Anda di halaman 1dari 22

Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

PENCEGAHAN PENCEMARAN TELUK KENDARI AKIBAT DARI


LIMBAH DOMESTIK

I. Pendahuluan.
Kota Kendari merupakan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan luas wilayah
daratan sebesar 295,89 Km2 . Secara Geografis Kota Kendari merupakan Kota Teluk,
dimana hampir seluruh kecamatan di Kota Kendari berbatasan dengan Teluk Kendari.
Kota Kendari terbentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
1995 yang disyahkan pada tanggal 3 Agustus 1995 dengan status Kotamadya Daerah
Tingkat II Kendari.
Wilayah Kota Kendari dengan ibukotanya Kendari dan sekaligus juga sebagai
Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara astronomis terletak di bagian selatan Garis
Katulistiwa, berada di antara 30 54` 30``- 40 3`11`` Lintang Selatan dan membentang
dari Barat ke Timur di antara 1220 23`-1220 39` Bujur Timur.

Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Kendari memiliki batas-batas:


Sebelah Utara : Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe
Sebelah Timur : Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan dan Laut
Banda
Sebelah Selatan : Kecamatan Konda dan Ranomeeto, Kabupaten Konawe
Selatan
Sebelah Barat : Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe Selatan

Kota Kendari terdiri dari 10 Kecamatan dan 64 Kelurahan. Kecamatan Abeli


merupakan kecamatan terluas dengan luas wilayah 49,61 km2 atau 16,77% dari total
luas wilayah Kota Kendari, sedangkan Kecamatan Kadia merupakan kecamatan terkecil
dengan luas wilayah 9,10 Km2 atau hanya 3,08% dari total luas Kota Kendari.
Kota Kendari merupakan perpaduan antara daerah perbukitan, datar dan pesisir
pantai dengan ketinggian antara 0472 m di atas permukaan laut (dpl). Pegunungan
Nipa-nipa dengan kemiringan lebih dari 40 % dan ketinggian tertinggi 472 mdpl serta
Teluk Kendari sebagai kawasan pesisir dengan kemiringan 0 3%, memberikan ciri
yang menonjol bagi wilayah Kota Kendari.
Berdasarkan faktor kemiringan lahan, wilayah Kota Kendari terbagi atas klasifikasi
kemiringan:
Kemiringan 0 3% mendominasi sebagian besar wilayah Kota Kendari mulai dari
Teluk Kendari. Klasifikasi kemiringan ini dominan di Kecamatan Baruga dan terkecil

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 1


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

di Kecamatan Kendari.
Kemiringan 3 15% adalah tahap kedua terluas di wilayah Kota Kendari, tersebar
merata di 3 (tiga) kecamatan yaitu Poasia, Baruga dan Mandonga serta sebagian
kecil Kec. Kendari.
Kemiringan 15 25% merupakan ketiga terluas di wilayah Kota Kendari,
penyebarannya sebagian besar di Kecamatan Kendari.
Kemiringan 25 40% penyebarannya terluas di Kecamatan Kendari, serta sekitar
pegunungan Nipa-Nipa.
Kemiringan > 40% penyebarannya hanya terdapat pegunungan Nipa-Nipa atau
kemiringan Poasia saja.
(Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Kendari. 2012)

Dilihat berdasarkan ketinggian, titik tertinggi di wilayah Kota Kendari berada di


Kecamatan Mandonga dengan ketinggian 30 meter diatas permukaan laut. Selanjutnya
wilayah Kecamatan Abeli dan Kendari Barat berada pada ketinggian 3 meter di atas
permukaan laut.
Dengan bentuk kota yang dikelilingi perbukitan dan langsung berhadapan dengan
teluk, menjadikan Teluk Kendari sebagai muara bagi 13 sungai di Kota Kendari.
Penelitian yang dilakukan oleh Noraduola (2009) terhadap permukiman di tepi
sungai-sungai tersebut, mengidentifikasikan bahwa terjadi penurunan kadar DO dan
kenaikan kadar COD pada kawasan sungai-sungai tersebut. Hal ini tidak terlepas dari
belum adanya fasilitas pengolahan limbah domestik di Kota Kendari, yang
mengakibatkan pembuangan limbah langsung ke badan air.
Pencemaran di Teluk Kendari akan bertambah parah seiring pertumbuhan ekonomi
dan pertambahan jumlah penduduk yang begitu signifikan. Jumlah penduduk Kota
Kendari berdasarkan data dari BPS Kota Kendari (2012), pada Tahun 2011 berjumlah
295.737 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,99% per tahun. Oleh
karena itu dibutuhkan upaya pengolahan air limbah domestik di Kota Kendari agar
kualitas badan air dan ekosistem Teluk Kendari dapat diselamatkan.
(Sumber : Ridwan Saleh. (2013). Kelayakan Penerapan Air Limbah Domestik Sistem Terpusat dan Lokasi
Lahan Basah Buatan Di Kota Kendari.)

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 2


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

II. Konsep Dasar Teori dan Konsep Kebijakan Spasial dan Pengolahan Sanitasi
Lingkungan.
2.1 Dasar Teori
Air Limbah Domestik adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah
tangga atau pemukiman termasuk di dalamnya air buangan yang berasal dari WC,
kamar mandi, tempat cuci, dan tempat memasak.
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112/2003, air limbah
yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman(real estate), rumah makan
(restauran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.

Air limbah domestik dapat bersumber dari permukiman (rumah tangga), daerah
komersial, perkantoran, fasilitas rekreasi, apartemen, asrama dan rumah makan.
Baku mutu effluent menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112/2003,
bahwa baku mutu untuk tiap parameter kadar maksimumnya adalah seperti
tercantum dalam table berikut ini :
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH 6 10
BOD Mg/L 100
TSS Mg/L 100
Lemak dan Minyak Mg/L 10

Secara prinsip air limbah domestik terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu air limbah
yang terdiri dari air buangan tubuh manusia yaitu tinja dan urine (black water) dan
air limbah yang berasal dari buangan dapur dan kamar mandi (gray water), yang
sebagian besar merupakan bahan organik ( Veenstra, 1995).

Debit air limbah yang dihasilkan akan sangat tergantung dengan jenis kegiatan dari
masing masing sumber air limbah, sehingga flutuasi harian akan sangat bervariasi
untuk masing masing kegiatan. Sedangkan flutuasi harian pada suatu kawasan
perumahan faktor yang mempengaruhi cukup komplek, mengingat aktivitas harian
pada suatu kawasan perumahan akan sangat tergantung pada sosialbudaya
maupun tingkat ekonomi dari penghuninya.

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 3


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

Kualitas Air Limbah Domestik


Kualitas suatu air limbah akan dapat terindikasi dari kualitas parameter kunci,
dimana konsentrasi parameter kunci tidak melebihi dari standard baku mutu yang
ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengingat air
limbah domestik kandungan terbesar adalah bahan organik, maka parameter kunci
yang umum digunakan adalah BOD, COD dan lemak/minyak. Berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik, maka parameter kunci untuk air limbah domestik adalah BOD,
TSS, pH serta Lemak & Minyak.

Air limbah memiliki karakteristik fisik (bau, warna, padatan, suhu, kekeruhan),
karakteristikkimia (organik, anorganik dan gas) dan karakteristik biologis
(mikroorganisme). Karakteristikair limbah beserta dampak masing-masing terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia seperti dijelaskan berikut ini :
a. Kekeruhan
Kekeruhan dapat disebabkan oleh hadirnya bahan-bahan organik dan
anorganik, misalnya lumpur. Dari segi estetika, kekeruhan dirasakan sangat
mengganggu. Selainitu kekeruhan juga merupakan indikator
adanya kemungkinan pencemaran.
b. Warna.
Sebagaimana halnya kekeruhan, warna yang hadir dalam air dengan intensitas
yangmelebihi batas, tidak bias diterima karena alasan estetika. Warna dapat
juga merupakanindicator pencemaran limbah industri. Hal ini dapat pula
dikaitkan dengan kesehatan manusia.
c. Bau dan Rasa
Penyebab bau dan rasa dapat berupa mikroorganisme seperti algae, oleh
adanya gasseperti H2S dsb. Dari segi estetika, air yang memiliki rasa dan bau
dipandang mengganggu.
d. Suhu dan residu
Suhu berpengaruh pada pemakaiannya, misalnya, air yang mempunyai suhu
0C tidakmungkin dapat diterima, begitu pula untuk suhu air yang terlalu tinggi.
Kadar residuyang tinggi dapat menyebabkan rasa tidak enak dan mengganggu
pencernaan manusia.
e. Derajat pH
Dalam pemakaian air minum, pH dibatasi dikarenakan mempengaruhi rasa,
korosifitas,dan efisiensi khlorinasi.

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 4


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

f. Kesadahan Ca dan Mg
Kesadahan berpengaruh pada pemakaian sabun, ketel pemanas air, ketel uap,
pipa air panas dalam sistem plambing dan sebagainya. Mg dapat bersifat toksi
memberikan efek demam metal, iritasi pada kulit akan susah sembuh, dan
lainnya.
g. Besi dan Mangan
Kehadiran Fe dan Mn dalam air dapat menimbulkan berbagai gangguan,
misalnya, rasadan bau logam, merangsang pertumbuhan bakteri besi, noda-
noda pada pakaian, efekracun pada tubuh manusia seperti susunan syaraf
pusat; koordinasi gerak otot;kerusakan sel hati; fibriosis; iritasi usus; kerusakan
sel usus.
h. Nitrogen
Nitrogen dalam air hadir dalam berbagai bentuk sesaui dengan tingkat oksidasin
yadiantaranya Nitrogen netral, amoniak, nitrit dan nitrat. Efek terhadap
kesehatan anatara lain: iritasi kulit, oedema paru-paru, kejang, pernapasan,
mengancam keseimbangan asam basa dalam darah, stimulasi susunan syaraf
pusat, kerusakan saluran pencernaan,dsb. Terhadap lingkungan kelebihan
nitrogen dapat menyebabkan eutrofikasi.
i. Bahan anorganik lain
Bahan anorganik dalam air dapat berupa Ag, AL. As, Ba, Br, Cd, Cl, Cr, Cu, F,
Hg, H2S, PO4, Pb, Se, Zn, dan lain-lain.
j. Zat Organik
Bahan organik yang berdampak bagi lingkungan.
k. Parameter Biologis
Jenis mikroorganisme yang dapat ditemukan dalam air diantaranya algae,
bacteria,
virus, jamur, protozoa, dll. Selain memiliki sifat pathogen parameter biologis juga
dapatmenyebabkan efek rasa, warnadan bau pada air. Sebagai indicator
keberadaanmikroorganisme pathogen, maka digunakan keberadaan bakteri coli
dalam air. Denganadanya bakteri coli, maka besar kemungkinan air telah
tercemar oleh bakteri lainnyayang juga bersifat pathogen.
l. Radioaktif
Efek yang dapat ditimbulkan oleh radioaktif dianataranya: kanker, leukemia,
mengurangi umur, dan dapat menyebabkan kematian. Selain itu radioaktif
merupakan unsur kimiayang memiliki paruh umur yang relative panjang.

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 5


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

Komposisi air limbah domestik hampir lebih dari 90% berisi air, sisanya adalah
kandungan pencemar.

Limbah Cair

Air (99,9%) Bahan Padat (99,9%)

Organik Anorganik

Protein (65%) Butiran

Karbohidrat (25%) Garam

Lemak (10%) Metal

Gambar Diagram Komposisi Air Limbah (Sumber : Sugiharto, 1987)

2.2 Konsep Kebijakan Spasial


Misi Sanitasi dalam Buku Putih Sanitasi Kota Kendari salah satunya adalah
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan air limbah melalui
pengembangan prasarana dan sarana air limbah untuk mencegah dan
menanggulangi pencemaran lingkungan hidup. Dalam hal ini adalah pencemaran
teluk kendari akibat karena limbah domestik.
Tahapan pengembangan sanitasi di kota Kendari bertujuan untuk mengidentifikasi
dan menetapkan sistem dan zona sanitasi sub sektor air limbah, persampahan, dan
drainase yang paling tepat dan sesuai untuk suatu wilayah. Sistem sanitasi
ditentukan berdasarkan pentahapan implementasi jangka pendek (1-2 tahun),
jangka menengah (5 tahun), dan jangka panjang (10-15 tahun), zona sanitasi
menjelaskan dimana sistem tersebut akan diterapakan dalam wilayah kota Kendari.
Pada Peta 1.2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kota Kendari
memperlihatkan zona pengembangan air limbah Kota Kendari yang terbagi atas 3
zona antara lain, Zona I yakni Penanganan air limbah dengan sistem Onsite
Komunal jangka menengah sistem terpusat, pada zona ini terdiri dari kelurahan
Kendari Caddi, Kasilampe, Lapulu, Tobuuha, dan lalolara. Zona II yakni zona
dengan penanganan sistem onsite individual, jangka menengah sistem terpusat,
pada zona ini terdiri dari kelurahan Mandonga, Korumba, Anggilowu, Kandai,
Kampung Salo, Watu-watu, Dapu-dapura, Lahundape, Bonggoeya, Mataiwoi,
Kadia, Bende, Pondambea, Wowawanggu dan Anaiwoi, sedangkan Kelurahan

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 6


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

lainnya termasuk dalam Zona III yakni zona dengan sistem setempat individual.
Serta Zona dengan penanganan khusus yakni wilayah dipengaruhi ROB dan CBD
(Central Business Center). (Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Kendar. (2012))
Sesuai dengan Memorandum Program Sanitasi Kota Kendari 2013, adapun Lokasi
Prioritas Program dan Kegiatan Air Limbah Permukiman periode 2014 2017.

Dalam makalah ini membahas tentang Pengolahan Limbah secara terpusat (offsite
system) pada kecamatan Kadia dan Mandonga. Pengolahan limbah secara terpusat
ini diprioritaskan pada Pengolahan Limbah dengan Teknologi Lahan Basah Buatan
(Constructed Wetland). Makalah ini mengacu pada studi sebelumnya yaitu
Kelayakan Penerapan Pengolahan Air Limbah Domestik Sistem Terpusat dan
Lokasi Lahan Basah Buatan di Kota Kendari Penentuan jenis pengolahan
limbah dan lokasi ini didasarkan atas parameter : kepadatan penduduk, air tanah
dangkal, kemiringan lereng, topografi dan sumber air bersih.
Kriteria untuk menentukan lokasi IPAL Domestik adalah sebagai berikut :
1. Kriteria Ekonomi
Wilayah pelayanan tidak lebih dari 8 Km jaraknya dari lokasi constructed
wetland dan berada pada ketinggian kurang dari 15 m untuk memudahkan
dalam mengalirkan air limbah secara gravitasi (Pedrero et al, 2011).
2. Kriteria Lingkungan
Terdapat 2 variabel dalam kriteria lingkungan, yaitu: jarak dari sumber air bersih
(waduk, sungai, sumur), dan jarak dari pusat kota. Lokasi pengolahan air limbah
paling kurang berjarak sekitar 200 m dari pusat kota dan kawasan wisata untuk
menghindari kontak langsung dari air limbah dengan penduduk dan ternak, dan
100 m dari sumur dan badan air untuk menghindari kontaminasi sumber air dari
infiltrasi air limbah (Pedrero et al, 2011).
3. Kriteria Teknis
Berikut ini beberapa variabel dalam kriteria teknis lokasi IPAL Domestik. Tata
guna lahan: lokasi IPAL mengacu pada Peta Tata Guna Lahan RTRW Kota
Kendari, untuk menentukan lokasi potensial penempatan IPAL Domestik.
Daerah dengan peruntukan rawa, mangrove, tambak, dan lahan basah lainnya
merupakan daerah yang sesuai untuk lokasi IPAL Domestik.
Kemiringan Lereng
menurut Gemitzi et al (2007) untuk menghasilkan sistem operasi pengolahan
limbah yang efektif, area IPAL harus terletak pada topografi yang rata/halus
dengan nilai kemiringan maksimum yang dibolehkan yaitu kemiringan 5%.
Tingginya lereng dapat menyebabkan air limpasan, erosi tanah, dan juga

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 7


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

ketidakstabilan tanah, yang dapat berisiko terhadap keselamatan konstruksi


IPAL dan meningkatkan biaya perawatan (EPA dalam Pedrero et al, 2011).

Jalan
Jalan akses ke lokasi memungkinkan untuk pemeliharaan dan
pengoperasian IPAL Domestik. Oleh karena itu, berdasarkan studi yang
telah dilakukan sebelumnya calon lokasi yang berjarak lebih dari 500 m dari
jalan dianggap tidak sesuai (Ribeiro et al dalam Pedrero et al, 2011).

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 8


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

Peta 1.1 Administrasi Kota Kendari


12230' BT 12235' BT

355' LS
355' LS

PEMERINTAH DAERAH
KOTA KENDARI

BUKU PUTIH SANITASI


LA B I B IA

#
POKJA SANITASI DAN AIR MINUM
KOTA KENDARI
#
2 0 1 2
LA L O D A T I
KEC. MANDONGA
W A W O M B A LA T A PETA 2.1
#
ADMINISTRASI KOTA KENDARI
Y
#
# KEC. KENDARI BARAT
AL O L AM A
Keterangan :
# P U R IR A N O

A N G G IL O W U KE M AR A Y A
KEC. KENDARI
#
[
% Kantor Gubernur Batas Kota

PUNGGALOBA
M A TA
KEC. PUUWATU

BENU-BENUA
TIP U L U Batas Kecamatan
W A T U -W A T U
\
& Kantor W alikota

SODOHOA
TO B U U H A #
M A NG G A D UA
#
# #
G UN UN G J AT I
# Y
# Kantor Kecamatan Batas Lurah
#
PUN G G O L AK A #
Y
# Jalan

SANUA
#
W AT U L O ND O
#
#
M A ND O NG A
LA H U N D A P E
# # #
K A M P U N G S A LO
# Kantor Lurah
#
Y
# # J#A T I M E K A R

DAPU-DAPURA
# #
Laut Garis Pantai
#

\
& Y
#
KA ND A I #

KE
#
KO R UM BA

ND
K A S IL A M P E

AR
P UU W A T U # #

IC
Kecamatan Abeli

AD
P O ND A M B E A
#

DI
KEC. KADIA
Y
# #
# B U N G K U TO K O Kecamatan Baruga
#
LA P U LU #
KA DI A
BE N D E
P O A S IA #
Kecamatan Kadia
P UD A Y TA L IA
#
W UA -W U A
#
Kecamatan Kam bu
#
M A TA IW O I #
A#
B E L I D AL A M # Y
# Kecamatan Kendari
OI

#
AIW

# LA L
# O LA R A #
W O W A W A NG G U
Kecamatan Kendari B arat
AN

#
AB E L I AN G G AL O M E L AI

4 LS
4 LS

KEC. WUA-WUA Kecamatan M andonga


#
P E T O AH A NA M B O

Y
# Kecamatan Poasia
KEC. POASIA
#
#
BO N G G O E Y A
#
Y
#
#
Kecamatan Puuwatu
AN AW AI
#
# #
KEC. ABELI S AM BU L I

KA M B U
# #
TO N D O N G G E U
Kecamatan W ua-W ua
TO B IM E IT A
#
B E N U A N IR A E
#
# Y
# M O K O AU
W UN D UD O P I P A D A LE U AN DU O N UH U
#

[
%

MA
TA
W AT U BA N G G A

BU
BU
#

AN
#

GG
RA
HA

OE
LE P O -L E P O
ND

YA
Y
#
OU

KEC. KAMBU
NA

#
N

KEC. BARUGA

BA RU G A

1 0 1 2 3 4 km

Skala 1 : 85.000

Sumber :
Lokasi Perencanaan 1. Citra Ikonos Kota Kendari Tahun 2010.
2. Peta Rupabumi Kota Kendari Skala 1 : 25.000
3. RTRW Kota Kendari Tahun 2010.
4. RP4D Kota Kendari Tahun 2011.
5. Hasil Survey Lapangan Tahun 2012.

45' LS
45' LS

INSET PETA

12230' BT 12235' BT

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 9


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

Peta 1.2 Tahapan Pengembangan Air Limbah

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 10


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

Peta 1.3 Lokasi Prioritas Program dan Kegiatan Air Limbah Permukiman Kota Kendari Periode 2014 -2017

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 11


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

2.3 Pengelolaan Sanitasi Lingkungan


Sistem penyaluran air limbah sedapat mungkin dialirkan secara gravitasi untuk
mengurangi beban biaya konstruksi, sehingga kondisi topografi wilayah sangat
menentukan dalam penyusunan desain sistem penyaluran air limbah. Kondisi
topografi yang berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah lebih dari 25%
akan menyulitkan dalam system penyaluran air limbah (Rifai dkk., 2007).

Terdapat dua macam sistem dalam pengolahan air limbah domestik/permukiman


yaitu :
a. Sanitasi sistem setempat setempat atau dikenal dengan sistem sanitasi on-site,
yaitu sistem dimana fasilitas pengolahan limbah berada dalam persil atau batas
tanah yang dimiliki, fasilitas ini merupakan fasilitas sanitasi individual seperti
septik tank atau cubluk.
Penerapan sistem offsite ini sebaiknya diterapkan pada daerah yang kondisi air
tanahnya dalam, yaitu lebih dari 3m.
Kelebihan sistem stempat :
Menggunakan teknologi sederhana.
Memerlukan biaya rendah.
Masyarakat dan tiap-tiap keluarga dapat menyediakannya sendiri.
Pengoperasian dan pemeliharaan oleh masyarakat.
Manfaat dapat dirasakan secara langsung.
Kekurangan sistem stempat :
Tidak dapat diterapkan pada semua daerah misalnya tergantung
permeabilitas tanah, tingkat kepadatan dan lain-lain..
Fungsi terbatas pada buangan kotoran manusia dan tidak menerima limbah
kamar mandi dan air limbah bekas mencuci.
Operasi dan pemeliharaan sulit dilaksanakan.

b. Sanitasi sistem terpusat atau dikenal dengan istilah sistem off-site atau system
sewerage, yaitu sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada diluar
persil atau dipisahkan dengan batas jarak atau tanah yang menggunakan
perpipaan untuk mengalirkan air limbah dari rumah-rumah secara bersamaan
dan kemudian dialirkan ke IPAL.
Penerapan sistem offsite ini sebaiknya diterapkan pada daerah yang kondisi air
tanahnya dangkal, yaitu kurang dari 3m. Hal ini dilakukan untuk menghindari
pencemaran air tanah oleh air limbah.

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 12


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

Selain itu penerapan sistem offsite juga sebaikknya diterapkan pada daerah yang
sumber air bersihnya berasal dari sumur gali, sumur pompa tangan, dan sumur
pompa listrik untuk menghindari pencemaran sumber air bersih akibat dari air
limbah domestik yang dibuang langsung tanpa diolah terlebih dahulu.
Kelebihan sistem terpusat :
Menyediakan pelayanan yang terbaik
Sesuai untuk daerah dengan kepadatan tinggi
Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari
Memiliki masa guna lebih lama
Dapat menampung semua air limbah
Kekurangan sistem terpusat :
Memerlukan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan yang tinggi
Menggunakan teknologi yang tinggi
Tidak dapat dilakukan oleh perseorangan
Manfaat secara penuh diperolah setelah selesai jangka panjang
Waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan
Memerlukan pengelolaan, operasi dan pemeliharaan yang baik

Sistem Lahan Basah Buatan (Constructed Wetlands).


Sistem Lahan Basah Buatan (Constructed Wetlands) merupakan proses
pengolahan limbah yang meniru/aplikasi dari proses penjernihan air yang terjadi
dilahan basah/rawa (Wetlands), dimana tumbuhan air (Hydrophita) yang tumbuh
didaerah tersebut memegang peranan penting dalam proses pemulihan kualitas
air limbah secara alamiah (self purification).

Menurut Hammer (1986) pengolahan limbah Sistem Wetlands didefinisikan


sebagai sistem pengolahan yang memasukkan faktor utama, yaitu :
a. Area yang tergenangi air dan mendukung kehidupan tumbuhan air sejenis
hydrophyta.
b. Media tempat tumbuh berupa tanah yang selalu digenangi air (basah).
c. Media bisa juga bukan tanah, tetapi media yang jenuh dengan air.

Salah satu teknologi pengolahan air limbah domestik yang dianggap mudah dan
murah dalam pembangunan, operasional dan pemeliharaan, dan dapat
memelihara keanekaragaman hayati kawasan adalah teknologi lahan basah
buatan atau yang lebih dikenal dengan istilah constructed wetland. Constructed
wetland adalah kolam dangkal yang diisi dengan beberapa jenis bahan filter

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 13


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

(substrat), biasanya pasir atau kerikil, dan ditanami dengan vegetasi yang toleran
terhadap kondisi jenuh (UN-HABITAT, 2008). Teknologi lahan basah buatan
adalah salah satu sistem pengolahan yang termurah dalam hal pengoperasian
dan perawatan (Kadlec et al, 2009). Dengan penerapan teknologi lahan basah
buatan di Kota Kendari, diharapkan tidak hanya dapat menyelesaikan
permasalahan limbah domestik kota namun dapat juga memelihara ekosistem
alam Teluk Kendari.
(Sumber : Supradata. (2005). Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias
Cyperus Alternifolius, L. Dalam Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (SST
Wetlands)).

III. Alasan Pemilihan Judul dan Lokasi


Secara geografis kota Kendari merupakan kota Teluk, dimana hampir seluruh
kecamatan di kota Kendari berbatasan dengan Teluk Kendari. Kota Kendari memiliki 13
sungai yang bermuara di Teluk Kendari. Hal ini sangat memungkinkan terjadinya
pencemaran Teluk Kendari akibat aktifitas masyarakat di sekitar sungai dan permukiman
yang padat penduduk. Faktor dominan yang mempengaruhi pencemaran di Teluk
Kendari adalah akibat limbah domestik. Oleh karena itu pengolahan limbah secara
terpusat (offsite) perlu di terapkan di kota Kendari. Dengan adanya pengolahan limbah
secara terpusat (offsite), diharapkan pencemaran di Teluk Kendari akibat limbah
domestik dapat dikurangi, sehingga kelestarian lingkungan di Teluk Kendari tetap
terjaga.

IV. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah


Terpusat di Kecamatan Kadia dan Kecamatan Mandonga.
Faktor Pendukung :
1. Tidak tercemarnya air tanah.
2. Sesuai dengan tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Mandonga dan Kadia.
3. Dengan menggunakan Teknologi Lahan Basah Buatan, akan lebih effisien dan
ekonomis.
4. Di Kelurahan Karumba terdapat lahan Mangrove yang cocok untuk Pengolahan
Limbah Domestik dengan menggunakan Teknologi Lahan Basah Buatan.

Faktor Penghambat :
1. Belum adanya kebijakan mengenai Aturan Umum dan Aturan Teknis yang mengatur
pengelolaan air limbah.

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 14


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

2. Masih kurangnya Sumber Daya Manusia di bidang Pengelolaan Air Limbah


Domestik.
3. Belum optimalnya kampanye, sosialisasi dan advokasi terkait kesadaran masyarakat
mengenai sub sektor air limbah.
4. Masih rendahnya alokasi dana APBD untuk sub sektor Air limbah.
5. Dari hasil penelitian, penerapan sistem pengolahan limbah domestik tidak sesuai
dalam Buku Sanitasi dan Memorandum Program Sanitasi Kota Kendari yaitu pada
Kecamatan Mandonga dan Kadia yang seharusnya menggunakan sistem
pengolahan limbah terpusat (offsite) tetapi menggunakan system On site komunal.
6. Pengolahan limbah domestik dengan mengguanakanTeknologi Lahan Basah Buatan
tidak tercantum dalam Buku Sanitasi dan Memorandum Program Sanitasi Kota
Kendari.

V. Implikasi Teori Kebijakan Spasial terhadap Pengolahan Limbah Domestik di


Kendari.
Berdasarkan dari hasil studi sebelumnya Kelayakan Penerapan Pengolahan Air
Limbah Domestik Sistem Terpusat dan Lokasi Lahan Basah Buatan di Kota
Kendari , kelurahan yang dinilai layak untuk penerapan pengolahan air limbah dengan
sistem terpusat atau off site system yaitu Kecamatan Mandonga (kelurahan Mandonga,
Karumba), Kecamatan Kadia (Kelurahan Bende, Anaiwoi, Wowawanggu dan
Pondambea). Hal ini berdasarkan parameter :

Kepadatan Penduduk
Dari data BPS Kota Kendari Tahun 2012 jumlah penduduk kecamatan Mandonga
sebesar 36.914 jiwa dengan luas wilayah 2.327 Ha. Sedangkan jumlah penduduk
Kecamatan Kadia pada Tahun 2012 sebesar 40.026 jiwa dengan luas wilayah 671
Ha. Pada Kecamatan Mandonga, Kelurahan Mandonga merupakan kelurahan
dengan jumlah dan kepadatan penduduk terbesar dengan jumlah penduduk dan
kepadatan penduduk yaitu masing-masing 13.328 jiwa dan 89 jiwa/Ha. Sedangkan di
Kecamatan Kadia, Kelurahan Pondambea merupakan kelurahan dengan tingkat
kepadatan penduduk paling besar yaitu 108 jiwa/Ha.

Kondisi Air Tanah


- Kedalaman < 3m, Untuk KecamatanMandonga mulai dari sisi timur atau
Kelurahan Korumba hingga ke arah selatan Kelurahan Mandonga, sedangkan
pada Kecamatan Kadia mulai dari Kelurahan Bende hingga ke Kelurahan
Pondambea.

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 15


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

- Kedalaman 3m 10m, Untuk Kecamatan Mandonga, sebagian kecil di sebelah


utara yaitu Kelurahan Mandonga. Sedangkan Kecamatan Kadia, tersebar di
Kelurahan Anaiwoi dan Kelurahan Wawowanggu.

Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng di Kecamatan Mandonga terdapat beberapa kelurahan dengan
kemiringan lereng yang cukup landai dengan klasifikasi antara 0 - 40 %, sedangkan
Kecamatan Kadia relatif datar dengan klasifikasi berkisar antara 0 - 25 %.

Topografi
Bentuk topografi Kecamatan Kadia berbentuk datar sedangkan Kecamatan
Mandonga berbentuk bergelombang dengan sedikit berbukit.

Sumber Air Bersih


Tingkat pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan dari PDAM Tirta Anoa Kota
Kendari di Kecamatan Mandonga sebesar 50%, dengan jumlah pelanggan yang
terlayani yaitu 4.062 SR. Kelurahan Mandonga merupakan kelurahan dengan jumlah
pelanggan terbesar yaitu 1740 SR. Sedangkan tingkat pelayanan air bersih di
Kecamatan Kadia relatif merata dengan persentase pelayanan 51%. Total jumlah
pelanggan air bersih Kecamatan Kadia yaitu 3.850 SR. Kelurahan Bende memiliki
jumlah pelanggan terbesar yaitu 1.214 SR.

Sedangkan untuk menentukan lokasi lahan basah buatan, menurut hasil studi
sebelumnya Kelayakan Penerapan Pengolahan Air Limbah Domestik Sistem
Terpusat dan Lokasi Lahan Basah Buatan di Kota Kendari , terdapat 3 kriteria
utama yaitu kriteria ekonomi, lingkungan dan teknis.

Kriteria ekonomi
Dengan memperhatikan jarak lokasi IPAL dari wilayah pelayanan. Jarak wilayah
pelayanan tidak boleh lebih dari 8 Km, hal ini agar pengolahan air limbah dapat
bernilai ekonomis.

Kriteria Lingkungan
Dengan memperhatikan dampak lingkungan yang muncul akibat pembangunan
dari pembangunan pengolahan limbah. Dampak tersebut akan berpengaruh
diantaranya pada :
- Sumber Air Bersih

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 16


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

Jarak antara rencana lokasi IPAL dari sumber air bersih minimal 200 m dan
jarak lebih kecil dari 100 m sudah tidak sesuai, hal ini untuk menghindari
kontaminasi sumber air dari infiltrasi air limbah.
Untuk jarak sumber air bersih permukiman, lokasi yang sesuai terdapat di
Kelurahan Labibia, Alolama, Wawombalata dan sebagian kecil di sebelah
barat Kelurahan Korumba. Sedangkan pada kecamatan Kadia, tidak
terdapat lokasi yang sesuai akibat dari tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi. Untuk jarak dari sungai/kali terdapat 4 sungai/kali yang melintas di
wilayah penelitian yaitu Sungai Wanggu, Kali Mandonga, Kali Kadia, dan
Kali Pondambea.

- Permukiman
Rencana lokasi IPAL harus memperhatikan adanya kepadatan penduduk di
suatu kawasan. Sebaiknya penempatan rencana lokasi IPAL tidak pada
kawasan yang padat penduduk. Berdasarkan analisis spasial persentase
kesesuaian jarak yang sesuai sebesar 31,2% atau seluas 876,76 Ha, sesuai
bersyarat sebesar 6,4% atau seluas 177,99 Ha dan tidak sesuai sebesar
62,4% atau seluas 1752,54 Ha. Besarnya persentase yang tidak sesuai
disebabkan karena wilayah penelitian utamanya di Kecamatan Kadia,
Kelurahan Korumba, dan Kelurahan Mandonga merupakan daerah dengan
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan menjadi pusat kota, pusat
permukiman, kegiatan komersil, dan perkantoran.

Kriteria Teknis
Dengan memperhatikan tata guna lahan, kemiringan lereng, dan jarak IPAL
Domestik dari jalan.
Lahan yang sesuai untuk lokasi IPAL Domestik yaitu lahan basah berupa
ekosistem mangrove, tambak, rawa, dan sawah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yang et al (2008) menunjukkan bahwa
mangrove dapat digunakan dalam lahan basah buatan untuk pengolahan air
limbah kota. Sedangkan menurut Wu et al (2008), bahwa layak untuk
menggunakan lahan basah buatan mangrove tanpa pembilasan pasang surut
sebagai proses sekunder untuk pengolahan air limbah domestik.

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian yang telah dilakukan oleh studi


sebelumnya, Lahan Basah berupa mangrove, tambak, rawa, dan sawah
merupakan peruntukan lahan yang sesuai.

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 17


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

Berdasarkan hasil analisis kemiringan lereng, menunjukkan bahwa persentase


kesesuaian kategori sesuai bersyarat merupakan yang paling besar yaitu
43,5%. Hal ini disebabkan karena pada wilayah penelitian cenderung
bergelombang dan sedikit berbukit dengan didominasi kemiringan lereng kelas 5
- 15 %.
Berdasarkan hasil analisis jarak rencana lokasi IPAL dari jalan, lokasi yang
sesuai yaitu pada Kecamatan Kadia, dan sebagian Kecamatan Mandonga yaitu
di Kelurahan Mandonga, Korumba, dan Anggilowu.

Dalam menghitung lokasi IPAL dengan teknologi lahan basah (Contructed


Wetland) ini yaitu didasarkan pada proyeksi penduduk sampai tahun 2033.
Jumlah penduduk kecamatan Mandonga sebesar 57.153 jiwa, sedangkan
Kecamatan Kadia sebesar 62.023 jiwa.
Berdasarkan profil Kabupaten/Kota yang dikeluarkan oleh Ciptakarya PU
(2004), Kota Kendari termasuk dalam kategori kota sedang. Estimasi konsumsi
air bersih domestik per orang yaitu 110 m3/orang/hari. Jumlah air limbah yang
dihasilkan tergantung jumlah pemakaian air minum yang dikonsumsi yaitu
sebesar 80% dari jumlah pemakaian air minum (Direktorat PPLP Ciptakarya PU,
2006).
Dari hasil proyeksi penduduk dan debit air limbah, dapat ditentukan luas area
yang dibutuhkan untuk lokasi IPAL domestik yaitu 2,14 Ha.
Dari hasil analisis spasial yang dilakukan lokasi yang sesuai atau layak untuk
pembangunan IPAL Domestik dengan teknologi lahan basah buatan yaitu
berada di Kelurahan Korumba.

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 18


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

Peta 1.4 Peta Lokasi Penelitian layak offsite (Sumber : Hasil Analisis Spasial penelitian , Ridwan Saleh. (2013). Kelayakan Penerapan
Air Limbah Domestik Sistem Terpusat dan Lokasi Lahan Basah Buatan Di Kota Kendari)

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 19


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

Peta 1.5 Peta Lokasi Rencana IPAL Domestik yang sesuai (Sumber : Hasil Analisis Spasial penelitian , Ridwan Saleh. (2013).
Kelayakan Penerapan Air Limbah Domestik Sistem Terpusat dan Lokasi Lahan Basah Buatan Di Kota Kendari)

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 20


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

VI. Lesson Learn


Seiringnya dengan bertambahnya jumlah kepadatan penduduk di Kota Kendari, perlu
adanya pengolahan limbah yang dinilai effektif dan effisien guna mengurangi
pencemaran lingkungan akibat limbah domestik khusunya di Teluk Kendari. Pengolahan
limbah dengan sistem terpusat (offsite) perlu direalisasikan untuk mencapai Visi dan Misi
Sanitasi Kota Kendari. Potensi terbesar tercemarnya Teluk Kendari adalah akibat
adanya limbah domestik. Untuk itu perlu adanya penanganan guna mengurangi
pencemaran tersebut. Dari berbagai sumber dan penelitian, Pengolahan Limbah
Domestik dengan Menggunakan Teknologi Lahan Basah Buatan layak dilakukan untuk
mengurangi pecemaran di Teluk Kendari. Pengolahan Limbah sistem ini adalah
menggunakan mangrove. Apabila dilihat dari Peta Administrasi, Kota Kendari memiliki
lahan mangrove yaitu tepatnya di Kelurahan Karumba. Dengan adanya lahan mangrove
tersebut dapat difungsikan untuk pengolahan Limbah Domestik dengan Menggunakan
Teknologi Lahan Basah Buatan. Penentuan lokasi ini sudah memenuhi kriteria yaitu tata
guna lahan, kemiringan lereng, dan jarak rencana lokasi IPAL Domestik dari jalan untuk
memudahkan pemeliharaan. Dari hasil analisa, Luas lahan yang dibutuhkan untuk IPAL
Domestik dengan menggunakan Lahan Basah Buatan adalah 2,14 Ha.

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 21


Makalah Pencegahan Pencemaran Teluk Kendari Akibat Dari Limbah Domestik 2015

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kendari. (2012). Kota Kendari Dalam Angka 2012.
Kendari.
Ridwan Saleh. (2013). Kelayakan Penerapan Air Limbah Domestik Sistem Terpusat
dan Lokasi Lahan Basah Buatan Di Kota Kendari.
Memorandum Program Sanitasi Kota Kendari. (2013).
Buku Putih Sanitasi Kota Kendari. (2012)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik.
Supradata. (2005). Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias
Cyperus Alternifolius, L. Dalam Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah
Permukaan (SST Wetlands).

MTSL_Bambang Bodro Ismoyo_3314202810 22

Anda mungkin juga menyukai