Ringkasan
Incinerator
DISUSUN OLEH
NAMA OMAR PERPATIH
NPM 1706991643
Daftar Isi
Daftar Isi ................................................................................................................................................... 1
Tabel Gambar ........................................................................................................................................... 1
Proses Pengolahan Limbah Padat Perkotaan dengan Pembakaran ........................................................... 2
Deskripsi Umum .................................................................................................................................. 2
Dasar Rencana Pembakaran dan Insinerasi ......................................................................................... 3
Satuan Yang Digunakan ................................................................................................................. 4
Hukum Gas Ideal ............................................................................................................................ 4
Energi Panas ................................................................................................................................... 4
Analisa Sistem Pembakaran ............................................................................................................ 4
Penghitungan Proses Insinerasi ....................................................................................................... 5
Pengolahan Limbah Dengan Insinerator .............................................................................................. 6
Definisi Insinerator ......................................................................................................................... 6
Tipe Tipe Insinerator .................................................................................................................... 6
Proses Insinerasi.............................................................................................................................. 9
Tabel Gambar
Gambar 1. Pemisahan Magnetik Material ferrous and nonferrous ........................................................... 3
Gambar 2. Rotary Kiln - Afterburner ....................................................................................................... 7
Gambar 3. Multiple Hearth Incinerator ................................................................................................... 7
Gambar 4. Fluidized Bed Incinerator ....................................................................................................... 8
List Tabel
Insinerator Page 1
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain
Deskripsi Umum
Dalam pengolahan sampah perkotaan, metode pembakaran adalah salah satu sistem pengelolaan
limbah padat perkotaan yang cukup menarik untuk digunakan, baik secara pembakaran langsung
(Direct Combustion) maupun pembakaran tidak langsung (indirect combustion).
Sistem pembakaran ini dalam penggunaannya mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
1. Pengurangan Volume yang Signifikan, hal ini penting untuk sampah solid dan atau sampah
yang mempunyai kelembapan tinggi.
2. Detoksifikasi, khususnya untuk sampah sampah dengan kandungan yang bisa memicu
kanker (karsinogenik), limbah padat rumah sakit dan material patogenik, limbah organik
beracun atau bahan lainnya yang bisa mempengaruhi kesehatan lingkungan, air, tanah dan
udara.
3. Mitigasi Dampak Lingkungan, beberapa material limbah organik dapat menghasilkan air lindi
dan menghasilkan bau tidak sedap. Disamping itu, gas rumah kaca CO2 yang dihasilkan akibat
proses pembakaran oleh incinerator mempunyai resiko yang lebih kecil daripada proses
dekomposisi anaerob yang menghasilkan Gas CH4 dan CO2 yang lebih banyak.
4. Pengontrolan Regulasi dan Standardisasi Emisi, pengontrolan sistem pengelolaan limbah
padat dengan pembakaran lebih terkendali daripada dekomposisi biologis. Penggunaan
equipment-equipment seperti Air Filter, Boiler Heat Control dan lain-lain sebagai suatu
rekayasa sistem pembakaran memudahkan untuk kalibrasi sesuai dengan regulasi yang ada.
5. Potensi Energi, energy panas yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi energy gerak, listrik
maupun produk produk material dengan proses panas yang tinggi, seperti bata merah,
pencetakkan timah dan lain lain.
6. Kestabilan Pada Area Landfill, waktu pembakaran yang bisa terukur, volume input dan output
material yang masuk kedalam sistem incinerator, didesain sedemikian rupa, sehingga
incinerator mempunyai sistem yang optimum.
Disamping memiliki beberapa kelebihan, sistem pembakaran ini memiliki beberapa kekurangan antara
lain :
1. Biaya, biaya pembuatan insinerator, operasional dan perawatan yang cukup tinggi menjadikan
sistem pembakaran ini tidak menemukan nilai ekonomis dan investasinya. Sebagai gambaran,
pembuatan insinerator untuk limbah padat perkotaan biayanya menyamai pembuatan sebuah
Stasiun Pengumpul Migas, dengan nilai ekonomis sampah yang diolah lebih rendah daripada
minyak dan gas bumi.
2. Kondisi Operasional, pada pengolahan limbah padat perkotaan, jenis sampah yang heterogen
menjadi permasalahan pokok karena tidak semua material limbah bisa terbakar dan dapat
dibakar sedangkan pemilahan sampah limbah padat perkotaan saat ini masih dilakukan dengan
cara konvensional/manual, hal ini menyulitkan dalam proses operasional insinerator.
Insinerator Page 2
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain
3. Kondisi Operator (Sumber Daya Manusia), tingkat kasta limbah padat perkotaan yang
rendah menjadikan Fasilitas Insinerator kesulitan untuk mendapatkan tenaga tenaga
operasional yang berpengalaman di bidangnya, sedangkan sistem otomatisasi dan robotic
sebagai pengganti manusia akan berpengaruh naiknya biaya pembuatan, operasional dan
perawatannya.
4. Efek Sekunder Lingkungan :
Emisi Udara, insinerator menghasilkan beberapa gas yang berbau, disamping itu juga
menghasilkan Sulfur Dioxide, Hidrogen Chloride, Abu Terbang, Karbon Monoksida, Gas
Karsinogenik seperti Dioxin dan gas beracun lainnya, meskipun teknologi pengendali polusi
udara dapat menetralisir atau minimal mengurangi dampaknya terhadap lingkungan, tingginya
biaya mulai dari pengambilan sampel sampai dengan pembuatan teknologi pengendali polusi
udara, masih menjadi kendala utama sistem pembakaran ini.
Emisi Cemaran Air, beberapa teknologi pengendali polusi udara menggunakan terkadang
menggunakan Wet-Scrubber yang berbasis air. Air yang digunakan untuk menetralisir emisi
udara akan menjadi sangat asam dan berpotensi mencemari air lingkungan.
Emisi Residu, debu dan abu pada proses pembakaran mempunyai potensi bahaya yang tinggi
terhadap kesehatan para pekerja dan menimbulkan endapan maupun korosi erosive pada
mesin mesin bagian dari insinerator.
5. Resiko Teknis, proses analisa dari pembakaran ini sangatlah sulit karena beragamnya material
limbah padat perkotaan, perubahan dari karakter limbah akan berakibat merubah jalur kimiawi
(chemical pathway) dari keseluruhan proses.
Insinerator Page 3
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain
Insinerator Page 4
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain
3. Asumsi Kimiawi Pembakaran, Umumnya hasil dari proses insinerasi banyak mengandung C,
H, O, N, S dan Cl. Beberapa ada juga yang mengandung P, Br dan beberapa unsur metal.
Dalam memperhitungkan keseimbangan reaksi kimia, disposisi elemen-elemen ini harus
dipertimbangkan terkandung di dalam Combustor Effluent Stream (gas, cairan dan padat).
Sebagai basis dari keseimbangan material dan energi, asumsi-asumsi berikut umumnya valid
untuk proses pembakaran teroksidasi :
a. Elemen karbon organik + O2 CO2. Dalam sistem sebenarnya, beberapa fraksi dari
Karbon tidak semuanya teroksidasi, dan muncul sebagai material tidak terbakar atau
Hidrokarbon tar dalam residu padat, dan CO dalam emisi gas.
b. Tergantung pada suhu pembakaran, inorganic (karbonat atau bikarbonat) mungkin juga
dilepaskan sebagai CO2 oleh proses pemisahan atau tetap berada dalam abu hasil
pembakaran.
c. Elemen Hidrogen + O2 H2O.
d. Tergantung pada suhu pembakaran, Hidrogen muncul didalam hidrasi air dan mungkin
tidak dilepaskan dalam proses pembakaran kimia.
e. Hidrogen apabila muncul dalam reaksi kimia anorganik, dapat bereaksi menjadi
bermacam-macam reaktan, missal : 2NaOH Na2O + H2O
f. Oksigen dapat berasosiasi dengan elemen non-metal seperti C, H, P, S atau N dalam
komponen organik atau berasosiasi dengan metal dalam bentuk O 2 yang terdapat di udara
sebagai reaksi oksidasi alami.
g. Oksigen dapat berasosiasi dengan Karbonat, Fosfat dan lain-lain , menjadi bentuk
tersendiri tergantung kepada temperatur pembakaran.
h. Dalam setiap proses, Nitrogen biasanya menjadi N2 (dan tambahan NO, NO2)
i. Hasil oksidasi sulfur organik, semisal Sulfonat, menjadi SO2 dan atau SO3.
j. Organik Fosfor, semisal beberapa pestisida, + O2 P2O5.
k. Klorin organik atau Bromin biasanya dipakai sebagai oxidizing agent untuk Hidrogen
HCl, HBr.
Insinerator Page 5
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain
Insinerator Page 6
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain
Insinerator Page 7
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain
Umpan sampah dimasukkan dari atas tungku secara terus menerus dan abu hasil proses
pembakaran dikeluarkan melalui silo.
Burner dipasang pada sisi dinding tungku pembakar di mana pembakaran terjadi. Udara
diumpan masuk dari bawah, dan sampah diumpan masuk dari atas. Limbah yang dapat
diproses dalam insinerator tipe ini harus memiliki kandungan padatan minimum antara
15~50%-berat. Limbah yang kandungan padatannya di bawah 15 %-berat padatan mempunyai
sifat seperti cairan daripada padatan. Limbah semacam ini cenderung untuk mengalir di dalam
tungku dan Rabble tidak akan berfungsi efektif. Jika kandungan padatan di atas 50 % berat,
maka lumpur bersifat sangat kental dan cenderung untuk menutup Rabble Teeth. Udara
dipasok dari bagian bawah Furnace dan naik melalui tungku dengan membawa produk
pembakaran dan partikel abu.
Insinerator Page 8
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain
Grid ini berisi suatu pelat berpori nosel-nosel injeksi udara di mana udara dialirkan ke dalam
ruang bakar untuk menfluidisasi hamparan (bed) tersebut. Aliran udara melalui nosel
menfluidisasi hamparan sehingga berkembang menjadi dua kali volume sebelumnya.
Fluidisasi meningkatkan pencampuran dan turbulensi serta laju perpindahan panas yang
terjadi. Bahan bakar bantu digunakan selama pemanasan awal untuk memanaskan hamparan
sampai temperatur operasi sekitar 750~900C sehingga pembakaran dapat terjaga pada
temperatur konstan. Dalam beberapa instalasi, suatu sistem penyemprotan air digunakan untuk
mengendalikan temperatur ruang bakar. Fluidized Bed Incinerator telah digunakan untuk
macam-macam limbah termasuk limbah perkotaan dan limbah lumpur. Reaktor unggun atau
hamparan fluidisasi (fluidized bed) meningkatkan penyebaran umpan limbah yang datang
dengan pemanasan yang cepat sampai temperatur pengapiannya (ignition) serta meningkatkan
waktu kontak yang cukup dan juga kondisi pencampuran yang hebat untuk pembakaran
sempurna. Pembakaran normalnya terjadi sendiri, kemudian sampah hancur dengan cepat,
kering dan terbakar di dalam hamparan pasir. Laju pembakaran sampah meningkat oleh
kontak langsung dengan partikel hamparan yang panas. Aliran udara fluidisasi meniup abu
halus dari hamparan. Gas-gas pembakaran biasanya diproses lagi di wet scrubber dan
kemudian abunya dibuang secara landfill.
Proses Insinerasi
Reaksi pembakaran secara umum terjadi melalui 2 cara, yaitu pembakaran sempurna (Complete
Combustion) dan pembakaran tidak sempurna. Pembakaran sempurna adalah proses pembakaran yang
terjadi jika semua karbon bereaksi dengan oksigen menghasilkan CO2, sedangkan pembakaran tidak
sempurna adalah proses pembakaran yang terjadi jika bahan bakar tidak terbakar habis dimana proses
pembakaran yang tidak semuanya menjadi CO2. Proses pembakaran aktual dipengaruhi oleh 5 faktor,
antara lain :
Pencampuran udara dan bahan dengan baik
Kebutuhan udara untuk proses pembakaran
Suhu pembakaran
Lamanya waktu pembakaran yang berhubungan dengan laju pembakaran
Berat jenis bahan yang akan dibakar
Pencampuran udara dan bahan bakar yang baik dalam pembakaran aktual biasanya tidak dapat dicapai
tetapi didekati melalui penambahan ekses udara. Penambahan ekses udara harus baik dengan nilai
minimum karena apabila terlalu banyak dapat meningkatkan kehilangan energi dalam pembakaran dan
meningkatnya emisi NOx.
Proses pembakaran sampah pada rumah tangga berlangsung secara bertahap. Tahap awal terjadi
penguapan kandungan air sampah yang belum terbakar menggunakan panas dari bahan terbakar yang
berada di sekelilingnya atau menggunakan energi panas yang ditambahkan dari luar. Pada saat
pemanasan sampah terjadi pelepasan karbon atau bahan volatile yang terkonversi menjadi gas yang
mudah terbakar, proses ini disebut Gasifikasi. Gas ini selanjutnya bercampur dengan Oksigen yang
dapat mengalami reaksi oksidasi. Kondisi ini apabila menghasilkan temperatur cukup tinggi dan
berlangsung lama dapat terkonversi secara sempurna (complete combustion) menghasilkan uap air dan
Insinerator Page 9
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain
CO2 yang dilepaskan ke udara. Kondisi sebaliknya dapat terjadi yaitu apabila temperatur pembakaran
rendah dan waktu tinggal pada ruang bakar cepat terjadi pembakaran yang tidak sempurna (incomplete
combustion) yang dapat menghasilkan asap. Dampak lain dari pembakaran tidak sempurna adalah
terbentuknya polutan lain yang semula tidak terdapat dalam sampah karena terjadi reaksi sintesa yang
disebut denovo menghasilkan dioksin dan furan yang bersifat karsinogenik.
Secara umum tahapan insinerasi berlangsung tiga tahap :
a. Pengeringan,
Merupakan penguapan air yang terkandung di dalam sampah, terutama pada sampah organik
yang mengandung kadar air > 70%. Penguapan air mulai terjadi pada temperatur 100 C. Pada
tahap ini dibutuhkan energi (panas) untuk menjaga temperatur tetap berada pada > 100 C.
b. Pembakaran material vollatile,
Yaitu reaksi oksigen dengan unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam sampah terutama
unsur N, S, P, Alkali dan lainnya sehingga tersisa unsur C (Karbon) yang kita kenal sebagai
arang. Secara kumulatif reaksi oksidasi ini akan menghasilkan kalor (panas). Untuk mencapai
temperatur reaksi oksidasinya maka dibutuhkan panas, meskipun pada akhir reaksinya akan
dihasilkan panas.
c. Pembakaran Sempurna,
Yaitu reaksi oksigen dengan Karbon (arang) pada temperature 400C~600 C dengan tahapan
reaksi sbb: C + O2 CO2
CO2 + C 2CO
2CO + O2 CO2
Secara kumulatif reaksi ini menghasilkan panas (eksotermik). Reaksi inilah yang menjelaskan
mengapa selalu terbentuk gas CO (karbon monoksida) pada pembakaran arang.
Insinerator Page 10
OMAR PERPATIH Tekn. Pengolahan Limbah Padat : Operator & Disain
Insinerator Page 11