Anda di halaman 1dari 9

Konservasi Nisan Putro Balee dan Tgk.

Awe Geutah Di Kabupaten Pidie,


Provinsi Aceh

Oleh Masnauli.
Balai Pelestarian Cagar Budaya Banda Aceh
Email : masnauli_bp3@yahoo.com

Abstrak : Konservasi nisan Putro Balee dan Tgk Awe Geutah di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh merupakan salah satu
kegiatan pemeliharaan terhadap cagar budaya. Upaya pemeliharaan ini dilakukan untuk mengurangi atau menghambat
kerusakan yang terjadi pada makam. Kerusakan atau pelapukan dapat diakibatkan oleh pertumbuhan jamur, lumut,
akumulasi debu, lumut, gempa bumi, gelombang tsunami dan lain-lain. Kegiatan konservasi yang dilakukan adalah
pembersihan mekanis kering dan basah. Konservasi berupa pembersihan mekanis kering dilakukan dengan cara
membersihkan kotoran, akumulasi debu, lumut yang menempel dengan sikat, sudip bambu, tusuk sate dan kuas.
Pembersihan mekanis basah dilakukan dengan cara membersihkan jamur dan lichen yang menempel dengan menyiran
air keseluruh permukaan makam, sambil disikat secara perlahan-lahan sampai semua jamur dan lichen hilang. Setelah
pekerjaan ini selesai, makam yang patah gempil diperbaiki dengan cara penyambungan tanpa angkur. Nisan yang miring
dan melesak ditegakkan dan diperkuat bagian kakinya. Bagian puncak nisan yang ditempel dengan semen dibersihkan
bagian semennya dengan cara diketok perlahan-lahan sampai bersih dan tidak merusak nisan.
Kata Kunci : Makam, konservasi, nisan

Abstract : Conservation Putro Balee and Tgk Awe Geutah gravestones in Pidie Regency, Aceh Province is one
of activities conducted for cultural heritage preservation. The conservation is conducted to slow down the damage
happened at the gravestones. The damage is caused by lichen, dust moss, earthquake, tsunami, and others. Activities
conducted are dry and wet mechanical conservation. Dry mechanical conservation is conducted by cleaning waste,
dust, and moss using brush and sharpened bamboo. Wet mechanical conservation is conducted to clean lichen by
spraying water into the gravestone surface. The spraying is accompanied by slowly brushing lichen until it is disappear.
After the cleaning is done, crack and broken gravestones are xed without using anchor. Leaning gravestones are xed
to the original position and strengthened. The cement that stuck in the gravestones is cleaned by tapping the cement
slowly until it akes but without damaging the gravestones

I. Pendahuluan melesak, rapuh, kotor, akumulasi debu, berjamur, berlumut


Di Provinsi Aceh banyak ditemukan makam dan keropos. Terdapat pula kerusakan yang diakibatkan
kuno Islam yang mempunyai nilai sejarah tinggi seperti oleh kesengajaan manusia (vandalisme) yaitu penambalan
komplek makam Putro Balee dan Awe Geutah di semen pada pundak nisan bagian kepala yang sebelumnya
Kabupaten Pidie, sehingga sangat penting untuk dijaga patah (hilang). Upaya untuk melestarikan cagar budaya
kelestariannya dengan cara mengkonservasinya. Namun yang sering dilakukan oleh BPCB Aceh dalam menangani
demikian evaluasi terhadap hasil konservasi tersebut masalah kerusakan adalah konservasi. Konservasi sudah
belum banyak dilakukan, oleh karena itu pada makalah ini berkali-kali dilaksanakan dalam kegiatan rutin tahunan
akan dikemukakan hasil evaluasi terhadap konservasi yang Balai Pelestarian Cagar Budaya karena telah dirasakan
telah dilakukan oleh BPCB Aceh. Kegiatan ini merupakan manfaatnya. Khusus di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara
kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh BPCB Aceh, konservasi bahan batu khususnya dilakukan pada nisan
dan makalah ini merupakan ringkasan dari laporan atau jirat. Penulis akan membahas mengenai konservasi
kegiatan. Ringkasan laporan kegiatan konservasi Makam pada nisan Putro Balee dan nisan Awe Geutah yang ada
Putro Balee dan Tgk. Awe geutah ini dipublikasikan di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh.
supaya ada masukan dan kritikan yang sangat berguna Istilah konservasi di sini bukan istilah yang biasa
bagi penulis sebagai bahan acuan yang lebih baik dalam digunakan dalam berbagai bidang, misalnya kehutanan,
kegiatan konservasi berikutnya. lingkungan, energi hingga kedokteran, tetapi yang
Nisan-nisan Putro Balee dan Tgk. Awe Geutah dimaksud dengan konservasi disini adalah dalam bidang
telah mengalami kerusakan diantaranya patah, miring, pelestarian cagar budaya. Pengertian konservasi dalam

66
Masnauli, Konservasi Nisan Putro Balee Dan Tgk. Awe Geutah di Kab. Pidie, Provinsi Aceh

arti luas adalah segala macam upaya untuk melestarikan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
termasuk pelindungan, pemanfaatan, dan pengembangan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan perawatan cagar budaya
Dengan demikian konservasi dalam arti luas memiliki perlu wawasan penelitian sehingga aspek kesejarahan,
cakupan yang sangat luas, atau bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan, dan kebudayaan yang terkandung pada
preservasi atau pelestarian itu sendiri. Sedangkan cagar budaya dapat terungkap. Selain berdasarkan kedua
konservasi dalam arti sempit adalah usaha-usaha untuk prinsip tersebut aspek yang tidak dapat dikesampingkan
mempertahankan kelestarian material cagar budaya untuk keberhasilan dalam perawatan cagar budaya adalah
termasuk nilai-nilai yang terkandung yang mencakup aspek sosial yaitu peran serta masyarakat. Dalam hal ini
tindakan pemeliharaan, treatment, dan pengawetan. seyogyanya perlu :
Konservasi dalam arti sempit lebih cenderung pada a. memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan
kegiatan teknis yang melibatkan material cagar budaya dan pandangan (persepsi) masyarakat;
dan bahan-bahan kimia konservannya. (Cahyandaru, b. memberdayakan potensi masyarakat dan meningkatkan
2010. peran serta masyarakat sehingga tercipta rasa memiliki
Konservasi adalah tindakan pelestarian yang tanggung jawab dalam upaya pelestarian dan kelestarian
diambil untuk memelihara dan mengawetkan cagar budaya cagar budaya tersebut.
dengan teknologi modern (bahan dan alat) sebagai upaya Nisan Putro Balee dan Awe Geutah merupakan
untuk menghambat proses kerusakan dan pelapukan cagar budaya tidak bergerak yang memerlukan
lebih lanjut. Kebijakan untuk melaksanakan pemeliharaan penanganan perawatan, baik perawatan preventif
terhadap cagar budaya terdapat pada Undang-undang maupun perawatan kuratif mengingat nisan-nisan ini
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar belum pernah dikonservasi. Pemeliharaan yang dilakukan
Budaya pasal 75 dan pasal 76 (Undang Undang No.11 selama ini hanya sebatas membersihkan rumput dan
Tahun 2010). daun-daunan oleh juru pelihara. Perawatan preventif
Perawatan cagar budaya dapat dilakukan dengan adalah tindakan untuk mencegah cagar budaya agar
dua cara yaitu perawatan preventif (perawatan sehari-hari terhindar dari faktor-faktor penyebab proses pelapukan
dan pengendalian lingkungan atau mikroklimatologi) dan dan kerusakan. Perawatan kuratif adalah tindakan
perawatan kuratif (perawatan dengan metode tradisional dalam rangka penanggulangan kerusakan dan pelapukan
dan modern). Perawatan cagar budaya/situs harus cagar budaya. Perawatan kuratif dapat berupa metode
dilakukan dengan perencanaan yang sistematis, terpadu, perawatan tradisional dan modern. Perawatan tradisional
dan berkesinambungan. Dengan upaya perawatan yang dilakukan dengan cara sederhana dengan menggunakan
konseptual diharapkan kondisi keterawatan cagar budaya bahan tradisional. Sedangkan perawatan modern adalah
akan tetap terjaga dengan baik sehingga cagar budaya/ perawatan dengan menggunakan bahan kimia, dan
situs dapat dikembangkan sebagai aset budaya nasional umumnya menggunakan prosedur perawatan yang baku.
serta dapat diwaristeruskan kepada generasi yang akan Perawatan modern meliputi:
datang (Tim Penyusun Pedoman, 2005). 1. Pembersihan: dimulai dari pembersihan kering,
Dalam kegiatan perawatan cagar budaya selain pembersihan basah kemudian dilanjutkan dengan
terdapat landasan operasional yang mengacu pada pembersihan kimia. Pembersihan kimia dilakukan
peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, untuk menghilangkan noda-noda minyak dan cat
konvensi dan kesepakatan internasional, juga harus atau mematikan pertumbuhan jasad organik seperti
memperhatikan beberapa prinsip dasar yang digunakan algae (ganggang), lumut, lichen (jamur kerak) yang
dalam perawatan cagar budaya. Secara garis besar ada dua dalam tahap-tahap sebelumnya tidak dapat hilang.
prinsip yang harus diperhatikan, yaitu prinsip arkeologis 2. Perbaikan: terdiri dari perekatan/pengeleman,
dan teknis. Tata urut penanganan perawatan cagar budaya penyambungan tanpa angkur, penyambungan
harus sesuai dengan kedua prinsip tersebut supaya dalam dengan angkur, penambalan, penyuntikan (injeksi),
pelaksanaannya tidak terjadi kesalahan prosedur. Dengan dan kamuase (penyelarasan warna).
demikian maka prosedur dalam perawatan cagar budaya 3. Konsolodasi: untuk memperkuat ikatan struktur

67
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 7, Nomor 1, September 2013, Hal 66-74

bahan cagar budaya yang telah mengalami pelapukan II. Pembahasan


dengan menggunakan bahan konsolodasi. Komplek Makam Putro Balee dan Komplek
4. Pengawetan: untuk memperlambat tumbuhnya Makam Tgk. Awe Geutah telah mengalami pelapukan
kembali jasad-jasad organik, seperti algae (ganggang), dan kerusakan. Hal ini diakibatkan oleh faktor
lumut, lichen (jamur kerak). lingkungan, faktor perencanaan, dan menurunnya rasio
5. Pengolesan lapisan kedap air: dilakukan agar cagar kekuatan bahan maupun struktur. Selain itu kerusakan
budaya terhindar dari kerusakan-kerusakan karena dan pelapukan juga dapat terjadi akibat penurunan rasio
faktor air (Tim Penyusun Pedoman, 2005) . kekuatan gaya statis, dinamis, kimia-sis, jenis material
Pada tindakan konservasi yang secara langsung dan struktur bangunan. Sumbangan yang besar terhadap
dilestarikan adalah benda atau materialnya, namun pada kerusakan dan pelapukan juga disebabkan oleh manusia,
dasarnya konservasi bertujuan untuk melestarikan nilai- bencana alam, iklim, air serta pertumbuhan jasad renik.
nilai pentingnya. Pelestarian nilai penting cagar budaya Proses-proses kerusakan dan pelapukan meliputi mekanis,
membawa konsekuensi harus dilestarikannya benda/ sis, kimia dan biologi (Munandar, 2006).
materialnya karena nilai penting terkandung dalam Bahan yang digunakan pada Komplek Makam Putro
bendanya. Konsep ini penting untuk dipahami karena Balee dan Komplek Makam Tgk. Awe Geutah adalah
pelestarian benda tanpa memperhatikan nilai penting batu pasir tufaan. Komplek ini berada di Kabupaten
yang terkandung dapat mengakibatkan kesalahan fokus Pidie. Kabupaten Pidie termasuk dalam wilayah beriklim
tindakan menyelamatkan bendanya namun secara tidak tropis basah, temperatur berkisar dari suhu minimum 19
disadari nilai penting tidak dipertahankan. Kesalahan 22 sampai dengan suhu maksimum 30- 35 dengan
yang mungkin terjadi misalnya: tidak diperhatikannya curah hujan paling tinggi pada bulan Januari sedangkan
faktor keaslian bahan, teknik pengerjaan, patina, dan curah hujan paling tetap terjadi pada bulan Oktober dan
faktor intrinsik lainnya. Nilai penting cagar budaya sangat Desember.
berkaitan dengan konsep tentang otentisitas karena
pada dasarnya cagar budaya akan bernilai tinggi hanya Data Sejarah
jika masih dalam kondisi otentik atau asli (Cahyandaru, Situs Komplek Makam Putro Balee berada di
2010). Desa Keutapang Sanggue, Kec. Pidie, Kab. Pidie, Prov.
Pekerjaan konservasi harus memperhatikan Aceh. Komplek ini menempati areal seluas 4,60 x 7,66
aspek otentisitas karena konservasi seringkali menyinggung meter dengan status tanah wakaf. Istilah Putro Balee atau
otentisitas benda. Sebagai contoh penggantian material Putri Janda ini adalah nama yang disebut-sebut kepada
baru dalam pekerjaan konservasi/pemugaran bangunan tokoh dalam komplek makam ini. Menurut informasi
batu, bata, kayu, dan lain-lain. Penggantian bahan bisa tokoh masyarakat setempat Putro Balee (putri janda)
dibenarkan dan tidak mengganggu otentisitas jika adalah seorang putri yang suaminya telah gugur atau
dilakukan dengan hati-hati dan didasarkan pada aturan meninggal dunia. Putro Balee ini seorang putri yang
maupun kaidah-kaidah yang berlaku. Tetapi penggantian berasal dari bangsa Portugis yang dibawa ke Aceh (Pedir)
pun bisa menyebabkan berkurangnya otentisitas jika sebagai tawanan. Suaminya telah gugur ketika Portugis
mengurangi nilai-nilai penting cagar budaya tersebut. diserang dalam peperangan melawan Raja Kerajaan
Cagar budaya yang dikonservasi dengan memperhatikan Atjeh. Karena putri jelita ini tidak mempunyai sanak
otentisitas secara konsisten akan meningkatkan integritas keluarga dan suaminya telah meninggal, maka dia dijuluki
dari cagar budaya tersebut. Istilah yang sering digunakan dengan Putro Balee. Disisi lain latar belakang sejarah
terutama dalam pengelolaan warisan budaya dunia yang dapat dijelaskan tentang sosok putri ini sebagaimana
adalah otentisitas dan integritas (otenticity and Integrity) disebutkan dalam buku Epigra dan Sejarah Nusantara
(Cahyandaru, 2010). karangan Louis Charles Darnais mengatakan bahwa Putri
Balee disebut dengan Putri Balu, ini merupakan putri dari
Sultan Maruf Syah anak Sulaiman Nur. Meninggal hari
Rabu 20 Muharram tahun 1562 M. Angka tahun yang

68
Masnauli, Konservasi Nisan Putro Balee Dan Tgk. Awe Geutah di Kab. Pidie, Provinsi Aceh

disebutkan Darnais (peneliti) ini meragukan dan ada polos, nisan-nisan ini tidak utuh lagi dan umumnya telah
silsilah bacaan epigraf di batu nisannya. Menurut Dra. mengalami kerusakan baik oleh faktor usia maupun oleh
Dahlia yang telah membaca kaligra pada saat dilakukan manusia (vandalisme). Tipelogi nisan sebagai berikut :
pembersihan mekanis kering dan basah (konservasi) pada 1). Tipe goda, segi delapan dengan puncaknya
nisan Putro Balee menunjukkan angka tahun yang terbaca menyerupai bunga teratai sedang mekar. Setiap
adalah tahun meninggalnya yaitu: Tistumiah wattisna min segi dibatasi dengan pelipit.
hijriah min yaumil arbain ksyiamin syahrin muharram artinya
2). Tipe goda, segi delapan polos tanpa motif.
meninggal tahun 990 H pada Hari Rabu tanggal 20
Muharram (BP3, 2012). 3). Tipe balok, segi empat dengan ukiran kaligra
Situs Komplek Makam Tengku Awe Geutah pada tiap panel dan bingkai.
berada sekitar 200 meter dari arah Selatan dari jalan
protokol Pidie - Medan, yaitu terletak di Desa Ujung 4). Tipe pipih bersayap (penataan batu), dengan pola
Langgo, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie. Situs ini hias beragam khususnya nisan Makam Putro
terletak pada sebidang tanah yang ditinggikan dari Balee.
tanah sekitarnya yang membujur dari Barat ke Timur, 5). Tipe goda polos pada ujungnya menyerupai
memempati areal seluas 9,20 x 4,57 meter, dengan pagar stupa.
kawat setengah permanen sebagai pembatas dengan Umumnya nisan yang ada di komplek ini tidak ada
daerah sekitarnya. Tengku Awe Geutah merupakan lagi yang utuh, dengan jumlah makam 10 buah dan bulat
seorang ulama yang datang ke Pidie mengembangkan polos satu buah yang menunjukkan ciri kekunaannya.
agama Islam. Sedangkan makam Tengku Awe Geutah Pola hias pada makam ini berupa motif sulur-suluran
yang berlokasi di Desa Ujung Langgo, Kabupaten Pidie bunga lidah api dan kaligra serta arabes.
ini menurut tokoh masyarakat setempat adalah salah Situs Komplek Makam Tengku Awe Geutah
seorang murid Tengku Awe Geutah dari Bireuen. sebutan istilah terdapat 6 (enam) buah makam dan semuanya tidak
dalam ejaan bahasa Aceh Awe (rotan) Geutah (karet/ memakai jirat, tiga buah makam diantaranya masih
lengket). Ini adalah sebuah losos yang disebutkan dalam kondisi utuh dan yang lainnya dalam kondisi
oleh orang Aceh yang mengandung pengertian bahwa, rusak/patah. Makam ini terletak di atas bukit kecil (tanah
seorang ulama menyebarkan agama kemana-mana dan yang ditinggikan) di dalam kebun milik masyarakat. Di
betah dalam mengembangkan syiar agama. sekelilingnya dipenuhi dengan pohon melinjo. Bentuk
Sebagian tokoh masyarakat Pidie lainnya nisan pipih segi empat, pipih penata bahu (bersayap) dan
memberi tanggapan bahwa, Tengku Awe Geutah yang balok persegi empat. Tulisan kaligra terdapat pada panel-
terdapat di Desa Ujung Langgo adalah seorang ulama panel di bagian badan nisan. Nisan-nisan di komplek
Islam yang datang dari jazirah Arab yang mengembangkan makam ini dimanfaatkan untuk mengasah bisni (pisau)
paham keislamannya di Aceh. Selain mengembangkan oleh masyarakat. Namun demikian di antara nisan-nisan
pengetahuan Islam dan dakwahnya, keluarga beliau juga yang ada, belum terindikasi yang mana mkam tokoh Awe
mencari nafkah dengan melakukan perdagangan jual Geutah karena deskripsi yang ada belum dapat terbaca.
beli rotan muda (awe geutah) yang baru ditebang dihutan, Yang dapat jelas terbaca hanya berupa kalimat tauhid La
selain menyebarkan ajaran Islam beliau juga menampung ilaha illallah Muhammadar Rasulullah yang paling banyak
atau membeli rotan sebagai salah satu usaha menafkahi mengisi pundak-pundak badan nisan.
hidup keluarganya. Dari cikal bakal nama atau tempat
kediaman tengku ini maka masyarakat menyebutkan Identikasi Kerusakan
dengan gampong awe geutah saja. Sebelum pelaksanaan perawatan, didahului
dengan kegiatan studi teknis perawatan cagar budaya
Data Arkeologis berbahan batu atau identikasi jenis kerusakan. Kegiatan
Situs Komplek Makam Putro Balee terdiri ini dilakukan agar pelaksanaan perawatan cagar budaya
dari 10 buah batu nisan, 1 buah berupa batu bulat

69
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 7, Nomor 1, September 2013, Hal 66-74

0.23

0.23

4.60 4.57

HILANG

0.47 0.40 0.16


0.31 0.31 0.40 0.21 0.43 0.62 0.25 0.30 0.20
0.21
0.42
0.21 0.31 0.38 0.20 0.42 0.48 0.34 0.34
0.31 0.40 0.21 0.47
0.43 0.35
0.62 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

9.20
7.66

Gambar 2. Denah Komplek Makam Awe Geutah


Gambar 1. Denah Komplek Makam Putro Balee

berbahan batu dapat dilaksanakan sesuai dengan pada nisan nomor 9. Pelapukan secara biotis merupakan
prinsip arkeologis dan teknis. Kegiatan studi teknis proses pelapukan batu karena aktivitas makhluk hidup.
tersebut meliputi: observasi, identikasi, dan rencana Kerusakan biotis ini terjadi pada seluruh nisan. Ada
penanganan. Menurut pengamatan terdapat jenis-jenis beberapa kerusakan nisan yang diakibatkan oleh manusia
kerusakan di Komplek Makam Putro Balee (Gambar yaitu batu nisan dijadikan sabagai tempat pengasahan
1) antara lain kerusakan secara mekanis, kerusakan secara pisau/parang oleh penduduk setempat sehingga batu
sis, kerusakan secara khemis, kerusakan secara biotis. ini berlubang dan kerusakan lain adalah batu nisan yang
Kerusakan mekanis yaitu kerusakan bahan baku makam ditempel dengan spesi campuran semen dan pasir oleh
yang diakibatkan oleh gaya-gaya mekanis seperti gempa, tukang pada saat dilakukan rehabilitasi dan pemasangan
tekanan, tanah longsor dan banjir. Gejala-gejala yang cungkup oleh BRR dan Pemda Pidie.
nampak pada kerusakan ini adalah terjadinya keretakan, Jenis-jenis kerusakan di komplek makam Tgk.
kemiringan, melesak, pecah dan kerenggangan pada Awe Geutah (Gambar 2) antara lain Kerusakan mekanis
komponem bahan baku makam atau struktur makam. yaitu nisan nomor 1, nisan nomor 2, nisan nomor 3,
Kerusakan yang diakibatkan oleh mekanis ini terdapat nisan nomor 4. Kerusakan secara sis yaitu nisan nomor
pada nisan nomor 2, nisan nomor 6, nisan nomor 7, nisan 5 dan nisan nomor 6. Kerusakan secara khemis tidak
nomor 8, dan nisan nomor 10. Kerusakan sis terjadi ada, kerusakan secara biotis nisan nomor 1 sampai nisan
akibat naik turunnya suhu dan perbedaan kemampuan nomor 6.
memuai (mengembang) dan menyusut dari mineral- Secara garis besar kerusakan yang terjadi pada
mineral yang berbeda pada bahan baku (batu) makam, Komplek Makam Putro Balee dan Komplek Makam
kekuatan yang berbeda mengakibatkan bahan baku Tgk. Awe Geutah adalah retak, pecah, gempil, aus, patah,
makam menjadi rapuh dan mudah hancur. Kerusakan pengelupasan, dan ulah manusia. Dari hasil pengamatan
ini terdapat pada nisan nomor 6, nisan nomor 7, nisan hampir 80 % nisan-nisan ini ditumbuhi oleh jamur, lichen,
nomor 8. Kerusakan khemis yang terjadi diakibatkan lumut dan akumulasi debu. Keberadaan komplek makam-
oleh proses hidrolisasi, oksidasi, karbonasi, hidrasi, atau makam ini pada daerah yang beriklim tropis lembab
reaksi kimia yang lebih komplek. Kerusakan ini terdapat dan berada di alam terbuka sehingga mempercepat

Foto 1. Komplek Makam Putro Balee dari arah Utara dan Selatan

70
Masnauli, Konservasi Nisan Putro Balee Dan Tgk. Awe Geutah di Kab. Pidie, Provinsi Aceh

Foto 2. Jenis-jenis kerusakan pada batu nisan di Komplek Makam Putro Balee (retakan, patah, pecah, keropos, berjamur dan lain-lain).

Foto 3. Komplek Makam Awe Geutah Foto 4. Jenis kerusakan pada batu nisan (retak, patah, jamur, lichen)

pertumbuhan jasad renik seperti lumut, jamur, lichen, dan algae dan mikro organisme lainnya. Dalam pelaksanaan
tumbuhan penumpang lainnnya. kegiatan konservasi tradisional ini menggunakan bahan
dan peralatan sebagai berikut: kemoceng/sulak, kuas,
Tindakan Pemeliharaan sikat ijuk, sikat plastik, sikat gigi, sudip bambu, spatula,
Untuk menanggulangi kerusakan-kerusakan di sapu lidi, ember dan gayung serta air bersih. Pembersihan
atas diperlukan tindakan perawatan dan pemeliharaan. secara mekanis kering dilakukan dengan tujuan
Tindakan perawatan yang dilakukan adalah pembersihan, membersihkan kotoran dan debu yang menempel pada
baik mekanis kering maupun mekanis basah, serta makam, jirat dengan menggunakan kemoceng dan kuas.
perawatan kimiawi. Tindakan perawatan yang dilakukan Selanjutnya nisan-nisan disikat menggunakan sikat ijuk
menggunakan metode tradisional maupun modern. dan sikat plastik halus. Sikat gigi/sudip bambu digunakan
Pelaksanaan perawatan antara lain meliputi pembersihan, pada bagian-bagian yang sulit dijangkau dengan sikat
perbaikan, penyambungan, penyuntikan (injeksi) ijuk dan sikat plastik halus. Setelah pembersihan kering
kamuase, konsolidasi, pengawetan, dan pengolesan selesai, dilanjutkan dengan pembersihan mekanis basah
lapisan kedap air (bila diperlukan). dengan cara menyiram air dengan menggunakan gayung
- Pembersihan
Pembersihan dilakukan secara tradisional yaitu
mekanis kering maupun basah. Sasaran pembersihan
secara mekanis pada batu-batu nisan meliputi seluruh
permukaan makam, karena pada umumnya seluruh nisan
tersebut sudah ditumbuhi jamur, lumut kerak (lichen),
Foto 5. Pembersihan mekanis kering Foto 6. Pembersihan mekanis basah

71
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 7, Nomor 1, September 2013, Hal 66-74

mulai dari bagian atas, sambil terus disikat secara perlahan Prosedur pengerjaan adalah:
dan merata sampai semua debu, kotoran dan lumut yang - Menyiapkan bahan dan alat yang dilakukan,
menempel hilang (lihat foto 5 dan 6). kemudian memakai sarung tangan dan masker.
- Melakukan pencampuran Sikkadur dengan
- Perbaikan perbandingan 2 : 1. Cara pegadukan yaitu dengan
a. Penyambungan tanpa angkur mecampur kedua bahan ini ke dalam wadah dengan
Setelah pembersihan selesai kegiatan selanjutnya hati-hati selama 5 menit, kemudian diaduk hingga
adalah perbaikan pada nisan-nisan yang patah, pecah, campuran merata.
dan miring. Perbaikan adalah upaya pemulihan bahan - Setelah dicampur, kedua permukaan pecahan batu
cagar budaya yang telah rusak dengan jalan menambal, nisan diolesi lem tersebut dan disambung kembali
menyambung, dan mengganti bagian yang hilang (lihat foto 7)
agar bentuknya mendekati keadaan aslinya. Tindakan
perbaikan ini terdiri dari perekatan/pengeleman, b. Penegakan Batu Nisan Miring
penyambungan tanpa angkur, penyambungan dengan Pada Komplek Makam Tgk. Awe Geutah
angkur, penambalan, penyuntikan (injeksi) dan kamuase. terdapat nisan-nisan yang miring dan melesak, untuk itu
Perbaikan tersebut menggunakan bahan perekat baik perlu diadakan penegakan nisan-nisan tersebut. Peralatan
organik maupun anorganik. (Tim penyusun pedoman, sebagai berikut:
2005). Pada Makam Tgk. Awe Geutah terdapat nisan- - Balok kayu
nisan yang patah dan pecah, untuk itu perlu diadakan - Cangkul
pengeleman dan penyambungan tanpa angkur. Peralatan - Linggis sedang
sebagai berikut: lem Epoxy Resin, scrub, sarung tangan - Linggis besar
karet, masker, spatula, gagang press, kuas.

Foto 7. Proses penyambungan tanpa angkur

Foto 8. penegakan batu nisan miring (nisan nomor 5)

Foto sebelum Foto setelah diperbaiki

72
Masnauli, Konservasi Nisan Putro Balee Dan Tgk. Awe Geutah di Kab. Pidie, Provinsi Aceh

Foto penegakan batu nisan miring (nisan nomor 5)

Foto sebelum Foto setelah diperbaiki

Foto penegakan batu nisan miring (nisan nomor 1)

Foto sebelum Foto setelah diperbaiki

Prosedur pengerjaan penegakan nisan-nisan yang miring


adalah:
- menyiapkan alat yang diperlukan
- menggali tanah tempat berdirinya nisan
- ditegakkan dengan bantuan balok kayu.

c. Pengelupasan campuran semen pasir pada nisan-


nisan di Komplek Makam Putro Balee
Pada Komplek Makam Putro Balee terdapat 4
buah nisan yang ditempel semen bercampur pasir oleh
tukang pada bekas pengasahan pisau oleh penduduk
sekitar (dilakukan pada saat pembuatan cungkup). Proses
pengelupasan harus dilakukan dengan hati-hati agar
permukaan nisan tidak ikut terkelupas. Peralatan yang
Foto nisan nomor 2
digunakan adalah sebagai berikut:
- Palu sedang
- Pahat

Foto nisan nomor 3

73
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 7, Nomor 1, September 2013, Hal 66-74

Prosedur pengerjaan pengelupasan semen yang tertempel batu nisan patah, gempil, retak, aus dan kerusakan yang
pada nisan-nisan adalah: yang diakibatkan oleh mikroorganisme seperti jamur, lichen
- menyiapkan alat yang diperlukan dan lumut. Sisa batu nisan yang patah tidak ditemukan
- memahat bagian semen dengan pelan-pelan lagi di situs, kemungkinan dibawa oleh penduduk sekitar
- bagian semen yang terkelupas diangkat untuk dijadikan batu asah, sehingga tidak bisa dilakukan
penyambungan pada nisan-nisan yang patah dan gempil.
III. Penutup Kegiataan konservasi ini dilakukan untuk mengurangi
Tindakan yang dilakukan dalam kegiatan konservasi pelapukan pada batu-batu nisan, menyambung batu
ini sangat sederhana. Hal ini dilakukan untuk mengurangi nisan yang patah, menegakkan batu nisan yang miring
resiko dengan hasil memaksimal mungkin dan dalam dan melesak, membersihkan semen yang ditempel dan
pelaksanaannya harus memperhatikan kaidah-kaidah membersihkan dari kotoran yang menempel sehingga
yang berlaku secara teknis dan arkeologis. Tindakan ini bermanfaat pada pembacaan kaligra yang lebih jelas.
juga dilakukan untuk menghambat proses pelapukan Pada nisan-nisan yang patah dan retak diadakan perbaikan
agar umur nisan-nisan tersebut dapat lebih diperpanjang berupa pengeleman tanpa angkur dan pengeleman
untuk generasi yang akan datang. dengan angkur. Pengeleman tanpa angkur digunakan pada
Kerusakan yang terdapat pada Komplek Makam nisan-nisan yang retak, gempil dan tingkat kerusakannya
Putro Balee dan Komplek Makam Tgk. Awe Geutah kecil, sedangkan pengeleman dengan angkur dilakukan
hampir sama yaitu kerusakan yang diakibatkan oleh alam pada nisan-nisan yang patahannya besar dan tingkat
dan manusia. Kerusakan yang paling menonjol adalah kerusakannya besar.

Daftar Pustaka

BP3. 2012. Laporan Teknis Konservasi Komplek Munandar, Aris. 2010. Kerusakan dan Pelapukan
Makam Putro Balee, Makam Tgk. Aer Chan Bahan Batu. Magelang : Balai Konservasi
dan Makam Tgk. Awe Geutah di Kabupaten Peninggalan Borobudur.
Pidie, Prov.insi Aceh. Suaka Peningggalan Sejarah dan Purbakala Prov. Aceh
Cahyandaru, Nahar. 2010. Dasar-dasar Konservasi, Sumut. 1994. Laporan Pendataan Situs/
Artikel dalam Bimbingan Tenaga Teknis Bangunan Peninggalan Sejarah dan Purbakala
Konservasi Tingkat Dasar. Magelang : Balai di Kabupaten Pidie.
Konservasi Peninggalan Borobudur. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2005. 2010 Tentang Cagar Budaya
Pedoman Perawatan Dan Pemugaran Cagar
Budaya Bahan Batu, Jakarta.
Munandar, Aris. 2006. Kerusakan dan Pelapukan Material.
Magelang : Balai Konservasi Peninggalan
Borobudur.

74

Anda mungkin juga menyukai