Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik

:Gangguan Sisitem Integumen

Pokok Bahasan

:Split Thickness Skin Graft (STSG) dan Full


Thickness Skin Graft (FTSG)

Sasaran

:Keluarga Dan Kien Di Ruang 16 RSSA Malang

Tempat penyuluhan

: Ruang 16 RSSA Malang

Waktu Penyuluhan

: 02 Februari 2011 (08.00 08.30)

Penyuluh

: Luthfia Dyta Aurita


Sasteri Yulianti

1. Tujuan

a. Umum
setelah dilakukan penyuluhan, keluarga dank lien diharapkan
mengetahui dan memahami tentang Split Thickness Skin Graft
(STSG) dan Full Thickness Skin Graft (FTSG)
b. Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini, keluarga dank lien dengan luka
bakar mampu:
1) Mengetahui definisi STSG dan FTSG
2) Mengetahui indikasi dan kontraindiasi STSG dan FTSG
3) Mengetahui klasifikasi STSG dan FTSG
4) Mengetahui perawatan post tindakan STSG dan FTSG
5) Mengetahui proses penyembuhan post STSG dan FTSG
6) Mengtahui komplikasi dari STSG dan FTSG
2. Materi : terlampir
3. Metode: ceramah dan Tanya jawab
4. Media: leaflet dan flipchart
5. Kegiatan penyuluhan
Kegiatan Mahasiswa
Tahap

Kegiatan
Penyuluhan

Peserta Metode

Kegiatan
Pendahulu 1.
an

Memperkenalka
n diri

2.

memperhatikan

Memotivasi
untuk

2. Bertanya

menarik

perhatian
3.

1. Mendengarkan dan Ceramah

mengenai
perkenalan

Menyatakan

dan

tujuan

tujuan
4.

Mengemukakan
tujuan

Penyajian

dari

ruang

lingkup penyuluhan
1. Pembahasan
materi

1. Memperhatikan
penjelasan

2. Menjelaskan
tentang

2. Bertanya
konsep

STSG dan FTSG:

1. Ceramah
2. Leaflet
3. Lembar

mengenai hal yang

balik (jika

belum dimengerti

ada)

a. Definisi
b. Indikasi
c. Kontra indikasi
d. Klasifikasi
e. Perawatan post
tindakan STSG
dan FTSG
f. Proses
penyembuhan
Penutup

g. Komplikasi
1. Memberikan
kesimpulan
materi

1. Memperhatikan
dari
yang

disampaikan
2. Melakukan evaluasi
dengan

memberi

pertanyaan

Ceramah dan

dengan pertanyaan Tanya jawab


da mengerti
2. Menjawab soal dari
evaluasi

sederhana
6. Kriteria evaluasi
a. Evaluasi struktur

Kesiapan media

Leaflet, microfon

Penentuan waktu dan tempat

Pemberitahuan peserta penyuluhan

b. Evaluasi proses

Keluarga dank lien hadir di ruang 16 RSSA

Kegiatan penyuluhan berjalan dengan tertib

Keluarga dan klien mengajukan pertanyaan

Keluarga dan klien mengikuti kegiatan dari awal samapi akhir

c. Evaluasi hasil

Keluarga dan klien mengetahui definisi STSG dan FTSG

Keluarga dan klien mengetahui indikasi dan kontra indikasi


STSG dan FTSG

Keluarga dan klien mengetahui klasifikasi STSG dan FTSG

Keluarga dan klien mengetahui perawatan post tindakan STSG


dan FTSG

Keluarga dan klien mengetahui proses penyembuhan post


STSG dan FTSG

Keluarga dan klien mengetahui definisi STSG dan FTSG

Keluarga dan klien mengetahui komplikasi STSG dan FTSG

STSG dan FTSG (TANDUR KULIT)


I. PENGERTIAN
Graft adalah jaringan hidup yang dicangkokkan, misalnya kulit, tulang,
sumsum tulang, kornea dan organ-organ lain seperti ginjal, jantung,
hati, paru-paru (Brooker, 2001). Menurut heriady (2005), skin graft
adalah menanam kulit denga ketebalan tertentu bauk sebagian maupun
seluruh kulit yang diambil atau dilepaskan dari satu bagian tubuh yang
sehat (disebut aerah donor) kemudian dipindahakan atau ditanamkan
kedaerah tubuh ain yang membutuhkannya (daerah resipien).
II. KLASIFIKASI
A. Berdasarkan asalnya menurut Blanchard (2006) adalah:
Autograft
Berasal dari individu yang sama
Homograft
Berasal dari individu yang lain yang sama spesiesnya
Xenograft/ heterograft
Berasal dari makhluk lain yang berbeda spesies
B. Berdasarkan ketebalan kulit yang diambil
Split Thickness Skin Graft (STSG).
Mengambil epidermis dan sebagian dermis berdasarkan
ketebalan kulit yang dipotong, Revis (2006) membagi STSG
sendiri menjadi 3 kategori yaitu :
Thin STSG (0,005- 0,012 inchi)
Medium STSG (0,012-0,018 inchi)
Thick STSG (0,018-0,03 inchi)
Full Thickness Skin Graft (FTSG).
Yang diambil adalah epidermis dan seluruh dermis

C. Indikasi dan kontra indikasi

STSG
Indikasi:
-

Menutup defek kulit yang luas

dapat digunakna untuk penutupan sementara dari defek

Kontra indikasi :
-

Ukuran luka kecil yang dapat diperbaiki dengan melakukan


flap atau FTSG

FTSG
Indikasi :
Kehilangan jaringan yang tidak begitu luas
Kontra indikasi :
-

Tidak terdapatnya suplai darah

D. Keuntungan dan kerugian

STSG
Keuntungan
-

Kemungkinan take lebih besar (revaskularisasi pada graft)

Dapat dipakai untuk menutup defek yang luas

Donor dapat diambil dari daerah tubuh mana saja, seperti


perut, dada, punggung, bokong, ekstremitas

Daerah donor dapat sembuh sendiri/epitelisasi

Kerugian
-

Punya kecenderungan kontraksi lebih besar

Punya kecenderungan terjadi perubahan warna

Permukaan kulit mengkilat

Secara estetik kurang baik

FTSG
Keuntungan
-

Kecenderungan untuk terjadi kontraksi lebih kecil

kecenderungan untuk terjadi perubahan warna lebih kecil

kecenderungan permukaan kulit mengkilat lebih kecil

secara estetik lebih baik dari split thickness skin graft

Kerugian
-

Kemungkinan take lebih kecil disbanding STSG

Hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas

Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor
agak luas sehingga tidak dapat ditutup primer

Donor terbatas pada tempat-tempat tertentu seperti inguinal,


supraklavikular, retroaurikular

III. Proses Penyembuhan


Menurut Rives (2006), masa penyembuhan dan kelangsunagn hidup graft
terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1) Perlekatan dasar
Setelag graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui jaringan
fibrin yang tipis merupakan proses sementara hingga sirkulasi dan
hubungan antar jaringan telah benar-benar terjadi
2) Penyerapan plasma
Periode waktu antara pemnindahan lukit dengn revaskularisasi
pada graft merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan
menyerap eksudat pada luka dengan aksi kapiler melalui struktur
seperti spon pada graft dermis dan melaui pembuluh darah dermis.
Ini

berfungsi

untuk

mencegah

pengeringan

terutama

pada

pembuluh darah gfrat dan menyediakan makanan graft. Seluruh


proses ini merupakan respon terhadap kelangsungan hidup gfrat
selama 2-3 hari hingga sirkulasi benar-benar adekuat selama tahap
ini berlangsung, gfrat akan mengalami edema dan beratnya akan
meningkat hingga 30-50%.

3) Revaskularisasi
Dimulai pada hari ke-2-3 post skin graft dengan menakinisme yang
belum diketahui. Tanpa memperhatikan mekanisme, sirkulai pada
graft akan benar-benar diperbaiki pada hari ke-6-7 setelah operasi.
Tanpa

adanya

perlekatan

dasar,

imbibisi

plasma,

dan

revaskularisasi, graft tidak akan bertahan hidup


4) Pengerutan luka
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan
masalah dengan segi kosmetik tergantung pada lokasi dan tngkat
keparahan pada luka. Pengerutan pada wajah mungkin dapat
menyebabkan terjadinya ektropion, serta retaksi pada hidung.
Kemampuan skin graft untuk melawan terjadinya pengerutan
berhubungan dengan komponen ketebalan kulit yang digunakan
sebagai graft
5) Regenerasi
Epitel tubuh perlu untuk beregnerasi setelah proses pncangkokan
kulit berlangsung. Pada STSG, rambut akan tubuh lebih jarang atau
lebih sedikit pada daerah graft yang sangat tipis. Graft mungkin
akan sangat gatal dan kering pada tahap ini. Pasien sering
mengeluhkan kulit yang tampak kemerahan. Salep yang lembut
akan dierikan pada pasien untuk membantu dalam menjaga
kelembaban pada daerah graft.
6) Reinnervasi
Terjad dari dasar resipien dan sepanjang perifer kembalinya
sensibilitas pada graft juga merupakan proses sentral. Proses ini
biasanya kan dimulai pada 1 bulan pertama tetapi be;um akan
sempurna beberapa tahun
7) pigmentasi
pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan pigmntasi yang
hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada STSG
akanterlihat lebih pucat atau putoh dan akan terjadi hiperpigmetasi
dengan kulit tampa bercahaya atau mengkilat. Untuk mengatasi hal

ini biasanya akan dianjurkan untuk melingdungi daerah graft dari


sinar matahari secara langsung selama 6 bulan atau lebih.

IV.

PERAWATAN POST TINDAKAN


Cara perawatan skin graft
Bila diyakini tindakan hemostasis darah resipien telah dilakukan
dengan baik dan fiksasi skin graft telah dilakukan dengan baik,
balutan dibuka pada hari ke-5 untuk mengevaluasi take dari skin
graft dan benang fiksasi di cabut. Take dari skin graft maksudnya
adalah

telah

terjadi

revaskularisasi,

dimana

skin

graft

memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup. Disarankan pada


penderita pasca tindakan skin graft diekstremitas tetap memakai
pembalut elastic sampai pematangan graft kurang lebih 3-6
bulan.
Bila diduga akan adanya seroma, hematoma atau bekuan darah
dibawah kulit sebaiknya dalam waktu 24-48 jam dilakukan
pengamatan skin graft, oleh karena bila terjadi seroma,
hematoma atau bekuan darah dibawah skin graft akan
mengurangi kontak graft dengan resipien sehingga akan
menghalangi take dari skin graft tersebut. Pada pengamtaan ini
dilakukan pembukaan balutan dengan hati-hati jangan sampai
merusak graft (terangkat atau tergeser). Seroma, hematoma
atau bekuan darah harus segera dievakuasi dengan melakukan
insisi kecil pada skin graft tepat diatas seroma, hematoma atau
bekuan darah tersebut dan selanjutnya dilakukan pembalutan
kembali. Bila evakuasi tersebut dilakukan dalam waktu 24 jam
pertama maka graft masih dapat terjamin take 100%.
Perawatan luka daerah donor
Pada donor STSG, balutan baru dibuka setelah proses
epitelisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau
epitelisasi untuk thin STSG 7-9 hari, intermediate STSG 10-14
hari sedangkan thick STSG memerlukan 14 hari atau labih.
Perawatan STSG secara umum diambil rata-rata 14 hari.

Luka donor FTSG diberlakukan seperti luka jahitan biasa yaitu


V.

hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat.
Tempat pengambilan donor
STSG
Donor dapat diambil dari daerah tubuh mana saja, seperti
perut, dada, punggung, bokong, ekstremitas. Umumnya yang
sering dilakukan diambil dari paha.
FTSG
Donor dapat diambil dari retroaurikuler, supraklavikula,
kelopak mata, perut, lipat paha/inguinal, lipat siku, lipat pergelangan
volar.

VI. KOMPLIKASI
Skin graft banyak membawa resiko dan potensial komplikasi yang
beragam tergantung dari jenis luka dan tempat skin graft pada tubuh.
Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain (Blanchard, 2006):
1. Kegagalan graft
Menurut Revis (2006), skin graft dapat mengalami kegagalan
karena sejumlah alasan. Alasan yang paling sering terjadi adalah
adanya hubungan yang kurang baik pada graft atau kurangnya
perlekatan pada dasar daerah resipien. Timbulnya hematom dan
seroma dibawah graft akan mencegah hubungan dan perlekatan
pada graft dengan lapisan dasar luka. Pergerakan pada graft atau
pemberian suhu yang tinggi pada graft juga dapt menjadi penyebab
kegagalan graft. Sumber kegagalan yang lain diantaranya adalah
daerah resipien yang buruk. Luka dengan vaskularisasi yang
kurang atau permukaan luka yang terkontaminasi merupakan
alasan terbesar bagi kegagalan graft. Bakteri dan respon terhadap
bakteri akan merangsang dikleuarkannya enzim proteolitik dan
terjadinya proses inflamasi pada luka sehingga akan mengacaukan
perlekatan fibrin pada graft. Tekhnik yang salah juga dapat
menyebabkan kegagalan graft. Memberikan penekanan yang
terlalu kuat, peregangan yang terlalu ketat atau trauma pada saat
melakukan penanganan dapat menyebabkan graft gagal baik
sebagian atau seluruhnya.
2. Pergeseran skin graft

Pergeseran akan menghalangi / merusak jalinan hubungan


(revaskularisasi) dengan resipien. Harus diusahakan terhindarnya
daerah operasi dari geseran dengan cara fiksasi dan imobilisasi
yang baik.
3. Daerah resipien yang kurang vital
Suplai darah yang kurang baik pada daerah resipien, misanya
daerah bekas crush injury, akan mengurangi kemungkinan take,
kecuali telah dilakukan debridement yang adekuat. Penempelan
skin graft pada daerah yang avaskuler seperti tulang, tendon,
syaraf membuat tindakan skin graft gagal.
4. Nyeri
Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses
perlekatan graft atau juga karena adanya torchan, tarikan atau
manipulasi jaringan atau organ (Long, 1996). Hal ini diduga bahwa
ujung-ujung saraf normal yang tidak mentransmisikan sensasi nyeri
manjadi mampu mentransmisikan sensai nyeri (Smeltzer, 2002).
Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf mengirimkan
cabangnya ke pembuluh darah local, sel mast, folikel rambut,
kelenjar

keringat

dan

melepaskan

bradikinin,

histamine,

prostaglandin, dan macam-macam asam yang tergolong stimulasi


kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor berespon mengantar impuls ke
batang otak untuk merespon rasa nyeri.
5. Hematome
Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor mati.
Hematom biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika
hal ini terjadi maka kulit donor harus diambil dan diganti dengan
yang baru (Perdanakusuma, 2006). Hematom juga menjadi
komplikasi tersering dari pemasangan graft.
6. Infeksi
Merupakan penyebab kegagalan yang sebenarnya tidak sering.
Infeksi luka ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka
dan jumlah mikroorganisme. Bila jumlah mikroorganisme lebih dari
104/gram jaringan kemungkinan terjadinya infeksi yaitu 89%,
sedangkan bila jumlah mikroorganisme dibawah 10 4/gram jaringan
kemungkinan terjadinya infeksi yaitu 6%. Pada luka-luka dengan

jumlah mikroorganisme lebih dari 105/gram jaringan hampir


dipastikan akan selalu gagal.

DAFTAR PUSTAKA
Blanchard,

DK,

Lin,

and

Lumsden,

A.

2010.

Skin

Graft.

www.debakeydepartementofsurgery.org/home/content.cfm
Carpenito, LJ. 2001. Handbook Of Nursing Diagnosis (8th ed).
Terjemahan oleh Monika Este. Jakarta: EGC
Grande D. Skin Grafting. April 29,2002. www.emedicine.com
Heriadi, Yusuf. (2005). Manfaat transplantasi kulit pada pengobatan
kanker. www.pontianakpost.com/berita/index.asp?
Revis, DR. 2001. Skin Graft. Volume 2, Number 8. www.emedicine.com
Perdanakusuma, DS. 1998. Skin Grafting. Surabaya: Airlangga University
Press

Anda mungkin juga menyukai