A. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari
dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan
transudat atau cairan eksudat. Pada keadaan normal rongga pleura hanya mengandung
cairan sebanyak 10-20 ml, cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma,
kecuali pada cairan pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
B. Etiologi
Efusi pleura tipe transudatif dibedakan dengan eksudatif melalui pengukuran kadar
Efusi pleura eksudatif memenuhi paling tidak salah satu dari tiga kriteria berikut
ini, sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari tiga criteria
ini:
LDH cairan pleura melebihi dua per tiga dari batas atas nilai LDH yang
1
Efusi pleura berupa :
Chlamydia. Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-
malaise, mialgia, sakit dada, sakit perut, gejala perikarditis. Diagnosa dapat
efusi.
bakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara
dan metronidazol serta mengalirkan cairan infus yang terinfeksi keluar dari
rongga pleura.
2
3. Pleuritis karena fungi penyebabnya: Aktinomikosis, Aspergillus,
melalui focus subpleural yang robek atau melalui aliran getah bening, dapat
yang disebabkan oleh TBC biasanya unilateral pada hemithoraks kiri dan
5. Efusi pleura karena neoplasma misalnya pada tumor primer pada paru-
3
pleura yang ditemukan berupa eksudat dan kadar glukosa dalam
abses paru atau bronkiektasis. Khas dari penyakit ini adalah dijumpai
pada empiema dan efusi pleura yang terlokalisir. Menurut Light, terdapat 4
parapneumonik:
pleura
Nilai pH cairan pleura dibawah 7,00 dan 0,15 unit lebih rendah
yang mengalir bebas dapat berkumpul hanya dalam waktu beberapa jam
saja.
4
7. Efusi pleura karena penyakit kolagen: SLE, Pleuritis Rheumatoid,
Skleroderma.
parapneumonik.
1. Gangguan kardiovaskular
subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun (terhalang) sehingga
Tekanan hidrostatik yang meningkat pada seluruh rongga dada dapat juga
menerangkan adalah kenapa efusi pleuranya lebih sering terjadi pada sisi
kanan.
amat sesak.
5
2. Hipoalbuminemia
3. Hidrothoraks hepatik
lubang kecil yang ada pada diafragma ke dalam rongga pleura. Efusi
asites dan efusi, tidak ada alternatif yang baik. Pertimbangan tindakan
kebocoran melalui bedah, atau torakotomi pipa dengan suntikan agen yang
menyebakan skelorasis.
4. Meigs Syndrom
Sindrom ini ditandai oleh ascites dan efusi pleura pada penderita-penderita
dengan tumor ovarium jinak dan solid. Tumor lain yang dapat
dari uterus, tumor ovarium ganas yang berderajat rendah tanpa adanya
metastasis. Asites timbul karena sekresi cairan yang banyak oleh tumornya
6
dimana efusi pleuranya terjadi karena cairan asites yang masuk ke pleura
5. Dialisis Peritoneal
Efusi dapat terjadi selama dan sesudah dialisis peritoneal. Efusi terjadi
dialisat.
c) Darah
pada hemothoraks selalu lebih besar 25% kadar Hb dalam darah. Darah
hemothorak yang baru diaspirasi tidak membeku beberapa menit. Hal ini
oleh permukaan pleura. Bila darah aspirasi segera membeku, maka biasanya
C. Patofisiologis
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura
berfungsi untuk melicinkan kedua pleura viseralis dan pleura parietalis yang saling
bergerak karena pernapasan. Dalam keadaan normal juga selalu terjadi filtrasi cairan
ke dalam rongga pleura melalui kapiler pleura parietalis dan diabsorpsi oleh kapiler
dan saluran limfe pleura viseralis dengan kecepatan yang seimbang dengan kecepatan
pembentukannya.
7
Gangguan yang menyangkut proses penyerapan dan bertambahnya kecepatan proses
dalam rongga pleura. Mekanisme yang berhubungan dengan terjadinya efusi pleura
yaitu;
1). Kenaikan tekanan hidrostatik dan penurunan tekan onkotik pada sirkulasi
kapiler
3). Kenaikan permeabilitas kapiler dan penurunan aliran limfe dari rongga pleura.
8
Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh
peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah,
sehingga empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura
alveoli dekat parietalis sehingga udara akan masuk ke dalam rongga pleura. Proses ini
sering disebabkan oleh trauma dada atau alveoli pada daerah tersebut yang kurang
elastik lagi seperti pada pasien emfisema paru (Halim et al., 2007).
Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan
primer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialisis
berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga
(Halim et al., 2006). Penting untuk menggolongkan efusi pleura sebagai transudatif
atau eksudatif.
D. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis baik dan pemeriksaan fisik yang
teliti, diagnosis pasti ditegakkan melalui pungsi percobaan, biopsi dan analisa cairan
pleura.
9
E. Manifestasi Klinis
a. Gejala Utama.
Gejala-gejala timbul jika cairan bersifat inflamatoris atau jika mekanika paru
terganggu. Gejala yang paling sering timbul adalah sesak (Davey., 2003), berupa
rasa penuh dalam dada atau dispneu (Ward et al., 2007). Nyeri bisa timbul akibat
efusi yang banyak (Davey., 2003), berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul
menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril
Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
b. Pemeriksaan Fisik.
Jika terjadi inflamasi, maka dapat terjadi friction rub. Apabila terjadi
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak
dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati
10
daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis
Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
c. Pemeriksaan Penunjang.
Foto thoraks
Pada foto dada posterior anterior (PA) permukaan cairan yang terdapat dalam
rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah
lateral lebih tinggi dari pada bagian medial, tampak sudut kostrofrenikus
menumpul (Davey., 2003). Pada pemeriksaan foto dada posisi lateral dekubitus,
Torakosentesis.
pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan jarum abbocath
nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500
a. Warna cairan.
b. Biokimia.
11
Terbagi atas efusi pleura transudat dan eksudat. Perbedaannya dapat dilihat pada
tabel dibawah:
c. Sitologi.
maligna).
d. Bakteriologi.
2006).
12
Biopsi Pleura.
Dapat menunjukkan 50%-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura.
F. Penatalaksanaan
Torakosentesis.
Aspirasi cairan pleura selain bermanfaat untuk memastikan diagnosis, aspirasi juga
berikut:
1. penderita dalam posisi duduk dengan kedua lengan merangkul atau diletakkan
diatas bantal; jika tidak mungkin duduk, aspirasi dapat dilakukan pada
2. Lokasi penusukan jarum dapat didasarkan pada hasil foto toraks, atau di daerah
sedikit medial dari ujung scapula, atau pada linea aksilaris media di bawah
diahfrahma atau terlalu dalam sehingga mengenai jaringan paru, atau jarum
tidak mencapai rongga pleura oleh karena jaringan subkutis atau pleura
parietalis tebal.
13
Gambar 2. Metode torakosentesis
secara mendadak. Selain itu pengambilan cairan dalam jumlah besar secara
Pemasangan WSD.
Jika jumlah cairan cukup banyak, sebaiknya dipasang selang toraks dihubungkan
dengan WSD, sehingga cairan dapat dikeluarkan secara lambat dan aman.
14
5. Selang dan trokar dimasukkan ke dalam rongga pleura dan kemudian trokar
6. Setelah posisi benar, selang dijepit dan luka kulit dijahit serta dibebat dengan
dibawah permukaan air sedalam sekitar 2 cm, agar udara dari luar tidak dapat
8. WSD perlu diawasi tiap hari dan jika sudah tidak terlihat undulasi pada
9. Selang torak dapat dicabut jika produksi cairan/hari <100ml dan jaringan paru
15
Pleurodesis.
penanganan terpilih pada efusi pleura keganasan. Bahan yang digunakan adalah
sitostatika (misal; tiotepa 45 mg) diberikan selang waktu 710 hari; pemberian obat
tidak perlu pemasangan WSD. Setelah 13 hari, jika berhasil, akan terjadi pleuritis
Pada pemberian obat ini WSD harus dipasang dan paru dalam keadaan mengembang.
dimasukkan ke dalam rongga pleura melalui selang toraks, ditambah dengan larutan
garam faal 1030 ml larutan garam faal untuk membilas selang serta 10 ml lidokain
2% untuk mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan obat ini. Analgetik narkotik
diberikan 11,5 jam sebelum pemberian tetrasiklin juga berguna mengurangi rasa nyeri
tersebut. Selang toraks diklem selama 6 jam dan posisi penderita diubah-ubah agar
penyebaran tetrasiklin merata di seluruh bagian rongga pleura. Apabila dalam waktu
24 jam -48 jam cairan tidak keluar, selang toreaks dapat dicabut.
16
G. Diagnosa Banding
o Pneumotoraks
o Fibrosis paru
H. Prognosa
Tergantung penyakit yang mendasari, pada kasus tertentu, dapat sembuh sendiri
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Jeremy, et al. Efusi Pleura. At a Glance Medicine Edisi kedua. EMS. Jakarta : 2008.
2. Jeremy, et al. Penyakit Pleura. At a Glance Sistem respirasi Edisi kedua. EMS.
Jakarta : 2008.
3. Halim, Hadi. Penyakit Penyakit Pleura. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
2011
18