I. Pendahuluan.
Kota Kendari merupakan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan luas wilayah
daratan sebesar 295,89 Km2 . Secara Geografis Kota Kendari merupakan Kota Teluk,
dimana hampir seluruh kecamatan di Kota Kendari berbatasan dengan Teluk Kendari.
Kota Kendari terbentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
1995 yang disyahkan pada tanggal 3 Agustus 1995 dengan status Kotamadya Daerah
Tingkat II Kendari.
Wilayah Kota Kendari dengan ibukotanya Kendari dan sekaligus juga sebagai
Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara astronomis terletak di bagian selatan Garis
Katulistiwa, berada di antara 30 54` 30``- 40 3`11`` Lintang Selatan dan membentang
dari Barat ke Timur di antara 1220 23`-1220 39` Bujur Timur.
di Kecamatan Kendari.
Kemiringan 3 15% adalah tahap kedua terluas di wilayah Kota Kendari, tersebar
merata di 3 (tiga) kecamatan yaitu Poasia, Baruga dan Mandonga serta sebagian
kecil Kec. Kendari.
Kemiringan 15 25% merupakan ketiga terluas di wilayah Kota Kendari,
penyebarannya sebagian besar di Kecamatan Kendari.
Kemiringan 25 40% penyebarannya terluas di Kecamatan Kendari, serta sekitar
pegunungan Nipa-Nipa.
Kemiringan > 40% penyebarannya hanya terdapat pegunungan Nipa-Nipa atau
kemiringan Poasia saja.
(Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Kendari. 2012)
II. Konsep Dasar Teori dan Konsep Kebijakan Spasial dan Pengolahan Sanitasi
Lingkungan.
2.1 Dasar Teori
Air Limbah Domestik adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah
tangga atau pemukiman termasuk di dalamnya air buangan yang berasal dari WC,
kamar mandi, tempat cuci, dan tempat memasak.
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112/2003, air limbah
yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman(real estate), rumah makan
(restauran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.
Air limbah domestik dapat bersumber dari permukiman (rumah tangga), daerah
komersial, perkantoran, fasilitas rekreasi, apartemen, asrama dan rumah makan.
Baku mutu effluent menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112/2003,
bahwa baku mutu untuk tiap parameter kadar maksimumnya adalah seperti
tercantum dalam table berikut ini :
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH 6 10
BOD Mg/L 100
TSS Mg/L 100
Lemak dan Minyak Mg/L 10
Secara prinsip air limbah domestik terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu air limbah
yang terdiri dari air buangan tubuh manusia yaitu tinja dan urine (black water) dan
air limbah yang berasal dari buangan dapur dan kamar mandi (gray water), yang
sebagian besar merupakan bahan organik ( Veenstra, 1995).
Debit air limbah yang dihasilkan akan sangat tergantung dengan jenis kegiatan dari
masing masing sumber air limbah, sehingga flutuasi harian akan sangat bervariasi
untuk masing masing kegiatan. Sedangkan flutuasi harian pada suatu kawasan
perumahan faktor yang mempengaruhi cukup komplek, mengingat aktivitas harian
pada suatu kawasan perumahan akan sangat tergantung pada sosialbudaya
maupun tingkat ekonomi dari penghuninya.
Air limbah memiliki karakteristik fisik (bau, warna, padatan, suhu, kekeruhan),
karakteristikkimia (organik, anorganik dan gas) dan karakteristik biologis
(mikroorganisme). Karakteristikair limbah beserta dampak masing-masing terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia seperti dijelaskan berikut ini :
a. Kekeruhan
Kekeruhan dapat disebabkan oleh hadirnya bahan-bahan organik dan
anorganik, misalnya lumpur. Dari segi estetika, kekeruhan dirasakan sangat
mengganggu. Selainitu kekeruhan juga merupakan indikator
adanya kemungkinan pencemaran.
b. Warna.
Sebagaimana halnya kekeruhan, warna yang hadir dalam air dengan intensitas
yangmelebihi batas, tidak bias diterima karena alasan estetika. Warna dapat
juga merupakanindicator pencemaran limbah industri. Hal ini dapat pula
dikaitkan dengan kesehatan manusia.
c. Bau dan Rasa
Penyebab bau dan rasa dapat berupa mikroorganisme seperti algae, oleh
adanya gasseperti H2S dsb. Dari segi estetika, air yang memiliki rasa dan bau
dipandang mengganggu.
d. Suhu dan residu
Suhu berpengaruh pada pemakaiannya, misalnya, air yang mempunyai suhu
0C tidakmungkin dapat diterima, begitu pula untuk suhu air yang terlalu tinggi.
Kadar residuyang tinggi dapat menyebabkan rasa tidak enak dan mengganggu
pencernaan manusia.
e. Derajat pH
Dalam pemakaian air minum, pH dibatasi dikarenakan mempengaruhi rasa,
korosifitas,dan efisiensi khlorinasi.
f. Kesadahan Ca dan Mg
Kesadahan berpengaruh pada pemakaian sabun, ketel pemanas air, ketel uap,
pipa air panas dalam sistem plambing dan sebagainya. Mg dapat bersifat toksi
memberikan efek demam metal, iritasi pada kulit akan susah sembuh, dan
lainnya.
g. Besi dan Mangan
Kehadiran Fe dan Mn dalam air dapat menimbulkan berbagai gangguan,
misalnya, rasadan bau logam, merangsang pertumbuhan bakteri besi, noda-
noda pada pakaian, efekracun pada tubuh manusia seperti susunan syaraf
pusat; koordinasi gerak otot;kerusakan sel hati; fibriosis; iritasi usus; kerusakan
sel usus.
h. Nitrogen
Nitrogen dalam air hadir dalam berbagai bentuk sesaui dengan tingkat oksidasin
yadiantaranya Nitrogen netral, amoniak, nitrit dan nitrat. Efek terhadap
kesehatan anatara lain: iritasi kulit, oedema paru-paru, kejang, pernapasan,
mengancam keseimbangan asam basa dalam darah, stimulasi susunan syaraf
pusat, kerusakan saluran pencernaan,dsb. Terhadap lingkungan kelebihan
nitrogen dapat menyebabkan eutrofikasi.
i. Bahan anorganik lain
Bahan anorganik dalam air dapat berupa Ag, AL. As, Ba, Br, Cd, Cl, Cr, Cu, F,
Hg, H2S, PO4, Pb, Se, Zn, dan lain-lain.
j. Zat Organik
Bahan organik yang berdampak bagi lingkungan.
k. Parameter Biologis
Jenis mikroorganisme yang dapat ditemukan dalam air diantaranya algae,
bacteria,
virus, jamur, protozoa, dll. Selain memiliki sifat pathogen parameter biologis juga
dapatmenyebabkan efek rasa, warnadan bau pada air. Sebagai indicator
keberadaanmikroorganisme pathogen, maka digunakan keberadaan bakteri coli
dalam air. Denganadanya bakteri coli, maka besar kemungkinan air telah
tercemar oleh bakteri lainnyayang juga bersifat pathogen.
l. Radioaktif
Efek yang dapat ditimbulkan oleh radioaktif dianataranya: kanker, leukemia,
mengurangi umur, dan dapat menyebabkan kematian. Selain itu radioaktif
merupakan unsur kimiayang memiliki paruh umur yang relative panjang.
Komposisi air limbah domestik hampir lebih dari 90% berisi air, sisanya adalah
kandungan pencemar.
Limbah Cair
Organik Anorganik
lainnya termasuk dalam Zona III yakni zona dengan sistem setempat individual.
Serta Zona dengan penanganan khusus yakni wilayah dipengaruhi ROB dan CBD
(Central Business Center). (Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Kendar. (2012))
Sesuai dengan Memorandum Program Sanitasi Kota Kendari 2013, adapun Lokasi
Prioritas Program dan Kegiatan Air Limbah Permukiman periode 2014 2017.
Dalam makalah ini membahas tentang Pengolahan Limbah secara terpusat (offsite
system) pada kecamatan Kadia dan Mandonga. Pengolahan limbah secara terpusat
ini diprioritaskan pada Pengolahan Limbah dengan Teknologi Lahan Basah Buatan
(Constructed Wetland). Makalah ini mengacu pada studi sebelumnya yaitu
Kelayakan Penerapan Pengolahan Air Limbah Domestik Sistem Terpusat dan
Lokasi Lahan Basah Buatan di Kota Kendari Penentuan jenis pengolahan
limbah dan lokasi ini didasarkan atas parameter : kepadatan penduduk, air tanah
dangkal, kemiringan lereng, topografi dan sumber air bersih.
Kriteria untuk menentukan lokasi IPAL Domestik adalah sebagai berikut :
1. Kriteria Ekonomi
Wilayah pelayanan tidak lebih dari 8 Km jaraknya dari lokasi constructed
wetland dan berada pada ketinggian kurang dari 15 m untuk memudahkan
dalam mengalirkan air limbah secara gravitasi (Pedrero et al, 2011).
2. Kriteria Lingkungan
Terdapat 2 variabel dalam kriteria lingkungan, yaitu: jarak dari sumber air bersih
(waduk, sungai, sumur), dan jarak dari pusat kota. Lokasi pengolahan air limbah
paling kurang berjarak sekitar 200 m dari pusat kota dan kawasan wisata untuk
menghindari kontak langsung dari air limbah dengan penduduk dan ternak, dan
100 m dari sumur dan badan air untuk menghindari kontaminasi sumber air dari
infiltrasi air limbah (Pedrero et al, 2011).
3. Kriteria Teknis
Berikut ini beberapa variabel dalam kriteria teknis lokasi IPAL Domestik. Tata
guna lahan: lokasi IPAL mengacu pada Peta Tata Guna Lahan RTRW Kota
Kendari, untuk menentukan lokasi potensial penempatan IPAL Domestik.
Daerah dengan peruntukan rawa, mangrove, tambak, dan lahan basah lainnya
merupakan daerah yang sesuai untuk lokasi IPAL Domestik.
Kemiringan Lereng
menurut Gemitzi et al (2007) untuk menghasilkan sistem operasi pengolahan
limbah yang efektif, area IPAL harus terletak pada topografi yang rata/halus
dengan nilai kemiringan maksimum yang dibolehkan yaitu kemiringan 5%.
Tingginya lereng dapat menyebabkan air limpasan, erosi tanah, dan juga
Jalan
Jalan akses ke lokasi memungkinkan untuk pemeliharaan dan
pengoperasian IPAL Domestik. Oleh karena itu, berdasarkan studi yang
telah dilakukan sebelumnya calon lokasi yang berjarak lebih dari 500 m dari
jalan dianggap tidak sesuai (Ribeiro et al dalam Pedrero et al, 2011).
355' LS
355' LS
PEMERINTAH DAERAH
KOTA KENDARI
#
POKJA SANITASI DAN AIR MINUM
KOTA KENDARI
#
2 0 1 2
LA L O D A T I
KEC. MANDONGA
W A W O M B A LA T A PETA 2.1
#
ADMINISTRASI KOTA KENDARI
Y
#
# KEC. KENDARI BARAT
AL O L AM A
Keterangan :
# P U R IR A N O
A N G G IL O W U KE M AR A Y A
KEC. KENDARI
#
[
% Kantor Gubernur Batas Kota
PUNGGALOBA
M A TA
KEC. PUUWATU
BENU-BENUA
TIP U L U Batas Kecamatan
W A T U -W A T U
\
& Kantor W alikota
SODOHOA
TO B U U H A #
M A NG G A D UA
#
# #
G UN UN G J AT I
# Y
# Kantor Kecamatan Batas Lurah
#
PUN G G O L AK A #
Y
# Jalan
SANUA
#
W AT U L O ND O
#
#
M A ND O NG A
LA H U N D A P E
# # #
K A M P U N G S A LO
# Kantor Lurah
#
Y
# # J#A T I M E K A R
DAPU-DAPURA
# #
Laut Garis Pantai
#
\
& Y
#
KA ND A I #
KE
#
KO R UM BA
ND
K A S IL A M P E
AR
P UU W A T U # #
IC
Kecamatan Abeli
AD
P O ND A M B E A
#
DI
KEC. KADIA
Y
# #
# B U N G K U TO K O Kecamatan Baruga
#
LA P U LU #
KA DI A
BE N D E
P O A S IA #
Kecamatan Kadia
P UD A Y TA L IA
#
W UA -W U A
#
Kecamatan Kam bu
#
M A TA IW O I #
A#
B E L I D AL A M # Y
# Kecamatan Kendari
OI
#
AIW
# LA L
# O LA R A #
W O W A W A NG G U
Kecamatan Kendari B arat
AN
#
AB E L I AN G G AL O M E L AI
4 LS
4 LS
Y
# Kecamatan Poasia
KEC. POASIA
#
#
BO N G G O E Y A
#
Y
#
#
Kecamatan Puuwatu
AN AW AI
#
# #
KEC. ABELI S AM BU L I
KA M B U
# #
TO N D O N G G E U
Kecamatan W ua-W ua
TO B IM E IT A
#
B E N U A N IR A E
#
# Y
# M O K O AU
W UN D UD O P I P A D A LE U AN DU O N UH U
#
[
%
MA
TA
W AT U BA N G G A
BU
BU
#
AN
#
GG
RA
HA
OE
LE P O -L E P O
ND
YA
Y
#
OU
KEC. KAMBU
NA
#
N
KEC. BARUGA
BA RU G A
1 0 1 2 3 4 km
Skala 1 : 85.000
Sumber :
Lokasi Perencanaan 1. Citra Ikonos Kota Kendari Tahun 2010.
2. Peta Rupabumi Kota Kendari Skala 1 : 25.000
3. RTRW Kota Kendari Tahun 2010.
4. RP4D Kota Kendari Tahun 2011.
5. Hasil Survey Lapangan Tahun 2012.
45' LS
45' LS
INSET PETA
12230' BT 12235' BT
Peta 1.3 Lokasi Prioritas Program dan Kegiatan Air Limbah Permukiman Kota Kendari Periode 2014 -2017
b. Sanitasi sistem terpusat atau dikenal dengan istilah sistem off-site atau system
sewerage, yaitu sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada diluar
persil atau dipisahkan dengan batas jarak atau tanah yang menggunakan
perpipaan untuk mengalirkan air limbah dari rumah-rumah secara bersamaan
dan kemudian dialirkan ke IPAL.
Penerapan sistem offsite ini sebaiknya diterapkan pada daerah yang kondisi air
tanahnya dangkal, yaitu kurang dari 3m. Hal ini dilakukan untuk menghindari
pencemaran air tanah oleh air limbah.
Selain itu penerapan sistem offsite juga sebaikknya diterapkan pada daerah yang
sumber air bersihnya berasal dari sumur gali, sumur pompa tangan, dan sumur
pompa listrik untuk menghindari pencemaran sumber air bersih akibat dari air
limbah domestik yang dibuang langsung tanpa diolah terlebih dahulu.
Kelebihan sistem terpusat :
Menyediakan pelayanan yang terbaik
Sesuai untuk daerah dengan kepadatan tinggi
Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari
Memiliki masa guna lebih lama
Dapat menampung semua air limbah
Kekurangan sistem terpusat :
Memerlukan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan yang tinggi
Menggunakan teknologi yang tinggi
Tidak dapat dilakukan oleh perseorangan
Manfaat secara penuh diperolah setelah selesai jangka panjang
Waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan
Memerlukan pengelolaan, operasi dan pemeliharaan yang baik
Salah satu teknologi pengolahan air limbah domestik yang dianggap mudah dan
murah dalam pembangunan, operasional dan pemeliharaan, dan dapat
memelihara keanekaragaman hayati kawasan adalah teknologi lahan basah
buatan atau yang lebih dikenal dengan istilah constructed wetland. Constructed
wetland adalah kolam dangkal yang diisi dengan beberapa jenis bahan filter
(substrat), biasanya pasir atau kerikil, dan ditanami dengan vegetasi yang toleran
terhadap kondisi jenuh (UN-HABITAT, 2008). Teknologi lahan basah buatan
adalah salah satu sistem pengolahan yang termurah dalam hal pengoperasian
dan perawatan (Kadlec et al, 2009). Dengan penerapan teknologi lahan basah
buatan di Kota Kendari, diharapkan tidak hanya dapat menyelesaikan
permasalahan limbah domestik kota namun dapat juga memelihara ekosistem
alam Teluk Kendari.
(Sumber : Supradata. (2005). Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias
Cyperus Alternifolius, L. Dalam Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (SST
Wetlands)).
Faktor Penghambat :
1. Belum adanya kebijakan mengenai Aturan Umum dan Aturan Teknis yang mengatur
pengelolaan air limbah.
Kepadatan Penduduk
Dari data BPS Kota Kendari Tahun 2012 jumlah penduduk kecamatan Mandonga
sebesar 36.914 jiwa dengan luas wilayah 2.327 Ha. Sedangkan jumlah penduduk
Kecamatan Kadia pada Tahun 2012 sebesar 40.026 jiwa dengan luas wilayah 671
Ha. Pada Kecamatan Mandonga, Kelurahan Mandonga merupakan kelurahan
dengan jumlah dan kepadatan penduduk terbesar dengan jumlah penduduk dan
kepadatan penduduk yaitu masing-masing 13.328 jiwa dan 89 jiwa/Ha. Sedangkan di
Kecamatan Kadia, Kelurahan Pondambea merupakan kelurahan dengan tingkat
kepadatan penduduk paling besar yaitu 108 jiwa/Ha.
Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng di Kecamatan Mandonga terdapat beberapa kelurahan dengan
kemiringan lereng yang cukup landai dengan klasifikasi antara 0 - 40 %, sedangkan
Kecamatan Kadia relatif datar dengan klasifikasi berkisar antara 0 - 25 %.
Topografi
Bentuk topografi Kecamatan Kadia berbentuk datar sedangkan Kecamatan
Mandonga berbentuk bergelombang dengan sedikit berbukit.
Sedangkan untuk menentukan lokasi lahan basah buatan, menurut hasil studi
sebelumnya Kelayakan Penerapan Pengolahan Air Limbah Domestik Sistem
Terpusat dan Lokasi Lahan Basah Buatan di Kota Kendari , terdapat 3 kriteria
utama yaitu kriteria ekonomi, lingkungan dan teknis.
Kriteria ekonomi
Dengan memperhatikan jarak lokasi IPAL dari wilayah pelayanan. Jarak wilayah
pelayanan tidak boleh lebih dari 8 Km, hal ini agar pengolahan air limbah dapat
bernilai ekonomis.
Kriteria Lingkungan
Dengan memperhatikan dampak lingkungan yang muncul akibat pembangunan
dari pembangunan pengolahan limbah. Dampak tersebut akan berpengaruh
diantaranya pada :
- Sumber Air Bersih
Jarak antara rencana lokasi IPAL dari sumber air bersih minimal 200 m dan
jarak lebih kecil dari 100 m sudah tidak sesuai, hal ini untuk menghindari
kontaminasi sumber air dari infiltrasi air limbah.
Untuk jarak sumber air bersih permukiman, lokasi yang sesuai terdapat di
Kelurahan Labibia, Alolama, Wawombalata dan sebagian kecil di sebelah
barat Kelurahan Korumba. Sedangkan pada kecamatan Kadia, tidak
terdapat lokasi yang sesuai akibat dari tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi. Untuk jarak dari sungai/kali terdapat 4 sungai/kali yang melintas di
wilayah penelitian yaitu Sungai Wanggu, Kali Mandonga, Kali Kadia, dan
Kali Pondambea.
- Permukiman
Rencana lokasi IPAL harus memperhatikan adanya kepadatan penduduk di
suatu kawasan. Sebaiknya penempatan rencana lokasi IPAL tidak pada
kawasan yang padat penduduk. Berdasarkan analisis spasial persentase
kesesuaian jarak yang sesuai sebesar 31,2% atau seluas 876,76 Ha, sesuai
bersyarat sebesar 6,4% atau seluas 177,99 Ha dan tidak sesuai sebesar
62,4% atau seluas 1752,54 Ha. Besarnya persentase yang tidak sesuai
disebabkan karena wilayah penelitian utamanya di Kecamatan Kadia,
Kelurahan Korumba, dan Kelurahan Mandonga merupakan daerah dengan
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan menjadi pusat kota, pusat
permukiman, kegiatan komersil, dan perkantoran.
Kriteria Teknis
Dengan memperhatikan tata guna lahan, kemiringan lereng, dan jarak IPAL
Domestik dari jalan.
Lahan yang sesuai untuk lokasi IPAL Domestik yaitu lahan basah berupa
ekosistem mangrove, tambak, rawa, dan sawah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yang et al (2008) menunjukkan bahwa
mangrove dapat digunakan dalam lahan basah buatan untuk pengolahan air
limbah kota. Sedangkan menurut Wu et al (2008), bahwa layak untuk
menggunakan lahan basah buatan mangrove tanpa pembilasan pasang surut
sebagai proses sekunder untuk pengolahan air limbah domestik.
Peta 1.4 Peta Lokasi Penelitian layak offsite (Sumber : Hasil Analisis Spasial penelitian , Ridwan Saleh. (2013). Kelayakan Penerapan
Air Limbah Domestik Sistem Terpusat dan Lokasi Lahan Basah Buatan Di Kota Kendari)
Peta 1.5 Peta Lokasi Rencana IPAL Domestik yang sesuai (Sumber : Hasil Analisis Spasial penelitian , Ridwan Saleh. (2013).
Kelayakan Penerapan Air Limbah Domestik Sistem Terpusat dan Lokasi Lahan Basah Buatan Di Kota Kendari)
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kendari. (2012). Kota Kendari Dalam Angka 2012.
Kendari.
Ridwan Saleh. (2013). Kelayakan Penerapan Air Limbah Domestik Sistem Terpusat
dan Lokasi Lahan Basah Buatan Di Kota Kendari.
Memorandum Program Sanitasi Kota Kendari. (2013).
Buku Putih Sanitasi Kota Kendari. (2012)
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik.
Supradata. (2005). Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias
Cyperus Alternifolius, L. Dalam Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah
Permukaan (SST Wetlands).