Anda di halaman 1dari 10

HERNIA NUCLEUS PULPOSUS

DEFINISI
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau
perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5,
L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan
berulang atau kambuh.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nukleus dari diskus ke dalam
anulus (cincin fibrosa sekitar diskus) dengan akibat kompresi saraf.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau penonjolan keluar dari nukleus
pulposus yang terjadi karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus.
Herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan serangan-serangan
penekanan akar syaraf yang menimbulkan berbagai gejala dan periode penyesuaian
anatomik.
Nukleus Pulposus adalah bantalan seperti bola dibagian tengah diskus (lempengan
kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra).
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan
diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu
kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP
merupakan rupturnya nukleus pulposus.
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga
langsung ke kanalis vertebralis.
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh proses
degeneratif atau trauma yang ditandai dengan menonjolnya nukleus pulposus dari
diskus ke dalam anulus yang menimbulkan kompresi saraf sehingga terjadi nyeri
punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh). HNP yang sering disebut
pula sebagai slipped disc adalah terjebol atau menonjolnya nukleus pulposus dari
tempatnya semula melalui bagian terlemah dari discus.

Kelainan Mekanik Berkaitan Dengan LBP Kronis


Hernia Nukleus Osteoarthritis Spinal Stenosis
Pulposus
Umur 30 50 tahun >50 tahun >60 tahun
Pola nyeri
Lokasi Pinggang Pinggang Tungkai
Onset Akut Akut Buruk
Berdiri Menurun Meningkat Meningkat
Duduk Meningkat Menurun Menurun
Membungkuk Meningkat Menurun Menurun
Straight leg raising + - + dengan tekanan
X- ray - + +
CT Hernia diskus Artritis sendi Penyempitan kanal
MR scan Hernia diskus Penyempitan kanal
ETIOLOGI
Radiculopathy merujuk pada setiap penyakit yang mengenai pusat syaraf tulang
belakang. Herniated disk adalah salah satu penyebab radiculopathy (sciatica).
Kebanyakan hernia terjadi di bagian punggung bawah (daerah lumbar) pada punggung.
Lebih dari 80% piringan yang hernia terjadi di punggung bagian bawah. Paling sering
terjadi pada orang berusia 30 sampai 50 tahun. diantara usia ini, pelindung tersebut
melemah. Bagian dalam, yang dibawah tekanan tinggi, bisa menekan melalui sebuah
sobekan atau bintik yang melemahkan pada penutup dan menonjol keluar. Setelah usia
50 tahun, bagian dalam piringan tersebut mulai mengeras, membuat hernia sedikit
mungkin. Sebuah piringan bisa sobek secara tiba-tiba, luka trauma atau luka berulang.
Obesitas ataupun mengangkat benda berat, terutama mengangkat beban dengan
posisi yang tidak semestinya dapat meningkatkan resiko tersebut.
Lumbar disk herniation terjadi 15 kali lebih sering dibandingkancervical disk herniation,
dan ini adalah salah satu penyebab yang paling umum pada nyeri punggung belakang.
Cervical disk mengenai 8% setiap kali dan upper-to-mid-back disk (thoracic) hanya 1-2
% setiap kali.
Faktor Risiko

1. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah

1. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi


2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya

2. Faktor risiko yang dapat dirubah

1. Pekerjaan dan aktivitas : duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik
barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung,
latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang
berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus
untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang

KLASIFIKASI
a. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi,
tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang
berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum longitudinal posterior
dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan/dimanifestasikan dengan
ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh.
Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps,
mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat
penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi extruded dan
melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari
nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau
lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut
atau beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut
saraf melawan apophysis artikuler.
b. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma
vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-
otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini
melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6
dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal
syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan
mengacu pada kerusakan kulit.
c. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya
terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan
melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-
kadang serangannya mendadak dengan paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi (menurut love dan
schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat
thoracal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan
posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.

PATOGENESIS
HNP dapat terjadi tiba-tiba ataupun perlahan-lahan. Empat langkah terjadinya HNP
adalah:
1) degenerasi discus: perubahan kimia yang terkait dengan usia menyebabkan
discus menjadi lemah.
2) Prolapse: bentuk ataupun posisi dari diskus dapat berubah yang ditunjukkan
dengan adanya penonjolan ke spinal canal. Hal ini sering pula disebut
dengan bulge atau protrusion.
3) Extrusion: nucleus pulposus keluar melalui robekan dari annulus fibrosus.
4) Sequestration atau Sequestered Disc: nucleus pulposus keluar dari annulus
fibrosus dan menempati sisi luar dari discus yaitu pad
Lokasi HNP dapat bermanifestasi pada keadaan klinis yang berbeda tergantung dari
arah ekstrusi dari nucleus pulposus:
1. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior, hal ini tidak mengakibatkanya
munculnya gejala yang berat kecuali nyeri.
2. Bila menonjolnya nukleus ke arah dorsal medial maka dapat menimbulkan
penekanan medulla spinalis dengan akibatnya gangguan fungsi motorik maupun
sensorik pada ektremitas, begitu pula gangguan miksi dan defekasi yang bersifat UMN.
3. Bila menonjolnya ke arah lateral atau dorsal lateral, maka hal ini dapat
menyebabkan tertekannya radiks saraf tepi yang keluar dari sana dan menyebabkan
gejala neuralgia radikuler.
4. Kadangkala protrusi nukleus terjadi ke atas atau ke bawah masuk ke dalam
korpus vertebral dan disebut dengan nodus Schmorl.

PATOFISIOLOGI
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dapat disebabkan oleh proses degeneratif dan trauma
yang diakibatkan oleh ( jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti
mengangkat benda berat) yang berlangsung dalam waktu yang lama. Diskus
intervertebralis merupakan jaringan yang terletak antara kedua tulang vertebra, yang
dilingkari oleh anulus fibrosus yang terdiri atas jaringan konsentrik dan fibrikartilago
dimana didalamnya terdapat substansi setengah cair. Substansi inilah yang dinamakan
dengan Nukleus Pulposus yang mengandung berkas-berkas serat kolagenosa, sel
jaringan ikat, dan sel tulang rawan. Bahan ini berfungsi sebagai peredam-kejut (shock
absorver) antara korpus vertebra yang berdekatan, dan juga berperan penting dalam
pertukaran cairan antara diskus dan kapiler. Diskus intervertebra ini membentuk sekitar
seperempat dari panjang keseluruhan kolumna vertebralis. Diskus paling tipis terletak di
regio lumbalis. Seiring dengan bertambahnya usia, kandungan air diskus berkurang
(dari 90% pada masa bayi menjadi 70% pada lanjut usia) dan diskus menjadi lebih tipis
sehingga resiko terjadinya HNP menjadi lebih besar. Kehilangan protein polisakarida
dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus.
Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada
herniasi nukleus.Selain itu serat-serat menjadi lebih kasar dan mengalami
hialinisasi,yang ikut berperan menimbulkan perubahan yang menyebabkan HNP
melalui anulus disertai penekanan saraf spinalis. Dalam herniasi diskus intervertebralis,
nukleus dari diskus menonjol kedalam anulus (cincin fibrosa sekitar diskus) dengan
akibat kompresi saraf. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan
kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus
melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh, kecelakaan,
dan stress minor berulang seperti mengangkat beban berat dalam waktu yang lama)
kartilago dapat cedera, kapsulnya mendorong kearah medulla spinalis atau mungkin
ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap saraf spinal saat
muncul dari kolumna spinal.
Sebagian besar herniasi diskus (proses bertahap yang ditandai serangan-serangan
penekanan akar saraf) terjadi di daerah lumbal di antara ruang lumbal IV ke V (L4 ke
L5), atau lumbal kelima (L5 ke S1), hal ini terjadi karena daerah inilah yang paling berat
menerima tumpuan berat badan kita pada saat beraktivitas. Arah tersering herniasi
bahan Nukleus pulposus adalah posterolateral. Karena akar saraf daerah lumbal miring
kebawah sewaktu keluar melalui foramen saraf, herniasi diskus antara L5 dan S1 lebih
mempengaruhi saraf S1 daripada L5.
Hernia Nukleus Pulposus yang menyerang vertebra lumbalis biasanya menyebabkan
nyeri punggung bawah yang hebat, mendesak, menetap beberapa jam sampai
beberapa minggu, rasa nyeri tersebut dapat bertambah hebat bila batuk, bersin atau
membungkuk, dan biasanya menjalar mulai dari punggung bawah ke bokong sampai
tungkai bawah. Parastesia yang hebat mugkin terjadi sesudah gejala nyeri menurun,
deformitas berupa hilangnya lordosis lumbal atau skoliosis, mobilitas gerakan tulang
belakang berkurang (pada stadium akut gerakan pada bagian lumbal sangat terbatas,
kemudian muncul nyeri pada saat ekstensi tulang belakang), nyeri tekan pada daerah
herniasi dan bokong (paravertebral), klien juga biasanya berdiri dengan sedikit condong
ke satu sisi.
Apabila kondisi ini berlangsung terus menerus dapat meninbulkan komplikasi antara
lain berupa radiklitis (iritasi akar saraf), cedera medulla spinalis, parestese, kelumpuhan
pada tungkai bawah.

MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot
sekitar lesi dan nyeri tekan. Hal ini desebabkan oleh spasme otot-otot tersebut dan
spasme menyebabkan penekanan pada saraf, neuron saraf menjadi terjepit lalu timbul
reaksi zat kimia/bioaktif (serotonin , bradikinin dan prostaglandin). Zat-zat tersebut
merupakan reseptor nyeri sehingga timbul rasa nyeri pada diri pasien.
Dimana nyeri tersebut terjadi tergantung dimana piringan tersebut mengalami herniasi
dan dimana pusat syaraf tulang punggung terkena. Nyeri tersebut terasa sepanjang
lintasan syaraf yang tertekan oleh piringan yang turun berok. Misal, piring hernia
umumya menyebabkan sciatica. Nyeri tersebut bervariasi dari ringan sampai
melumpuhkan, dan gerakan memperhebat nyeri tersebut. kaku dan kelemahan otot
bisa juga terjadi. Jika tekanan pada pusat syaraf besar, kaki kemungkinan lumpuh. Jika
cauda equina (berkas syaraf melebar dari bagian bawah tali tersebut) terkena,
pengendalian kantung kemih dan isi perut bisa hilang. Jika gejala-gejala serius ini
terjadi, perawatan medis diperlukan dengan segera.
Pusat syaraf (syaraf besar yang bercabang keluar dari tali tulang belakang) bisa
menjadi tertekan mengakibatkan gejala-gejala neurological, seperti perubahan sensor
atau gerak.
Manifestasi klinis HNP tergantung dari radiks saraf yang lesi. Gejala klinis yang paling
sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus). Nyeri
biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut menjalar sampai di bawah lutut.
Bila saraf sensorik yang besar (A beta) terkena akan timbul gejala kesemutan atau rasa
tebal sesuai dengan dermatomnya. Pada kasus berat dapat terjadi kelemahan otot dan
hilangnya refleks tendon patela (KPR) dan Achills (APR). Bila mengenai konus atau
kauda ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan fungsi seksual.
Sindrom kauda equina dimana terjadi saddle anasthesia sehingga menyebabkan nyeri
kaki bilateral, hilangnya sensasi perianal (anus), paralisis kandung kemih, dan
kelemahan sfingter ani. Sakit pinggang yang diderita pun akan semakin parah jika
duduk, membungkuk, mengangkat beban, batuk, meregangkan badan, dan bergerak.
Istirahat dan penggunaan analgetik akan menghilangkan sakit yang diderita.
a. Henia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan periodik
kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan tertentu,
ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga kadang-kadang
terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan
yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam gluteus
dan tungkai. Low back pain ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah iskhias
sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk
mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal.
Syndrom Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis yang prolaps
terdiri :

1. Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.


2. Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki
3. Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks.

Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :

1. Cara Kamp. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan


tungkai yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.
2. Tess Naffziger. Penekanan pada vena jugularis bilateral.
3. Tes Lasegue. Tes Crossed Laseque yang positif dan Tes Gowers dan Bragard
yang positif.

Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai atas dan


bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari muskulus
ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.
b. Hernia servicalis

1. Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis)


2. Atrofi di daerah biceps dan triceps
3. Refleks biceps yang menurun atau menghilang
4. Otot-otot leher spastik dan kaku kuduk.

c. Hernia thorakalis

1. Nyeri radikal
2. Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang
paraparesis
3. Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia

PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk
Inspeksi daerah punggung. Perhatikan jika ada lurus tidaknya, lordosis, ada tidak
jalur spasme otot para vertebral? deformitas? kiphosis? gibus?
2. Palpasi
Palpasi sepanjang columna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan pada salah satu
procesus spinosus, atau gibus/deformitas kecil dapat teraba pada palpasi atau adanya
spasme otot para vertebral)
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang bawah
adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.

1. Pemeriksaan sensorik

Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf tertentu
maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan menentukan
batas-batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu dapat diketahui.

2. Pemeriksaan motorik

Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana yang
terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka musculus
tibialis anterior akan menurun kekuatannya.

3. Pemeriksaan reflek

Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron bawah dan
meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan HNP
maka reflek tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau menghilang

4. Tes-tes

a. Tes lasegue (straight leg raising)


Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf
ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri pinggang dikarenakan iritasi pasa saraf ini maka
nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai
ujung kaki.
b. Crossed lasegue
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri pada tungkai
yang sakit maka dikatakan crossed lasegue positif.Artinya ada lesi pada saraf
ischiadicus atau akar-akar saraf yang membentuk saraf ini.
c. Tes kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah sendi coxa
900 dicoba untuk meluruskan sendi lutut.
d. Patrick sign (FABERE sign)
FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, external, rotasi, extensi. Pada tes ini
penderita berbaring, tumit dari kaki yang satu diletakkan pada sendi lutut pada tungkai
yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar.
Bila timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik
misalnya coxitis.
e. Chin chest maneuver
Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada. Tindakan ini akan mengakibatkan
tertariknya myelum naik ke atas dalam canalis spinalis. Akibatnya maka akar-akar saraf
akan ikut tertarik ke atas juga, terutama yang berada di bagian thorakal bawah dan
lumbal atas. Jika terasa nyeri berarti ada gangguan pada akar-akat saraf tersebut

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Rontgen Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang dan
ruang invertebratalis dan dapat digunakan untuk mengesampingkan kecurigaan
patologis lain seperti tumor atau osteomielitis.
2. MRI : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit
spinal lumbal, serta menunjukkan adanya perubahan tulang dan jaringan lunak yang
dapat memperkuat bukti adanya discus.
3. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada MRI.
Mielogram menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.
4. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus / melihat
adanya polineuropati. Pemeriksaan ini dapat melokolisasi lesi pada tingkat akar saraf
spinal utama yang terkena.
5. Venogram epidura : dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari miogram terbatas.
6. Pungsi lumbal : mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi, adanya
darah.
7. Tanda LeSeque : dengan mengangkat kaki lurus keatas,dapat mendukung diagnosa
awal dari herniasi diskus intervetebra ketika muncul nyeri pada kaki posterior.
8. Pemeriksaan urine : menyingkirkan kelainan pada saluran kencing.
9. LED : menyingkirkan adanya diagnosa banding tumor ganas, infeksi, dan penyakit
Reumatik.

PENATALAKSANAAN
Setelah sekitar 2 minggu, kebanyakan orang sembuh tanpa pengobatan apapun.
Memberikan kompres dingin (seperti ice pack) untuk nyeri yang akut dan panas (seperti
heating pad) untuk nyeri yang kronik. Dapat pula menggunakan analgesik OTC bisa
membantu meringankan nyeri tersebut. kadangkala operasi untuk mengangkat bagian
atau seluruh piringan dan bagian tulang belakang diperlukan. Pada 10 % sampai 20%
orang yang mengalami operasi untuk sciatica disebabkan piringan hernia, piringan lain
pecah.
Penatalaksanaan pada klien dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah :
1. Pemberian obat-obatan seperti analgetik, sedatif (untuk mengontrol kecemasan yang
sering ditimbulkan oleh penyakit diskus vertebra servikal), relaksan otot, anti inlamasi
atau kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi yang biasanya terjadi pada
jaringan penyokong dan radiks saraf yang terkena, antibiotik diberikan pasca operasi
untuk mengurangi resiko infeksi pada insisi pembedahan .
2. Prosedur pembedahan.
a. Laminektomi, adalah eksisi pembedahan untuk mengangkat lamina dan
memungkinkan ahli bedah spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan
menghilangkan kompresi medulla dan radiks, laminektomi juga berarti eksisi vertebra
posterior dan umumnya dilakukan untuk menghilangkan tekanan atau nyeri akibat HNP.
b. Disektomi, adalah mengangkat fragmen herniasi atau keluar dari diskus
intervertebral.
c. Laminotomi, adalah pembagian lamina vertebra.
d. Disektomi dengan peleburan- graft tulang (dari krista iliaka atau bank tulang) yang
digunakan untuk menyatukan dengan prosesus spinosus vertebra ; tujuan peleburan
spinal adalah untuk menjembatani diskus defektif untuk menstabilkan tulang belakang
dan mengurangi angka kekambuhan.
e. Traksi lumbal yang bersifat intermitten.
f. Interbody Fusion (IF) merupakan penanaman rangka Titanium yang berguna untuk
mempertahankan dan mengembalikan tulang ke posisi semula.
3. Fisioterapi
a. Immobilisasi
Immobilisasi dengan menggunakan traksi dan brace. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
pergerakan vertebra yang akan memperparah HNP.
b. Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan
beban. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan vertebra servikalis.
c. Meredakan Nyeri
Kompres hangat dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri. Kompres hangat
menimbulkan vasodilatasi sehingga tidak terjadi kekakuan pada daerah vertebra.

Komplikasi
1. kelumpuhan pada ekstremitas bawah
2. cedera medula spinalis
3. radiklitis (iritasi akar saraf)
4. parestese
5. disfungsi seksual
6. hilangnya fungsi pengosongan VU dan sisa pencernaan.

Prognosa
Umumnya prognosa baik dengan pengobatan yang konservatif. Presentasi rekurensi
dari keadaan ini sangat kecil. Tetapi kadang-kadang pada sebagian orang memerlukan
waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun untuk memulai lagi aktivitasnya tanpa
disertai rasa nyeri dan tegang pada tulang belakang. Keadaan tertentu (misalnya dalam
bekerja) yang mengharuskan pengangkatan suatu benda maka sebaiknya dilakukan
modifikasi untuk menghindari rekurensi nyeri pada tulang belakang. Kebanyakan pasien
penderita HNP 80-90% akan membaik keadaannya kepada aktivitas normal tanpa
terapi yang agresif, dan dapat sembuh sempurna dalam hitungan kira-kira 1-2 bulan.
Tetapi sebagian kecil akan berlanjut menjadi kronik nyeri punggung bawah walaupun
telah menjalani terapi. Dan bila berlanjut dengan adanya keluhan pada kontrol bowel
dan bladder maka perlu dipikirkan kembali untuk dilakukan tindakan bedah.

PENCEGAHAN
Bekerja atau melakukan aktifitas dengan aman, menggunakan teknik yang aman.
Mengontrol berat badan bisa mencegah trauma punggung atau pinggang pada
beberapa orang.

Anda mungkin juga menyukai