Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori realisme hukum terkenal dengan kredonya bahwa The life of

the Law has not been logic: it has been experience. Dengan konsep

bahwa hukum bukan lagi sebatas logika tetapi experience. Maka hukum

tidak dilihat dari kacamata hukum itu sendiri mealinkan dilihat dan dinilai

dari tujuan social yang ingin dicapai serta akibat-akibat yang timbul dari

bekerjanya hukum.
Menurut Bernard L.T, teori teori yang berada dalam paying realism

hukum sesngguhnya berinduk pada empirisme. Ide-ide rasional menurut

empirisme bukanlah segalanya. Ia tidak bisa diandalkan sebagai sumber

kebenaran tunggal. Ide-ide itu perlu dipastikan kebenarannya dalam dunia

empiris. Dari situlah kebenaran sejati bisa terjadi.


Teori realisme hukum pada saat ini sudah menyebar keseluruh

Negara di dunia termasuk Indonesia.hal ini tentu saja mempengaruhi

kehidupan hukum yang ada di indonesia termasuk peraturan-peraturan

hukum yang dijalankan di Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik

untuk membahas bagaiman latar belakang lahirnya teori realisme hukum

dan konsepnya kedalam suatu makalah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman latar belakang lahirnya dan pengertian dari realisme

hukum?
2. Bagaimanakah konsep pemikiran realisme hukum?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lahirnya dan Pengertian Dari Realisme Hukum


Gerakan critical legal studies, yang semula merupakan keluh kesah

dari beberapa pemikir hukum di Amerika Serikat yang kritis, tanpa

disangka ternyata begitu cepat gerakan ini menemukan jati dirinya dan

telah menjadi suatu aliran ersendiri dalam teori hukum. Dan ternyata pula

bahwa gerakan ini berkembang begitu pesat ke berbagai Negara dengan

kritikan dan buah pikiran yang cukup segar dan elegan.


Sebagaimana biasanya suatu aliran realism hukum juga lahir

dilatarbelakangi oleh berbagai factor hukum dan nonhukum, yaitu factor-

faktor sebagai berikut:


1. Factor perkembangan dalam filsafat dan ilmu pengetahuan
2. Factor perkembangan social dan politik

Walaupun begitu, sebenarnya aliran pragmatism dari William

James dan John Dewey itu sendiri sanat berpengaruh terhadap ajaran

dari Roscoe Pound dan berpengaruh juga terhadap dari Oliver Wendell

Holmes meskipun tidak sekuat pengaruhya terhadap ajaran Roscoe

Pound.

Pengaruh dari aliran fragmatisme dalam filsafat sangat terasa

dalam aliran realism hukum. Sebagaimana diketahui bahwa kala itu

(abad ke 20), dalam dunia filsafat sangat berkembang ajaran pragmatism

ini antara lain yang diekmbangkan dan dianut oleh William James dan

John Dewey. Bahkan dapat dikatakan bahwa pragmatisme sebenarnya

merupakan landasan filsafat terhadap aliran realisme hukum. Dalam

tulisan-tulisan dari pada penganut dan inspirator aliran realisme hukum,

seperti tulisan dari Benjamin Cardozo atau Oliver Wendell Holmes,

sangat jelas kelihatan pengaruh dari ajaran pragmatism hukum ini.

Pendekatan pragmatis tidak percaya pada bekerjanya hukum

menurut ketentuan-ketentuan hukum di atas kertas. Hukum bekerja

mengikuti persitiwa-peristiwa konkret yang muncul. Oleh karena itu, dalil-

dalil hukum yang universal harus diganti dengan logika yang fleksibel dan

eksperimental sifatnya. Hukum pun tidak mungkin bekerja menurut

disiplinnya sendiri. Perlu ada pendekatan interdisipliner dengan


memanfaatkan ilmu-ilmu seperti ekonomi, sosilogi, kriminologi, dan

psikologi. Dengan penyelidikan terhadap faktor sosial berdasarkan

pendekatan tersebut dapat disinkronkan antara apa yang dikehendaki

hukum dan fakta fakta (realita) kehidupan sosial. Semua itu diarahkan

agar hukum dapat bekerja secara lebih efektif.. 1

Sebagaimana dikatakan oleh Oliver Wendell Holmes Jr., dugaan-

dugaan tentang apa yang diputuskan oleh pengadilan itulah yang disebut

dengan hukum. Pendapat Holmes ini menggambarkan secara tepat

pandangan realis Amerika yang pragmatis.

Realisme hukum amerika bersifat pragmatisme yang pemikir-

pemikirannya tidak member perhatian lagi pada masalah-masalah teoritis

tentang hukum dan tidak mengindahkan lagi aspek normative dari

hukum. Bagi mereka yang penting adalah yang diperlukan oleh hukum

secara actual misalnya orang-orang yang menjalankan hukum seperti

para hakim dan pegawai-pegawai pengadilan lainnya, merekalah yang

membuat hukum. Ilmu pengetahuan hukum haruslah berpedoman

kepada kelakuan hakim.2

Hubungan antara aliran realisme hukum dan aliran sosiologi

hukum sangatlah unik. Disatu pihak bebrapa pondasi dari aliran sosiologi

1
Darji Darmodiharjo dan Sidharta, 1995, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, Hal 136
2
Theo Huijbers, 1995, Filsafat Hukum Dalam lintasan Sejarah, Yogyakarta,
Penerbit Kanisius, Hal 174
hukum mempunyai kemiripan atau overlapping, tetapi di pihak lain dalam

beberapa hal, keduanya justrus saling bersebrangan. Roscoe Pound,

yang merupakanpenganut aliran sociological jurisprudence (hukum yang

baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup diantara

masyarakat). Aliran ini secara tegas memisahkan antara hukum positif

dengan (the positive law) dengan hukum yang hidup (the living law).

Bagaimanapun juga, hukum mengatur kepentingan

masyarakatnya. Karena itu tentu saja peranan hukum dalam masyarakat

yang teratur seharusnya cukup penting. Tidak bisa dibayangkan betapa

kacaunya masyarakat jika hukum tidak berperan. Masyakat tanpa hukum

akan merupakan segerombolan srigala, diman yang kuat akan

memangsa yang lemah, sebagaiman pernah disetir oleh ahli pikir

terkemuka, yaitu Thomas Hobbes beberapa ratus tahun yang silam.

Homo Homini Lupus. Dan yang kalah bersaing dan tidak bisa beradaptasi

dengan perkembangan alam akan tersisih dan dibiarkan tersisih,

sebagaimana disebut oleh Charles Darwin dalam teori seleksi alam

(natural Selection) dimana yang kuat akan menjadi survive. Oleh karena

itu intervensi hukum untuk mengatur kekuasaan dan masyarakat

merupakan condition sine qua no (syarat mutlak). Dalam hal ini, hukum

akan bertugas untuk mengatur dan membatasi bagaimana kekuasaan

manusia tersebut dijalankan sehingga tidak menggilas orang lain yang

tidak mempunyai kekuasaaan,


Dunia akan kacau balau seandainya hukum tidak ada, tidak

berfungsi atau kurang berfungsi. Ini adalah suatu kebenaran yang sudah

terbukti dan diakui bahkan sebelum manusia mengenal peradapan

sekalipun. Mengapa masyarakat Amerika Serikat sampai membenarkan

mengirimkan putra putra bangsanya untuk bergerilya dan

mempertahunkan nyawanya dihutan tropis dan rawa-rawa dalam perang

Vietnam pada awal decade 1960-an, mengapa keruskan lingkungan

terjadi dimana-mana. Dan yang lebih penting lagi, mengapa semua

maslah tersebut dan luluh lantak seperti itu terjadi pada abad ke 20 ini,

dimana ilmu pengetahuan dan teknologi sedang mengklaim dirinya

sedang berada dipuncak kemajuannya diatas menara gading itu. Semua

ini memperlihatkan secara jelas betapa ilmu hukum dan ilmu social dan

ilmu budaya sudah gagal dan lumpuh sehingga sudah tidak dapat

menjalankan fungsinya lagi sebagai pelindung dan pemanfaat terhadap

peradaban dan eksistemsi manusia di bumi ini.

Karena itu dalam bidang ilmu nonsains, bahkan juga kemudian

dalam ilmu sains itu sendiri, terdapat gejolak-gejolak dalam bentuk

pembangkangan yang semakin lama tensinya semain tinggi. Gejolak

tersebut yang kemudian mengkristal menjadi protes yang akhirnya

melahirkan aliran baru dengan cara pandang baru terhadap manusia,

dunia dan masyarakat dengan segala atributnya itu. Karena sains juga

mempunyai watak anarkis, maka pada awal mulanya setiap


pembangkangan dianggap sebagai konsekuensi dari perkembangan

sains sehingga pembangkangan tersebut dianggap wajar-wajar saja.

Dari kedua ide pakar realisme tersebut di atas, menimbulkan

pemikiran realis khusus di bidang hukum, yang pada dasarnya dapat

dibedakan antara realisme Amerika Serikat dan realisme Skandinavia.

Para yuris yang beraliran realis pada umumnya berpendapat bahwa

hukum yang sesungguhnya dibangun dari suatu studi tentang hukum

dalam pelaksanaannya (the law in action). Bagi penganut realisme

yuridis, law is as law does.3

Karakteristik dari pendekatan yang digunakan oleh kaum realis

yuridis terhadap masalah-masalah hukum, adalah:

1. Suatu investigasi ke dalam unsur-unsur khas yang terdapat dalam

kasus-kasus hukum;
2. Suatu kesadaran tentang faktor-faktor irasional dan tidak logis di

dalam proses lahirnya putusan pengadilan;


3. Suatu penilaian terhadap aturan-aturan hukum melalui evaluasi

terhadap konsekuensi penerapan aturan hukum itu;


4. Memperlihatkan hukum dalam kaitannya dengan faktor politik,

ekonomi, dan lain-lain.4

3
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, 2012, Filsafat, Teori dan Ilmu
Hukum (Pemikiran Menuju Masyarakay yang Berkeadilan dan Bemartabat, Jakarta,
Rajawali Pers, Hal 124
4
Ibid., Hal 125
Realisme hukum adalah aliran yang tidak menyetujui adanya

preseden (adanya ikatan antara putusan hakim dengan putusan hakim

sebelumnya dalam menangani maslah yang serupa). Tidak menggunakan

hukum secara formil, melainkan menggunakan prilaku pelaku social yang

nyata terjadi untuk menghakimi suatu kasus. Sehingga aliran ini secara

otomatis tidak mempercayai adanya kepastian hukum yang hanya

mementingkan seberapa prediktibelnya suatu hukum.

B. Konsep Pemikiran Realisme Hukum


Paham realisme hukum memandang hukum sebagaimana seorang

advokat memandang hukum. Bagi seorang advokat yang terpenting

dalam memandang hukum adalah bagaimana memprediksikan hasil dari

suatu proses hukum dan bagaimana masa depan dari kaidah hukum

tersebut. Karena itu agara dapat memprediksikan secara akurat atas hasil

dari suatu putusan hukum, seorang advokat haruslah juga

mempertimbangkan putuan-putusan hukum pada masa lalu untuk

kemudian memprediksi putusan pada masa yang akan datang.


Para penganut aliran critical legal studies telah pula bergerak lebih

jauh dari aliran realism hukum dengan mencoba menganalisisnya dari

segi teoretikal social terhadap politik hukum. Dalam hal ini yang

dilakukannya adalah dengan menganalisis peranan dari mitos hukum

yang netral yang melegitima setiap konsep hukum, dan dengan

menganalisis bagaimana system hukum mentranformasi fenomena social


yang sarat dengan unsure politik kedalam symbol-simbol oprasional yang

sudah dipolitisasi tersebut. Yang jelas, aliran critical legal studies dengan

tegas menolak upaya upaya dari ajaran realism hukum dalam hal upaya

realisme hukum untuk menformulasi kembali unsure netralitas dari system

hukum.
Seperti telah dijelaskan bahwa aliran realism hukum ini oleh para

pelopornya sendiri lebih suka dianggap sebagai hanya sebuah gerakan

sehingga mereka menyebutnya sebagai gerakan realism hukum. Nama

popular untuk aliran tersebut memang realism hukum meskipun terhadap

aliran ini pernah juga diajukan nama lain.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Realisme hukum adalah aliran yang tidak menyetujui adanya preseden

(adanya ikatan antara putusan hakim dengan putusan hakim

sebelumnya dalam menangani maslah yang serupa).


2. Paham realisme hukum memandang hukum sebagaimana seorang

advokat memandang hukum. Bagi seorang advokat yang terpenting

dalam memandang hukum adalah bagaimana memprediksikan hasil

dari suatu proses hukum dan bagaimana masa depan dari kaidah

hukum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Darmodiharjo, Darji dan Sidharta, 1995, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa

dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta, Gramedia

Pustaka Utama

Huijbers, Theo,1995, Filsafat Hukum Dalam lintasan Sejarah, Yogyakarta,

Penerbit Kanisius

Prasetyo, Teguh dan Abdul Halim Barkatullah, 2012, Filsafat, Teori dan Ilmu

Hukum (Pemikiran Menuju Masyarakay yang Berkeadilan dan

Bemartabat, Jakarta, Rajawali Pers


TUGAS MATA KULIAH TEORI HUKUM

REALISME HUKUM

Disusun Oleh

Nama : Ziko Erlangga

NPM : B2A012038

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BENGKULU

JANUARI 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan kesehatan dan kenikmatan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul Realisme Hukum ini dengan baik.

Penulis pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak terutama kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Teori Hukum

serta teman-teman yang telah membantu hingga terselasainya makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih

jauh dari sempurna. Kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat

membantu sangat penulis nantikan demi kesempurnaan dalam menyusun

makalah selanjutnya.

Bengkulu, Januari 2013


Penulis

Anda mungkin juga menyukai