Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PERAWATAN SKIN GRAF

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. AGUSTINA SALSABILA WULANDARI


2. DELVI MARDIANA
3. LIA LASTARI
4. LENY ANA PERA
5. SITI ROFAIDAH
6. VIKA FRANSISKA

DOSEN PENGAMPU :

PRODI D3 KEPERAWATAN TK3A

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah "Manajemen Luka”.

Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan Tuhan Yang Maha
Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penyusun menyadari bahwa dalam proses
makalah ini masih jauh dari kesempatan kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, penyusun telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat menyelesaikan dengan baik dan oleh karena -Nya, penyusun dengan
rendah hati menerima masukan,saran penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penyusun berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jambi, 14 Agustus 2022

Kelompok 4


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Graft adalah jaringan hidup yang dicangkokkan, misalnya kulit, tulang,sumsum
tulang, kornea dan organ-organ lain seperti ginjal, jantung, paru-paru, pankreas serta
hepar (Brooker, 2001:184). Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan
kulit yang hehatsehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada
luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang terinfeksi
dengankehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada luka bertujuan untuk mencegah
infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya serta mempercepat proses
penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan pelaksanaan prosedur skingraft
berdasarkan pada beberapa faktor yaitu: ukuran luka, tempat luka dankemampuan kulit
sehat yang ada pada tubuh (Blanchard, 2006:2).Daerah resipiendiantaranya adalah luka-
luka bekas operasi yang luas sehingga tidak dapat ditutupsecara langsung dengan kulit
yang ada disekitarnya dan memerlukan tambahankulit agar daerah bekas operasi dapat
tertutup sehingga proses penyembuhandapat berlangsung secara optimal (Heriady,
2005:2).
2. Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui skin draft.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa dari pengkajian terhadap skin draft
c. Mahasiswa mampu melakukan tindakan sesuai rencana yang telah disusun.
d. Mahasiswa mampu mengevaluasi dari rencana tindakan yang telah disusun
3. Manfaat
a. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang
kesehatankhususnya pada kasus skin draft
b. Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasien denganskin draft
dan penatalaksanaan masalah keperawatan
c. Dengan makalah ini diharapkan supaya para pembaca bisa lebih mengenal terhadap
tanda dan gejala yang berhubungan dengan skin graf.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi skin graft


Menurut Heriady (2005), skin graft adalah menanam kulit dengan ketebalantertentu
baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau dilepaskan dari satu bagian
tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian dipindahkan atauditanamkan ke
daerah tubuh lain yang membutuhkannya (disebut daerahresipien). Skin graft adalah
penempatan lapisan kulit baru yang sehat pada daerahluka (Blanchard, 2006:1).
Diantara donor dan resipien tidak mempunyaihubungan pembuluh darah lagi
sehingga memerlukan suplai darah baru untuk menjamin kehidupan kulit yang
dipindahkan tersebut (Heriady, 2001:1).Skin graft dilakukan pada pasien yang
mengalami kerusakan kulit yang hehatsehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu
sendiri, misalnya pada luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma
atau area yang terinfeksi dengankehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada
luka bertujuan untuk mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya
serta mempercepat proses penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan
pelaksanaan prosedur skingraft berdasarkan pada beberapa faktor yaitu: ukuran luka,
tempat luka dankemampuan kulit sehat yang ada pada tubuh (Blanchard,
2006:2).Daerah resipiendiantaranya adalah luka-luka bekas operasi yang luas
sehingga tidak dapat ditutupsecara langsung dengan kulit yang ada disekitarnya dan
memerlukan tambahankulit agar daerah bekas operasi dapat tertutup sehingga proses
penyembuhan dapat berlangsung secara optimal (Heriady, 2005:2)
2. Klasifikasi
Beberapa perbedaan jenis skin graft menurut Blanchard (2006) adalah:
a.AutograftPemindahan atau pemotongan kulit dari satu lokasi ke lokasi lain pada
orangyang sama.
b.AllograftKulit berasal dari individu lain atau dari kulit pengganti.
c.Xenograft Pencangkokkan dibuat dari kulit binatang atau pencangkokkanantara dua
spesies yang berbeda.
Biasanya yang digunakan adalah kulit babi.Klasifikasi skin graft berdasarkan
ketebalan kulit yang diambil dibagimenjadi 2, yaitu ( Heriady, 2005:2 ) :
1. Split Thicknes Skin Graft ( STSG ) STSG mengambil epidermis dan sebagian
dermis berdasarkan ketebalankulit yang dipotong, Revis (2006) membagi STSG
sendiri menjadi 3kategori yaitu :
a)Tipis (0,005 - 0,012 inci)
b)Menengah (0,012 - 0,018 inci)
c)Tebal (0,018 - 0,030 inci)
STSG dapat bertahan pada kondisi yang kurang bagus mempunyaitingkat aplikasi
yang lebih luas. STSG digunakan untuk melapisi lukayang luas, garis rongga,
kekurangan lapisan mukosa, menutup flap padadaerah donor dan melapisi flap pada
otot. STSG juga dapat digunakanuntuk mencapai penutupan yang menetap pada luka
tetapi sebelumnyaharus didahului dengan pemeriksaan patologi untuk
menentukanrekonstruksi yang akan dilakukan.Daerah donor STSG dapat sembuh
secara spontan dengan sel yang disediakan oleh sisa epidermis yang ada pada tubuh
dan juga dapat sembuh secara total. STSG juga mempunyai beberapa dampak negatif
bagi tubuh yang perlu dipertimbangkan. Aliran pembuluh darah serta jaringan pada
STSG mempunyai sifat mudahrusak atau pecah terutama bila ditempatkan pada area
yang luas danhanya ditunjang atau didasari dengan jaringan lunak serta biasanya
STSG tidak tahan dengan terapi radiasi (Revis, 2006: 3).
STSG akan menutup selama penyembuhan, tidak tumbuh dengan sendirinya
danharus dirawat agar dapat menjadi lebih lembut, dan tampak lebihmengkilat
daripada kulit normal. STSG akan mempunyai pigmen yangtidak normal salah
satunya adalah berwarna putih atau pucat ataukadang hiperpigmentasi, terutama bila
pasien mempunyai warna kulityang lebih gelap. Efek dari penggunaan STSG adalah
kehilanganketebalan kulit, tekstur lembut yang abnormal, kehilangan
pertumbuhanrambut dan pigmentasi yang tidak normal sehingga kurang sesuai
darisegi kosmetik atau keindahan. Jika digunakan pada luka bakar yang luas pada
daerah wajah, STSG mungkin akan menghasilkan penampilanyang tidak diinginkan.
Terakhir, luka yang dibuat pada daerah donor dimana graft tersebut dipotong selalu
akan lebih nyeri daripada daerahresipien.
2. Full Thickness Skin Graft ( FTSG ) FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada
wajah bila flap(potongan kulit yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat tidak
diperoleh atau bila flap dari daerah setempat tidak dianjurkan. FTSGlebih menjaga
karakteristik dari kulit normal termasuk dari segi warna,tekstur/ susunan, dan
ketebalan bila dibandingkan dengan STSG. FTSG juga mengalami lebih sedikit
pengerutan selama penyembuhan. Iniadalah sama pentingnya pada wajah serta tangan
dan juga daerah pergerakan tulang sendi. FTSG pada anak umumnya lebih disukai
karenadapat tubuh dengan sendirinya. Prosedur FTSG memiliki beberapakeuntungan
antara lain : relatif sederhan, tidak terkontaminasi / bersih, pada daerah luka memiliki
vaskularisasi yang baik dan tidak mempunyai tingkat aplikasi yang luas seperti
STSG.
3. Daerah donor skin graft
Pilihan daerah donor biasanya berdasarkan pada penampilan yang diinginkan
pada daerah resipien. Hal ini lebih penting pada FTSG karena karakteristik kulit pada
daerah donor akan lebih terpelihara oleh bahan yang dipindahkan padatempat yang
baru. Ketebalan, tektur, pigmentasi, ada atau tidaknya rambut harussangat
diperhatikan (Revis, 2006:4). Menurut Heriady (2005), daerah donor untuk FTSG
dapat diambil dari kulit dibelakang telinga, dibawah atau diatastulang selangka
(klavikula), kelopak mata, perut, lipat paha dan lipat siku.
Sebagian besar daerah donor ini sering dipakai untuk menutup luka pada
daerahwajah atau leher. Pemotongan yang dilakukan pada daerah wajah
sebaiknyaharus berhati-hati untuk mempertahankan kesimetrisan wajah dari segi
estetik.Bagian kulit yang tidak ditumbuhi oleh rambut dan berfungsi untuk
melapisitangan dapat diambil dari batas tulang hasta dan telapak kaki dengan
penyesuaianwarna, tekstur dan ketebalan yang tepat. Graft dengan pigmen yang lebih
gelapdiperoleh dari preposium (kulup), scrotum, dan labia minora (Rives,
2006:5).Daerah donor untuk STSG dapat diambil dari daerah mana saja di
tubuhseperti perut, dada, punggung, pantat, anggota gerak lainnya. Namun,
umumnyayang sering dilakukan diambil dari kulit daerah paha (Heriady, 2005:2).
Daerahdonor dari paha lebih disukai karena daerah ini lebih lebar dan lebih
mudahsembuh (Bakar, 2003:1). Daerah pantat juga dapat digunakan sebagai
daerahdonor, tetapi biasanya pasien akan mengeluh nyeri setelah operasi dan
akanmemerlukan bantuan untuk merawat luka. Menurut Rives(2006), kulit
kepaladapat digunakan pada prosedur FTSG untuk melapisi daerah wajah yang luas
danterutama berguna untuk luka bakar yang hebat dengan ketersediaan daerah donor
yang terbatas. Untuk luka pada tangan, daerah lengan atas bagian dalam
dapatdipertimbangkan untuk dijadikan daerah donor.
4. Daerah resipien skin graft
Komponen penting yang menjamin suksesnya skin graft adalah persiapan pada
daerah resipien. Kondisi fisiologis pada daerah resipien harus mampumenerima serta
memelihara graft itu sendiri. Skin graft tidak akan dapat bertahanhidup pada jaringan
yang tidak dialiri darah. Skin graft akan dapat bertahanhidup pada periosteum,
perikondrium, dermis, fasia, otot, dan jaringan granulasi.Pasien dengan luka akibat
aliran vena yang lamban (stasis vena) atauketidakcukupan arteri perlu untuk diobati
terlebih dahulu sebelum melakukan pemindahan kulit. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kemungkinan graftdapat bertahan hidup (Rives, 2006:5). Luka juga
harus bebas dari jaringan yangmati dan bersih dari bakteri. Bakteri yang berjumlah
lebih dari 100.000/cm²akan berkumpul sehingga dapat menyebabkan graft gagal.
5. Prosedur operasi
Teknik operasi yang hati-hati adalah syarat penting agar graft dapat hidup.Setelah
melakukan prosedur anestesi dengan tepat baik menggunakan lokal,regional atau
general anestesi, tindakan selanjutnya adalah mempersiapkan lukauntuk pemindahan
kulit. Ini termasuk membersihkan luka dengan larutan garamatau betadine yang
diencerkan, kemudian membersihkan luka dengan pengeluaran benda asing dan
membuang jaringan yang rusak atau yang terinfeksiatau biasa disebut debridement
serta mencapai hemostasis dengan cermat(Brooker, 2001:122). Kontrol hemostatik
yang baik dapat diperoleh dengan pengikatan, tekananyang lembut, pemberian
substansi topikal sebagai vasokonstriksi, misalnyaepinefrin atau alat bedah pembakar
dengan tenaga listrik (electrocautery). Penggunaan alat ini harus diminimalkan karena
dapat mengganggu kehidupan jaringan. Penggunaan obat topikal atau epinefrin yang
disuntikkan pada daerahdonor atau resipien tidak akan membahayakan kelangsungan
hidup graft (Rives,2006:6).
Teknik operasi yang dilakukan pada tiap jenis skin graft tentunya akan berbeda-
beda, tergantung pada jenis yang akan digunakan. Menurut Rives(2006), teknik
operasi yang dilakukan antara lain sebagai berikut:
1.Full Thickness Skin Graft (FTSG) FTSG dipotong menggunakan pisau bedah. Pada
awalnya dilakukan pengukuran pada luka, pembuatan pola serta pola garis yang
dibuat lebih besar pada daerah donor. Pola sebaiknya diperluas atau diperbesar
kuranglebih 3-5 % untuk mengganti kerusakan dengan segera terutama terjadinya
penyusutan atau pengerutan akibat kandungan serat elastik yang terdapat pada graft
dermis. Kemudian daerah donor mungkin akan diinfiltrasimenggunakan anestesi
lokal dengan atau tanpa epinefrin. Infiltrasisebaiknya dilakukan setelah sketsa graft
dilukis pada kulit untuk mencegah terjadinya penyimpangan. Setelah pola di insisi,
kulit diangkat pada sisi epidermis dengan tangan yang tidak dominan menggunakan
penjepit kulit. Tindakan ini akan memberikan ketegangan dan rasa padaketebalan
graft ketika tangan memotong graft hingga ke dasar lemak subcutan (Rives, 2006:7).
Beberapa sisa jaringan lemak harus dipotong dari sisi bawah graft,karena lemak ini
tidak mengandung pembuluh darah dan akan mencegahhubungan langsung antara
dermis graft dan dasar luka. Pemotongan sisalemak subcutan secara profesional
menggunakan alat yang runcing,gunting bengkok, dan sisa-sisa dermis yang berkilau
pada bagian dalam.
2.Split Thickness Skin Graft (STSG) Ada beberapa tahap pelaksanaan prosedur skin
graft dengan jenisSTSG, antara lain: proses pemotongan, pelubangan, pemasukan
graft, dan proses pembalutan.a.PemotonganUntuk memperoleh hasil pemotongan
terbaik pada graft tentunyaharus ditunjang dengan teknik pemotongan yang benar.
Pemotongan pada STSG dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu (Rives,2006:7):
1)Mata pisau dermatom Biasanya teknik ini menggunakan mata pisau dermatom,
yangmampu memotong pada graft yang luas dengan ketebalan yangsama. Dermatom
dapat dioperasikan dengan tenaga udara ataumanual. Dermatom yang biasa
digunakan termasuk Castroviejo,Reese, Padgett-Hood, Brown, Davol-Simon, dan
Zimmer. Tanpamemperhatikan alat yang digunakan, anestesi yang cukup harussegera
ditentukan karena pemotongan pada skin graft merupakan prosedur yang dapat
menyebabkan nyeri. Lidocain denganepinefrin disuntikkan ke daerah donor untuk
mengurangihilangnya darah dan memberikan turgor kulit yang bagus sehinggadapat
membantu dalam pemotongan.
2)Drum Dermatom Drum dermatom ( Reese, Padgett-Hood ) akhir-akhir ini
jarangdigunakan tetapi masih tersedia untuk keperluan pemindahan kulittertentu. Alat
ini memiliki mata pisau yang bergerak dengantenaga manual seperti drum yang
berputar diatas permukaan kulit.Alat ini dapat digunakan lembaran kulit yang luas
denganketebalan yang tidak teratur. Ini sangat berguna pada daerah donor dengan
kecembungan, kecekungan atau keadaan tulang yangmenonjol (leher, panggul,
pantat), karena potongan kulit yang pertama menempel pada drum dengan
menggunakan lem khususatau plester pelekat. Alat ini juga dapat mengikuti pola yang
tidak teratur dengan tepat untuk dipotong dengan perubahan pola yangdiinginkan
dengan direkatkan pada kulit dan drum. Kerugian dari penggunaan alat ini adalah
kemungkinanterjadinya cedera pada operator sendiri akibat ayunan mata pisau,
penggunaan agen yang mudah terbakar seperti eter atau asetonuntuk membersihkan
daerah donor dan memindahkan permukaanminyak untuk memastikan terjaminnya
perlekatan yang kuatantara kulit dan drum dermatom serta diperlukannya teknik
keahlian yang tinggi agar dapat menggunakan peralatan operasidengan aman dan
efektif (River, 2006:8)
3)Free-Hand Metode pemotongan lain untuk jenis STSG adalah free handdengan
pisau. Meskipun ini metode ini dapat dilakukan dengan pisau bedah, alat yang lain
seperti pisau Humby, mata pisau Weck dan pisau Blair. Kelemahan dari metode ini
adalah tepi graftmenjadi tidak rata dan perubahan ketebalan. Sama seperti
drumdermatom, keahlian teknik sangat diperlukan dan perawatankualitas graft lebih
bergantung pada operator daripadamenggunakan dermatom yang menggunakan
tenaga listrik atauudara.
4)Dermatom dengan tenaga udara dan listrik Bila menggunakan dermatom jenis ini,
ahli bedah harusterbiasa dengan pemasangan mata pisau dan bagaimana mengatur
ketebalan graft serta memeriksa peralatan sebelum operasidimulai. Terdapat dua
pemahaman yang tepat dan kurang tepatmengenai mata pisau. Hal ini akan
membingungkan bagi anggotaruang operasi yang kurang berpengalaman. Penempatan
mata pisau bedah nomor 15 digunakan pada ketebalan 0,015 inci dandapat digunakan
untuk memeriksa penempatan ketebalan yangsama dan tepat. Langkah awal pada
proses pemotongan adalah dengan mensterilisasi daerah donor menggunakan betadine
atau larutangaram yang lain. Kemudian daerah donor diberi minyak mineral untuk
melicinkan kulit dan dermatom sehingga dermatom akanmudah bergerak diatas kulit.
Dermatom dipegang dengan tangandominan dengan membentuk sudut 30-45º dari
permukaan daerahdonor. Tangan yang tidak dominan berfungsi sebagai penahan dan
diletakkan di belakang dermatom.
a.Asisten operasi bertugas sebagai penahan pada bagian depan dermatom, memajukan
dan mengaktifkan dermatom dengan lembut serta melanjutkan gerakan pada seluruh
permukaan kulit dengan tekanan yang menurundengan lembut. Setelah ukuran yang
sesuai dipotong, dermatomdimiringkan menjauhi kulit dan diangkat dari kulit untuk
memotong tepi distal graft dan tahap pemotongan selesai. Bila pada proses
pemotongan terjadi pembukaan pada lapisan lemak,ini mengindikasikan bahwa insisi
yang dilakukan terlalu ke dalamatau mungkin karena teknik yang salah dalam
pemasangandermatom
b.Pelubangan Teknik ini berguna untuk memperluas permukaan area graft hingga 9
kali permukaan area donor. Teknik ini juga sangat berguna jika kulitdonor tida cukup
untuk menutup area luka yang luas, misalnya padaluka bakar mayor atau ketika
daerah resipien memiliki garis yang tidak teratur. Bagian graft dilubangi agar cairan
pada luka dapat keluar melalui graft daripada berakumulasi dibawah graft. Perluasan
bagiangraft ini tidak akan dapat mengatasi adanya hematom pada dasar graft.Bila
telah mengalami proses penyembuhan, graft akan tampak sepertikulit buaya. Karena
teknik ini kurang baik dari segi estetika danterjadinya pengerutan yang lebih lanjut,
maka penggunaan teknik iniharus dihindari pada daerah pergerakan dan wajah,
tangan dan arealain yang terlihat.
c.Pemasukan graft Setelah graft dipotong, tindakan selanjutnya adalah
mengamatihemostasis. Setelah semuanya sempurna, kemudian graft ditempatkan
pada dasar luka. Pada tahap ini perhatian harus difokuskan pada sisi bawah kulit.
Meskipun terlihat sederhana dan nyata, dermis danepidermis kadang tampak serupa
bila tidak dilakukan inspeksi dengansangat dekat dan teliti pada kulit individu yang
berwarna terang.
Perawatan juga harus dilakukan untuk mencegah pengkerutan atau peregangan
yang berlebihan pada graft. Graft harus benar-benar diletakkan dengan benar pada
daerah resipien untuk menjamin perlekatan dasar serta proses penyembuhan. Tahap
ini diakhiri dengan penjahitan atau penggunaan staples untuk menjaga agar graft
menempelkuat pada kulit disekitar dasar luka. Staples sangat berguna untuk lukayang
lebih dalam daripada permukaan kulit sekitarnya. Efek dari penggunaan staples
adalah rasa nyeri yang hebat dan dapat mengganggu perlekatan graft pada luka ketika
dilakukan pengambilan kira-kira 7 – 10 hari setelah operasi.Kemampuan penyerapan
benang juga perludiperhatikan. Biasanya benang dengan empat sudut digunakan
untuk menahan graft dengan beberapa pertimbangan, kemudian penjahitandilakukan
disekitar perifer. Ini membantu sebagai jalan keluar pertama jarum melewati graft
kemudian melalui margin disekitar luka untuk mencegah pengangkatan graft dari
dasar luka.d.Pembalutan Pembalutan dilakukan untuk memberikan tekanan yang
sama padaseluruh area graft tanpa adanya perlekatan. Pembalutan juga
bertujuanuntuk mengimobilisasikan area graft dan mencegah pembentukanhematom
pada bagian bawah graft. Menurut Blanchard (2006), pembalutan awal dilakukan
pada daerah resipien segera setelah pemindahan kulit dilakukan dan baru diganti
setelah 3 hingga 7 hari berikutnya. Pembalutan yang baru dapat dilakukan pada
seluruh daerahgraft hingga skin graft benar-benar sembuh. Biasanya pada lokasi
donor ditempatkan langsung lembaran kasa yang halus dan tidak melekat.Kemudian
diatasnya dipasang kasa absorben untuk menyerap darah atauserum dari luka. Kasa
selaput (seperti Op-Side) dapat digunakan untuk memberikan manfaat tertentu, yaitu
kasa ini bersifat transparan danmemungkinkan pemeriksa untuk melihat luka tanpa
menggangu kasa pembalutnya semantara pasien tidak perlu khawatir ketika mandi
karenakasa pembalut tersebut tidak menyerap air (Smeltzer & Bare,2002:1899).
Setelah skin graft dilakukan, proses yang terjadiselanjutnya adalah regenerasi
termasuk pertumbuhan kembali rambut,kelenjar keringat dan kelenjar sebasea. Pada
prosedur STSG, kelenjar keringat tidak akan dapat sembuh secara total sehingga akan
berdampak pada masalah pengaturan panas. Tidak adanya kelenjar sebasea padakulit
dapat menyebabkan kulit menjadi kering, gatal dan bersisik. Untuk mengatasi
masalah ini, biasanya dilakukan pemberian lotion denganfrekuensi sering.
6. Proses penyembuhan
Menurut Rives (2006), masa penyembuhan dan kelangsungan hidup graft
terdiridari beberapa tahap yaitu:
1.Perlekatan dasar Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui jaringan
fibrin yangtipis merupakan proses sementara hingga sikulasi dan hubungan antar
jaringantelah benar-benar terjadi.
2.Penyerapan PlasmaPeriode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi
pada graftmerupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap eksudat pada
lukadengan aksi kapiler melalui struktur seperti spon pada graft dermis danmelalui
pembuluh darah dermis.Ini berfungsi untuk mencegah pengeringanterutama pada
pembuluh darah graft dan menyediakan makanan bagi graft.Keseluruhan proses ini
merupakan respon terhadap kelangsungan hidup graftselama 2–3 hari hingga sirkulasi
benar-benar adekuat. Selama tahap ini berlangsung, graft akan mengalami edema dan
beratnya akan meningkathingga 30-50%.
3.RevaskularisasiRevaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin graft
denganmekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan mekanisme,sirkulasi
pada graft akan benar-benar diperbaiki pada hari ke 6 – 7 setelahoperasi. Tanpa
adanya perlekatan dasar, imbibisi plasma danrevaskularisasi, graft tidak akan mampu
bertahan hidup.
4.Pengerutan lukaPengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan
masalahyang berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada lokasi dan
tingkatkeparahan pada luka. Pengerutan pada wajah mungkin dapat
menyebabkanterjadinya ektropion, serta retraksi pada hidung. Kemampuan skin graft
untuk melawan terjadinya pengerutan berhubungan dengan komponen ketebalankulit
yang digunakan sebagai graft.
5.RegenerasiEpitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses pencangkokkan
kulit berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh lebih jarang atau lebih sedikit
pada daerah graft yang sangat tipis. Graft mungkin akan kering dan sangatgatal pada
tahap ini. Pasien sering mengeluhkan kulit yang tampak kemerahan. Salep yang
lembut mungkin akan diberikan pada pasien untuk membantu dalam menjaga
kelembaban pada daerah graft dan mengurangigatal.
6.einnervasiReinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang
perifer.Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses sentral. Proses ini
biasanya akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi belum akan sempurna hingga
beberapa tahun.
7.PigmentasiPigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan pigmentasi
yanghampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada STSG akan terlihatlebih
pucat atau putih dan akan terjadi hiperpigmentasi dengan kulit tampak bercahaya
atau mengkilat. Untuk mengatasi hal ini biasanya akan dianjurkanuntuk melindungi
daerah graft dari sinar matahari secara langsung selama 6 bulan atau lebih.
7. Komplikasi
Skin graft banyak membawa resiko dan potensial komplikasi yang
beragamtergantung dari jenis luka dan tempat skin graft pada tubuh. Komplikasi
yangmungkin terjadi antara lain (Blanchard, 2006:2):
1.Kegagalan graft Menurut Revis (2006), skin graft dapat mengalami kegagalan
karenasejumlah alasan. Alasan yang paling sering terjadi adalah adanya
hubunganyang kurang baik pada graft atau kurangnya perlekatan pada dasar
daerahresipien. Timbulnya hematom dan seroma dibawah graft akan
mencegahhubungan dan perlekatan pada graft dengan lapisan dasar luka. Pergerakan
pada graft atau pemberian suhu yang tinggi pada graft juga dapat menjadi penyebab
kegagalan graft. Sumber kegagalan yang lain diantaranya adalahdaerah resipien yang
buruk. Luka dengan vaskularisasi yang kurang atau permukaan luka yang
terkontaminasi merupakan alasan terbesar bagikegagalan graft. Bakteri dan respon
terhadap bakteri akan merangsangdikeluarkannya enzim proteolitik dan terjadinya
proses inflamasi pada lukasehingga akan mengacaukan perlekatan fibrin pada graft.
Teknik yang salah juga dapat menyebabkan kegagalan graft. Memberikan penekanan
yangterlalu kuat, peregangan yang terlalu ketat atau trauma pada saat melakukan
penanganan dapat menyebabkan graft gagal baik sebagian ataupunseluruhnya.
2.Reaksi penolakan terhadap skin graft
3.Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien.
4.Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft
5.Munculnya jaringan parut
6.Hiperpigmentasi
7.Nyeri Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses perlekatan
graftatau juga karena adanya torehan, tarikan atau manipulasi jaringan atau
organ(Long, 1996:60). Hal ini diduga bahwa ujung-ujung saraf normal yang tidak
menstransmisikan sensasi nyeri menjadi mampu menstransmisikan sensasinyeri
(Smeltzer, 2002:214). Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf mengirimkan
cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel mast, folikel rambut,kelenjar keringat dan
melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin danmacam-macam asam yang
tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor berespon mengantar impuls ke
batang otak untuk merespon rasanyeri.
8.HematomHematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor mati.
Hematom biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika hal ini terjadi
makakulit donor harus diambil dan diganti dengan yang baru
(Perdanakusuma,2006:1). Hematom juga menjadi komplikasi tersering dari
pemasangan graft
9. Warna kulit kemerahan pada sekitar daerah graft
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Graft adalah jaringan hidup yang dicangkokkan, misalnya kulit,
tulang,sumsum tulang, kornea dan organ-organ lain seperti ginjal, jantung, paru-
paru, pankreas serta hepar (Brooker, 2001:184).Skin graft dilakukan pada
pasienyang mengalami kerusakan kulit yang hehat sehingga terjadi gangguan
padafungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar yang hebat, ulserasi,
biopsi,luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan kehilangan kulit yang
luas.
2. Saran
Penyusun berharap dengan adanya makalah tentang perawatan skin graft
ini para pembaca sekalian tidak hanya dapat mengerti tentang isi dari makalah ini
tetapi juga dapat memahami perawatan skin graft.
DAFTAR PUSTAKA

Bakar, I. A. (2003). Cangkok kulit merupakan alternatif pilihan. (Online),


(www.kompas.com/ver1/Muda/0606/14/192815.htm-17k- diakses tanggal 11 Juli
2006Blanchard, D. K, Lin, P & Lumsden, A. (2006). Skin graft. (Online),
(www.debakeydepartmentofsurgery.org/home/content.cfm?
proc_name=Skin+Graft+&content_id=272-19k- diakses tanggal 31 Juli 2006)

Brooker, C. (2001). The nurse’s pocket dictionary (31st ed.). Terjemahan oleh AndryHartono.
Jakarta: EGC.Carpenito, L. J. (2001). Handbook of nursing diagnosis (8th ed.). Terjemahan
olehMonika Ester. Jakarta: EGC.Departemen Kesehatan RI. (2000). Informatorium obat nasional
indonesia 2000.Jakarta: Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan 2000.Doenges, M. E. (2000).
Application of nursing process and nursing diagnosis anintervensive text for diagnostic
reasoning (2nd ed.). Terjemahan oleh MadeKarisa. Jakarta: EGC.Heriady, Yusuf. (2005).
Manfaat transplantasi kulit pada pengobatan kanker.
(Online),(www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=konsultasi&id=103880-31k-diakses
tanggal 11 Juli 2006)Long, B. C. (1996). Perawatan medikal bedah: Suatu pendekatan proses
keperawatan.Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan UNPAD.Potter, P. A &
Perry, G. A. (2006). Fundamentals of nursing: concepts, process and practice (4th ed.).
Terjemahan oleh Monika Ester. Jakarta: EGC.Revis, D. R. (2006). Author information
introduction graft selection donor siteselection wound preparation operative technique graft
Survival and healinggraft failure biologic skin subsitutes bibliography. (Online).
(www.baylor.vasculardomain.com diakses tanggal 31 Juli 2006

Anda mungkin juga menyukai