PENDAHULUAN
1. Pengertian Skin Graft
Transplantasi kulit (Skin Graft) adalah tindakan menanam kulit
dengan ketebalan tertentu baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil
atau dilepaskan dari satu bagian tubuh yang sehat (disebut daerah donor)
kemudian dipindahkan atau ditanamkan ke daerah tubuh lain yang
membutuhkannya (disebut daerah resipien). Transplantasi kulit umumnya
merupakan Auto-transplantasi yaitu penggunaan kulit yang berasal dari
individu yang sama untuk meminimalisasi tingkat kegagalan karena
memiliki karakteristik kulit, gen, dan DNA dengan jenis yang sama
Jika ada defek yang mau dikoreksi dengan STSG, ukuran lesi diukur
dengan tepat, bisa juga sutura (jahitan) dilakukan untuk mengecilkan size
defek supaya donor STSG juga diminimalisirkan.
Area donor yang bagus seperti anterior-lateral atau medial paha, pantat,
atau aspek medial dari tangan.Untuk defek yang lebih besar, STSG donor
haruslah permukaan yang rata.
Pemilihan daerah donor tergantung besarnya defek harus area yang bisa
tertutupi pakaian dan mudah untuk terapinya pasca donor
Langkah awal yaitu daerah donor dianestesi lokal dengan/ tanpa epinefrin
dan bisa dikembungkan untuk pengangkatan
Alat-alat yang digunakan untuk STSG adalah Freehand dermatom,
powered dermatom.razor blade, pisau bedah biasa (no.22) atau pisau
humby.
Powered dermatom dipakai untuk STSG dengan daerah yang lebih luas
karena ketebalan graft yang diambil harus sama.
Diatas kulit ditutupi tulle, dilapisi kasa lembab NaCl 0,9% dan selanjutnya
kasa kering steril. Dibuat lubang kecil diatas skin graft untuk jalan keluar
darah yang ada. Kemudian dilakukan irigasi untuk membuang sisa bekuan
darah dibawah graft dengan spoit berisi NaCl 0,9%. Untuk membantu
keberhasilan tindakan, dilakukan balut tekan dengan menggunakan verbal
elastic. Pada daerah yang tidak memungkinkan dipasang verban elastic
seperti muka atau leher, maka untuk menjamin fiksasi perlu dilakukan tie
over yaitu saat penjahitan skin graft beberapa simpul disisakan panjang untuk
fiksasi.
Masa pemulihan dari skin graft pada umumnya cepat. Yang perlu
diperhatikan yaitu daerah luka harus dilindungi dari trauma atau peregangan
selama 2-3 minggu. Tergantung pada penempatan dari skin graft, suatu
penutup luka mungkin perlu untuk 1-2 minggu. FTSG memerlukan periode
kesembuhan lebih panjang, dimana dalam banyak kasus memerlukan
perawatan dirumah sakit selama satu sampai dua minggu.
FASE PENYEMBUHAN SKIN GRAFT SECARA FISIOLOGIS (1)
Terdapat dua tahap pemulihan skin graft yaitu :
1) Imbibisi plasmic (24-48 jam pertama setelah graft)
Dalam proses ini, jaringan donor akan mendapatkan nutrisi melalui
penyerapan plasma dari kulit dibawahnya melalui kapiler-kapiler, sehingga
STSG dikatakan memiliki kemungkinan berhasil yang lebih besar karena
cairan plasma yang diserap lebih efektif.
2) Fase penyembuhan/inokulasi (48-72 jam sampai 1 minggu setelah graft)
Kelenjar limfe akan terbentuk pada jaringan graft kira-kira 1 minggu, dan
reinervasi graft akan mulai pada minggu-minggu pertama. Proses
revaskularisasi skin graft sebagai berikut:
a. Hubungan anastomose langsung antara graft dengan pembuluh darah
resipen (autoinokulasi)
b. Pertumbuhan dari pembuluh darah resipie ke dalam saluran endothelial
graft.
c. Penetrasi pembuluh darah baru ke dalam dermis graft.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL SKIN GRAFT
Yang beresiko mengalami komplikasi selama operasi skin graft diantaranya :
1) Usia lanjut ( > 60 tahun ) atau bayi baru lahir
2) Merokok
3) Penderita penyakit kronis
4) Menggunakan obat hipertensi, insulin, relaksan otot
Faktor Faktor Penyebab Kegagalan Skin Graft
1. Hematoma
Hematoma dapat menghalangi proses revaskularisasi. Untuk mencegah
hematoma dapat dipakai metode mesh grafting dengan membuat insisi kecil
ultiple dengan jarak teratur untuk drainase darah atau eksudat dan juga untuk
memperluas kulit.
2. Faktor mekanik, berupa kegagalan imobilisasi sehingga skin graft bergeser
dan revaskularisasi tidak terjadi.
3. Infeksi
4. Tekhnik yang salah, diantaranya adalah :
a. Menempelkan skin graft pada daerah yang masih berepitel
b. Skin graft terbalik
c. Skin graft terlalu tebal
d. Jika skin graft dapat bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi
maka umumnya tidak akan ada reaksi penolakan dan umumnya skin graft
dapat berhasil.
Faktor-Faktor Keberhasilan Skin Graft
Suksesnya transplantasi dari suatu Skin Grafting berhubungan dengan take dari
graft tersebut. Take dari graft tergantung dari :
1. Vaskularisasi yang adekuat
Suatu skin graft memerlukan aliran darah yang adekuat dari daerah resipien untuk
dapat bertahan hidup. Skin Graft yang dilakukan pada daerah resipien yang kaya
akan pembuluh darah mempunyai kemungkinan untuk take yang lebih besar.
Aliran darah dari daerah resipien ke graft kemudian akan melewati fase imbibisi
plasmic, inoskulasi, hingga akhirnya terbentuk bridging pembuluh darah yang
baru ke graft. Untuk itu, hal-hal yang menghalangi aliran darah ke graft seperti
jaringan granulasi harus disingkirkan terlebih dahulu.
2. Kontak yang baik antara skin graft dengan daerah resipien
Agar proses pembentukan bridging pembuluh darah yang baru dari daerah ke
graft dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan kontak yang baik antara skin
graft dengan daerah resipiennya. Untuk itu yang harus diperhatikan adalah
tekanan yang adekuat pada graft, ada tidaknya kumpulan cairan antara graft
dengan resipien, dan pergerakan antara graft dengan resipiennya.
3. Tekanan yang adekuat
Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan fiksasi yang baik yaitu
dengan penjahitan interuptus dipinggir kemudian dilanjutkan dengan beberapa
jahitan kasur diatas skin graft untuk menjamin kontak dan mencegah pergeseran.
Penjahitan yang terlalu longgar akan menyebabkan bergesernya graft sehingga
tidak dapat terbentuk bridging pembuluh darah yang baru. Sedangkan penjahitan
yang terlalu kuat akan menyebabkan tarikan yangkemudian akan merusak graft itu
sendiri.
4. Mencegah timbunan cairan antara graft dengan resipien
Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan graft dari resipiennya,
menghalangi vaskularisasi sehingga akan menghalang take dari skin graft tersebut
dan menyebabkan kegagalan graft. Perdarahan yang terjadi pada proses
penempelan graft biasanya akan berhenti sendiri dalam 5-10 menit, sehingga
sebelum operasi dilanjutkan, harus dilakukan evakuasi terhadap bekuan darah
yang mungkin terjadi. Bila dicurigai akan adanya seroma, hematoma atau pus di
bawah kulit, sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft.
Seroma, hematoma atau bekuan darah harus segera di evakuasi dengan melakukan
insisi kecil pada graft tepat di atas seroma, hematoma atau bekuan darah tersebut,
selanjutnya dilakukan pembalutan lagi. Perawatan dan penggantian pembalut
dilakukan tiap hari sampai seroma, hematoma dan bekuan darah tidak ada lagi di
bawah skin graft.
5. Imobilisasi yang baik
Adanya pergerakan antara graft dengan daerah resipien akan menghancurkan
bridging kapiler yang baru sehingga mengalami terbentuknya vaskularisasi graft.
Untuk menjaga agar tidak terjadi pergerakan antara graft dengan resipien dapat
digunakan spalk untuk daerah ekstrimitas, leher dan aksila, untuk melindungi skin
graft dari gerakan-gerakan tubuh yang dapat merusak skin graft serta mencegah
kontraksi yang terjadi karena posisi anatomis. Pada daerah wajah, imobilisasi
dapat dilakukan dengan balutan tie over.
6. Tidak adanya infeksi
Sukses tidaknya penutupan luka tergantung pada ada tidaknya infeksi luka.
Infeksi luka ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka dan
mikroorganismenya. Bila jumlah mikroorganismenya lebih dari 104 / gram
jaringan, maka resiko infeksi adalah sebesar 89%. Skin graft yang dilakukan pada
jaringan yang mengandung lebih dari 105/gr jaringan akan selalu gagal.
Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap sebagai faktor infeksi yang
menyebabkan kegagalan skin graft. Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau
atau kemerahahn pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan hari ke-4 pasca
bedah apalagi bilai disertai rasa nyeri yang semakin bertambah akan lebih
menyokong adanya infeksi pada daerah operasi. Pada pasien dibetes atau mereka
yang mendapat terapi imunosupresan lebih mudah mendapatkan infeksi.
Pencegahan infeksi dilakukan dengan kompres NaCl 0.9% dan memberikan
antbiotik yang sesuai dengan mikroorganisme yang dapat merusak graft.
PERAWATAN SKIN GRAFT PADA DONOR DAN RESIPEN
1. Daerah resipen
Bila diyakini tindakan hemostatis daerah resipen telah dilakukan dengan baik dan
fiksasi skin graft telah dilakukan dengan baik, balutan dibuka hari ke-5 untuk
mengevaluasi hasil dari skin graft dan benang fiksasi/jahitan dicabut.
Skin graft take yang dimaksud adalah terjadi revaskularisasi dimana skin graft
memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit ditempat baru.
Apabila baik dilakukan perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan pada penderita
tindakan skin graft diekstremitas tetap memakai pembalut elastic sampai
pematangan graft kurang 3-6 bulan. Bila diduga akan adanya hematoma atau
bekuan darah dibawah kulit sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan
skin graft. Karena bila terjadi seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah skin
graft akan mengurangi kontak skin dengan resipen sehingga akan menghalangi
take dari skin grat tersebut. Pada pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan
dengan hati-hati jangan sampai merusak skin graft (terangkat atau tergeser).
Seroma, hematoma atau bekuan darah harus segera dievakuasi dengan melakukan
insisi kecil pada skin graft tepat diatas seroma/hematoma/bekuan darah tersebut
selanjutnya dilakukan pembalutan lagi. Perawatan dan pergantian balutan
dilakukan tiap hari sampai seroma/hematoma bekuan darah tidak ada lagi dibawah
skin graft. Bila evakuasi seroma/hematoma/bekuan darah dilakukan dalam 24 jam
pertama, graft masih dapat terjamin take 100%. Infeksi pada skin graft tidak akan
menimbulkan kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama pasca bedah. Demam
yang tidak tinggi disertai adanya bau atau kemerahan pada pinggir skin graft
antara hari ke-2 dan ke-4 pasca bedah.
2. Daerah donor
Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah proses epitelisasi.
Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi. Pada daerah donor
terjadi penyembuhan atau epitelialisasi untuk thin split thickness skin graft 7- 9
hari, intermediate split thickness skin graft 10 14 hari sedangkan thick split
thickness skin graft memerlukan 14 atau lebih. Perawatan split thickness skin
graft secara umum diambil rata-rata 14 hari. Balutan dibiarkan sekitar 14 hari
kecuali bila balutan kotor diganti bagian luarnya saja. Balutan pada donor
biasanya melekat erat dengan kulit. Saat melepas balut/tulle harus hati-hati dan
jangan dipaksa. Bila balutan masih melekat erat tidak diangkat. Hal yang terbaik
balutan dapat terpisah/terlepas spontan. Bagian yang masih melekat dibiarkan
sampai dapat terlepas sendiri karena telah terjadi epitelisasi bila pelepasan
balut/tulle dipaksa akan berdarah disertai rasa nyeri, ini merusak proses epitelisasi
dan penyembuhan akan bertambah lama.
Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka jahitan biasa yaitu
hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau bila diyakini hasil
tindakan tidak akan timbul masalah control dapat langsung hari ke-7. Pada donor
full thickness skin graft yang tidak dapat ditutup primer, dilakukan penutupan
dengan split thickness skin graft, perawatannya seperti perawatan luka split
thickness graft.
LOKASI DONOR
DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH
JASADISS
KELOMPOK I
MEDAN
2017