Anda di halaman 1dari 21

PENATALAKSANAAN PASIEN OPERASI SKIN GRAFT

POST ORIF

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

Disusun Oleh :

YUSANTI SYAFARIAH SURTI


5021031119

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG - BANTEN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PEAWATAN LUKA

Bidang studi : KMB (Keperawatan Medikal Bedah)


Topik : Penatalaksanaan Pasca Operasi
Sub Topik : Skin Graft Post Orif
Sasaran : Pasien Pasca Skin Graft Post Orif
Hari/Tanggal : Jumat, 4 Februari 2022
Jam : 10.00 WIB
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang Anggrek 1

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Heriady (2005), skin graft adalah menanam kulit dengan
ketebalan tertentu baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau
dilepaskan dari satu bagian tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian
dipindahkan atau ditanamkan ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya
(disebut daerah resipien). Skin graft adalah penempatan lapisan kulit baru yang
sehat pada daerah luka (Blanchard, 2006:1). Diantara donor dan resipien tidak
mempunyai hubungan pembuluh darah lagi sehingga memerlukan suplai darah
baru untuk menjamin kehidupan kulit yang dipindahkan tersebut (Heriady,
2001:1).
Graft adalah jaringan hidup yang dicangkokkan, misalnya kulit, tulang,
sumsum tulang, kornea dan organ-organ lain seperti ginjal, jantung, paru-paru,
pankreas serta hepar (Brooker, 2001:184).
Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan kulit yang
hebat sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada
luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang
terinfeksi dengan kehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada luka
bertujuan untuk mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya
serta mempercepat proses penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan
pelaksanaan prosedur skin graft berdasarkan pada beberapa faktor yaitu:
ukuran luka, tempat luka dan kemampuan kulit sehat yang ada pada tubuh
(Blanchard, 2006:2).Daerah resipien diantaranya adalah luka-luka bekas
operasi yang luas sehingga tidak dapat ditutup secara langsung dengan kulit
yang ada disekitarnya dan memerlukan tambahan kulit agar daerah bekas
operasi dapat tertutup sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung secara
optimal (Heriady, 2005:2).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan pada diharapkan klien dan keluarga
mampu memahami pentingnya pendidikan keshatan pada Post Oprasi SKIN
GRAFT.

2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu:
 Menjelaskan pengertian skin graft
 Menjelaskan indikasi skin graft
 Menjelaskan klasifikasi skin graft
 Menjelaskan daerah donor skin graft
 Menjelaskan daerah resipien skin graft
 Menjelaskan prosedur operasi skin graft
 Menjelaskan proses penyembuhan skin graft
 Menjelaskan komplikasi skin graft

C. Kisi-kisi materi
1. pengertian skin graft
2. indikasi skin graft
3. klasifikasi skin graft
4. daerah donor skin graft
5. daerah resipien skin graft
6. prosedur operasi skin graft
7. proses penyembuhan skin graft
8. komplikasi skin graft

D. Metode
Ceramah dan Tanya jawab (diskusi)

E. Media
Leaflet

F. Kegiatan penyuluhan
No. waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan klien dan
keluarga
1. Pembukaan  Memberikan salam  Menjawab salam
2 menit  Perkenalan  Mendengarkan dan
 Menyebutkan materi memperhatikan
yang akan diberikan

2. Inti/  Menanyakan (Review)  Menjawab


pembahasan Kepada klien dan pertanyaan
10 menit keluarga mengenai skin penyuluhan
graft  Mendengarkan dan
 Menjelaskan materi memperhatikan
tentang:  Bertanya pada
a. pengertian skin graft penyuluh bila masih
b. indikasi skin graft ada yang belum
c. klasifikasi skin graft jelas
d. daerah donor skin
graft
e. daerah resipien skin
graft
f. prosedur operasi
skin graft
g. proses
penyembuhan skin
graft
h. komplikasi skin
graft
3. Penutup  Evaluasi  Menjawab
3 menit  Menyimpulkan pertanyaan
 Mengucapkan salam  Memperhatikan
penutup  Menjawab salam

G. Evaluasi
1. Mampu menjelaskan pengertian SKIN GRAFT
2. Menjelaskan pencegahan dan pengobatan SKIN GRAFT
3. Mengetahui apa saja yang harus diperhatikan pasca post oprasi SKIN
GRAFT di rumah.
MATERI PENYULUHAN

a. Pengertian
Graft adalah jaringan hidup yang dicangkokkan, misalnya kulit, tulang,
sumsum tulang, kornea dan organ-organ lain seperti ginjal, jantung, paru-paru,
pankreas serta hepar (Brooker, 2001:184).
Menurut Heriady (2005), skin graft adalah menanam kulit dengan
ketebalan tertentu baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau
dilepaskan dari satu bagian tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian
dipindahkan atau ditanamkan ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya
(disebut daerah resipien). Skin graft adalah penempatan lapisan kulit baru yang
sehat pada daerah luka (Blanchard, 2006:1). Diantara donor dan resipien tidak
mempunyai hubungan pembuluh darah lagi sehingga memerlukan suplai darah
baru untuk menjamin kehidupan kulit yang dipindahkan tersebut (Heriady,
2001:1).

b. Indikasi
Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan kulit yang
hebat sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada
luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang
terinfeksi dengan kehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada luka
bertujuan untuk mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya
serta mempercepat proses penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan
pelaksanaan prosedur skin graft berdasarkan pada beberapa faktor yaitu:
ukuran luka, tempat luka dan kemampuan kulit sehat yang ada pada tubuh
(Blanchard, 2006:2).Daerah resipien diantaranya adalah luka-luka bekas
operasi yang luas sehingga tidak dapat ditutup secara langsung dengan kulit
yang ada disekitarnya dan memerlukan tambahan kulit agar daerah bekas
operasi dapat tertutup sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung secara
optimal (Heriady, 2005:2).

c. Klasifikasi Skin Graft


Beberapa perbedaan jenis skin graft menurut Blanchard (2006) adalah:
 Autograft
Pemindahan atau pemotongan kulit dari satu lokasi ke lokasi lain
pada orang yang sama.
 Allograft
Kulit berasal dari individu lain atau dari kulit pengganti.
 Xenograft
Pencangkokkan dibuat dari kulit binatang atau pencangkokkan
antara dua spesies yang berbeda. Biasanya yang digunakan adalah kulit
babi.
Klasifikasi skin graft berdasarkan ketebalan kulit yang diambil dibagi
menjadi 2, yaitu ( Heriady, 2005:2 ) :
 Split Thicknes Skin Graft ( STSG )
STSG mengambil epidermis dan sebagian dermis
berdasarkan ketebalan kulit yang dipotong, Revis (2006)
membagi STSG sendiri menjadi 3 kategori yaitu :
- Tipis (0,005 - 0,012 inci)
- Menengah (0,012 - 0,018 inci)
- Tebal (0,018 - 0,030 inci)
STSG dapat bertahan pada kondisi yang kurang bagus
mempunyai tingkat aplikasi yang lebih luas. STSG digunakan untuk
melapisi luka yang luas, garis rongga, kekurangan lapisan mukosa,
menutup flap pada daerah donor dan melapisi flap pada otot. STSG
juga dapat digunakan untuk mencapai penutupan yang menetap pada
luka tetapi sebelumnya harus didahului dengan pemeriksaan patologi
untuk menentukan rekonstruksi yang akan dilakukan.Daerah donor
STSG dapat sembuh secara spontan dengan sel yang disediakan oleh
sisa epidermis yang ada pada tubuh dan juga dapat sembuh secara
total. STSG juga mempunyai beberapa dampak negatif bagi tubuh
yang perlu dipertimbangkan. Aliran pembuluh darah serta jaringan
pada STSG mempunyai sifat mudah rusak atau pecah terutama bila
ditempatkan pada area yang luas dan hanya ditunjang atau didasari
dengan jaringan lunak serta biasanya STSG tidak tahan dengan terapi
radiasi (Revis, 2006: 3). STSG akan menutup selama penyembuhan,
tidak tumbuh dengan sendirinya dan harus dirawat agar dapat menjadi
lebih lembut, dan tampak lebih mengkilat daripada kulit normal.
STSG akan mempunyai pigmen yang tidak normal salah satunya
adalah berwarna putih atau pucat atau kadang hiperpigmentasi,
terutama bila pasien mempunyai warna kulit yang lebih gelap. Efek
dari penggunaan STSG adalah kehilangan ketebalan kulit, tekstur
lembut yang abnormal, kehilangan pertumbuhan rambut dan
pigmentasi yang tidak normal sehingga kurang sesuai dari segi
kosmetik atau keindahan. Jika digunakan pada luka bakar yang luas
pada daerah wajah, STSG mungkin akan menghasilkan penampilan
yang tidak diinginkan. Terakhir, luka yang dibuat pada daerah donor
dimana graft tersebut dipotong selalu akan lebih nyeri daripada daerah
resipien.

 Full Thickness Skin Graft ( FTSG )


FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada wajah bila
flap (potongan kulit yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat
tidak diperoleh atau bila flap dari daerah setempat tidak dianjurkan.
FTSG lebih menjaga karakteristik dari kulit normal termasuk dari segi
warna, tekstur/ susunan, dan ketebalan bila dibandingkan dengan
STSG. FTSG juga mengalami lebih sedikit pengerutan selama
penyembuhan. Ini adalah sama pentingnya pada wajah serta tangan
dan juga daerah pergerakan tulang sendi. FTSG pada anak umumnya
lebih disukai karena dapat tubuh dengan sendirinya. Prosedur FTSG
memiliki beberapa keuntungan antara lain : relatif sederhan, tidak
terkontaminasi / bersih, pada daerah luka memiliki vaskularisasi yang
baik dan tidak mempunyai tingkat aplikasi yang luas seperti STSG.
d. Daerah Donor Skin Graft
Pilihan daerah donor biasanya berdasarkan pada penampilan yang diinginkan
pada daerah resipien. Hal ini lebih penting pada FTSG karena karakteristik kulit
pada daerah donor akan lebih terpelihara oleh bahan yang dipindahkan pada
tempat yang baru. Ketebalan, tektur, pigmentasi, ada atau tidaknya rambut harus
sangat diperhatikan (Revis, 2006:4). Menurut Heriady (2005), daerah donor
untuk FTSG dapat diambil dari kulit dibelakang telinga, dibawah atau diatas
tulang selangka (klavikula), kelopak mata, perut, lipat paha dan lipat siku.
Sebagian besar daerah donor ini sering dipakai untuk menutup luka pada daerah
wajah atau leher. Pemotongan yang dilakukan pada daerah wajah sebaiknya harus
berhati-hati untuk mempertahankan kesimetrisan wajah dari segi estetik. Bagian
kulit yang tidak ditumbuhi oleh rambut dan berfungsi untuk melapisi tangan
dapat diambil dari batas tulang hasta dan telapak kaki dengan penyesuaian warna,
tekstur dan ketebalan yang tepat. Graft dengan pigmen yang lebih gelap diperoleh
dari preposium (kulup), scrotum, dan labia minora (Rives, 2006:5).Daerah donor
untuk STSG dapat diambil dari daerah mana saja di tubuh seperti perut, dada,
punggung, pantat, anggota gerak lainnya. Namun, umumnya yang sering
dilakukan diambil dari kulit daerah paha (Heriady, 2005:2). Daerah donor dari
paha lebih disukai karena daerah ini lebih lebar dan lebih mudah sembuh (Bakar,
2003:1). Daerah pantat juga dapat digunakan sebagai daerah donor, tetapi
biasanya pasien akan mengeluh nyeri setelah operasi dan akan memerlukan
bantuan untuk merawat luka. Menurut Rives(2006), kulit kepala dapat digunakan
pada prosedur FTSG untuk melapisi daerah wajah yang luas dan terutama
berguna untuk luka bakar yang hebat dengan ketersediaan daerah donor yang
terbatas. Untuk luka pada tangan, daerah lengan atas bagian dalam dapat
dipertimbangkan untuk dijadikan daerah donor.

e. Daerah Resipien Skin Graft


Komponen penting yang menjamin suksesnya skin graft adalah persiapan
pada daerah resipien. Kondisi fisiologis pada daerah resipien harus mampu
menerima serta memelihara graft itu sendiri. Skin graft tidak akan dapat bertahan
hidup pada jaringan yang tidak dialiri darah. Skin graft akan dapat bertahan hidup
pada periosteum, perikondrium, dermis, fasia, otot, dan jaringan granulasi.
Pasien dengan luka akibat aliran vena yang lamban (stasis vena) atau
ketidakcukupan arteri perlu untuk diobati terlebih dahulu sebelum melakukan
pemindahan kulit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan graft
dapat bertahan hidup (Rives, 2006:5). Luka juga harus bebas dari jaringan yang
mati dan bersih dari bakteri. Bakteri yang berjumlah lebih dari 100.000/cm² akan
berkumpul sehingga dapat menyebabkan graft gagal.

f. Prosedur Operasi
Teknik operasi yang hati-hati adalah syarat penting agar graft dapat hidup.
Setelah melakukan prosedur anestesi dengan tepat baik menggunakan lokal,
regional atau general anestesi, tindakan selanjutnya adalah mempersiapkan luka
untuk pemindahan kulit. Ini termasuk membersihkan luka dengan larutan garam
atau betadine yang diencerkan, kemudian membersihkan luka dengan
pengeluaran benda asing dan membuang jaringan yang rusak atau yang terinfeksi
atau biasa disebut debridement serta mencapai hemostasis dengan cermat
(Brooker, 2001:122). Kontrol hemostatik yang baik dapat diperoleh dengan
pengikatan, tekanan yang lembut, pemberian substansi topikal sebagai
vasokonstriksi, misalnya epinefrin atau alat bedah pembakar dengan tenaga listrik
(electrocautery). Penggunaan alat ini harus diminimalkan karena dapat
mengganggu kehidupan jaringan. Penggunaan obat topikal atau epinefrin yang
disuntikkan pada daerah donor atau resipien tidak akan membahayakan
kelangsungan hidup graft (Rives, 2006:6). Teknik operasi yang dilakukan pada
tiap jenis skin graft tentunya akan berbeda-beda, tergantung pada jenis yang akan
digunakan. Menurut Rives (2006), teknik operasi yang dilakukan antara lain
sebagai berikut:

 Full Thickness Skin Graft (FTSG)


FTSG dipotong menggunakan pisau bedah. Pada awalnya
dilakukan pengukuran pada luka, pembuatan pola serta pola garis yang
dibuat lebih besar pada daerah donor. Pola sebaiknya diperluas atau
diperbesar kurang lebih 3-5 % untuk mengganti kerusakan dengan
segera terutama terjadinya penyusutan atau pengerutan akibat
kandungan serat elastik yang terdapat pada graft dermis. Kemudian
daerah donor mungkin akan diinfiltrasi menggunakan anestesi lokal
dengan atau tanpa epinefrin. Infiltrasi sebaiknya dilakukan setelah
sketsa graft dilukis pada kulit untuk mencegah terjadinya
penyimpangan. Setelah pola di insisi, kulit diangkat pada sisi epidermis
dengan tangan yang tidak dominan menggunakan penjepit kulit.
Tindakan ini akan memberikan ketegangan dan rasa pada ketebalan
graft ketika tangan memotong graft hingga ke dasar lemak subcutan
(Rives, 2006:7). Beberapa sisa jaringan lemak harus dipotong dari sisi
bawah graft, karena lemak ini tidak mengandung pembuluh darah dan
akan mencegah hubungan langsung antara dermis graft dan dasar luka.
Pemotongan sisa lemak subcutan secara profesional menggunakan alat
yang runcing, gunting bengkok, dan sisa-sisa dermis yang berkilau pada
bagian dalam.
 Split Thickness Skin Graft (STSG)
Ada beberapa tahap pelaksanaan prosedur skin graft dengan jenis
STSG, antara lain: proses pemotongan, pemasukan graft, dan proses
pembalutan.
 Pemotongan
Untuk memperoleh hasil pemotongan terbaik pada graft
tentunya harus ditunjang dengan teknik pemotongan yang benar.
Pemotongan pada STSG dapat ditempuh dengan beberapa cara
yaitu (Rives, 2006:7):
- Mata pisau dermatom
Biasanya teknik ini menggunakan mata pisau
dermatom, yang mampu memotong pada graft yang luas
dengan ketebalan yang sama. Dermatom dapat
dioperasikan dengan tenaga udara atau manual.
Dermatom yang biasa digunakan termasuk Castroviejo,
Reese, Padgett-Hood, Brown, Davol-Simon, dan
Zimmer. Tanpa memperhatikan alat yang digunakan,
anestesi yang cukup harus segera ditentukan karena
pemotongan pada skin graft merupakan prosedur yang
dapat menyebabkan nyeri. Lidocain dengan epinefrin
disuntikkan ke daerah donor untuk mengurangi
hilangnya darah dan memberikan turgor kulit yang
bagus sehingga dapat membantu dalam pemotongan.
- Drum Dermatom
Drum dermatom ( Reese, Padgett-Hood ) akhir-
akhir ini jarang digunakan tetapi masih tersedia untuk
keperluan pemindahan kulit tertentu. Alat ini memiliki
mata pisau yang bergerak dengan tenaga manual seperti
drum yang berputar diatas permukaan kulit. Alat ini
dapat digunakan lembaran kulit yang luas dengan
ketebalan yang tidak teratur. Ini sangat berguna pada
daerah donor dengan kecembungan, kecekungan atau
keadaan tulang yang menonjol (leher, panggul, pantat),
karena potongan kulit yang pertama menempel pada
drum dengan menggunakan lem khusus atau plester
pelekat. Alat ini juga dapat mengikuti pola yang tidak
teratur dengan tepat untuk dipotong dengan perubahan
pola yang diinginkan dengan direkatkan pada kulit dan
drum. Kerugian dari penggunaan alat ini adalah
kemungkinan terjadinya cedera pada operator sendiri
akibat ayunan mata pisau, penggunaan agen yang mudah
terbakar seperti eter atau aseton untuk membersihkan
daerah donor dan memindahkan permukaan minyak
untuk memastikan terjaminnya perlekatan yang kuat
antara kulit dan drum dermatom serta diperlukannya
teknik keahlian yang tinggi agar dapat menggunakan
peralatan operasi dengan aman dan efektif (River,
2006:8).
- Free-Hand
Metode pemotongan lain untuk jenis STSG adalah
free hand dengan pisau. Meskipun ini metode ini dapat
dilakukan dengan pisau bedah, alat yang lain seperti
pisau Humby, mata pisau Weck dan pisau Blair.
Kelemahan dari metode ini adalah tepi graft menjadi
tidak rata dan perubahan ketebalan. Sama seperti drum
dermatom, keahlian teknik sangat diperlukan dan
perawatan kualitas graft lebih bergantung pada operator
daripada menggunakan dermatom yang menggunakan
tenaga listrik atau udara.
- Dermatom dengan tenaga udara dan listrik
Bila menggunakan dermatom jenis ini, ahli bedah
harus terbiasa dengan pemasangan mata pisau dan
bagaimana mengatur ketebalan graft serta memeriksa
peralatan sebelum operasi dimulai. Terdapat dua
pemahaman yang tepat dan kurang tepat mengenai mata
pisau. Hal ini akan membingungkan bagi anggota ruang
operasi yang kurang berpengalaman. Penempatan mata
pisau bedah nomor 15 digunakan pada ketebalan 0,015
inci dan dapat digunakan untuk memeriksa penempatan
ketebalan yang sama dan tepat.
Langkah awal pada proses pemotongan adalah dengan
mensterilisasi daerah donor menggunakan betadine atau
larutan garam yang lain. Kemudian daerah donor diberi
minyak mineral untuk melicinkan kulit dan dermatom
sehingga dermatom akan mudah bergerak diatas kulit.
Dermatom dipegang dengan tangan dominan dengan
membentuk sudut 30-45º dari permukaan daerah donor.
Tangan yang tidak dominan berfungsi sebagai penahan
dan diletakkan di belakang dermatom. Asisten operasi
bertugas sebagai penahan pada bagian depan dermatom,
memajukan dan mengaktifkan dermatom dengan lembut
serta melanjutkan gerakan pada seluruh permukaan kulit
dengan tekanan yang menurun dengan lembut. Setelah
ukuran yang sesuai dipotong, dermatom dimiringkan
menjauhi kulit dan diangkat dari kulit untuk memotong
tepi distal graft dan tahap pemotongan selesai. Bila pada
proses pemotongan terjadi pembukaan pada lapisan
lemak, ini mengindikasikan bahwa insisi yang dilakukan
terlalu ke dalam atau mungkin karena teknik yang salah
dalam pemasangan dermatom.
 Pelubangan
Teknik ini berguna untuk memperluas permukaan area graft
hingga 9 kali permukaan area donor. Teknik ini juga sangat
berguna jika kulit donor tida cukup untuk menutup area luka
yang luas, misalnya pada luka bakar mayor atau ketika daerah
resipien memiliki garis yang tidak teratur. Bagian graft
dilubangi agar cairan pada luka dapat keluar melalui graft
daripada berakumulasi dibawah graft. Perluasan bagian graft ini
tidak akan dapat mengatasi adanya hematom pada dasar graft.
Bila telah mengalami proses penyembuhan, graft akan tampak
seperti kulit buaya. Karena teknik ini kurang baik dari segi
estetika dan terjadinya pengerutan yang lebih lanjut, maka
penggunaan teknik ini harus dihindari pada daerah pergerakan
dan wajah, tangan dan area lain yang terlihat.
 Pemasukan graft
Setelah graft dipotong, tindakan selanjutnya adalah
mengamati hemostasis. Setelah semuanya sempurna, kemudian
graft ditempatkan pada dasar luka. Pada tahap ini perhatian
harus difokuskan pada sisi bawah kulit. Meskipun terlihat
sederhana dan nyata, dermis dan epidermis kadang tampak
serupa bila tidak dilakukan inspeksi dengan sangat dekat dan
teliti pada kulit individu yang berwarna terang. Perawatan juga
harus dilakukan untuk mencegah pengkerutan atau peregangan
yang berlebihan pada graft. Graft harus benar-benar diletakkan
dengan benar pada daerah resipien untuk menjamin perlekatan
dasar serta proses penyembuhan. Tahap ini diakhiri dengan
penjahitan atau penggunaan staples untuk menjaga agar graft
menempel kuat pada kulit disekitar dasar luka. Staples sangat
berguna untuk luka yang lebih dalam daripada permukaan kulit
sekitarnya. Efek dari penggunaan staples adalah rasa nyeri yang
hebat dan dapat mengganggu perlekatan graft pada luka ketika
dilakukan pengambilan kira-kira 7 – 10 hari setelah
operasi.Kemampuan penyerapan benang juga perlu
diperhatikan. Biasanya benang dengan empat sudut digunakan
untuk menahan graft dengan beberapa pertimbangan, kemudian
penjahitan dilakukan disekitar perifer. Ini membantu sebagai
jalan keluar pertama jarum melewati graft kemudian melalui
margin disekitar luka untuk mencegah pengangkatan graft dari
dasar luka.
 Pembalutan
Pembalutan dilakukan untuk memberikan tekanan yang
sama pada seluruh area graft tanpa adanya perlekatan.
Pembalutan juga bertujuan untuk mengimobilisasikan area graft
dan mencegah pembentukan hematom pada bagian bawah graft.
Menurut Blanchard (2006), pembalutan awal dilakukan pada
daerah resipien segera setelah pemindahan kulit dilakukan dan
baru diganti setelah 3 hingga 7 hari berikutnya. Pembalutan
yang baru dapat dilakukan pada seluruh daerah graft hingga skin
graft benar-benar sembuh. Biasanya pada lokasi donor
ditempatkan langsung lembaran kasa yang halus dan tidak
melekat. Kemudian diatasnya dipasang kasa absorben untuk
menyerap darah atau serum dari luka. Kasa selaput (seperti Op-
Side) dapat digunakan untuk memberikan manfaat tertentu,
yaitu kasa ini bersifat transparan dan memungkinkan pemeriksa
untuk melihat luka tanpa menggangu kasa pembalutnya
semantara pasien tidak perlu khawatir ketika mandi karena kasa
pembalut tersebut tidak menyerap air (Smeltzer & Bare,
2002:1899). Setelah skin graft dilakukan, proses yang terjadi
selanjutnya adalah regenerasi termasuk pertumbuhan kembali
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea. Pada prosedur
STSG, kelenjar keringat tidak akan dapat sembuh secara total
sehingga akan berdampak pada masalah pengaturan panas.
Tidak adanya kelenjar sebasea pada kulit dapat menyebabkan
kulit menjadi kering, gatal dan bersisik. Untuk mengatasi
masalah ini, biasanya dilakukan pemberian lotion dengan
frekuensi sering.

g. Proses Penyembuhan
Menurut Rives (2006), masa penyembuhan dan kelangsungan
hidup graft terdiri dari beberapa tahap yaitu:
 Perlekatan dasar
Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui jaringan
fibrin yang tipis merupakan proses sementara hingga sikulasi dan
hubungan antar jaringan telah benar-benar terjadi.
 Penyerapan Plasma
Periode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi
pada graft merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap
eksudat pada luka dengan aksi kapiler melalui struktur seperti spon
pada graft dermis dan melalui pembuluh darah dermis.Ini berfungsi
untuk mencegah pengeringan terutama pada pembuluh darah graft dan
menyediakan makanan bagi graft. Keseluruhan proses ini merupakan
respon terhadap kelangsungan hidup graft selama 2–3 hari hingga
sirkulasi benar-benar adekuat. Selama tahap ini berlangsung, graft akan
mengalami edema dan beratnya akan meningkat hingga 30-50%.
 Revaskularisasi
Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin graft
dengan mekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan
mekanisme, sirkulasi pada graft akan benar-benar diperbaiki pada hari
ke 6 – 7 setelah operasi. Tanpa adanya perlekatan dasar, imbibisi
plasma dan revaskularisasi, graft tidak akan mampu bertahan hidup.
 Pengerutan luka
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan
masalah yang berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada
lokasi dan tingkat keparahan pada luka. Pengerutan pada wajah
mungkin dapat menyebabkan terjadinya ektropion, serta retraksi pada
hidung. Kemampuan skin graft untuk melawan terjadinya pengerutan
berhubungan dengan komponen ketebalan kulit yang digunakan sebagai
graft.
 Regenerasi
Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses
pencangkokkan kulit berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh
lebih jarang atau lebih sedikit pada daerah graft yang sangat tipis. Graft
mungkin akan kering dan sangat gatal pada tahap ini. Pasien sering
mengeluhkan kulit yang tampak kemerahan. Salep yang lembut
mungkin akan diberikan pada pasien untuk membantu dalam menjaga
kelembaban pada daerah graft dan mengurangi gatal.
 Reinnervasi
Reinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang
perifer. Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses
sentral. Proses ini biasanya akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi
belum akan sempurna hingga beberapa tahun.
 Pigmentasi
Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan
pigmentasi yang hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada
STSG akan terlihat lebih pucat atau putih dan akan terjadi
hiperpigmentasi dengan kulit tampak bercahaya atau mengkilat. Untuk
mengatasi hal ini biasanya akan dianjurkan untuk melindungi daerah
graft dari sinar matahari secara langsung selama 6 bulan atau lebih.

h. Komplikasi
Skin graft banyak membawa resiko dan potensial komplikasi yang
beragam tergantung dari jenis luka dan tempat skin graft pada tubuh.
Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain (Blanchard, 2006:2):
 Kegagalan graft
Menurut Revis (2006), skin graft dapat mengalami kegagalan
karena sejumlah alasan. Alasan yang paling sering terjadi adalah
adanya hubungan yang kurang baik pada graft atau kurangnya
perlekatan pada dasar daerah resipien. Timbulnya hematom dan seroma
dibawah graft akan mencegah hubungan dan perlekatan pada graft
dengan lapisan dasar luka. Pergerakan pada graft atau pemberian suhu
yang tinggi pada graft juga dapat menjadi penyebab kegagalan graft.
Sumber kegagalan yang lain diantaranya adalah daerah resipien yang
buruk. Luka dengan vaskularisasi yang kurang atau permukaan luka
yang terkontaminasi merupakan alasan terbesar bagi kegagalan graft.
Bakteri dan respon terhadap bakteri akan merangsang dikeluarkannya
enzim proteolitik dan terjadinya proses inflamasi pada luka sehingga
akan mengacaukan perlekatan fibrin pada graft. Teknik yang salah juga
dapat menyebabkan kegagalan graft. Memberikan penekanan yang
terlalu kuat, peregangan yang terlalu ketat atau trauma pada saat
melakukan penanganan dapat menyebabkan graft gagal baik sebagian
ataupun seluruhnya.
 Reaksi penolakan terhadap skin graft
 Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien.
 Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft.
 Munculnya jaringan parut
 Hiperpigmentasi
 Nyeri
Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses
perlekatan graft atau juga karena adanya torehan, tarikan atau
manipulasi jaringan atau organ (Long, 1996:60). Hal ini diduga bahwa
ujung-ujung saraf normal yang tidak menstransmisikan sensasi nyeri
menjadi mampu menstransmisikan sensasi nyeri (Smeltzer, 2002:214).
Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf mengirimkan cabangnya
ke pembuluh darah lokal, sel mast, folikel rambut, kelenjar keringat dan
melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam
asam yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor
berespon mengantar impuls ke batang otak untuk merespon rasa nyeri.
 Hematom
Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor
mati. Hematom biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika
hal ini terjadi maka kulit donor harus diambil dan diganti dengan yang
baru (Perdanakusuma, 2006:1). Hematom juga menjadi komplikasi
tersering dari pemasangan graft.
 Kulit berwarna kemerahan pada sekitar daerah graft
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3401/1/08E00894.pdf. diakses
tanggal 5 Februari 2022 jam 8.05

http://bedahumum.wordpress.com/tag/split-thickness-skin-graft/. Diakses tanggal


5 Februari 2022. Jam 8.06

Anda mungkin juga menyukai