POST ORIF
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
Disusun Oleh :
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan pada diharapkan klien dan keluarga
mampu memahami pentingnya pendidikan keshatan pada Post Oprasi SKIN
GRAFT.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu:
Menjelaskan pengertian skin graft
Menjelaskan indikasi skin graft
Menjelaskan klasifikasi skin graft
Menjelaskan daerah donor skin graft
Menjelaskan daerah resipien skin graft
Menjelaskan prosedur operasi skin graft
Menjelaskan proses penyembuhan skin graft
Menjelaskan komplikasi skin graft
C. Kisi-kisi materi
1. pengertian skin graft
2. indikasi skin graft
3. klasifikasi skin graft
4. daerah donor skin graft
5. daerah resipien skin graft
6. prosedur operasi skin graft
7. proses penyembuhan skin graft
8. komplikasi skin graft
D. Metode
Ceramah dan Tanya jawab (diskusi)
E. Media
Leaflet
F. Kegiatan penyuluhan
No. waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan klien dan
keluarga
1. Pembukaan Memberikan salam Menjawab salam
2 menit Perkenalan Mendengarkan dan
Menyebutkan materi memperhatikan
yang akan diberikan
G. Evaluasi
1. Mampu menjelaskan pengertian SKIN GRAFT
2. Menjelaskan pencegahan dan pengobatan SKIN GRAFT
3. Mengetahui apa saja yang harus diperhatikan pasca post oprasi SKIN
GRAFT di rumah.
MATERI PENYULUHAN
a. Pengertian
Graft adalah jaringan hidup yang dicangkokkan, misalnya kulit, tulang,
sumsum tulang, kornea dan organ-organ lain seperti ginjal, jantung, paru-paru,
pankreas serta hepar (Brooker, 2001:184).
Menurut Heriady (2005), skin graft adalah menanam kulit dengan
ketebalan tertentu baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau
dilepaskan dari satu bagian tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian
dipindahkan atau ditanamkan ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya
(disebut daerah resipien). Skin graft adalah penempatan lapisan kulit baru yang
sehat pada daerah luka (Blanchard, 2006:1). Diantara donor dan resipien tidak
mempunyai hubungan pembuluh darah lagi sehingga memerlukan suplai darah
baru untuk menjamin kehidupan kulit yang dipindahkan tersebut (Heriady,
2001:1).
b. Indikasi
Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan kulit yang
hebat sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada
luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang
terinfeksi dengan kehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada luka
bertujuan untuk mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya
serta mempercepat proses penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan
pelaksanaan prosedur skin graft berdasarkan pada beberapa faktor yaitu:
ukuran luka, tempat luka dan kemampuan kulit sehat yang ada pada tubuh
(Blanchard, 2006:2).Daerah resipien diantaranya adalah luka-luka bekas
operasi yang luas sehingga tidak dapat ditutup secara langsung dengan kulit
yang ada disekitarnya dan memerlukan tambahan kulit agar daerah bekas
operasi dapat tertutup sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung secara
optimal (Heriady, 2005:2).
f. Prosedur Operasi
Teknik operasi yang hati-hati adalah syarat penting agar graft dapat hidup.
Setelah melakukan prosedur anestesi dengan tepat baik menggunakan lokal,
regional atau general anestesi, tindakan selanjutnya adalah mempersiapkan luka
untuk pemindahan kulit. Ini termasuk membersihkan luka dengan larutan garam
atau betadine yang diencerkan, kemudian membersihkan luka dengan
pengeluaran benda asing dan membuang jaringan yang rusak atau yang terinfeksi
atau biasa disebut debridement serta mencapai hemostasis dengan cermat
(Brooker, 2001:122). Kontrol hemostatik yang baik dapat diperoleh dengan
pengikatan, tekanan yang lembut, pemberian substansi topikal sebagai
vasokonstriksi, misalnya epinefrin atau alat bedah pembakar dengan tenaga listrik
(electrocautery). Penggunaan alat ini harus diminimalkan karena dapat
mengganggu kehidupan jaringan. Penggunaan obat topikal atau epinefrin yang
disuntikkan pada daerah donor atau resipien tidak akan membahayakan
kelangsungan hidup graft (Rives, 2006:6). Teknik operasi yang dilakukan pada
tiap jenis skin graft tentunya akan berbeda-beda, tergantung pada jenis yang akan
digunakan. Menurut Rives (2006), teknik operasi yang dilakukan antara lain
sebagai berikut:
g. Proses Penyembuhan
Menurut Rives (2006), masa penyembuhan dan kelangsungan
hidup graft terdiri dari beberapa tahap yaitu:
Perlekatan dasar
Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui jaringan
fibrin yang tipis merupakan proses sementara hingga sikulasi dan
hubungan antar jaringan telah benar-benar terjadi.
Penyerapan Plasma
Periode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi
pada graft merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap
eksudat pada luka dengan aksi kapiler melalui struktur seperti spon
pada graft dermis dan melalui pembuluh darah dermis.Ini berfungsi
untuk mencegah pengeringan terutama pada pembuluh darah graft dan
menyediakan makanan bagi graft. Keseluruhan proses ini merupakan
respon terhadap kelangsungan hidup graft selama 2–3 hari hingga
sirkulasi benar-benar adekuat. Selama tahap ini berlangsung, graft akan
mengalami edema dan beratnya akan meningkat hingga 30-50%.
Revaskularisasi
Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin graft
dengan mekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan
mekanisme, sirkulasi pada graft akan benar-benar diperbaiki pada hari
ke 6 – 7 setelah operasi. Tanpa adanya perlekatan dasar, imbibisi
plasma dan revaskularisasi, graft tidak akan mampu bertahan hidup.
Pengerutan luka
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan
masalah yang berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada
lokasi dan tingkat keparahan pada luka. Pengerutan pada wajah
mungkin dapat menyebabkan terjadinya ektropion, serta retraksi pada
hidung. Kemampuan skin graft untuk melawan terjadinya pengerutan
berhubungan dengan komponen ketebalan kulit yang digunakan sebagai
graft.
Regenerasi
Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses
pencangkokkan kulit berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh
lebih jarang atau lebih sedikit pada daerah graft yang sangat tipis. Graft
mungkin akan kering dan sangat gatal pada tahap ini. Pasien sering
mengeluhkan kulit yang tampak kemerahan. Salep yang lembut
mungkin akan diberikan pada pasien untuk membantu dalam menjaga
kelembaban pada daerah graft dan mengurangi gatal.
Reinnervasi
Reinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang
perifer. Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses
sentral. Proses ini biasanya akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi
belum akan sempurna hingga beberapa tahun.
Pigmentasi
Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan
pigmentasi yang hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada
STSG akan terlihat lebih pucat atau putih dan akan terjadi
hiperpigmentasi dengan kulit tampak bercahaya atau mengkilat. Untuk
mengatasi hal ini biasanya akan dianjurkan untuk melindungi daerah
graft dari sinar matahari secara langsung selama 6 bulan atau lebih.
h. Komplikasi
Skin graft banyak membawa resiko dan potensial komplikasi yang
beragam tergantung dari jenis luka dan tempat skin graft pada tubuh.
Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain (Blanchard, 2006:2):
Kegagalan graft
Menurut Revis (2006), skin graft dapat mengalami kegagalan
karena sejumlah alasan. Alasan yang paling sering terjadi adalah
adanya hubungan yang kurang baik pada graft atau kurangnya
perlekatan pada dasar daerah resipien. Timbulnya hematom dan seroma
dibawah graft akan mencegah hubungan dan perlekatan pada graft
dengan lapisan dasar luka. Pergerakan pada graft atau pemberian suhu
yang tinggi pada graft juga dapat menjadi penyebab kegagalan graft.
Sumber kegagalan yang lain diantaranya adalah daerah resipien yang
buruk. Luka dengan vaskularisasi yang kurang atau permukaan luka
yang terkontaminasi merupakan alasan terbesar bagi kegagalan graft.
Bakteri dan respon terhadap bakteri akan merangsang dikeluarkannya
enzim proteolitik dan terjadinya proses inflamasi pada luka sehingga
akan mengacaukan perlekatan fibrin pada graft. Teknik yang salah juga
dapat menyebabkan kegagalan graft. Memberikan penekanan yang
terlalu kuat, peregangan yang terlalu ketat atau trauma pada saat
melakukan penanganan dapat menyebabkan graft gagal baik sebagian
ataupun seluruhnya.
Reaksi penolakan terhadap skin graft
Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien.
Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft.
Munculnya jaringan parut
Hiperpigmentasi
Nyeri
Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses
perlekatan graft atau juga karena adanya torehan, tarikan atau
manipulasi jaringan atau organ (Long, 1996:60). Hal ini diduga bahwa
ujung-ujung saraf normal yang tidak menstransmisikan sensasi nyeri
menjadi mampu menstransmisikan sensasi nyeri (Smeltzer, 2002:214).
Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf mengirimkan cabangnya
ke pembuluh darah lokal, sel mast, folikel rambut, kelenjar keringat dan
melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam
asam yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor
berespon mengantar impuls ke batang otak untuk merespon rasa nyeri.
Hematom
Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor
mati. Hematom biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika
hal ini terjadi maka kulit donor harus diambil dan diganti dengan yang
baru (Perdanakusuma, 2006:1). Hematom juga menjadi komplikasi
tersering dari pemasangan graft.
Kulit berwarna kemerahan pada sekitar daerah graft
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3401/1/08E00894.pdf. diakses
tanggal 5 Februari 2022 jam 8.05