Sejarah Perubahan Organisasi-3
Sejarah Perubahan Organisasi-3
4
Max Weber, Bureaucracy (dikutip tidak langsung) oleh Jay M.Shafritz and Albert C. Hyde,
Classics of Public Administration (4th ed.) (Florida, Harcourt Brace & Company, 1997). h.37-38.
5
Luis R. Gomez-Mejia, David B. Balkin, Robert L, Cardy, op.cit, h. 25-26.
Adanya
organisasi
kesadaran bahwa
lingkungan
mempengaruhi
Lingkungan organisasi membuat
orang kemudian menoleh
pada upaya menghubungkan dinamika lingkungan dengan desain
organisasi. Pemikiran bahwa organisasi berkaitan dengan dinamika lingkungan akhirnya
memunculkan PendekatanSistem dan Pendekatan Kontingensi. Teori Sistem memandang
organisasi terdiri dari sub-sub sistem yang saling berhubungan dan bergantung dan
organisasi memproses masukan dari lingkungan kemudian dikeluarkan ke lingkungan
kembali6. Menurut Pendekatan Sistem, dinamika lingkungan seperti perubahan keinginan
masyarakat, perubahan kebijakan pemerintah, tuntutan kenaikan upah buruh, kenaikan
permintaan merupakan input yang harus ditanggapi oleh organisasi. Bentuk tanggapan
organisasi LINGKUNGAN
bermacam-macam sesuai dengan masalah yang muncul dari lingkungan.
(Anda ingat pendekatan SWOT dalam menganalisis kondisi lingkungan? Dalam
pendekatan SWOT, sebelum melakukan pengembangan strategi terlebih dulu dilakukan
analisis peluang dan tantangan pengaruh lingkungan dan analisis kekuatan dan
INPUT PROSES (dalam organisasi) OUTPUT
kelemahan organisasi.) Bagan berikut menggambarkan hubungan antara organisasi
Perkembang Strategi, teknologi, Kebijakan,
dengan lingkungan.
an teknologi, sumberdaya, komunikasi, produk
kebijakan budaya organisasi, barang dan
pemerintah, koordinasi, remunerasi, dsb. produk jasa
tingkat suku
6 bunga, dan Theory; Modern Symbolic and Postmodern Perspectives (New York,
Mary Jo Hatch, Organization
perubahan
Oxford University Press, 1997), h. 35.
keinginan
masyarakat
Umpan balik
Bagan: Cara berpikir Pendekatan Sistem
7
Gareth Jones, Jennifer M. George, and Charles W.L.Hill, Contemporary Management (Boston,
Irwin McGraw-Hill), h.55.
mengembangkan kemampuan mengantisipasi perubahan lingkungan melalui pembiasaan
belajar berkelanjutan (continuous learning) 8.
8
Luis R. Gomez-Mejia, David B. Balkin, Robert L, Cardy, op.cit., h. 35.
9
Gareth Morgan, Images of Organization (London, Sage Publications, 1986). h.79.
10
Richard L.Daft, op.cit. h.11.
11
Anthony J. Bradley and Mark P. Donald, The Social Organization: How to Use Social Media to Tap the
Collective Genius of Your Customers and Employees (Boston, Harvard Business Review, 2011), h. 5.
panjang, dan (4) meningkatkan saling pengertian untuk memahami tantangan
kompleksitas.12
Perubahan pandangan tersebut menyebabkan organisasi mengadopsi hal-hal
baru, mengubah proses kerja dan strateginya dalam rangka memenuhi selera pelanggan
yang juga berubah.13 Pengetahuan menjadi penting. Banyak perusahaan yang mendorong
terjadinya berbagi pengetahuan (knowledge sharing) di antara para pegawainya melalui
proses belajar.14 Dalam konteks inilah pembahasan organisasi belajar (learning
organization) menjadi relevan. Agar organisasi dapat tetap dapat bertumbuh dalam
lingkungan yang semakin kompleks maka organisasi perlu bertransformasi menjadi
organisasi belajar.
Dengan uraian di muka diharapkan Anda mengetahui bahwa perubahan
organisasi bukan hanya dilakukan melalui satu perspektif, namun banyak perspektif
tentang perubahan yang dapat digunakan. Dalam kenyataannya, pandangan bahwa
organisasi perlu diatur secara ketat, procedural, dan hierarkis masih digunakan oleh
sebagian orang terutama untuk kegiatan-kegiatan yang memerlukan sentralisasi yang
tinggi dan prosedur yang ketat seperti dalam pengelolaan keuangan. Namun, umumnya
organisasi pada kondisi sekarang mendorong seluruh komponennya agar adaptif terhadap
perubahan lingkungan, terbuka, lentur, dan berani mengambil risiko.
Mentransformasi organisasi menjadi organisasi belajar bukan pekerjaan yang
sekali jadi, namun memerlukan perencanaan yang matang, menyeluruh, dan
terkoordinasi. Sharing tentang mengapa organisasi perlu berubah, bagaimana cara
berubahnya, ke mana organisasi akan dibawa, keuntungan menjadi organsiasi baru, yang
tidak kalah pentingnya adalah menjelaskan kepada pegawai dengan organisasi menjadi
LO secara pribadi mereka memperoleh keuntungan apa? Lalu tahap berikutnya adalah
implementasi. Jika tahap sosialisasi melalui sharing berjalan dengan baik makan tahap
implementasi akan lebih mudan dilaksanakan. Tahapan implementasi seringkali
12
Robert M. Fulmer dan J. Bernard Keys, A Conversation with Chris Argyris: The Father of Organizational
Learning, dalam Organizational Dynamics, Volume 27, Number 1, Autumn 1998, h.31.
13
John R. Schermerhorn, et.al., op.cit. h. 7
14
Jason A. Colquitt, Jeffrey A. Lepine, dan Michael J.Wesson, op.cit., h.259.
memerlukan waktu yang panjang dan kerja yang melelahkan, sehingga tahapan
implementasi perlu dilakukan secara cermat dan terkendali.
Setelah tahap implementasi (Agar Anda lebih memahami LO, silakan membaca
Buku Materi Pokok Teori Organisasi, Modul IX tentang Learning Organization).