Aq dest ad 10ml. Beri label.

3. Membuat larutan Generik sedang


-Ambil 1ml dari larutan Amoxycillin stock, masukkan ke dalam tabung reaksi,
tambhakan Aq dest ad 10ml

43
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

-Dari larutan tadi, ambil 2ml ke tabung reaksi, lalu tambahkan Aq dest ad 5ml.
Beri label.

4. Siapkan cawan petri yang telah berisi media, serta di beri bakteri SA. Dan
lubangi tengahnya 8 bagian, pada tutup di beri label tiap larutan.
5. Teteskan masing-masing larutan ke dalam masing-masing lubang sesuai label
yg tertera, sisakan satu lubang untuk diberi Aq dest dan satu lubang lainnya tidak
diberi cairan apapun.
6. Amati hasilnya setelah didiamkan selama 1 hari.

4.6.Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang pengujian antibiotic,
maka dapat diketahui bahwa antibiotic adalah bahan yang dihasilkan oleh
mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan
menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. antibiotic memiliki
spectrum aktivitas antibiotic yang beragam.
Sensitivitas Suatu bakteri terhadap antibiotic ditentutakan oleh diameter zona
hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat
pertumbuhannya. sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah
bakteri itu resiten atau peka terhadap suatu antibiotic. Pada pengujian yang telah
dilakukan, terbentuk zona bening disekitar piper disk, ini menunjukan bahwa
antibiotic yang digunakan berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri.

Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme


yang pada konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme lain. Pengujian potensi antibiotik dilakukan untuk
memberikan jaminan bahwa kualitas dan mutu antibiotik yang digunakan dalam
pengobatan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Antibiotik memiliki
spektrum aktivitas antibiosis yang beragam. Sensitivitas suatu bakteri terhadap
antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar
diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan
standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka terhadap

44
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

suatu antibiotik. Pada praktikum ini digunakan medium NB dan NB dengan


sampel antibiotik Amoxicillin dan Amoxan. Pertama-tama dibuat pengenceran
dengan 3 variasi dosis baku (Paten tinggi, paten rendah, paten sedang. Generik
tinggi, generik sedang, generik rendah). Dibuat 1 variasi dosis uji (U3) yang
sesuai dengan S3 kurva baku. Kemudian dibuat suspensi inokulum dengan
mencampurkan NB steril. Lalu dituang kedalam tiap-tiap cawan petri. Setelah
inokulum padat kemudian masing masing dosis diberi lubang lalu direndam
dengan larutan antibiotik. Diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37C dan
diamati zona hambat yang terbentuk dan dilakukan pengukuran garis tengah
dengan menggunakan penggaris.

Pada pengujian yang telah dilakukan tidak terbentuk zona bening disekitar
lubang yang telah diberi antibiotik. Ini menunjukan bahwa antibiotik yang
digunakan tidak berpotensi menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
Konsentrasi antibiotika terhadap pertumbuhan bakteri tidak memberikan daya
hambat, karena bakteri tetap tumbuh setelah diinkubasi.

Berdasarkan hasil pengamatan setelah sampel diinkubasi selama 24jam,


diperoleh hasil bahwa pada cawan petri yang diberikan antibiotik Amoxicillin,
baik paten maupun generik tidak terdapat zona hambat yang ditandai dengan
daerah sekitar antibiotik tidak berwarna bening. Tidak terdapatnya zona hambat
pada percobaan tersebut disebabkan karena bakteri SA resisten terhadap antibiotik
yang ditanam pada media. Resistensi ini merupakan suatu sifat tidak terganggunya
kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme
alamiah untuk bertahan hidup. Resistensi dari bakteri tersebut biasanya
disebabkan karena bakteri tersebut dapat menghasilkan suatu enzim yang dapat
menghancurkan antibiotik tersebut.
Berikut rujukan materi tentang resistensi Staphylococcus aureus terhadap
Amoxycillin :

"Amoxicillin, turunan penisilin, antibiotik golongan -laktam yang sering

45
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

digunakan pada kasus infeksi S. aureus karena absorsi per oral yang baik.
Penisilin sangat efektif untuk infeksi Staphylococcus dan telah digunakan dalam
pengobatan sejak tahun 1940-an, setelah itu tahun 1942 mulai ditemukan kasus
resistensi S. aureus di rumah sakit. Prevalensi tersebut meningkat dengan
ditemukannya S. aureus yang menghasilkan penisilinase. Resistensi S. aureus
terhadap methicillin (golongan penisilin), kemudian disebut Methicillin
Resistance Staphylococcus aureus (MRSA) terkait dengan plasmid yang
membawa gen blaZ yang menyandi -laktamase. Selain itu, resistensi S. aureus
juga dipengaruhi oleh ekspresi Penicillin Binding Protein 2a (PBP-2a) yang
mengeluks golongan penisilin keluar sel. Kasus resistensi S. aureus terhadap
golongan penisilin terjadi pada lebih dari 86% kasus. Kasus resistensi inilah yang
menyebabkan kegagalan terapi menggunakan amoxicillin pada infeksi S. aureus.
Oleh karena itu, penelitian untuk mengatasi permasalahan resistensi ini penting
dilakukan.(Agustina Setiawati, 2015

BAB V
KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum diperoleh bahwa koefisien fenol sampel WPC
(Wings Porcelein Cleaner) memiliki nilai sebesar 1,125. Sehingga WPC
memiliki efektifitas yang lebih besar dalam membunuh bakteri dibanding
fenol dan untuk percobaan mic padat kami dapat menarik kesimpulan sebagai

46
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

berikut :
a. Dalam percobaan ini, perbedaan pengaruh konsentrasi antibiotik
seharusnya memberikan hasil pertumbuhan koloni bakteri yang berbeda.
Tetapi disebabkan konsentrasi antibiotik yang digunakan terlalu kecil dan
tidak sesuai maka penentuan MIC dari suatu antibiotik itu tidak dapat
diketahui.
b. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dari antibiotik amoxicillin
terhadap bakteri SA adalah 3,906 g oleh karena itu pada kesemua cawan
petri ditumbuhi koloni-koloni bakteri.

Sedangkan dalam uji coba melakukan paper disc pada amoxicilin 500 mg
dapat kami tarik kesimpulan bahwa Dari penggunaan amoxicilin terhadap
bakteri masih ditumbuhi bakteri terkecuali di dosis 1 yang terlihat hanya
sedikit ditumbuhi bakteri dengan ukuran lingkaran 1,2 mm artinya dapat
disimpulkan bahwa amoxicillin kurang tepat untuk bakteri jenis ini. Karna
dengan penggunaan dosis tinggi bakterinya hanya sedikit mengalami
penghambatan dan pertumbuhan.
Dengan menggunakan sampel Antibiotik dari obat paten dan generik
dengan melalui percobaan uji 2 dosis , keduanya Terbentuk zona bening atau
zona hambat yang menandakan adanya potensi dari antibiotic yang digunakan
dalam menghambat dan membunuh bakteri.
Tapi saat kami lakukan pada jenis Bakteri Staphylococcus aureus resisten
terhadap antibiotik Amoxycillin.

47
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

DAFTAR PUSTAKA

Collier, L. (1998). Microbiology and Microbial Infections.New York:


Oxford
University Press Inc.
Fauzia. 2010. Uji Efek Ekstrak Air dari Daun Avokad (Persea
gratissima)terhadapStreptococcus Mutans dari Saliva dengan
Kromatografi Lapisan Tipis (TLC)dan Konsentrasi Hambat Minimum
(MIC).
Majalah Kedokteran Nusantara. Volume 41, No. 3: 173-178.
Fuadi, Azhar. 2010. Pengaruh Residual Klorin Terhadap Kualitas
Mikrobiologi pada Jaringan Distribusi Air Jernih.
Ganiswarna, S. G.1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
BagianFarmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hermawan, A. N. A. N. G., Hana, W., & Wiwiek, T. (2007). Pengaruh
Ekstrak Daun Sirih (piper betle l.) terhadap Pertumbuhan staphylococcus
aureus dan escherichia coli dengan Metode Difusi Disk. Universitas
Erlangga.
Jawetz, Melnick & Adelberg.(1995). Mikrobiologi Kedokteran.Jakarta
: Buku Kedokteran EGC.
Levinson, W. (2008).Review of Medical Microbiology. Amerika: The
McGraw-Hill Companies.
Melnick, J & Aldelberg.(1996). Mikrobiologi Kedokteran.Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
Pankey, G.A. (2014). Clinical Relevance of Bacteriostatic Versus
Bactericidal
Mechanisms of Action in the Treatment of Gram-Positive Bacterial
Infections.Oxford Journals Clinical Infectious Diseases. Vol.38, No.6:864-
870.
Rahayu, I. D. 2010.The sensitivity of Staphylococcus aureus as Mastitis
Pathogen Bacteria Into Teat Dipping Antiseptic in Dairy Cows. Jurnal

48
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A

Protein. Vol. 4, No. 1: 31-36.


Safitri, M. F. 2013. Kualitas Kefir berdasarkann Kefir Grain. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 2, No. 2: 87-92.
Setiawan, D. 2013. Perbandingan Efektifitas Desinfektan
Kaporit,Hidrogen Peroksida, dan Pereaksi Fenton (H2o2/Fe2+). Cakra
Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) . Vol. 1, No. 2: 17-24.
Suwito, W. 2010. Bakteri yang Sering Mencemari Susu. Jurnal
Litbang
Penelitian. Vol. 29, No. 3: 96-100.
Vibriyani, J. (2014). STUDI AKTIVITAS ANTIMIKROBIAL ASAP
CAIR
TEMPURUNG KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN
Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO.
JYunanto, A. 2010. Peran Alkohol 70%, Povidon-Iodine 10% dan
Kasa Kering Steril dalam Pencegahan Infeksi pada Perawatan Tali
Pusat. Jurnal Sari Pediatri. Vol. 7, No. 2: 58-62.
http://awesome-shima.blogspot.co.id/
Modul Praktikum Mikrobiologi Farmasi Universitas Al-Ghifari

49

Anda mungkin juga menyukai