MANAJEMEN KEUANGAN Mergers Corporate Con PDF
MANAJEMEN KEUANGAN Mergers Corporate Con PDF
PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. dan PT. Indosiar Karya Media, Tbk.
Disusun Oleh :
KP F
UNIVERSITAS SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan pengerjaan makalah mata kuliah
Manajemen Keuangan. Penulis juga bersyukur atas segala anugerah yang telah diberikan-Nya
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang mendukung
keberhasilan penulisan makalah ini. Dosen mata kuliah Manajemen Keuangan yang telah
membantu dan membimbing penulis dalam pengerjaan makalah mata kuliah ini. Pada saat
makalah mata kuliah ini dibuat, penulis mengalami sedikit masalah terhadap pembahasan materi,
karena perlunya pencarian sumber data yang tepat bagi pemenuhan kebutuhan data makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan sarana dan prasarana serta kemampuan penulis. Oleh sebab itu, penulis menerima
kritik dan saran dari berbagai pihak yang dapat mendukung penulisan makalah mata kuliah
Manajemen Keuangan. Tema makalah ini adalah Mergers, Corporate Control, and Corporate
Governance khususnya membahas Portofolio. Penulis berharap agar makalah ini dapat menjadi
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN..................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................ 3
LAMPIRAN ............................................................................................. 31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) didirikan 3 Agustus 1983 oleh Eddy
Kusnadi Sariaatmadja sebagai perusahaan layanan komputer pribadi dan pernah menjadi
distributor produk Compaq di Indonesia. EMTK memulai aktivitasnya di tahun 1984 dan kantor
pusat EMTK terletak di Jl. Asia Afrika Lot 19 Jakarta.
Bisnis EMTK berkembang pesat, EMTK menguasai Surya Citra Media (induk SCTV)
melalui PT. Abhimata Mediatama sejak 2001. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan utama EMTK adalah di bidang jasa (terutama dalam bidang penyediaan jasa
teknologi, media dan telekomunikasi), perdagangan, pembangunan dan industri.
Pada 2008, SCM dikuasai langsung oleh EMTK. 1 Agustus 2004, EMTK bersama PT
Mugi Rekso Abadi mendirikan stasiun televisi lokal Jakarta yakni O Channel yang
memfokuskan siarannya di wilayah Jabodetabek dan pada tahun 2009, kepemilikan O Channel
telah 100% dimiliki oleh EMTK.
Indosiar adalah salah satu stasiun televisi swasta nasional di Indonesia yang beroperasi
dari Jl. Daan Mogot, Jakarta Barat. Direktur Utama Indosiar saat ini adalah E. Loe Soe Kim.
Indosiar awalnya didirikan dan dikuasai oleh PT. Prima Visualindo melalui PT. Indosiar Karya
Media Tbk. (sebelumnya PT. Indovisual Citra Persada) yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta).
Indosiar resmi beroperasi pada 11 Januari 1995. Dalam siarannya, Indosiar banyak
menekankan kebudayaan. Salah satu program kebudayaan yang selalu ditayangkan adalah acara
pertunjukan wayang pada malam minggu.
Bentu logo Indosiar yang sangat mirip dengan bentuk logo Television Broadcasts
Limited, Hongkong. Awalnya, Indosiar memang banyak menayangkan drama-drama Hongkong.
Seperti misalnya serial Return of The Condor Heroes yang dibintangi oleh Andy Lau, To Liong
To yang dibintangi oleh Tony Leung yang keduanya cukup populer di kalangan penonton.
Pada 13 Mei 2011, mayoritas saham PT. Indosiar Karya Media Tbk. dibeli oleh PT.
Elang Mahkota Teknologi Tbk., pemilik SCTV (melalui SCM sebelum bergabung dengan
IDKM) dan O Channel, menjadikan ketiga stasiun televisi berada dalam satu pengendalian. Saat
ini, stasiun televisi Indosiar resmi dikuasai oleh SCM pasca bergabung dengan IDKM dan
"bersaudara" dengan SCTV.
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan
Manfaat yang diperoleh dengan adanya identifikasi masalah tersebut adalah :
1. Mengetahui terjadinya sinergi setelah terjadi akuisisi antara kedua perusahaan
tersebut.
2. Mengetahui penyebab kegagalan untuk mencapai sinergi antar kedua perusahaan
yang melakukan akuisisi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Merger
Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya
ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai bahan hukum, sementara yang lainnya
menghentikan aktivitasnya atau bubar. Penyatuan kepentingan memiliki makna yang
sama dengan terminologi merger dan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
No. 22 mendefinisikan penyatuan kepentingan (pooling of interest) adalah suatu
penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama
sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan
operasi perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala
risiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang
dapat diidentifikasikan sebagai perusahaan pengakuisisi. Pihak yang masih hidup atau
yang menerima merger dinamakan surviving firm atau pihak yang mengeluarkan saham
(issuing firm). Sementara itu perusahaan yang berhenti dan bubar setelah terjadinya
merger dinamakan merged firm. Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran (size)
yang semakin besar karena seluruh aset dan kewajiban dari merged firm dialihkan ke
surviving firm.
B. Pengetian Akuisisi
Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar
sebagai entitas hukum.
C. Pengertian Konsolidasi
Konsolidasi atau peleburan merupakan bentuk khusus merger dimana dua atau
lebih perusahaan bersama sama meleburkan diri membentuk perusahaan yang baru.
Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk
meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru dan masing masing
perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar. Dilihat dari segi yuridis dan operasional,
konsolidasi lebih kompleks dibanding merger atau akuisisi.
D. Pengambilalihan (Takeover)
Posisi target yang kurang menguntungkan ini disebabkan oleh beberapa faktor
seperti kesulitan likuiditas, kerugian usaha, terlalu besarnya hutang, ketidaksolidan
manajemen atau kesulitan dalam pemasaran produk. Jika pengambilalihan terjadi secara
paksa oleh perusahaan yang berskala lebih besar dan kuat terhadap perusahaan yang lebih
kecil dan lemah yang berada pada situasi seperti itu, maka hal ini disebut hostile takeover
(pencaplokan secara paksa).
Alasan mengapa perusahaan melakukan merger atau akuisisi adalah ada manfaat lebih
yang diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara spesifik,
keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi antara lain adalah :
1. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.
2. Memperoleh kemudahan dana/ pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan
perusahaan yang telah berdiri dan mapan.
3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.
4. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal.
5. Mengurangi risiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru.
6. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.
7. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat.
Disamping mempeoleh berbagai manfaat, merger dan akuisisi juga memiliki kelemahan
sebagai berikut :
Secara umum merger dan akuisisi memiliki pengaruh baik secara langsung atau
tidak langsung terhadap stakeholder seperti: pemegang saham, karyawan, direksi atau
manajemen, supplier, konsumen, pemerintah, kreditor, pesaing, dan masyarakat. dalam
skala internal perusahaan, keberhasilan strategi ini akan berdampak positif yaitu
tercapainya tujuan perusahaan sebagaimana motivasi yang melandasi keputusan merger
dan akuisisi ini, misalnya tercapainya peningkatan kekuatan segi finansial, manajerial,
pemasaran, dan operasional. Sebaliknya jika strategi ini gagal, maka perusahaan harus
menanggung risiko kerugian atas hilangnya sumber sumber ekonomi dan non ekonomi
yang nilainya tidak kecil.
Merger bisa berdampak positif jika perusahaan hasil merger mampu mencapai
tingkat produksi pada skala ekonomis (economies of scale) yang selanjutnya diikuti oleh
penurunan harga. Sebaliknya, merger, dalam skala tertentu, bisa berdampak negatif pada
masyarakat manakala menimbulkan konsentrasi pasar atau menimbulkan dominasi oleh
perusahaan hasil merger dalam industri tersebut. Disamping itu merger dan akuisisi yang
diikuti oleh rasionalisasi, demi alasan efisiensi perusahaan, sering memunculkan PHK
yang bisa menimbulkan masalah sosial dan ekonomi.
Jika masing masing direksi setuju, selanjutnya mereka membuat rencana merger
yang memuat tentang rancangan anggaran dasar perusahaan hasil merger atau perusahaan
yang diakuisisi, tata cara penyelesaian hak dan kewajiban pihak ketiga, tata cara konversi
saham atau metode pembayaran, penyelesaian pemegang saham yang menolak merger
atau akuisisi, dan estimasi lama proses merger atau akusisi. Selanjutnya masing masing
direksi membuat rencana rapat umum pemegang saham (RUPS) masing masing
perusahaan.
H. Klasifikasi Merger dan Akuisisi
Merger Horizontal
Meger horizontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang
bergerak dalam industri yang sama. Efek dari merger horizontal ini adalah
semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila hanya
terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa mengarah pada bentuk
oligopoli. Bahkan jika para oligopolis ini melakukan merger maka struktur pasar
akan mengarah pada monopoli.
Merger Vertikal
Merger Konglomerat
Tujuan merger ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk
masing masing perusahaan. Merger eksistensi pasar sering dilakukan oleh
perusahaan perusahaan lintas negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi
pasar.
Merger eksistensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua perusahaan
untuk memperluas lini produk masing masing perusahaan. Setelah merger
perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis produk dan lini produk
sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas.
Kas
Penggunaan kas sebagai alat pembayaran adalah yang paling sering dilakukan
dan paling disukai baik oleh pengakuisisi ataupun yang diakuisisi. Pembayaran
secara tunai ini dilakukan ketika perusahaan memiliki uang tunai yang cukup
besar dan uang tersebut telah direncanakan untuk mendanai transaksi.
Hutang
Saham
Rasio pertukaran antar saham tersebut didasarkan pada harga masing masing
saham berdasarkan kesepakatan kedua pihak.
Terkena Pajak
Merger berbalikan adalah merger dimana pemilik saham hasil merger adalah
pemilik saham perusahaan yang dimerger. Dalam merger ini terjadi
perubahan kepemilikan perusahaan hasil merger tersebut.
Bebas Pajak
- Reorganisasi Tipe B
Variasi lain dari Reorganisasi Tipe B adalah merger melalui perusahaan anak
dan dinamakan pula merger segitiga bebas pajak. Pemilik perusahaan target
menyerahkan sahamnya kepada perusahaan anak yang akan menerima
penggabungan.
- Reorganisasi Tipe C
- Reorganisasi Tipe D
Akuisisi Saham
Akuisisi Aset
Jika pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini
dinamakan akuisisi parsial. Akuisisi aset dilakukan apabila pihak pengakuisisi
tidak ingin terbebani hutang yang ditanggung oleh perusahaan target.
5. Berdasarkan Perlakuan Akuntansi
Metode Pembelian
Metode Penyatuan
I. Konsep Nilai
1. Nilai Intrinsik
Nilai intrinsik adalah nilai dasar atau nilai senyatanya dari perusahaan kerika
perusahaan belum diakuisisi atau ketika masih berdiri secara terpisah (stand-alone)
dibawah manajemen lama.
2. Nilai Pasar
Bagi perusahaan yang mencatatkan sehamnya di pasar modal, nilai ini dicerminkan
oleh harga pasar saham, sedangkan bagi perusahaan yang belum go publik nilai pasar
bisa ditetapkan dari harga pasar aset aset yang dimiliki. Nilai pasar dinamakan juga
nilai kapitalisasi pasar, yaitu harga pasar saham per lembar dikalikan dengan jumlah
lembar saham yang beredar di pasar.
4. Nilai Sinergi
Sinergi adalah nilai lebih yang dihasilkan sebagai efek dari penggabungan perusahaan
diatas penjumlahan nilai masing masing perusahaan seandainya tidak digabung.
5. Nilai Gap
Nilai gap atau nilai kesenjangan adalah perbedaan antara nilai intrinsik dengan harga
beli. Semakin tinggi nilai gap berarti semakin besar premium yang dibayarkan kepada
pemegang saham target.
Semakin besar premium berarti semakin berat bagi pengakuisisi untuk menutup
premium tersebut. Implikasinya adalah sinergi yang tercipta harus lebih besar dari
premium agar bisa menghasilkan Net Present Value (NPV) yang positif.
J. Motif Ekonomi
7. Mengurangi persaingan.
K. Motif Sinergi
Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari dua kekuatan atau
lebih elemen elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan
aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan
aktivitas aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri sendiri. Senergi harus
dipahami dalam konteks bahwa hasil riil atau manfaat ekstra tersebut harus jelas dan
terukur. Pemahaman tentang sinergi harus dikaitkan dengan besarnya premium yang
dibayarkan oleh perusahaan. Secara kuantitatif merger dan akuisisi akan dinilai berhasil
apabila nilai sinergi lebih besar dibandingkan dengan premium sehingga memberikan Net
Present Value (NPV) yang positif. Berikut ini disajikan bentuk bentuk sinergi.
1. Sinergi operasi
2. Sinergi finansial
3. Sinergi manajerial
4. Sinergi teknologi
5. Sinergi pemasaran
Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan
terbukanya pemasaran produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan
semakin banyaknya konsumen yang bisa dijangkau.
L. Motif Non-Ekonomi
Hubris Hypothesis yang menyatakan bahwa merger dan akuisisi semata mata didorong
oleh motif ketamakan dan kepentingan pribadi para eksekutif. Alasannya adalah
mereka menginginkan perusahaan yang lebih besar. Jika hubris hypothesis ini melandasi
merger dan akuisisi, maka hal hal berikut seharusnya terjadi :
1. Harga saham pengakuisisi seharusnya turun setelah pasar mengetahui adanya rencana
untuk mengakuisisi. Hal ini karena akuisisi bukan merupakan keinginan terbaik dari
pemegang saham dan bukan merupakan sebuah alokasi yang efisisen dari kekayaan
mereka.
2. Harga saham perusahaan target seharunya meningkat dengan adanya tawaran itu. Hal
ini karena pengakuisisi bersedia membayar premium.
3. Kombinasi dari efek peningkatan nilai perusahaan target dengan penurunan nilai dari
perusahaan pengakuisisi seharusnya negatif. Hal ini karena terjadinya tambahan biaya
biaya yang besar selama proses merger dan akuisisi.
M. Motif Defensif
Manajemen dan pemegang saham adalah dua pihak yang berkepentingan apabila terjadi
pengambilalihan perusahaan. Alasan mengapa perusahaan melakukan taktik difensif
adalah :
2. Keinginan pemegang saham untuk meningkatkan posisi tawar mereka atau untuk
mempertahankan kepemilikan pada perusahaan.
N. Teknik Difensif
Teknik difensif adalah cara yang digunakan untuk menghambat atau menggagalkan
akuisisi. Taktik difensif yang bersifat aktif antara lain adalah :
Taktik ini bisa dilakukan dengan cara mengubah atau mengamandemen angggaran
dasar dan Anggaran Rumah Tangga perusahaan (shark repellent) sedemikian rupa
sehingga sulit bagi perusahaan lain untuk melakukan akuisisi.
4. Golden Parachut
Istilah yang digunakan untuk suatu perjanjian antara pengakuisisi dan manajemen
perusahaan target bahwa jajaran manajemen perusahaan target meminta jaminan
kompensasi yang sangat besar dan benefits lain dari pengakuisisian atas kehilangan
posisi mereka.
5. Dual-Class Share
6. Supermajority Amandment
Melalui anggaran dasar perusahaan, merger atau akuisisi hanay bisa disetujui oleh
sejumlah suara tertentu pemegang saham.
8. Pack-Man Defense
Crown jewels digunakan untuk istilah aset aset utama perusahaan. Taktik yang
dilakukan dengan menjual aset aset utama perusahaan target ketika tejadi ancaman
akuisisi.
Perusahaan target memberi hak kepada pemegang sahamnya untuk membeli kembali
saham yang akan telah diakuisisi dengan harga yang murah atau hak untuk menukar
saham dengan rasio yang menguntungkan.
Leverage buyout (LBO) dan management buyout (MBO) juga merupakan taktik
untuk menghambat takeover. Perusahaan yang melakukan LBO atau MBO ini
biasanya diikuti dengan going private, yang selanjutnya kemungkinan untuk
diakuisisi oleh perusahaan lain melalui tender offer sangat kecil karena mayoritas
sahamnya hanya dimiliki oleh pihak tertentu seperti manajemen.
Pengakuisisi harus tunduk pada ketentuan atau perjanjian dengan perusahaan target,
misalnya (1) pengakuisisi tidak boleh mengurangi jumlah karyawan target, (2)
pengakuisisi tetap memperhatikan manajemen target, (3) pengakuisisi tidak menjual
aset aset strategik target pasca-akuisisi, (4) pengakuisisi tetap memberi keleluasaan
manajemen target untuk mengambil keputusan secara independen.
Taktik ini boleh dikatakan paling sederhana karena pemegang saham target sekedar
menolak tawaran akuisisi.
18. Litigation
O. Spin-Off
Spin-off adalah pemisahan unit bisnis, divisi atau perusahaan anak dari perusahaan induk
sehingga tercipta entitas bisnis yang baru dan independen. Spin-off digunakan (1) untuk
membatalkan merger atau akuisisi yang ternyata, setelah berjalan sekian waktu,
mengalami kegagalan dan (2) untuk mengatasi diversifikasi yang berlebihan.
P. Split-Off
Split-Off terjadi apabila sekelompok pemegang saham induk menerima saham perusahaan
anak dan pada saat yang sama mereka harus melepaskan saham perusahaan induk yang
mereka miliki.
Q. Split-Up
Split-Up adalah serangkaian spin-off melalui pemecahan perusahaan sedemikian rupa sehingga
terciptalah perusahaan perusahaan baru dan tidak ada lagi eksistensi perusahaan yang dipecah
tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
Berikut ini adalah analisa data laporan keuangan terkait dengan akuisisi yang dilakukan oleh PT.
Elang Mahkota Teknologi, Tbk terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. yang telah dilakukan
pada 13 Juli 2011 yang lalu.
31 Desember 31 Desember
2010 2011
LIQUIDITY RATIO
Current Ratio 1,340 0,619
Aset Lancar : Kewajiban Lancar
DEBT RATIOS
Debt Ratio 0,679 0,848
Jumlah Liabilitas : Jumlah Aset
PROFITABILITY RATIOS
Gross Profit Margin 0,468 0,274
Laba Kotor : Pendapatan
MARKET RATIOS
LIQUIDITY RATIO
Current Ratio 4,417 1,424
Aset Lancar : Kewajiban Lancar
DEBT RATIOS
Debt Ratio 0,271 0,331
Jumlah Liabilitas : Jumlah Aset
PROFITABILITY RATIOS
Gross Profit Margin 2,644 1,696
Laba Kotor : Pendapatan
MARKET RATIOS
PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. telah melakukan akuisisi horizontal dimana
perusahaan ini bergerak dalam bidang lembaga penyiaran swasta (LPS) mengakuisisi PT.
Indosiar Karya Media, Tbk. yang juga berada dalam bidang yang sama. Akuisisi yang dilakukan
oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. merupakan akuisisi yang terkena pajak dikarenakan
menggunakan sebagian kasnya. Hal ini terbukti dengan jumlah beban pajak yang meningkat
pada tahun 2011 akuisisi. Akuisisi yang dilakukan juga tergolong akuisisi saham, karena
penguasaan sebesar 72,76% atas saham PT. Indosiar Karya Media, Tbk.
Setelah dilakukannya akuisisi oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. terhadap PT.
Indosiar Karya Media, Tbk. dengan landasan data laporan keuangan pada periode sebelum dan
sesudah akuisisi, yaitu pada tahun 2010 dan 2011 ditemukan hal hal yang tidak seharusnya
terjadi. Hal ini adalah menurunnya kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk. dimana nampak dari
kemampuan untuk menghasilkan keuntungan yang semakin menurun.
Kemampuan untuk menghasilkan keuntungan tersebut terlihat dari Gross Profit Margin
yang menurun dari 0,468 menjadi 0,274, Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Earnings
Per Share, Return on Total Assets (ROA/ROI), dan Return on Common Equity (ROE) yang turun
sangat drastis dimana sebelum diakuisisi berada pada kondisi yang positif. Namun, setelah
dilakukan akuisisi berada pada kondisi yang negatif. Harga saham PT. Indosiar Karya Media,
Tbk. mengalami fluktuasi setelah terjadinya akuisisi. Fluktuasi harga saham tersebut terjadi
dengan meningkatnya harga saham setelah akuisisi hingga akhir Juli 2013 dan pada pertengahan
Agustus 2013 mencapai harga terendah setelah akuisisi.
PT. Elang Media Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan yang melakukan akuisisi terhadap
PT. Indosiar Karya Media, Tbk. ternyata mengalami penurunan dalam hal rasio likuiditas dan
kemampuan menghasilkan keuntungan (laba) kotor, dimana rasio likuiditas menurun sangat
signifikan dan kemampuan menghasilkan keuntungan (laba) kotornya menurun tidak terlalu
signifikan. Rasio hutang juga meningkat, namun tidak signifikan. Upaya mengakuisisi PT.
Indosiar Karya Media, Tbk. pembiayaannya dilakukan dengan penggadaian saham sebesar 1,6
miliar saham anak usahanya, PT. Surya Citra Media, Tbk. (SCMA) kepada Standard Charter
Bank dan Citibank N.A . senilai Rp. 1,5 triliun. Dapat dikatakan bahwa upaya akuisisi ini
dilakukan melalui cara kombinasi antara kas, hutang, dan saham kepada bank dengan sistem
gadai atau jaminan dengan persentase penggunaan hutang yang terbanyak. Return on Total
Assets (ROA/ROI) dan Return on Common Equity (ROE) milik PT. Elang Mahkota Teknologi,
Tbk. mengalami penurunan yang cukup besar.
Penyebab menurunnya kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk. adalah jumlah beban yang
meningkat tajam antara tahun 2010 dengan tahun 2011. Peningkatan beban ini dapat diakibatkan
karena perusahaan pengakuisisi melimpahkan beban usahanya kepada perusahaan yang
diakuisisi dimana jumlah peningkatan beban jauh lebih besar dibandingkan jumlah peningkatan
pendapatan.
Di lain sisi, PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan yang melakukan akuisisi
mengalami peningkatan dalam jumlah aset sebagai akibat adanya tambahan kepemilikan aset
aset baru yang berasal dari perusahaan yang diakuisisi.
Akuisisi yang dilakukan oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. terhadap PT. Indosiar
Karya Media, Tbk. tidak menghasilkan sinergi. Hal ini dikarenakan tidak terjadi prinsip sinergi
dimana seharusnya perusahaan yang melakukan akuisisi dan perusahaan yang diakuisisi dapat
meningkatkan kinerja perusahaannya. Jelas nampak bahwa PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk.
sebagai perusahaan pengakuisisi dapat lebih unggul dibandingkan PT. Indosiar Karya Media,
Tbk. Perusahaan yang dapat meningkatkan kinerjanya nampak dari analisa rasio keuangan yang
menjadi semakin baik setelah dilaksanakan akuisisi. Banyak faktor yang menjadi alasan suatu
perusahaan mengakuisisi perusahaan lain, namun seharusnya tujuan yang hendak dicapai adalah
sama antar kedua perusahaan yaitu untuk meningkatkan dan memaksimalkan kinerja kedua
perusahaan tersebut.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan dari makalah ini, ternyata teori yang ada itu tidak selalu sesuai dengan apa
yang sesungguhnya terjadi. Pada teori yang sebenarnya, seharusnya setelah perusahaan
melakukan akuisisi. Perusahaan tersebut dapat meningkatkan kinerja kedua perusahaan yang
dapat diukur dari laba yang diperoleh. Selain itu juga dapat dikatakan terjadi sinergi setelah
melakukan akuisisi. Sedangkan pada kenyataannya telah ditemukan hal-hal yang tidak
seharusnya terjadi.
Hal yang demikian terlihat dari kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk yang mengalami
penurunan setelah melakukan akuisisi. Kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk semakin
memburuk yang nampak dari Earning Per Share yang menjadi negatif.
Penyebab menurunnya kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk. adalah jumlah beban yang
meningkat tajam antara tahun 2010 dengan tahun 2011. Peningkatan beban ini dapat diakibatkan
karena perusahaan pengakuisisi melimpahkan beban usahanya kepada perusahaan yang
diakuisisi, dimana jumlah peningkatan beban jauh lebih besar dibandingkan jumlah peningkatan
pendapatannya.
Sedangkan PT. Elang Media Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan yang melakukan
akuisisi terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. ternyata juga tidak memperoleh keuntungan
positif setelah mengakuisisi. PT. Elang Media Teknologi, Tbk. justru mengalami penurunan
dalam hal rasio likuiditas dan kemampuan menghasilkan keuntungan (laba) kotor.
Tidak hanya merugi dalam hal itu saja, akuisisi yang dilakukan oleh PT. Elang Mahkota
Teknologi, Tbk. terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. juga tidak menghasilkan sinergi. Ada
pihak yang lebih unggul, yaitu perusahaan pengakuisisi Hal ini terjadi karena setelah melakukan
akuisisi, kinerja yang diperoleh oleh kedua perusahaan itu tidak sesuai dengan prinsip sinergi
yang ada. Dimana seharusnya tujuan yang akan dicapai bersama antar kedua perusahaan adalah
untuk menghasilkan sinergi, meningkatkan dan memaksimalkan kinerja kedua perusahaan
tersebut. Kejadian seperti ini seharusnya dapat dihindarkan, dimana sebenarnya perusahaan yang
mengakuisisi dan diakuisisi dapat bekerjasama dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Moin, Abdul. 2003. Merger, Akuisisi dan Divestasi. Yogyakarta: Ekonisia FE-UI
(http://economy.okezone.com/read/2011/12/06/278/538598/tak-ada-ruginya-akuisisi-
indosiar, diakses tanggal 2 Desember 2013)
Saputra, Ari. 2011. Beli Indosiar Rp 2,03 Triliun, Emtek Gadaikan Saham SCTV.
(http://finance.detik.com/read/2011/04/05/135425/1608938/6/3/beli-indosiar-rp-203-
triliun-emtek-gadaikan-saham-sctv, diakses tanggal 19 Desember 2013)
Triyatna, Stefanus Osa. 2011. KPPU: Akuisisi Indosiar Tidak Melanggar Undang-undang.
(http://health.kompas.com/read/2011/12/21/18210318/KPPU.Akuisisi.Indosiar.Tidak.Mel
anggar.Undang-undang, diakses tanggal 19 Desember 2013)
Purwantono, Suherman dan Surja, Sinarta. 2012. PT. Indosiar Karya Media Tbk dan Entitas
Anak / and Subsidiaries.
(http://static.indosiar.com/pdf/investor/audit_report_indo.pdf, diakses tanggal 2
Desember 2013)
Purwantono, Suherman dan Surja, Sinarta. 2012. PT. Indosiar Karya Media Tbk dan entitas
anak / and subsidiaries.
(http://www.emtek.co.id/Downloads/LaporanTriwulan/Laporan-Keuangan-
Konsolidasi-per-31-Desember-2011.aspx, diakses tanggal 2 Desember 2013)
ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas Rp30.856.834.740 Rp158.057.366.512
Piutang usaha
Pihak ketiga Rp175.176.045.738 Rp275.009.217.466
Pihak - pihak berelasi - Rp209.000.000
Piutang lain - lain pihak ketiga Rp706.253.913 Rp1.158.653.090
Persediaan Rp202.922.413.108 Rp26.526.855.644
Pajak dibayar di muka Rp1.500.000 Rp64.465.963
Uang muka pembelian film dan uang muka lain - lain Rp8.189.721.862 Rp5.096.546.848
Biaya dibayar di muka Rp11.877.206.032 Rp2.858.024.202
Jumlah Aset Lancar Rp429.729.975.393 Rp468.980.129.725
EKUITAS
Ekuitas yang Dapat Diatribusikan
Kepada Pemilik Entitas Induk
Modal saham Rp506.403.454.750 Rp506.403.454.750
Tambahan modal disetor - neto Rp201.252.710.784 Rp201.252.710.784
Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali Rp67.387.705.202 -
Opsi pemilikan saham karyawan Rp8.496.265.438 -
Saldo laba (defisit)
Telah ditentukan penggunaannya Rp5.000.000.000 Rp5.000.000.000
Belum ditentukan penggunaannya (Rp489.885.073.622) (Rp586.729.591.137)
Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp298.655.062.552 Rp125.926.574.397
Kepentingan Nonpengendali Rp10.227.268.029 Rp10.213.679.611
BEBAN PAJAK
Tangguhan (Rp36.877.201.013) (Rp81.478.292.093)
EKUITAS
Ekuitas yang Dapat Diatribusikan
Kepada Pemilik Entitas Induk
Modal saham Rp1.025.460.444 Rp1.128.006.488
Tambahan modal disetor - neto Rp1.317.355.320 Rp2.037.216.943
Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali Rp31.340.248 Rp31.340.120
Transaksi dengan pihak non-pengendali Rp83.575.582 Rp76.341.604
Uang muka pemesanan saham - -
Saldo laba
Telah ditentukan penggunaannya Rp2.000.000 Rp4.000.000
Belum ditentukan penggunaannya Rp432.561.848 Rp1.041.154.646
Pendapatan komprehensif lain
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan Rp305.048 -
Sub-total Rp2.892.598.490 Rp4.318.059.801
Kepentingan non-pengendali Rp230.950.000 Rp455.143.106
JUMLAH 28532,96
RERATA 750,87
PT. ELANG MAHKOTA TEKNOLOGI, TBK.
EMTK.JK HISTORICAL PRICE 2011
JUMLAH 93008,97
RERATA 1823,71
PT. INDOSIAR KARYA MEDIA, TBK.
IDKM .JK HISTORICAL PRICE 2010
JUMLAH 677,64
RERATA 13,29
PT. INDOSIAR KARYA MEDIA, TBK.
IDKM.JK HISTORICAL PRICE 2011
JUMLAH 2702,60
RERATA 52,99
"Tak Ada Ruginya Akuisisi Indosiar"
Selasa, 06 Desember 2011 12:34 wib
Yuni Astutik - Okezone
JAKARTA - PT Elang Mahkota Teknologi (EMTEK) Tbk mengaku tidak merugi, setelah
perusahaan melakukan akuisisi PT Indosiar Karya Media Tbk (IDKM) beberapa waktu lalu.
Indosiar memang telah merugi sebelum diakuisisi.
"Belum menemukan kerugian dari adanya akuisisi antara EMTEK dan Indosiar," ungkap
Direktur Utama EMTEK, Susanto Suwarto saat Paparan Publik di SCTV Tower, Jakarta, Selasa
(6/12/2011).
Dia mengatakan, sebelum Indosiar bergabung dengan EMTEK, neraca perusahaan memang telah
merugi. Namun, Susanto meyakini, kinerja perusahaan semakin membaik seiring dengan akuisisi
yang dilakukan.
"Waktu mereka (Indosiar) sebelum masuk, itu rugi, saya lupa angkanya. Tapi sekarang pasti dan
sudah baik. Karena kita betulin kinerjanya," tuturnya.
Menurutnya, dari lima hingga enam tahun yang lalu, Indosiar pernah mengalami masa kejayaan
menjadi televisi yang paling banyak diminati karena programnya.
Dengan adanya kejadian tersebut, perusahaan yakin Indosiar masih memiliki prospek yang bagus
ke depannya, meskipun saat ini kondisinya sudah berubah. "Dulu siapa yang nggak nonton
Indosiar. Kita berani akuisis Indosiar karena pertumbuhannya yang signifikan," tandasnya.
Sebagai informasi, EMTEK telah menyelesaikan akuisi dan penawaran umum wajib tender atas
88,77 persen saham Indosiar pada 13 Juli lalu. Sebelumnya, proses akuisis ini sempat menuai
sejumah dugaan adanya monopoli usaha.
Namun pada akhir November lalu, Komite Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU) telah
memberikan pendapat bahwa tidak ada godaan praktik monopoli yang tidak sehat dari akuisisi
tersebut. (mrt) (rhs)
Beli Indosiar Rp 2,03 Triliun, Emtek Gadaikan Saham SCTV
Ari Saputra - detikfinance
Selasa, 05/04/2011 14:02 WIB
Jakarta -PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) berniat untuk melakukan gadai saham PT
Surya Citra Media Tbk (SCMA) dan meningkatkan modal tanpa hak memesan efek terlebih
dahulu (HMETD) aliasprivate placement untuk rencana akuisisi PT Indosiar Karya Media Tbk
(IDKM).
Seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (5/4/2011), dana hasil gadai saham dan private
placement itu akan digunakan EMTK untuk membiayai penawaran tender (tender offer) saham
IDKM di kisaran harga Rp 900-1.040 per lembar.
Tender offer ini akan dilakukan usai pembelian 551.708.684 (27,24%) saham IDKM dari PT
Prima Visualindo (PV) senilai Rp 496,5 miliar. Sementara tender offer dilakukan atas 1,473
miliar (72,76%) dari total saham IDKM.
Nilai penawaran tender ini sebanyak Rp 1,53 triliun. Dengan demikian, nilai seluruh transaksi
akuisisi IDKM dari PV dan tender offer ini jumlahnya mencapai Rp 2,03 triliun.
Pembelian saham PV ini perseroan akan menggunakan dana internal, sementara untuk saham
penawaran tender, dananya dari pinjaman lembaga keuangan.
Dalam rangka mencari pinjaman untuk biayai penawaran tender itu, induk Grup SCTV itu akan
menandatangani perjanjian gadai saham. Saham yang akan digadaikan adalah SCMA.
Atas penggadaian itu, EMTK akan mengantongi dana sebanyak Rp 866,3 miliar. Perseroan juga
akan melakukan transaksi peningkatan modal yang ditempatkan di EMTK tanpa HMETD
EMTK berniat menerbitkan saham sebanyak 512,730 juta (10%) saham perseroan. Dengan total
target dana Rp 666,6 miliar, maka harga saham baru itu per lembarnya sebesar Rp 1.300 per
lembar.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) enggan disebut loyo dan mundur teratur bila menghadapi
raksasa media. Menurut Ketua KPI Dadang Hidayat, sejauh ini sikap KPI selalu tegas
menegakkan aturan penyiaran seperti rencana akuisisi Indosiar oleh pemilik SCTV yang
dianggap pelanggaran UU Penyiaran.
"Kami sangat tegas menentang akuisisi. Itu sangat jelas. Karena rencana ini berimplikasi
penguasaan opini. Kalau terjadi, ini efeknya sangat besar. Luar biasa penguasaan opini. Karena
bisa saja kalau berkolaborasi dengan kekuasaan, publik harus bersikap," kata Dadang Hidayat
menepis keraguan salah satu peserta seminar 'Tolak Monopoli TV Swasta' di Gedung Jakarta
Media Center (JMC), Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (5/3/2011).
Hanya saja, Dadang mengakui keputusan KPI tersebut masih menunggu keputusan pengadilan.
Sebab, selain isi siaran, keputusan KPI tersebut tidak mengikat.
"Apakah keputusan KPI tersebut bisa membatalkan akuisisi atau tidak, merubah atau tidak, itu
sebuah pertanyaan bagi kami. Kami menunggu pengadilan apakah keputusan kami dipakai atau
tidak," tandas Dadang.
Seirama dengan Dadang, Ketua Komite Advokasi untuk Independen Penyiaran Wirawan Adnan
juga menyatakan akuisisi jelas-jelas menyalahi aturan. Pada kesempatan serupa, pengacara
tersebut menyatakan rencana akuisisi melanggar UU Penyiaran. "Pasal 34 UU Penyiaran jelas
melarang pemindahtanganan frekuensi. Dari A ke B. Itu tidak ada penafsiran, tegas. Hitam-putih
jelas," kata Adnan.
"Kalau multitafsir itu kalau yang diambilalih hanya sahamnya saja. Dalam hukum pidana,
pembuktian tidak hanya persoalan formil tetapi materil. Ini sudah betul-betul pelanggaran.
Karena secara formal pengambilalihan saham, secara materil monopoli informasi," tandas
Adnan.
Pendapat berbeda dilontarkan anggota Dewan Pers, Leo Batubara. Menurutnya, akuisisi tersebut
tidak serta merta berujung monopoli.
Akan tetapi dapat menyelamatkan isi siaran yang makin berkurang kualitasnya karena kompetisi
tidak sehat.
"Diskusi ini seolah-olah kerjasama itu langsung dicap monopoli informasi. Diskusi para pakar ini
tidak berimbang. Seolah-olah wacananya sudah menuju monopoli. Di Jakarta ada 11 stasiun
televisi komersial. Jangan 11 ini dibiarkan sendirian untuk selera rendah, kompetisi tidak sehat
dan berdarah-darah," kritik Leo Batubara.
Saat ini proses akuisisi Indosiar masih dalam tahap proses di Bapepam. Namun wacana boleh
tidaknya televisi tersebut di beli oleh perusahaan pemilik SCTV masih terus berjalan. Untuk
dapat selesai proses tersebut, akuisisi perlu mendengar suara Kemenkominfo, KPPU dan KPI.
KPPU: Akuisisi Indosiar Tidak Melanggar Undang-undang
Penulis : Stefanus Osa Triyatna | Rabu, 21 Desember 2011 | 18:21 WIB
Pendapat KPPU yang ditandatangani Ketua KPPU Nawir Messi ini merupakan kesimpulan dua
rangkaian proses. Pertama, pemberitahuan (notifikasi) terhadap pihak yang mengakuisisi. Kedua,
penilaian komisi. Pemberitahuan (notifikasi) dilakukan PT Elang Mahkota Teknologi (EMTek)
kepada KPPU pada 20 Juni 2011 dan dinyatakan lengkap pada 20 Juli 2011.
Pada rentang 20 Juni 2011 hingga 20 Juli 2011, EMTek melengkapi dokumen yang diminta
Komisi melalui Surat Penetapan 48/KPPU/Pen/VII/2011 tanggal 20 Juli 2011. Dalam proses
penilaian yang berlangsung sejak 20 Juli 2011 hingga 24 November 2011, Komisi terlebih
dahulu melihat pasar bersangkutan dan konsentrasi pasar, serta checklist justifikasi.
Dalam konteks pasar bersangkutan, setelah melalui pengumpulan data, Komisi mengidentifikasi
pasar bersangkutan dari transaksi ini berdasarkan pasar produk dan pasar geografisnya, yaitu
pasar jasa penayangan program melalui televisi free to air yang diukur melalui pendapatan iklan,
dan akan dilakukan penilaian checklist justifikasi bilamana konsentrasi pasar yang ada sebelum
akuisisi adalah melebihi batas 1800 HHI (Hirschman-Herfindahl Index) dengan perubahan
konsentrasi melebihi 150.
HHI adalah standar konsentrasi pasar yang diperoleh dari jumlah atau gabungan dari kuadrat
pangsa pasar masing-masing kompetitior (pelaku usaha pada pasar bersangkutan) di mana dalam
konteks ini, konsentrasi pasar yang terhimpun dari 6 grup lembaga penyiaran swasta(LPS)
adalah 2.355,26 (pra-akuisisi).
Grup dimaksud meliputi RCTI, MNC TV, dan GLOBAL TV dimiliki oleh MNC Grup; TRANS
TV dan TRANS 7 dimiliki PARA Grup; AN TV dan TV ONE dimiliki BAKRIE Grup; SCTV
dimiliki EMTeK Grup; IVM dimiliki Salim Grup; dan Metro TV dimiliki Media Grup.
Sementara perubahan konsentrasi pra dan post akuisisi menunjukkan bahwa perubahan
konsentrasi pasar akibat dari akuisisi ini adalah 216,01 atau melebihi 150 poin yang diperoleh
dari perubahan konsentrasi praakuisisi sebesar 2.355,26 dan postakuisisi sebesar 2571,27.