Anda di halaman 1dari 12

TUGAS II

Ringkasan
Incinerator

DISUSUN OLEH
NAMA OMAR PERPATIH
NPM 1706991643

MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT :


OPERATOR DAN DISAIN
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain

Daftar Isi
Daftar Isi ................................................................................................................................................... 1
Tabel Gambar ........................................................................................................................................... 1
Proses Pengolahan Limbah Padat Perkotaan dengan Pembakaran ........................................................... 2
Deskripsi Umum .................................................................................................................................. 2
Dasar Rencana Pembakaran dan Insinerasi ......................................................................................... 3
Satuan Yang Digunakan ................................................................................................................. 4
Hukum Gas Ideal ............................................................................................................................ 4
Energi Panas ................................................................................................................................... 4
Analisa Sistem Pembakaran ............................................................................................................ 4
Penghitungan Proses Insinerasi ....................................................................................................... 5
Pengolahan Limbah Dengan Insinerator .............................................................................................. 6
Definisi Insinerator ......................................................................................................................... 6
Tipe Tipe Insinerator .................................................................................................................... 6
Proses Insinerasi.............................................................................................................................. 9

Tabel Gambar
Gambar 1. Pemisahan Magnetik Material ferrous and nonferrous ........................................................... 3
Gambar 2. Rotary Kiln - Afterburner ....................................................................................................... 7
Gambar 3. Multiple Hearth Incinerator ................................................................................................... 7
Gambar 4. Fluidized Bed Incinerator ....................................................................................................... 8

List Tabel

Tabel 1. Nilai Konstanta untuk Gas Ideal, R......................................................................................... 4


Tabel 2. Baku Mutu Emisi Udara untuk Insinerator ............................................................................... 10

Insinerator Page 1
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain

Proses Pengolahan Limbah Padat Perkotaan


dengan Pembakaran

Deskripsi Umum
Dalam pengolahan sampah perkotaan, metode pembakaran adalah salah satu sistem pengelolaan
limbah padat perkotaan yang cukup menarik untuk digunakan, baik secara pembakaran langsung
(Direct Combustion) maupun pembakaran tidak langsung (indirect combustion).
Sistem pembakaran ini dalam penggunaannya mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
1. Pengurangan Volume yang Signifikan, hal ini penting untuk sampah solid dan atau sampah
yang mempunyai kelembapan tinggi.
2. Detoksifikasi, khususnya untuk sampah sampah dengan kandungan yang bisa memicu
kanker (karsinogenik), limbah padat rumah sakit dan material patogenik, limbah organik
beracun atau bahan lainnya yang bisa mempengaruhi kesehatan lingkungan, air, tanah dan
udara.
3. Mitigasi Dampak Lingkungan, beberapa material limbah organik dapat menghasilkan air lindi
dan menghasilkan bau tidak sedap. Disamping itu, gas rumah kaca CO2 yang dihasilkan akibat
proses pembakaran oleh incinerator mempunyai resiko yang lebih kecil daripada proses
dekomposisi anaerob yang menghasilkan Gas CH4 dan CO2 yang lebih banyak.
4. Pengontrolan Regulasi dan Standardisasi Emisi, pengontrolan sistem pengelolaan limbah
padat dengan pembakaran lebih terkendali daripada dekomposisi biologis. Penggunaan
equipment-equipment seperti Air Filter, Boiler Heat Control dan lain-lain sebagai suatu
rekayasa sistem pembakaran memudahkan untuk kalibrasi sesuai dengan regulasi yang ada.
5. Potensi Energi, energy panas yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi energy gerak, listrik
maupun produk produk material dengan proses panas yang tinggi, seperti bata merah,
pencetakkan timah dan lain lain.
6. Kestabilan Pada Area Landfill, waktu pembakaran yang bisa terukur, volume input dan output
material yang masuk kedalam sistem incinerator, didesain sedemikian rupa, sehingga
incinerator mempunyai sistem yang optimum.
Disamping memiliki beberapa kelebihan, sistem pembakaran ini memiliki beberapa kekurangan antara
lain :
1. Biaya, biaya pembuatan insinerator, operasional dan perawatan yang cukup tinggi menjadikan
sistem pembakaran ini tidak menemukan nilai ekonomis dan investasinya. Sebagai gambaran,
pembuatan insinerator untuk limbah padat perkotaan biayanya menyamai pembuatan sebuah
Stasiun Pengumpul Migas, dengan nilai ekonomis sampah yang diolah lebih rendah daripada
minyak dan gas bumi.
2. Kondisi Operasional, pada pengolahan limbah padat perkotaan, jenis sampah yang heterogen
menjadi permasalahan pokok karena tidak semua material limbah bisa terbakar dan dapat
dibakar sedangkan pemilahan sampah limbah padat perkotaan saat ini masih dilakukan dengan
cara konvensional/manual, hal ini menyulitkan dalam proses operasional insinerator.

Insinerator Page 2
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain

3. Kondisi Operator (Sumber Daya Manusia), tingkat kasta limbah padat perkotaan yang
rendah menjadikan Fasilitas Insinerator kesulitan untuk mendapatkan tenaga tenaga
operasional yang berpengalaman di bidangnya, sedangkan sistem otomatisasi dan robotic
sebagai pengganti manusia akan berpengaruh naiknya biaya pembuatan, operasional dan
perawatannya.
4. Efek Sekunder Lingkungan :
Emisi Udara, insinerator menghasilkan beberapa gas yang berbau, disamping itu juga
menghasilkan Sulfur Dioxide, Hidrogen Chloride, Abu Terbang, Karbon Monoksida, Gas
Karsinogenik seperti Dioxin dan gas beracun lainnya, meskipun teknologi pengendali polusi
udara dapat menetralisir atau minimal mengurangi dampaknya terhadap lingkungan, tingginya
biaya mulai dari pengambilan sampel sampai dengan pembuatan teknologi pengendali polusi
udara, masih menjadi kendala utama sistem pembakaran ini.
Emisi Cemaran Air, beberapa teknologi pengendali polusi udara menggunakan terkadang
menggunakan Wet-Scrubber yang berbasis air. Air yang digunakan untuk menetralisir emisi
udara akan menjadi sangat asam dan berpotensi mencemari air lingkungan.
Emisi Residu, debu dan abu pada proses pembakaran mempunyai potensi bahaya yang tinggi
terhadap kesehatan para pekerja dan menimbulkan endapan maupun korosi erosive pada
mesin mesin bagian dari insinerator.
5. Resiko Teknis, proses analisa dari pembakaran ini sangatlah sulit karena beragamnya material
limbah padat perkotaan, perubahan dari karakter limbah akan berakibat merubah jalur kimiawi
(chemical pathway) dari keseluruhan proses.

Gambar 1. Pemisahan Magnetik Material ferrous and nonferrous

Dasar Rencana Pembakaran dan Insinerasi


Pada sistem insinerasi, reaksi kimia yang terjadi pada proses pembakaran menjadi basis dalam
perencanaan desain insinerator. Stoikiometri reaksi adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung
hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Beberapa kondisi terjadi bahwa
reaksi kimia dalam sistem insinerasi, mengakibatkan insinerasi tidak selesai dengan sempurna,
dikarenakan equilibrium reaksi kimia.

Insinerator Page 3
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain

Satuan Yang Digunakan


Dalam menganalisa terkait permasalahan pembakaran, menggunakan satuan molekul (mol) dalam berat
kilogram (kilogram-mol) menjadi suatu keuntungan tersendiri karena hal ini didasarkan pada fakta
bahwa satu berat molekul (atom) dari suatu elemen sama dengan molekul suatu gas dalam tekanan dan
temperatur yang standar, jika gas tersebut dalam kondisi ideal.
Hukum Gas Ideal
Perilaku dari gas ideal diberikan dalam persamaan :
PV nRT ,
Dimana P adalah tekanan absolute dari gas, V adalah volume gas, n jumlah mol gas, R adalah
konstanta universal gas dan T merupakan temperatur absolute gas. Untuk temperatur, angka 273,15
harus ditambahkan bila satuan yang ada dalam Celcius dan 459,69 bila satuan yang ada dalam
Fahrenheit, untuk mengkonversinya kedalam satuan Kelvin.

Tabel 1. Nilai Konstanta untuk Gas Ideal, R.


Energi Panas
Satuan dasar yang digunakan dalam energy panas adalah Kilogram Kalori (kcal), yang merupakan
kuantitas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kilogram air sebesar 1Celcius. Satuan British
Thermal Unit (Btu) , yang merupakan nilai yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1lb air sebesar
1Fahrenheit, digunakan sebagai pembanding.

Analisa Sistem Pembakaran


Beberapa pendekatan umum untuk analisa sistem pembakaran dibutuhkan karena keragaman material
yang akan diproses.
1. Basis Data, informasi dasar yang dibutuhkan untuk analisa sistem pembakaran dari insinerasi
adalah data thermochemical, beberapa hasil dari uji coba lab dan test lapangan, uji coba
sampel limbah padat. Panduan penggunaan data-data tersebut adalah korelasi dasar
stoikiometri yang menerangkan proporsi dasar dari molekul, sebagai contoh misalnya, 2 atom
Oksigen dengan 1 atom Karbon menjadi 1 atom CO2.
2. Penghitungan Dasar, basis perhitungan dan analisa pembakaran dengan material limbah padat
yang heterogen harus ditetapkan misalnya insinerator dihitung berdasarkan dari 100 kg-mol
dari sampah, atau elemen lain atau berdasarkan lamanya durasi dari pembakaran.

Insinerator Page 4
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain

3. Asumsi Kimiawi Pembakaran, Umumnya hasil dari proses insinerasi banyak mengandung C,
H, O, N, S dan Cl. Beberapa ada juga yang mengandung P, Br dan beberapa unsur metal.
Dalam memperhitungkan keseimbangan reaksi kimia, disposisi elemen-elemen ini harus
dipertimbangkan terkandung di dalam Combustor Effluent Stream (gas, cairan dan padat).
Sebagai basis dari keseimbangan material dan energi, asumsi-asumsi berikut umumnya valid
untuk proses pembakaran teroksidasi :
a. Elemen karbon organik + O2 CO2. Dalam sistem sebenarnya, beberapa fraksi dari
Karbon tidak semuanya teroksidasi, dan muncul sebagai material tidak terbakar atau
Hidrokarbon tar dalam residu padat, dan CO dalam emisi gas.
b. Tergantung pada suhu pembakaran, inorganic (karbonat atau bikarbonat) mungkin juga
dilepaskan sebagai CO2 oleh proses pemisahan atau tetap berada dalam abu hasil
pembakaran.
c. Elemen Hidrogen + O2 H2O.
d. Tergantung pada suhu pembakaran, Hidrogen muncul didalam hidrasi air dan mungkin
tidak dilepaskan dalam proses pembakaran kimia.
e. Hidrogen apabila muncul dalam reaksi kimia anorganik, dapat bereaksi menjadi
bermacam-macam reaktan, missal : 2NaOH Na2O + H2O
f. Oksigen dapat berasosiasi dengan elemen non-metal seperti C, H, P, S atau N dalam
komponen organik atau berasosiasi dengan metal dalam bentuk O 2 yang terdapat di udara
sebagai reaksi oksidasi alami.
g. Oksigen dapat berasosiasi dengan Karbonat, Fosfat dan lain-lain , menjadi bentuk
tersendiri tergantung kepada temperatur pembakaran.
h. Dalam setiap proses, Nitrogen biasanya menjadi N2 (dan tambahan NO, NO2)
i. Hasil oksidasi sulfur organik, semisal Sulfonat, menjadi SO2 dan atau SO3.
j. Organik Fosfor, semisal beberapa pestisida, + O2 P2O5.
k. Klorin organik atau Bromin biasanya dipakai sebagai oxidizing agent untuk Hidrogen
HCl, HBr.

Penghitungan Proses Insinerasi


Beberapa tahap urutan pekerjaan harus dilakukan untuk melengkapi keterbatasan data dan faktor
variabel yang banyak, yaitu :
1. Membuat sketsa alur proses insinerasi (Incineration Process Flow Diagram), yang
mengindikasikan semua alur dari panas dan material, termasuk proses yang kontinuitas.
Semua dokumen dasar perencanaan termasuk juga data analisis dan efek/pengaruh dari panas.
2. Aplikasikan keseimbangan antara material limbah padat (Input = Output + Akumulasi),
elemen dan komponen pembakaran untuk optimalisasi dan penyempurnaan proses
pembakaran dan gunakan azas keseimbangan energi dan aplikasikan hubungan equilibrium
dan reaksi kimiawi.

Insinerator Page 5
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain

Pengolahan Limbah Dengan Insinerator


Definisi Insinerator
Insinerator adalah tungku pembakaran untuk mengolah limbah padat, yang mengkonversi limbah padat
(sampah) menjadi materi gas, dan abu, (bottom ash dan fly ash). Insinerasi merupakan proses
pengolahan limbah padat dengan cara pembakaran pada temperatur lebih dari 800C untuk mereduksi
sampah mudah terbakar (combustible) yang sudah tidak dapat didaur ulang lagi, membunuh bakteri,
virus, dan kimia toksik. Energi panas hasil pembakaran dalam insinerator dapat digunakan sebagai
energi alternatif bagi proses lain seperti pemanasan atau pengeringan.

Tipe Tipe Insinerator


Berdasarkan jenis metode pembakaran yang berlangsung, insinerator dikategorikan menjadi dua,
yaitu :
1. Insinerator Tipe Kontinyu, Pada tipe ini, sampah (MSW) dimasukkan secara terus menerus
dengan debit tetap.
2. Insinerator Tipe Batch, Tipe Batch, sampah (MSW) dimasukkan sampai mencapai batas
maksimum kemudian dibakar bersamaan.
Berdasarkan jumlah ruang bakarnya, insinerator dibagi menjadi dua tipe, Single Chamber dan
Multiple Chamber. Pada Insinerator Multiple Chamber terdapat 2 ruang bakar, yang terdiri dari
Primary Chamber dan Secondary Chamber.
1. Primary Chamber,
Primary Chamber berfungsi sebagai tempat pembakaran limbah. Kondisi pembakaran
dirancang dengan jumlah udara untuk reaksi pembakaran kurang dari semestinya, sehingga
disamping pembakaran juga terjadi reaksi pirolisa. Pada reaksi pirolisa material organik
terdegradasi menjadi Karbon Monoksida dan Metana. Temperatur dalam Primary Chamber
diatur pada rentang 600C ~ 800C dan untuk mencapai temperatur tersebut, pemanasan
dalam Primary Chamber dibantu oleh energi dari Burner dan energi pembakaran yang timbul
dari limbah itu sendiri. Udara (oksigen) untuk pembakaran disuplai oleh Blower dalam jumlah
yang terkontrol. Padatan sisa pembakaran di Primary Chamber dapat berupa padatan tak
terbakar (logam, kaca) dan abu (mineral), maupun karbon berupa arang. Tetapi arang dapat
diminimalkan dengan pemberian suplai oksigen secara berkesinambungan selama pembakaran
berlangsung. Sedangkan padatan tak terbakar dapat diminimalkan dengan melakukan
pensortiran limbah terlebih dahulu.
2. Secondary Chamber
Gas hasil pembakaran dan pirolisa perlu dibakar lebih lanjut agar tidak mencemari
lingkungan. Pembakaran gas-gas tersebut dapat berlangsung dengan baik jika terjadi
pencampuran yang tepat antara Oksigen (udara) dengan gas hasil pirolisa, serta ditunjang oleh
waktu tinggal (retention time) yang cukup. Udara untuk pembakaran di Secondary Chamber
disuplai oleh Blower dalam jumlah yang terkontrol. Selanjutnya gas pirolisa yang tercampur
dengan udara dibakar secara sempurna oleh Burner didalam Secondary Chamber dalam
temperatur tinggi yaitu sekitar 800 -1000. Sehingga gas-gas pirolisa (Metana, Etana dan
Hidrokarbon lainnya) terurai menjadi gas CO2 dan H2O.

Insinerator Page 6
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain

Berdasarkan sistemnya, insinerator dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :


1. Incinerator Rotary Kiln,
Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah yang mempunyai kandungan air (water content)
yang cukup tinggi dan volumenya cukup besar. Sistem insinerator ini berputar pada bagian
Primary Chamber, dengan tujuan untuk mendapatkan pembakaran limbah yang merata
keseluruh bagian. Proses pembakarannya terjadi dua kali pembakaran dalam Primary
Chamber, Secondary Chamber untuk sisa-sisa gas yang belum sempurna terbakar dan padatan
yang belum terbakar.

Gambar 2. Rotary Kiln - Afterburner

2. Multiple Hearth Incinerator


Multiple Hearth Incinerator, telah digunakan sejak pertengahan tahun 1900-an, terdiri dari
suatu kerangka lapisan baja tahan api dengan serangkaian tungku (hearth) yang tersusun
secara vertikal, satu di atas yang lainnya dan biasanya berjumlah 5-8 buah tungku, shaft rabble
arms beserta rabble teeth-nya 3 dengan kecepatan putaran /4 2 rpm.

Gambar 3. Multiple Hearth Incinerator

Insinerator Page 7
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain

Umpan sampah dimasukkan dari atas tungku secara terus menerus dan abu hasil proses
pembakaran dikeluarkan melalui silo.
Burner dipasang pada sisi dinding tungku pembakar di mana pembakaran terjadi. Udara
diumpan masuk dari bawah, dan sampah diumpan masuk dari atas. Limbah yang dapat
diproses dalam insinerator tipe ini harus memiliki kandungan padatan minimum antara
15~50%-berat. Limbah yang kandungan padatannya di bawah 15 %-berat padatan mempunyai
sifat seperti cairan daripada padatan. Limbah semacam ini cenderung untuk mengalir di dalam
tungku dan Rabble tidak akan berfungsi efektif. Jika kandungan padatan di atas 50 % berat,
maka lumpur bersifat sangat kental dan cenderung untuk menutup Rabble Teeth. Udara
dipasok dari bagian bawah Furnace dan naik melalui tungku dengan membawa produk
pembakaran dan partikel abu.

3. Fluidized Bed Incinerator,


Fluidized Bed Incinerator adalah sebuah tungku pembakar yang menggunakan media
pengaduk berupa pasir seperti pasir kuarsa atau pasir silika, sehingga akan terjadi
pencampuran (mixing) yang homogen antara udara dengan butiran-butiran pasir tersebut.
Mixing yang konstan antara partikel-partikel mendorong terjadinya laju perpindahan panas
yang sangat cepat serta terjadinya pembakaran sempurna. Fluidized Bed Incinerator
berorienrasi bentuk tegak lurus, silindris, dengan kerangka baja yang dilapisi bahan tahan api,
berisi hamparan pasir (sand bed) dan distributor untuk fluidasi udara. Fluidized Bed
Incinerator normalnya tersedia dalam ukuran berdiameter dari 9 sampai 34 ft. Pembakaran
dengan teknologi Fluidized Bed merupakan satu rancangan alternatif untuk pembakaran
limbah padat. Harapannya pasir tersebut diletakkan di atas distributor yang berupa grid logam
dengan dilapisi bahan tahan api.

Gambar 4. Fluidized Bed Incinerator

Insinerator Page 8
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain

Grid ini berisi suatu pelat berpori nosel-nosel injeksi udara di mana udara dialirkan ke dalam
ruang bakar untuk menfluidisasi hamparan (bed) tersebut. Aliran udara melalui nosel
menfluidisasi hamparan sehingga berkembang menjadi dua kali volume sebelumnya.
Fluidisasi meningkatkan pencampuran dan turbulensi serta laju perpindahan panas yang
terjadi. Bahan bakar bantu digunakan selama pemanasan awal untuk memanaskan hamparan
sampai temperatur operasi sekitar 750~900C sehingga pembakaran dapat terjaga pada
temperatur konstan. Dalam beberapa instalasi, suatu sistem penyemprotan air digunakan untuk
mengendalikan temperatur ruang bakar. Fluidized Bed Incinerator telah digunakan untuk
macam-macam limbah termasuk limbah perkotaan dan limbah lumpur. Reaktor unggun atau
hamparan fluidisasi (fluidized bed) meningkatkan penyebaran umpan limbah yang datang
dengan pemanasan yang cepat sampai temperatur pengapiannya (ignition) serta meningkatkan
waktu kontak yang cukup dan juga kondisi pencampuran yang hebat untuk pembakaran
sempurna. Pembakaran normalnya terjadi sendiri, kemudian sampah hancur dengan cepat,
kering dan terbakar di dalam hamparan pasir. Laju pembakaran sampah meningkat oleh
kontak langsung dengan partikel hamparan yang panas. Aliran udara fluidisasi meniup abu
halus dari hamparan. Gas-gas pembakaran biasanya diproses lagi di wet scrubber dan
kemudian abunya dibuang secara landfill.

Proses Insinerasi
Reaksi pembakaran secara umum terjadi melalui 2 cara, yaitu pembakaran sempurna (Complete
Combustion) dan pembakaran tidak sempurna. Pembakaran sempurna adalah proses pembakaran yang
terjadi jika semua karbon bereaksi dengan oksigen menghasilkan CO2, sedangkan pembakaran tidak
sempurna adalah proses pembakaran yang terjadi jika bahan bakar tidak terbakar habis dimana proses
pembakaran yang tidak semuanya menjadi CO2. Proses pembakaran aktual dipengaruhi oleh 5 faktor,
antara lain :
Pencampuran udara dan bahan dengan baik
Kebutuhan udara untuk proses pembakaran
Suhu pembakaran
Lamanya waktu pembakaran yang berhubungan dengan laju pembakaran
Berat jenis bahan yang akan dibakar
Pencampuran udara dan bahan bakar yang baik dalam pembakaran aktual biasanya tidak dapat dicapai
tetapi didekati melalui penambahan ekses udara. Penambahan ekses udara harus baik dengan nilai
minimum karena apabila terlalu banyak dapat meningkatkan kehilangan energi dalam pembakaran dan
meningkatnya emisi NOx.
Proses pembakaran sampah pada rumah tangga berlangsung secara bertahap. Tahap awal terjadi
penguapan kandungan air sampah yang belum terbakar menggunakan panas dari bahan terbakar yang
berada di sekelilingnya atau menggunakan energi panas yang ditambahkan dari luar. Pada saat
pemanasan sampah terjadi pelepasan karbon atau bahan volatile yang terkonversi menjadi gas yang
mudah terbakar, proses ini disebut Gasifikasi. Gas ini selanjutnya bercampur dengan Oksigen yang
dapat mengalami reaksi oksidasi. Kondisi ini apabila menghasilkan temperatur cukup tinggi dan
berlangsung lama dapat terkonversi secara sempurna (complete combustion) menghasilkan uap air dan

Insinerator Page 9
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain

CO2 yang dilepaskan ke udara. Kondisi sebaliknya dapat terjadi yaitu apabila temperatur pembakaran
rendah dan waktu tinggal pada ruang bakar cepat terjadi pembakaran yang tidak sempurna (incomplete
combustion) yang dapat menghasilkan asap. Dampak lain dari pembakaran tidak sempurna adalah
terbentuknya polutan lain yang semula tidak terdapat dalam sampah karena terjadi reaksi sintesa yang
disebut denovo menghasilkan dioksin dan furan yang bersifat karsinogenik.
Secara umum tahapan insinerasi berlangsung tiga tahap :
a. Pengeringan,
Merupakan penguapan air yang terkandung di dalam sampah, terutama pada sampah organik
yang mengandung kadar air > 70%. Penguapan air mulai terjadi pada temperatur 100 C. Pada
tahap ini dibutuhkan energi (panas) untuk menjaga temperatur tetap berada pada > 100 C.
b. Pembakaran material vollatile,
Yaitu reaksi oksigen dengan unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam sampah terutama
unsur N, S, P, Alkali dan lainnya sehingga tersisa unsur C (Karbon) yang kita kenal sebagai
arang. Secara kumulatif reaksi oksidasi ini akan menghasilkan kalor (panas). Untuk mencapai
temperatur reaksi oksidasinya maka dibutuhkan panas, meskipun pada akhir reaksinya akan
dihasilkan panas.

Tabel 2. Baku Mutu Emisi Udara untuk Insinerator

c. Pembakaran Sempurna,
Yaitu reaksi oksigen dengan Karbon (arang) pada temperature 400C~600 C dengan tahapan
reaksi sbb: C + O2 CO2
CO2 + C 2CO
2CO + O2 CO2
Secara kumulatif reaksi ini menghasilkan panas (eksotermik). Reaksi inilah yang menjelaskan
mengapa selalu terbentuk gas CO (karbon monoksida) pada pembakaran arang.

Insinerator Page 10
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain

Gas Emisi Pembakaran


Pembakaran adalah proses oksidasi dimana oksigen diberikan dengan mengikuti rasio udara berlebih
terhadap massa bahan bakar agar diperoleh reaksi pembakaran yang sempurna. Reaksi utama dari
proses pembakaran antara karbon dengan oksigen akan membentuk karbon monoksida (CO) dan
karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida merupakan produk pembakaran yang memiliki temperatur
rendah. Oksidasi karbon monoksida ke karbon dioksida hanya dapat terbentuk jika memiliki sejumlah
oksigen yang seimbang. Kandungan CO yang tinggi mengindikasikan proses pembakaran tidak
komplit dan ini harus seminimal mungkin dihindari, karena :
a. CO adalah gas yang dapat dibakar. Kandungan CO yang tinggi akan menghasilkan efisiensi
pembakaran yang rendah.
b. Dapat menyebabkan gangguan bau (odour).
Dalam suatu pembakaran, diharapkan terjadi pembakaran sempurna. Untuk suatu bahan bakar
hidrokarbon, produk yang akan dihasilkan adalah CO2, H2O, dan N2, sementara O2 juga akan terbentuk
jika terjadi kelebihan suplai udara. Jika bahan bakar telah ditentukan dan pembakaran terjadi secara
sempurna, jumlah dari masing-masing produk dapat ditentukan dengan menerapkan prinsip konservasi
massa pada persamaan kimia. Di dalam semua jenis alat pembakaran, derajat pencampuran antara
bahan bakar dan udara merupakan suatu faktor penentu dalam reaksi yang terjadi setelah terjadi
pencampuran bahan bakar dan udara. Bila konsentrasi gas CO sangat tinggi mempunyai resiko yang
tinggi bagi makhuk hidup dan lingkungan sekitarnya. Pada pembakaran sempurna, reaktan akan
terbakar dengan oksigen, menghasilkan sejumlah produk yang terbatas. Ketika hidrokarbon terbakar
dengan oksigen, maka hanya akan dihasilkan gas karbon dioksida dan uap air. Namun terkadang akan
dihasilkan senyawa nitrogen dioksida yang merupakan hasil teroksidasinya senyawa nitrogen di dalam
udara.

Insinerator Page 11

Anda mungkin juga menyukai