BAB I
Alat :
1. Labu Ukur 50 ml 1
2. Inkubator 1
3. Pipet tetes 3
4. Gelas Ukur 3
5. Rak tabung 2
6. Stopwatch 1
7. Tabung reaksi 21
8. Kawat ose 1
9. Botol semprot 1
10. Pembakar spirtus 1
Bahan :
1. Fenol 12,5 ml
2. Nutrien Broth ( NB ) 65 ml
3. Sample uji (WPC) 1 ml
4. NaCl 0,9 % 15,5 ml
5. Aquadest secukupnya
6. Mc Farlan secukupnya
7. Staphulococcus aureas seujung ose
1
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
Prosedur
1. Pengenceran bakteri I
Bakteri SA dimasukkan 2 ml NaCl 0.9% dengan menggunakan ose yang
telah disterilkan sampai kekeruhannya sama dengan mc farlan
Sehingga didapatkan suspensi kuman 109
2. Pengenceran Bakteri II
Kedalam 3 tabung reaksi dimasukkan masing-masing 4.5 ml NaCl
0.9%
Tabung pertama ditambahkan 0.5 ml suspensi kuman 109 kemudian
dilarutkan sehingga didapatkan suspensi kuman 108
Tabung kedua ditambahkan 0.5 ml suspensi kuman 108 kemudian
dilarutkan sehingga didapatkan suspensi kuman 107
Tabung ketiga ditambahkan 0.5 ml suspensi kuman 107 kemudian
dilarutkan sehingga didapatkan suspensi kuman 106
2
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
3. Pengenceran Bakteri II
12.5 ml fenol dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml kemudian ditambahkan
aquadest sampai tanda batas kemudian dikocok
Sehingga didapatkan fenol 1:80
3
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
4
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
5. Penyiapan inokulasi
12 tabung reaksi diisi dengan masing masing 5 ml NB kemudian beri
label F5, F10, F15, DES 1:80 5, DES 1:80 10, DES 1:80 15, DES
1:100 5, DES 1:100 10, DES 1:100 15, DES 1:150 5, DES 1:150
10, DES 1:150 15
1 tabung reaki berisi 5 ml NB yang digunakan nanti untuk
pembanding
6. Uji fenol
Pada 5 ml fenol 1:80 ditambahkan 0.5 ml suspensi kuman 106
didiamkan selama 5 menit
Ambil 1 ose dari campuran tersebut kedalam tabung yang berisi NB
F5
Diamkan lagi selama 5 menit
Ambil 1 ose dari campuran tersebut kedalam tabung yang berisi NB
F10
Diamkan selama 5 menit Ambil 1 ose dari campuran tersebut kedalam
tabung
5
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
6
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
7
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
WAKTU (MENIT)
JUMLAH PENGENCERAN
5 10 15
FENOL 1 : 80 - - -
DESINFEKTAN 1 : 80 + + -
DESINFEKTAN 1 : 100 + - -
DESINFEKTAN 1 : 150 + - -
Koefisien fenol = A : B + C : D
2
Keterangan :
Maka besar koefisien fenol yang didapat dari hasil praktikum adalah :
8
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
2
Koefisien fenol = 1,25+ 1
2
Koefisien fenol = 1,125
9
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
A. Pengertian Desinfektan
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika
yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran
jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit
lainnya.Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri,
jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat
digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan
pakaian.
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan
sebagai antiseptik dan desinfektan tapi tidak semua bahan desinfektan
adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan
antiseptik.Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan
tubuh atau tidak bersifat keras. Penambahan bahan desinfektan juga
dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses
pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan
desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi
(Kimbal, 2002). Desinfektan dan antiseptik memiliki sifat antimikroba.
10
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
11
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
B. Sifat Fenol
Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak
dipakai antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para
kloro xylenol. Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam
rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air
dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk
virus, spora tetapi tidak baik digunakan untuk membunuh beberapa jenis
bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai dalam proses
desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding atau peralatan
yang terbuat dari papan/kayu.Adapun keunggulan golongan fenol adalah
sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material,
sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun,
dan korosif (Pankey, 2014).
Fenol dapat digunakan sebagai antiseptic seperti yangdigunakan Sir
Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik.Fenol merupakan
komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai
TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa
anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Collier, 1998).
12
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
Escherichia coli adalah salah satu jenis spesies utama bakteri Gram-
negatif. Bakteri ini ditemukan oleh Theodor Escherich. Pada umumnya
bakteri ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia. E.Coli merupakan
anggota dari family Enterobacteriaceae. Ukuran sel dengan panjang 2,06,0
m dan lebar 1,11,5 m. Bentuk sel dari bentuk seperti coocal hingga
membentuk sepanjang ukuran filamentous. Tidak ditemukan spora E. Coli
batang gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam
rantai pendek, biasanya tidak berkapsul. Bakteri ini aerobik dan dapat juga
aerobik fakultatif. E. Coli merupakan penghuni normal usus, seringkali
menyebabkan infeksi. E.Coli merupakan bakteri kemoorganotropik,
mempunyai tipe metabolisme fermentasi dan respirasi tetapi
pertumbuhannya paling sedikit banyak dibawah keadaan anaerob.
Pertumbuhan yang baik pada suhu optimal 37C pada media yang
mengandung 1% peptone sebagai sumber karbon dan nitrogen.
Untuk menentukan kualitas desinfektan yaitu dengan
menentukandaya bunuh desinfektan terhadap kuman adalah dengan
menggunakan metode koefisien fenol. Fenol adalah jenis desinfektan yang
paling kuno dan karena kekuatannya telah diketahui maka kualitas
desinfektan selalu dibandingkan dengan fenol. Fenol dengan kadar 0,2
persen bersifat bakteriostatik yakni menahan pertumbuhan bakteri,
sedangkan fenol 1% bersifat mematikan bakteri atau
bakterisid.Koefisienfenol adalah bilangan pecahan yang menunjukkan
perbandingan kekuatan daya bunuh dari desinfektan dibandingkan dengan
kekuatan daya bunuh dari fenol sebagai pembanding dalam kondisi yang
sama, yaitu jenis bakteri yang sama dan dan waktu kontak yang sama.
Waktu untuk menguji antibiotika adalah 18-24 jam, sedangkan untuk mata
tidak mungkin selama itu. Oleh karena itu, digunakanwaktu tertentu dengan
metode kontak secara konvensional, waktu yang paling cepat adalah 2,5
menit, paling lama 15 menit. Kekuatan fenol untuk menguji desinfektan
adalah tidak lebih besar dari 5% (Collier, 1998).
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100ml.
Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion
13
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
C. Koefisien fenol
Koefisien Fenol adalah Bilangan pecahan yang menunjukkan
perbandingan kekuatan daya bunuh dari desinfektan dibandingkan dengan
kekuatan daya bunuh dari fenol sebagai pembanding dalam kondisi
yang sama, yaitu jenis bakteri yang sama dan dan waktu kontak yang
sama (Collier, 1998). Waktu kontak adalah waktu yang dibutuhkan untuk
membunuh mikroba pada persentase kill yang dibutuhkan (Fuadi, 2012).
14
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
Koefisien fenol = A : B + C : D
2
Keterangan :
15
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
16
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
17
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
18
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
19
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
BAB II
METODE MIC PADAT DAN MIC CAIR
20
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
21
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
M1 x V1 = M2 x V2
2500 g x 2 ml = M2 x 10 ml.
M2 = 5000 / 10
= 500 g/ml
Cawan petri ke 2 :
M1 x V1 = M2 x V2
500 g x 5ml = M2 x 10 ml
M2 = 2500/ 10
= 250 g/ml
Cawan petri ke 3 :
M1 x V1 = M2 x V2
250 g x 5 ml = M2 x 10 ml.
M2 = 1250 / 10
= 125 g/ml
Cawan petri ke 4 :
M1 x V1 = M2 x V2
125 g x 5 ml = M2 x 10 ml.
M2 = 625 / 10
= 62,5 g/ml
Cawan petri ke 5 :
M1 x V1 = M2 x V2
62,5 g x 5 ml = M2 x 10 ml.
M2 = 312,5 / 10
= 31,25 g/ml
Cawan petri ke 6 :
M1 x V1 = M2 x V2
31,25 g x 5 ml = M2 x 10 ml
M2 = 156,25 / 10
= 15,625 g/ml
Cawan petri ke 7 :
M1 x V1 = M2 x V2
15,625 g x 5 ml = M2 x 10 ml.
22
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
M2 = 78,125 / 10
= 7,8125 g/ml
Cawan petri ke 8 :
M1 x V1 = M2 x V2
7,8125 g x 5 ml = M2 x 10 ml.
M2 = 39, 0625 / 10
= 3,90625 g/ml
23
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
24
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
25
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
26
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
2 ml sampel+8 ml aquadest
5ml+5ml 5ml+5ml 5ml+5ml 5ml+5ml 5ml+5ml 5ml+5ml
5ml+5ml 5ml
aqades aquades aquades aquades aquades aquades
aquades dibuang
27
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
1 2 3 4 5 6 7 8
28
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
Dari hasil pengamatan MIC pada media cair terletak pada konsentrasi 5
sampai dengan 6.
2.4.7 Hasil Perhitungan Dosis Tabung Reaksi
2.7.1 MIC Padat
2.7.2 MIC Cair
M1 = Berat Chloramphenicol g
Volume ml
M1= 250 mg
100 ml
M1 = 250.000 g
100ml
M1 = 2500 g/ml
1. Tabung Reaksi 1
M1.V1 = M2.V2
2500 g x 2ml = M2 x 10 ml
M2 = 2500 g x 2ml
10 ml
M2 = 500 g/ml
2. Tabung Reaksi 2
M1.V1 = M2.V2
500 g x 5ml = M2 x 10 ml
M2 = 500 g x 5 ml
10 ml
M2 = 250 g/ml
3. Tabung Reaksi 3
M1.V1 = M2.V2
250 g x 5 ml = M2 x 10 ml
M2 = 250 g x 5 ml
10 ml
M2 = 125 g/ml
4. Tabung Reaksi 4
M1.V1 = M2.V2
29
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
125 g x 5 ml = M2 x 10 ml
M2 = 125 g x 5 ml
10 ml
M2 = 62,5 g/ml
5. Tabung Reaksi 5
M1.V1 = M2.V2
62,5g x 5 ml = M2 x 10 ml
M2 = 62,5 g x 5 ml
10 ml
M2 = 31,25 g/ml
6. Tabung Reaksi 6
M1.V1 = M2.V2
31,25 g x 5 ml = M2 x 10 ml
M2 = 31,25 g x 5 ml
10 ml
M2 =15,625 g/ml
7. Tabung Reaksi 7
M1.V1 = M2.V2
15,625 g x 5 ml = M2 x 10 ml
M2 = 15,625 g x 5 ml
10 ml
M2 = 7,8125 g/ml
8. Tabung Reaksi 8
M1.V1 = M2.V2
7,625 g x 5 ml = M2 x 10 ml
M2 = 7,625 g x 5 ml
10 ml
M2 = 3,90625 g/ml
2.8 Foto Hasil MIC Padat dan MIC Cair
2.8.1 MIC Padat
30
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
31
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
BAB III
PENENTUAN KERENTANAN SUATU BAKTERI TERHADAP
BERBAGAI SEDIAAN ANTIBIOTIK
32
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
Keterangan :
A, B, C, dst : Cakram-cakram antibiotika dengan konsentrasi tertentu.
33
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
34
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
misalnya:
Mekanisme kerja antibiotik antara lain :
Menghambat dsintesis dinding sel.
Merusak permeabilitas membran sel.
Menghambat sintesis RNA (proses transkripsi)
Menghambat sintesis protein (proses translasi).
Menghambat replikasi DNA. [E.Indra Pradhika, 2010]
Namun begitu, terjadi juga kes-kes dimana bakteri dapat
mampertahankan dirinya terhadap antibiotika dan dapat menggagalkan
terapi dengan antibiotika. Definisi bagi resistensi adalah ketahanan suatu
mikroba terhadap antibiotika tertentu yang dapat berupa resistensi
alamiah, resistensi kromosomal, resistensi ekstra kromosomal, maupun
resistensi silang. Resistensi kromosomal terjadi akibat adanya mutasi
spontan pada mikroba, resistensi ekstrakromosomal terutama terjadi akibat
adanya faktor R pada sitoplasma bakteri, sedangkan resistensi silang ialah
resistensi akibat pemindahan gen resisten atau faktor R atau plasmid dari
bakteri lain yang telah resisten yang masuk ke dalam bakteri
Resistensi kromosomal dapatdibagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Resistensi kromosomal primer, dimana mutasi terjadi sebelum
pengobatan dengan antibiotika dan selama pengobatan terjadi
seleksi bibit yang resisten.
2. Resistensi kromosomal sekunder, dimana mutasi terjadi selama
kontak dengan antibiotika kemudian terjadi seleksi bibit yang
resisten.[ Dewi Rusmiati et. al, 2011] Metode yang digunakan
pada kali ini untuk menentukan kerentanan terhadap antibiotika
adalah metode cakram kertas. Metode ini didasarkan pada difusi
antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan
agar padat dalam cawan petri atau lempeng yang berisi biakan
mikroba uji pada jumlah tertentu. Sediaan antibiotika
menghambat pertumbuhan mikroba yang ada pada lempeng agar
(Singgih, 2007). Prosedur difusi untuk kertas cakram-agar yang
distandardisasikan (metode Kirby-Bauer) merupakan cara untuk
35
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
Perhitungan :
Tabung ke-1 : V1.M1 = V2. M2
2 ml . 2500 g = 10 . M2
M2 = 5000/10
M2 = 500 g
Tabung ke-2 : V1. M1 = V2 . M2
5 ml . 500g = 10 ml. M2
M2 = 2500/10
M2 = 250g
Tabung ke-3 ; V1. M1 = V2. M2
5 ml. 250g = 10 ml. M2
M2 = 1250/10
M2 = 125g
Tabung ke-4 ; V1. M1 = V2. M2
36
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
3.6. Pembahasan
Prosedur percobaan dengan Paper Disk Plate adalah pertama-tama
disiapkan 20 mL NA kemudian dituangkan ke dalam cawan petri. Kerjanya
harus dilakukan secara aseptis agar dapat menghindari kontaminasi dari
mikroba lain yang mampu merusak hasil percobaannya. Lalu ditunggu
hingga NA mengering dan suhunya kira-kira suam-suam kuku karena jika
suhu terlalu panas SA akan mati. Setelah NA memadat, suspensi SA
digoreskan atas permukaan NA kemudian diratakan dengan spreader hingga
terasa kesat. Rasa kesat menandakan bahwa SA merata pada seluruh
permukaan NA, ditunggu selama 30 menit agar bakteri mengering
sempurna. Setelah 30 menit, tempelkan lima antibiotik uji pada masing-
masing zona (1 cawan petri dibagi 5zona, 1 zona untuk 1 antibiotik uji).
37
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
Setelah itu, inkubasikan cawan petri dalam inkubator selama 18-24 jam.
Hal ini bertujuan agar zona yang dibentuk oleh SA dapat teramati dengan
jelas karena bakteri itu bisa tumbuh secara optimal.
Selepas itu, kesemua 5 zona itu diletakkan cakram-cakram
antibiotika pada jarak yang munasabah agar tidak terjadi penumpukan zona
inhibisi. Kerjanya harus dilakukan secara aseptis. Namun pada saat
memanaskan cawan petri berisi nutrient agar dan penyepit besi, haruslah
didiamkan terlebih dahulu. Hal ini karena agar bahannya menjadi tidak
terlalu panas, tetapi harus dilakukan dekat pembakar spiritus agar bakteri
dari udara tidak mengkontaminasi media agar yang berisi bakteri. Suhu
yang panas dapat meleburkan nutrient agar saat melubanginya, tetapi jika
terlalu jauh dari api ditakutkan akan terkontaminasi oleh bakteri. Proses
pembuatan lubang harus dilakukan dengan cepat, agar jangan biarkan
cawan petri terbuka terlalu lama untuk menghindari bakteri dari luar masuk
ke dalam cawan. Setelah kelima daerah yang dibagi tadi telah dimasukkan
cakram-cakram antibiotika, maka harus ditutup cawan petri dan dipanaskan
sekadar tidak dikontaminasi oleh bakteri- bakteri udara.
Dari lima antibiotik yang diujikan terhadap SA, Hanya satu dari
lima antibiotic tersebut memberikan hasil positif, berupa adanya zona
hambat bakteri(zona bening) disekitar cakram kertas.
Antimikroba yang lain gagal melakukan menghambatan karena
kemungkinan sudah diresistensi oleh antibiotika yang lain. Hal yang lain
yang bisa diambil adalah penggunaan dosis yang tidak tepat, atau
pemakaiannya yang tidak teratur. Waktu pengobatan yang tidak lama dan
penggunaan antibiotika yang tidak tepat juga bisa menunjukkan resistensi
terhadap antibiotika tersebut.
BAB IV
38
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
4.1 Tujuan
Menentukan besarnya potensi sampel antibiotika di pasaran terhadap
antibiotika standar
4.2 Prinsip
Membandingkan lebar diameter hambat (zona bening) yang dihasilkan
oleh antibiotika di pasaran terhadap standar
39
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
UJI 2 DOSIS
40
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
41
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
42
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
UJI 3 DOSIS
43
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
-Dari larutan tadi, ambil 2ml ke tabung reaksi, lalu tambahkan Aq dest ad 5ml.
Beri label.
4. Siapkan cawan petri yang telah berisi media, serta di beri bakteri SA. Dan
lubangi tengahnya 8 bagian, pada tutup di beri label tiap larutan.
5. Teteskan masing-masing larutan ke dalam masing-masing lubang sesuai label
yg tertera, sisakan satu lubang untuk diberi Aq dest dan satu lubang lainnya tidak
diberi cairan apapun.
6. Amati hasilnya setelah didiamkan selama 1 hari.
4.6.Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang pengujian antibiotic,
maka dapat diketahui bahwa antibiotic adalah bahan yang dihasilkan oleh
mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan
menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. antibiotic memiliki
spectrum aktivitas antibiotic yang beragam.
Sensitivitas Suatu bakteri terhadap antibiotic ditentutakan oleh diameter zona
hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat
pertumbuhannya. sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah
bakteri itu resiten atau peka terhadap suatu antibiotic. Pada pengujian yang telah
dilakukan, terbentuk zona bening disekitar piper disk, ini menunjukan bahwa
antibiotic yang digunakan berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri.
44
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
Pada pengujian yang telah dilakukan tidak terbentuk zona bening disekitar
lubang yang telah diberi antibiotik. Ini menunjukan bahwa antibiotik yang
digunakan tidak berpotensi menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
Konsentrasi antibiotika terhadap pertumbuhan bakteri tidak memberikan daya
hambat, karena bakteri tetap tumbuh setelah diinkubasi.
45
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
digunakan pada kasus infeksi S. aureus karena absorsi per oral yang baik.
Penisilin sangat efektif untuk infeksi Staphylococcus dan telah digunakan dalam
pengobatan sejak tahun 1940-an, setelah itu tahun 1942 mulai ditemukan kasus
resistensi S. aureus di rumah sakit. Prevalensi tersebut meningkat dengan
ditemukannya S. aureus yang menghasilkan penisilinase. Resistensi S. aureus
terhadap methicillin (golongan penisilin), kemudian disebut Methicillin
Resistance Staphylococcus aureus (MRSA) terkait dengan plasmid yang
membawa gen blaZ yang menyandi -laktamase. Selain itu, resistensi S. aureus
juga dipengaruhi oleh ekspresi Penicillin Binding Protein 2a (PBP-2a) yang
mengeluks golongan penisilin keluar sel. Kasus resistensi S. aureus terhadap
golongan penisilin terjadi pada lebih dari 86% kasus. Kasus resistensi inilah yang
menyebabkan kegagalan terapi menggunakan amoxicillin pada infeksi S. aureus.
Oleh karena itu, penelitian untuk mengatasi permasalahan resistensi ini penting
dilakukan.(Agustina Setiawati, 2015
BAB V
KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum diperoleh bahwa koefisien fenol sampel WPC
(Wings Porcelein Cleaner) memiliki nilai sebesar 1,125. Sehingga WPC
memiliki efektifitas yang lebih besar dalam membunuh bakteri dibanding
fenol dan untuk percobaan mic padat kami dapat menarik kesimpulan sebagai
46
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
berikut :
a. Dalam percobaan ini, perbedaan pengaruh konsentrasi antibiotik
seharusnya memberikan hasil pertumbuhan koloni bakteri yang berbeda.
Tetapi disebabkan konsentrasi antibiotik yang digunakan terlalu kecil dan
tidak sesuai maka penentuan MIC dari suatu antibiotik itu tidak dapat
diketahui.
b. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dari antibiotik amoxicillin
terhadap bakteri SA adalah 3,906 g oleh karena itu pada kesemua cawan
petri ditumbuhi koloni-koloni bakteri.
Sedangkan dalam uji coba melakukan paper disc pada amoxicilin 500 mg
dapat kami tarik kesimpulan bahwa Dari penggunaan amoxicilin terhadap
bakteri masih ditumbuhi bakteri terkecuali di dosis 1 yang terlihat hanya
sedikit ditumbuhi bakteri dengan ukuran lingkaran 1,2 mm artinya dapat
disimpulkan bahwa amoxicillin kurang tepat untuk bakteri jenis ini. Karna
dengan penggunaan dosis tinggi bakterinya hanya sedikit mengalami
penghambatan dan pertumbuhan.
Dengan menggunakan sampel Antibiotik dari obat paten dan generik
dengan melalui percobaan uji 2 dosis , keduanya Terbentuk zona bening atau
zona hambat yang menandakan adanya potensi dari antibiotic yang digunakan
dalam menghambat dan membunuh bakteri.
Tapi saat kami lakukan pada jenis Bakteri Staphylococcus aureus resisten
terhadap antibiotik Amoxycillin.
47
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
DAFTAR PUSTAKA
48
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi Nonreg 2A
49