Anda di halaman 1dari 30

Tehnik mendapatkan umpan balik

Makalah ini di tujukan untuk memenuhi tugas


Metode Pendidikan Agama Islam
Dosen pengampu :

Arif Rahman Hakim. M.Pd.


Oleh :
Ahmad Elly Wibowo 210310113

Pendidikan Agama Islam


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PONOROGO/2012

Bab I
Pendahuluan

Umpan balik merupakan sebuah proses di kelas yang telah menjadi daya tarik tersendiri bagi
para peneliti praktik pembelajaran sejak tahun 1970-an hingga sekarang ini. Secara konsisten,
para peneliti telah menemukan bukti-bukti bahwa ketika guru mampu menggunakan prosedur
umpan balik yang efektif ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswanya.
Umpan balik yang efektif merupakan bagian integral dari sebuah dialog instruksional antara
guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan dirinya sendiri, dan bukanlah
sebuah praktik yang terpisahkan.

Rumusan masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah di dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana teknik teknik mendapatkan umpan balik dalam pembelajaran

Bab II
Pembahasan
A.TEKNIK-TEKNIK MENDAPATKAN UMPAN BALIK
Salah satu hal penting Dalam kegiatan pengajaran adalah bagaimana anak didik dapat
menguasai bahan pelajaran secara tuntas (mastery). Masalah ini tetap aktual untuk
dibicarakan dari dulu hingga sekarang. Sebab bagaimana pun juga keberhasilan pengajaran
ditentukan sampai sejauh mana penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Untuk sampai ke sana, yaitu anak didik dapat menguasai semua
bahan yang diberikan, tidak gampang, karena hal ini akan terpulang pada masalah bagaimana
umpan balik yang diberikan oleh anak didik selama pengajaran berlangsung .
Setiap anak didik mempunyai motivasi belajar yang berlainan. Oleh karena itu setiap guru di
tuntut untuk memahami hal ini sehingga kegiatan pengajaran yang dilakukan tidak asal-
asalan.1[1]
Untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa teknik yang sesuai dan
tepat dengan diri setiap anak didik sebagai makhluk individual, teknik-teknik tersebut antara
lain:
1. Memancing Apersepsi Anak Didik.
Latar belakang kehidupan sosial anak penting untuk diketahui oleh guru. Sebab dengan
mengetahui dari mana anak berasal, dapat membantu guru untuk memahami jiwa anak.
Pengalaman apa yang dipunyai anak adalah hal yang sangat membantu untuk memancing
perhatian anak. Anak biasanya senang membicarakan hal-hal yang menjadi kesenangannya.
pada saat yang tepat, guru dapat memanfaatkan hal-hal yang menjadi kesenangan anak untuk
diselipkan dalam melengkapi isi dari bahan pelajaran yang disampaikan. Tentu saja
pemanfaatannya tidak sembarangan, tetapi harus sesuai dengan bahan pelajaran. Pendekatan
realisasi ini dirasakan memudahkan pengertian dan pemahaman anak didik terhadap bahan
pelajaran yang disajikan. Pengalaman anak mengenai bahan pelajaran yang telah diberikan
merupakan bahan apersepsi yang dipunyai oleh anak. Pengalaman atau pengetahuan anak
tersebut dapat dimanfaatkan untuk memancing perhatian anak terhadap bahan pelajaran yang
akan diberikan, sehingga anak terpancing untuk memperhatikan penjelasan guru. Dengan
demikian, usaha guru menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki anak didik dengan
pengetahuan yang masih relevan yang akan diberikan, merupakan teknik untuk mendapatkan
umpan balik dari anak didik dalam pengajaran.
Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam usaha mengolah kesan-kesan dari bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru.
2. Memanfaatkan Taktik Alat Bantu yang Akseptabel
Guru yang menyadari kelemahan dirinya untuk menjelaskan isi dari bahan pelajaran yang
disampaikan sebaiknya memanfaatkan alat bantu untuk membantu memperjelas isi dari
bahan. Dalam dunia pengajaran dan pembelajaran, alat bantu yang dimaksud biasanya
disebut media dalam pembelajaran itu sendiri. Adapun manfaat dari penggunaan alat bantu/
media dalam pembelajaran adalah:

a. Untuk memperlancar interaksi antara guru dan siswa


b. Proses belajar menjadi lebih menarik
c. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
d. Jumlah waktu mengajar dapat dikurangi
e. Meningkatkan kualitas belajar siswa
f. Proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
g. Menimbulkan sikap positif siswa terhadap proses pembelajaran
Alat bantu yang akseptabel dapat dimanfaatkan sebagai taktik yang jitu untuk meningkatkan
perhatian anak didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Umpan balik pun
terjadi seiring dengan proses belajar anak didik yang berkelanjutan.
3. Memilih Bentuk Motivasi yang Akurat
Motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seoranga anak didik. Apalah
artinya anak didik pergi ke sekolah tanpa motivasi untuk belajar. Dalam usaha untuk
membangkitkan gairah belajar anak didik, ada enam hal yang dapat dikerjakan oleh guru,
yaitu:2[2]

a. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar


b. Menjelaskan secara konkret kepada anak didik apa yang dapat dilakukan pada akhir
pengajaran
c. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik sehingga dapat
merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik dikemudian hari
d. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
e. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
f. Menggunakan metode yang bervariasi

4. Menggunakan Metode yang bervariasi


Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Setiap
kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang digunakan itu tidak
sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penggunaan metode yang
bervariasi dapat menjembatani gaya-gaya belajar anak didik dalam menyerap bahan
pelajaran.
Umpan balik dari anak didik akan bangkit sejalan dengan penggunaan metode mengajar yang
sesuai dengan kondisi psikologis anak didik.
Macam-macam metode konvesional dalam pembelajaran antara lain :
a. Metode ceramah
b. Metode diskusi
c. Metode tanya jawab
d. Metode demonstrasi dan eksprimen
e. Metode resitasi
f. Metode kerja kelompok
g. Metode sosio-drama
h. Metode karya wisata
i. Metode drill
j. Metode sistim regu
Selain dari metode konvesional di atas, masih banyak metode yang dapat digunakan oleh
guru guna mendapatkan umpan balik dari bahan pelajaran yang diajarkan.
Bab III
Kesimpulan

Salah satu hal penting Dalam kegiatan pengajaran adalah bagaimana anak didik dapat
menguasai bahan pelajaran secara tuntas (mastery),salah satu tehniknya adalah dengan
umpan balik.
Untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa teknik yang sesuai
dan tepat dengan diri setiap anak didik sebagai makhluk individual

Adapun Teknik-teknik umpan balik antara lain


Memancing Apersepsi Anak Didik.
Memanfaatkan Taktik Alat Bantu yang Akseptabel
Memilih Bentuk Motivasi yang Akurat
Menggunakan Metode yang bervariasi
MAKALAH

Tehnik Mendapatkan Umpan Balik

Disusun Untuk Memenuhi Tugas :


Mata Kuliah : Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu : Chusna Maulida, M. Pd.I

Disusun Oleh :

Eka NurKhasanah 202 109 143

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri


( STAIN ) PEKALONGAN
2011
A. Pendahuluan
Suatu realita yang biasa kita temukan, di dalam ruang kelas ketika sesi kegiatan
belajar-mengajar berlangsung, nampak beberapa atau sebagian besar siswa belum belajar
sewaktu guru mengajar. Sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual
yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Juga, beberapa siswa belum belajar
sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu mempelajari fakta, konsep, prinsip,
hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat
menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari. Ini
terjadi karena, guru belum optimal memberdayakan potensi masing-masing siswa yang
sering kali tersembunyi.
Pada permasalahan ini ada salah satu tehnik yang mendukung yaitu umpan balik yang
mana umpan balik ini akan saya bahas, bagaimana teknik-teknik mendapatkan umpan balik,
diantaranya dengan memancing apersepsi anak didik, memanfaatkan teknik alat bantu
akseptabel, menggunakan metode yang bervariasi, dan lain lain.

B. Pembahasan
a. Makna Umpan Balik
Yang dimaksud dengan umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh dari
tes atau alat ukur lainnya kepada siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil
pencapaian/hasil belajarnya.3[1]
Termasuk dalam alat ukur lainnya itu adalah pekerjaan rumah ( PR ). Dan
pertanyaan yang diajukan guru dalam kelas. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa
umpan balik berkaitan erat dengan kegiatan mengajar terdahulu yang dievaluasi dengan suatu
alat evaluasi. Hasil evaluasi ini memberikan informasi mengenai sejauh mana penguasaan
siswa terhadap materi yang disajikan dalam proses/kegiatan belajar mengajar.
Umpan balik hanya dapat berfungsi memperbaiki belajar siswa dalam kondisi tertentu
saja. Hanya menyajikan tes dan memberikan serta menyampaikan skor kepada siswa tidak
terlalu mempengaruhi penampilan siswa. Baru bermanfaat apabila guru bersama siswa
menelaah kembali jawaban jawaban tes baik yang dijawab benar maupun salah oleh siswa
diberikan kesempatan memperbaiki jawabannya yang salah itu.
Kondisi atau keadaan siswa maupun situasi pengajaran menentukan keberhasilan usaha
pemberian umpan balik terhadap belajar siswa. Berikut ini beberapa ketentuan mengenai
umpan balik :
1. Umpan balik tidak mempermudah belajar jika :
a. Siswa sudah mengetahui jawaban yang benar sebelum memberikan jawaban atas soal itu (
misalnya nyontek jawaban yang benar dari temannya tanpa mengolah soal itu dalam
pemikirannya sendiri ).
b. Bahan yang hendak dipelajari terlalu sukar dimengerti oleh siswa sehingga siswa umumnya
menebak jawaban soal soal yang diberikan.

2. Umpan balik membantu dan mempermudah belajar siswa apabila dipenuhi syarat syarat
berikut ini :
a. Mengkonfirmasikan jawaban jawaban benar yang diberikan siswa, dan menyampaikan
kepadanya seberapa jauh dia mengerti belajar yang disajikan.
b. Mengidentifikasikan kesalahan serta memperbaikinya atau menyuruh siswa memperbaiki
sendiri.
b. Tujuan Umpan Balik
Umpan balik tidak sama dengan penilaian. Umpan balik hanya bertujuan untuk
mencari informasi sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas. Selain itu
murid/mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk memeriksa sampai dimana mereka
mengerti bahan tersebut, sehingga mereka dapat melengkapi pengertian pengertian yang
belum lengkap.
Jam pelajaran atau jam kuliah selanjutnya tidak mungkin diberikan kalau pengajar
tidak tahu secara pasti hasil pelajaran sebelumnya. Pengajar dapat mengetahui hasil pelajaran
sebelumnya dengan cara :
1. Lewat kesan yang diperoleh selama jam pelajaran itu sendiri.
2. Lewat informasi sederhana dari pihak murid melalui pertanyaan pertanyaan lisan yang
diajukan oleh pengajar selama atau setelah jam pelajaran.
3. Lewat informasi tertulis dari pihak murid yang diperoleh melalui ujian singkat.
Menurut Kardi dan Nur, untuk memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa yang
jumlahnya banyak, dapat digunakan beberapa pedoman yang patut dipertimbangkan, sebagai
berikut :
a. Memberikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan, hal ini tidak berarti umpan balik
perlu diberikan kepada siswa dengan seketika, namun umpan balik seharusnya diberikan
segera setelah latihan sehingga siswa dapat mengingat dengan jelas kinerja mereka sendiri.
b. Mengupayakan agar umpan balik jelas dan spesifik mungkin agar dapat membantu siswa.
Misal Tiga kata tertulis salah pada makalah anda : efiktif, posatif, dan vartikal, bukan
Terlalu banyak kata yang salah ketik.
c. Umpan balik ditujukan langsung pada tingkah laku dan bukan pada maksud yang tersirat
dalam tingkah laku tersebut. Misal, saya tidak dapat membaca tulisan anda, karena jarak
antara baris yang satu dengan baris yang lain terlalu rapat, dan bukan Tulisan tidak rapi
dan kurang jelas
d. Menjaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Umpan balik harus
diberikan secara hati hati agar berguna. Kadang kadang siswa diberi umpan balik terlalu
banyak atau umpan balik yang terlalu rumit bagi siswa untuk menanganinya.
e. Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar.
f. Membantu siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan bukan pada hasil. Merupakan
tanggungjawab guru agar siswa memusatkan perhatiannya pada proses atau teknik tertentu.
Siswa perlu disadarkan, bahwa teknik yang salah dapat saja memberikan hasil tetapi hasil
tersebut akan menjadi penghambat untuk perkembangannya lebih lanjut.
g. Mengajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya, sendiri, dan bagaimana menilai
keberhasilan kinerjanya sendiri. Belajar bagaimana menilai keberhasilan sendiri dasn
memberikan umpan balik kepada dirinya sendiri merupakan hal penting yang perlu di pelajari
siswa.

c. Fungsi Umpan Balik


Umpan balik mempunyai tiga fungsi utama, yakni fungsi informasional, motivasional, dan
komunikasional.4[2]
1. Fungsi Informasional
Tes sebagai alat penilaian pencapaian hasil belajar siswa diperiksa menurut criteria tertentu
yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Hasil tes itu, dengan demikian memberikan hasil tentang sejauh mana siswa telah menguasai
materi yang diterimanya dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan informasi ini dapat di
upayakan umpan balik berupa pengayaan atau perbaikan.
Informasi yang diberikan dalam umpan balik dibedakan atas lima tingkat, yakni :
a. Tidak ada umpan balik
b. Umpan balik berupa keterangan mengenai salah atau benar jawaban yang diberikan siswa
c. Umpan balik berupa keterangan mengenai salah atau benarnya jawaban ditambah dengan
menunjukkan jawaban yang benar (knowledge of the correct response ( KCR )
d. KCR + penjelasan
e. KCR + pengajaran tambahan
2. Fungsi Motivasional
Dengan pemberian umpan balik, maka tes sekaligus pula berfungsi sebagai motivator
bagi para siswa untuk belajar.
Dalam kaitan dengan fungsi motivasional ini dipertanyakan manfaat penyampaian hasil
belajar secara umum sebagai upaya umpan balik, misalnya melalui papan pengumuman.
Sebagaimana umpan balik dapat berpengaruh secara negative kepada siswa disamping
pengaruh positif yang dimaksud demikian pula pengumuman hasil evaluasi melalui papan
pengumuman mempunyai dampak positif maupun negative kepada siswa disamping
pengaruh positif yang dimaksud.
3. Fungsi Komunikasional
Pemberian umpan balik merupakan komunikasi antara siswa dan guru. Guru
menyampaikan hasil evaluasi kepada siswa dan bersama siswa membicarakan upaya
peningkatan atau perbaikannya. Dengan demikian, melalui umpan balik siswa mengetahui
letak kelemahannya, dan sendiri atau bersama guru bereaksi terhadap hasil tersebut.5[3]

Pada bagian terdahulu telah disinggung bahwa pola umum terjadinya interaksi belajar
mengajar adalah terjadinya interaksi antara tiga unsure, yaitu guru, bahan, dan anak didik.
Bahan sebagai isi dari proses belajar mengajar disampaikan guru untuk diterima oleh anak
didik. bahan disini untuk perantara untuk terjadinya interaksi belajar mengajar antara guru
dengan anak didik. itu berarti tanpa bahan tidak akan terjadi interaksi belajar mengajar. Apa
yang harus guru ajarkan kepada anak didik bila guru tidak mempunyai bahan yang harus
disampaikan kepada anak didik. apa yang harus diterima oleh anak didik bila guru tidak
memberikan bahan dalam pengajarannya. Karena itu, bahan merupakan unsure yang penting
dalam kegiatan tersebut.
Untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa tekhnik yang
sesuai dan tepat dengan diri setiap anak didik sebagai makhluk individual. Berikut ini akan
diuraikan beberapa tekhnik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik yaitu di
antaranya :

1. Memancing Apersepsi Anak Didik


Anak didik adalah makhluk individual. Anak didik adalah orang yang mempunyai
kebribadian dengan cirri - cirri yang khas sesuai dengan perkembangan dan
pertumbuhannya. Perkembangan dan pertumbuhan anak didik mempengaruhi sikap dan
tingkah lakunya. Perkembangan dan pertumbuhan anak didik itu sendiri dipengaruhi
lingkungan dimana anak hidup berdampingan dengan orang lain disekitarnya dan dengan
alam lingkungan hidup lainnya. Itulah sebabnya, anak sebagai makhluk individual suatu
waktu harus hidup berdampingan dengan semua orang dalam lingkungan kehidupan social di
masyarakat.
Dalam mengajar, pada saat yang tepat memanfaatkan hal hal yang menjadi
kesenangan anak untuk diselipkan dalam melengkapi isi dari bahan pelajaran yang
disampaikan. Tentu saja pemanfaatannya tidak sembarangan, tetapi harus sesuai dengan
bahan pelajaran. Pendekatan realisasi ini dirasakan keampuhannya untuk memudahkan
pengertian dan pemahaman anak didik terhadap bahan pelajaran yang disajikan. Anak mudah
menyerap bahan yang bersentuhan dengan apersepsinya. Bahan pelajaran yang belum pernah
didapatkan dan masih asing baginya, mudah diserap bila penjelasannya dikaitkan dengan
apersepsi anak.6[4]

2. Memanfaatkan Taktik Alat Bantu yang Akseptabel


Seorang guru kadang menemukan kesulitan untuk menanamkan pengertian atas bahan
pelajaran yang disampaikan kepada anak didik. bahan pelajaran yang rumit dan kompleks
cukup sukar digambarkan melalui kata kata dan kalimat.daya serap anak didik terhadap
kalimat yang guru sampaikan relative kecil, karena anak didik hanya menggunakan indra
pendengarnya ( audio ), bukan penglihatannya (visual). Selain itu, juga karena penguasaan
bahasa anak yang relative belum banyak.
Ada beberapa macam alat Bantu yang dapat diterima oleh siswa, agar mereka mudah
memahami pelajaran diantaranya adalah:

Audio-Visual
Cara ini menyajikan contoh situasi nyata atau contoh situasi buatan dalam sajian
tayangan hidup (film).

Visualisasi Verbal
Cara ini banyak berkaitan dengan membaca buku pelajaran, buku sumber,
ensiklopedia, lembar kegiatan/lembar kerja, carta, grafik, table. Pada beberapa buku biasanya
tidak hanya menyajikan uraian teks, tetapi juga dilengkapi dengan beragam ilustrasi
(gambar). Dengan demikian, siswa yang memiliki daya abstraksi lemah dapat terbantu
dengan keberadaan ilustrasi/gambar tersebut.
Audio Verbal
Guru terbiasa menggunakan cara audio-verbal dalam bentuk ceramah. Pada keadaan ini,
siswa senantiasa diam-pasif sambil mendengarkan penjelasan guru. Kekurangan atau
kelemahan cara ini adalah ada sebagian siswa tidak mudah untuk menyamakan informasi
yang diceramahkan guru dengan pengetahuan awal siswa. Kalau keadaan ini berkelanjutan,
peristiwa belajar cenderung tidak berlangsung. Untuk mengatasinya, guru harus mengurangi
cara ini, atau kalau terpaksa perlu berceramah cukup antara 20 25 menit saja dan diselingi
dengan kegiatan yang lain.

3. Memilih Bentuk Motivasi Yang Baik


Motivasi merupakan kekuatan yang maha dahsyat dalam diri manusia. Jadi, persoalan
prestasi belajar pun seringkali merupakan persoalan motivasi. Menurut Bobbi dePotter dkk.
Terdapat beberapa cara untuk menumbuhkan budaya belajar berprestasi, dalam rumus
TANDUR, yakni :
Tumbuhkan. Tumbuhkan minat dengan memuaskan. Apa manfaatnya bagiku dan manfaatkan
kehidupan siswa.
Alami. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa.
Namai. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
Demonstrasikan. Sediakan kesempatan bagi anak didik untuk menunjukkan bahwa mereka
tahu, jangan biarkan anak menjadi pendengar pasif.
Ulangi. Tunjukkan pada anak didik cara cara mengulang materi dan tegaskan bahwa
mereka adalah murid murid yang cerdas, jangan dikecam. Sebab kecaman guru merupakan
proses pembodohan yang terjadi secara disengaja.
Rayakan. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan keterampilan dan ilmu
pengetahuan. Guru jangan kikir dengan pujian anak.7[5]
Mempertahankan minat dan motivasi anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan
bisa dalam bentuk lain seperti :
a. Memberi Angka
Angka merupakan symbol prestasi yang diperoleh siswa. Beri penjelasan pada anak bahwa
prestasi belajar dapat terpresentasikan dalam symbol angka.
b. Hadiah
Hadiah merupakan pengakuan atas prestasi anak didik yang dapat diberikan dalam bentuk
fisik ( cinderamata, piagam ) atau non fisik seperti : isyarat positif, pujian dan lain - lain
c. Gerakan Tubuh
Gerakan tubuh dalam mimic yang cerah, dengan senyum, mengangguk, acungan jempol,
tepuk tangan, memberi salam, menaikkan bahu, geleng geleng kepala, menaikkan tangan
dan lain lain.

d. Memberi Tugas
Tugas yang diberikan bukan tugas tambahan, tetapi tugas pengakuan atas prestasi agar anak
didik merasa percaya diri dan merasa diakui.
e. Memberi Ulangan
Ulangan merupakan alat untuk menunjukkan prestasi belajar anak didik dari sebaiknya hasil
ulangan diumumkan pada teman temannya.
f. Hukuman
Hukuman bukan alat untuk menakut nakuti anak, tetapi untuk merubah cara berpikir anak.
Bahwa setiap pekerjaan (baik atau buruk) memiliki konsekuensi.8[6]

4. Menggunakan Metode yang Bervariasi


Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar.
Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Metode yang dipergunakan itu tidak
sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penggunaan metode mengajar yang bervariasi dapat menggairahkan belajar anak didik.
pada suatu kondisi tertentu anak didik merasa bosan dengan metode ceramah, disebabkan
mereka harus dengan setiap dan tenang mendengarkan penjelasan guru tentang suatu
masalah. Kegiatan pengajaran seperti itu perlu guru alih dengan suasana yang lain, yaitu
barangkali menggunakan metode Tanya jawab, diskusi atau metode penugasan, baik
kelompok atau individual, sehingga kebosanan itu dapat terobati dan berubah menjadi
suasana kegiatan pengajaran yang jauh dari kelesuan.
Setelah ceramah kemudian diselingi dengan Tanya jawab seperlunya untuk mengetahui
tingkat pemahaman anak didik terhadap apa yang baru saja dijelaskan, merupakan cara yang
dapat dipergunakan untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik. Tanya jawab bisa
terjadi antara anak didik kepada guru dan juga guru terhadap anak didik. penggunaan metode
yang bervariasi sebagaimana disebutkan di atas dapat menjembatani gaya gaya belajar anak
didik dalam menyerap bahan pelajaran. Umpan balik dari anak didik akan bangkit sejalan
dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan kondisi psikologis anak didik.
maka adalah penting memahami kondisi psikologis anak didik sebelum menggunakan metode
mengajar guna mendapatkan umpan balik optimal dari setiap anak didik.

C. Penutup
Itulah sekelumit tentang tehnik mendapatkan umpan balik, dimana tehnik umpan balik
ini mempunyai tujuan untuk mencari informasi sampai dimana peserta didik memahami dan
menguasai bahan materi yang di ajarkan, serta memberi kesempatan kepada mereka untuk
mengoreksi diri terhadap semua kekurangan yang ada, sehingga mereka dapat melengkapi
pemahaman mereka yang belum lengkap. Di antara tehnik tehnik itu adalah :
Memancing apersepsi anak didik
Memanfaatkan taktik alat bantu yang akseptabel
Memilih bentuk motivasi yang baik
Menggunakan metode yang bervariasi
Daftar Pustaka

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Faturrohman, Pupuh & M. Sobry Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Bandung : PT. Refika

Aditama

Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi & Metode Pembelajaran, Pekalongan : STAIN Press

Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar Dan Umpan Balik, Jakarta : PT Rasindo
TEKNIK-TEKNIK MENDAPATKAN UMPAN BALIK
DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Suatu realita sehari-hari, di dalam suatu ruang kelas ketika sesi Kegiatan belajar-mengajar (KBM)
berlangsung, nampak beberapa atau sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru mengajar.
Sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk
mengikuti pelajaran lanjutan. Juga, beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman.
Siswa baru mampu mempelajari (baca: menghafal) fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan
inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya
secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual. Ini terjadi karena, guru
belum optimal memberdayakan tambang emas potensi masing-masing siswa yang sering kali
tersembunyi.
Kalau masalah ini dibiarkan dan berlanjut terus, lulusan sebagai generasi penerus bangsa akan sulit
bersaing dengan lulusan dari negara-negara lain. Lulusan yang diperlukan tidak sekedar yang mampu
mengingat dan memahami informasi tetapi juga yang mampu menerapkannya secara kontekstual
melalui beragam kompetensi. Di era pembangunan yang berbasis ekonomi dan globalisasi sekarang
ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu memberdayakan
dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi, serta melahirkan
gagasan kreatif untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan Buku Model Kegiatan
Belajar-Mengajar (KBM) ini menyajikan sejumlah gagasan dan langkah profesional, mulai dari prinsip
KBM, dilanjutkan dengan ciri KBM, Cara mengelola KBM, Cara menyediakan Pengalaman Belajar,
Cara memilih strategi Pembelajaran, dan terakhir, cara mengelola kegiatan lintas kurikulum.

B. Rumusan Masalahan

Rumusan masalah yang akan dibahasa dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Teknik apa saja yang dapat digunakan untuk memancing peserta didik untuk dapat memberikan
feedback atau timbal balik dalam proses belajar mengajar ?
2. Apa saja manfaat dari teknik timbal balik ?

C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran
2. Memberikan pengetahuan kepada audiens untuk dapat mengetahui mengapa harus memberikan
teknik umpan balik.

Inti dari paparan materi ini adalah untuk mengembangkan kompetensi peserta didik secara optimal
sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik, keadaan sekolah dan tuntutan kehidupan di
masa depan. Informasi yang disajikan diharapkan dapat membantu guru untuk mengembangkan
gagasan tentang penyediaan strategi mengajar yang mengacu pada pencapaian kompetensi
individual masing-masing peserta didik. Kegiatan Belajar-Mengajar adalah suatu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara sistematis dan berkesinambungan kegiatan
pendidikan di dalam lingkungan sekolah dengan kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar
lingkungan sekolah dalam wujud penyediaan beragam pengalaman belajar untuk semua peserta
didik. Ini berarti, diversifikasi kurikulum tidak terbatas pada diversifikasi materi, tetapi juga terjadi
pada diversifikasi pengalaman belajar, diversifikasi tempat dan waktu belajar, diversifikasi alat
belajar, diversifikasi bentuk organisasi kelas, dan diversifikasi cara penilaian.
Pandangan ini memberikan dampak pada penyelenggaraan KBM. Bila selama ini KBM hanya ditandai
kegiatan satu arah penuangan informasi dari guru ke siswa dan hanya dilaksanakan dan berlangsung
di sekolah maka KBM dengan nuansa Kurikulum Berbasis Kompetensi diindikasikan dengan
keterlibatan siswa secara aktif dalam membangun gagasan/ pengetahuan oleh masing-masing
individu dan lazimnya dapat diselenggarakan di beberapa lokasi seperti di kelas, di lingkungan
sekolah, di perpustakaan, di laboratorium, di pasar, di toko, di pantai, di tempat rekreasi, di kebun
binatang, atau di tempat-tempat lain. Bila dibuat suatu ilustrasi tentang siswa, kegiatan belajar-
mengajar (KBM), lulusan, kurikulum, dan lingkungan dalam sebuah sistem. (Brooks, J.G. & Brooks,
M.G. 1993: 9-12)
Pada permasalahan ini ada salah satu teknik yang mendukung yaitu umpan balik yang mana umpan
balik ini akan saya bahas, bagaiman teknik-teknik mendapatkan umpan balik, diantaranya dengan
memancing apersepsi anak didik, memanfaatkan teknik alat bantu akseptabel, dan menggunakan
metode yang bervariasi.
B. Memancing Apersepsi Anak Didik
Sebelum saya membahas masalah bagaimana cara memancing apersepsi anak didik, saya akan
membahas masalah peranan guru, Peranan guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus
dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru (Surya, 1997: 108). Guru mempunyai
peranan yang amat luas, baik di sekolah, di dalam keluarga, dan di dalam masyarakat.
Disekolah guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan pengelola
hasil pembelajaran siswa. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang
dewasa, sebagai pengajar dan pendidik , yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai
guru, ia harus menunjukkan perilaku yang layak (bisa dijadikan teladan oleh siswanya). Tuntutan
masyarakat khususunya siswa dari guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi daripada
yang dituntut dari orang dewasa lainnya. (Tohirin, 2005: 152).
Pengajar perlu mengetahui sejauh mana bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti oleh murid,
karena dari sinilah tergantung apakah ia dapat melanjutkan pelajaran atau kuliahnya dengan bahan
berikutnya. Bilamana murid belum mengerti bagian-bagian tertentu, pengajar haurs mengulangi lagi
penjelasannya. Pada umumnya murid juga tidak tahu sejauh mana bahan yang diterangkan dapat
mereka fahami. Hal ini kiranya dapat dimaklumi, karena mereka tidak mempunyai waktu untuk
memikirkan pengetahuan yang baru saja mereka peroleh. Maka dari itu pengajar harus sedikit
memaksa sehingga murid dapat mengerti betul-betul bahan yang diterangkan. Bagaimana hal
tersebut dapat dilakukan? Ada berbagai cara untuk itu. Cara paling sederhana adalah mengajukan
pertanyaan-pertanyaan selama atau pada akhir jam pelajaan. Dengan cara itu pengajar akan
menemukan apa saja yang belum tersampaikan secara jelas.
Segala hal yang ternyata belum dimengerti secara jelas oleh pihak murid. Hendaknya dicatat dan
diulangi lagi pada kesempatan berikutnya. Cara lain yang lebih baik dan akan memberi keterangan
lebih pasti adalah mengadakan ujian singkat. Serupa dengan yang disebut kwis, di akhir jam
pelajaran. Dengan ujian singkat itu murid dipaksa menuliskan. Sejauh mana bahan yang telah
diterangkan dapat mereka mengerti. Sering kali cara demikian tidak mungkin terlaksana, karena
memerlukan waktu cukup banyak. Namun kadang kala cara tersebut dapat sangat bermanfaat,
karena itu salah satu cara memancing apersepasi anak didik.
Umpan balik tidak sama dengan penilaian. Umpan balik hanya dimaksudkan untuk mencari informasi
sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas. Selain itu murid atau mahasisiwa juga
diberi kesempatan untuk memeriksa diri sampai di mana mereka mengerti bahan tersebut. Sehingga
mereka dapat melengkapi pengertian-pengertian yang belum lengkap.
Itulah tadi bentuk-bentuk umpan balik yang dimaksudkan untuk melihat. Sejauh mana suatu
penjelasan dapat tersampaikan secara baik. Dan dari sini kiranya saya telah mengetahui bahwa ada
berbagai macam bentuk umpan balik. Pilihan tentu saja paling tergantung pada pengajar yang
bersangkutan sendiri. Hal yang paling penting adalah sejauh mana uraian yang diberikan dapat
diterima secara jelas oleh murid. Pada umumnya pengajar kurang memikirkan perlunya mengadakan
umpan balik seperti itu. Setelah seluruh kursus atau seluruh rangkaian pelajaran selesai diberikan.
Terlihat pada waktu ujian bahwa murid belum mengerti secara baik bahan yang diajarkan. Dan itu
berarti suatu keterlambatan. Sebaliknya, bilamana pengajar menyadari pentingnya umpan balik.
Maka pengajaran yang ia berikan akan menjadi lebih efektif.

Jam pelajaran atau jam kuliah selanjutnya tidak mungkin diberikan kalau pengajar tidak tahu secara
pasti hasil pelajaran sebelumnya. Pengajar dapat mengetahui hasil pelajaran sebelumnya dengan
cara:
1. Lewat kesan yang diperoleh selama jam pelajaran itu sendiri
2. Lewat informasi sederhana dari pihak murid melalui pertanyaan-pertanyaan lisan yang diajukan
oleh pengajar selama atau setelah jam pelajaran
3. Lewat informasi tertulis dari pihak murid yang diperoleh melalui ujian singkat
4. Mempelajari hasil tentamen atau ujian yang diadakan pada akhir kursus (di sini murid dinilai).
Tiga hal yang pertama berhubungan dengan umpan balik yang dilakukan terhadap tiap jam pelajaran
atau jam kuliah. Kita sebut hal itu sebagai umpan balik pelajaran atau kuliah. Sedangakan hal yang
keempat berhubungan dengan evaluasi pada akhir kursus. Maka kita sebut penilaian kursus.
Setiap umpan balik pengajaran menentukan isi pelajaran berikutnya, oleh karena itu jelas, bahwa
umpan balik tidak hanya perlu bagi guru, tetapi bagi murid. (Rooijakkers,1993: 10-12)
Peserta didik adalah Sang Anak yang merupakan milik Sang Pencipta dan milik dirinya sendiri,
keberhasilannya akan sangat tergantung dari pemanfaatan potensi yang dia miliki. Karenanya
keaktifan peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.
Peserta didik akan aktif dalam kegiatan belajarnya bila ada motivasi, baik itu motivasi ekstrinsik
maupun instrinsik. Beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar aktif pada diri
peserta didik, antara lain :
a. Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif
Sikap guru tampil hangat, bersemangat, penuh percaya diri dan antusias, serta dimulai dan pola
pandang bahwa peserta didik adalah manusia-manusia cerdas berpotensi, merupakan faktor penting
yang akan meningkatkan partisipasi aktif peserta didik. Segala bentuk penampilan guru akan
membias mewarnai sikap para peserta didiknya. Bila tampilan guru sudah tidak bersemangat maka
jangan harap akan tumbuh sikap aktif pada diri peserta didik. Karena itu hendaknya seorang guru
dapat selalu menunjukkan keseriusannya terhadap pelaksanaan proses, serta dapat meyakinkan
bahwa materi pelajaran serta kegiatan yang dilakukan merupakan hal yang sangat penting bagi
peserta didik, sehingga akan tumbuh minat yang kuat pada diri para peserta didik yang
bersangkutan.
b. Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran
Bila peserta didik telah mengetahui tujuan dari pembelajaran yang sedang mereka ikuti, maka
mereka akan terdorong untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara aktif. Oleh karena itu pada
setiap awal kegiatan guru berkewajiban memberi penjelasan kepada peserta didik tentang apa dan
untuk apa materi pelajaran itu harus mereka pelajari serta apa keuntungan yang akan mereka
peroleh. Selain itu hendaknya guru tidak lupa untuk mengadakan kesepakatan bersama dengan para
peserta didiknya mengenai tata tertib belajar yang berlaku agar kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung lebih efektif.
c. Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung
Bila di dalam kegiatan pembelajaran telah tersedia fasilitas dan sumber belajar yang menarik dan
cukup untuk mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar maka hal itu juga akan
menumbuhkan semangat belajar peserta didik. Begitu pula halnya dengan faktor situasi dan kondisi
lingkungan yang juga penting untuk diperhatikan, jangan sampai faktor itu memperlunak semangat
dan keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar.
d. Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik
Agar kesadaran akan potensi, eksistensi, dan percaya diri pada diri peserta didik dapat terus tumbuh,
maka guru berkewajiban menjaga situasi interaksi agar dapat berlangsung dengan berlandaskan
prinsip pengakuan atas pribadi setiap individu. Sehingga kemampuan individu, pendapat atau
gagasan, maupun keberadaannya perlu diperhatikan dan dihargai. Dan yang penting lagi guru
hendaknya rajin memberikan apresiasi atau pujian bagi para peserta didik, antara lain dengan
mengumumkan hasil prestasi, mengajak peserta didik yang lain memberikan selamat atau tepuk
tangan, memajang hasil karyanya di kelas atau bentuk penghargaan lainnya.
e. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses belajar
mengajar.
Perlu diingat bahwa bila terjadi kesalahan dalam hal perlakuan oleh guru di dalam pengelolaan kelas
pada waktu yang lalu maka hal itu berpengaruh negatif terhadap kegiatan selanjutnya. Penerapan
peraturan yang tidak konsisten, tidak adil, atau kesalahan perlakuan yang lain akan menimbulkan
kekecewaan dari para peserta didik, dan hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat keaktifan belajar
peserta didik. Karena itu di dalam memberikan sanksi harus sesuai dengan ketentuannya, memberi
nilai sesuai kriteria, dan memberi pujian tidak pilih kasih.
f. Adanya pemberian penguatan dalam proses belajar-mengajar.
Penguatan adalah pemberian respon dalam interaksi belajar-mengajar baik berupa pujian maupun
sanksi. Pemberian penguatan ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan keaktifan belajar dan
mencegah berulangnya kesalahan dari peserta didik. Penguatan yang sifatnya positif dapat dilakukan
dengan kata-kata; bagus! baik!, betul!, hebat! Namun semua itu tidak disajikan dengan cara
berpura-pura tetapi harus tulus dari nurani guru. Dan sebagainya, atau dapat juga dengan gerak;
acungan jempol, tepuk tangan, menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan dan lain-lain. Ada pula
dengan cara memberi hadiah seperti hadiah buku, benda kenangan atau diberi hadiah khusus
berupa; boleh pulang duluan atau pemberian perlakuan menyenangkan lainnya.
g. Jenis kegiatan Pembelajaran menarik atau menyenangkan dan menantang
Agar peserta didik dapat tetap aktif dalam mengikuti kegiatan atau melaksanakan tugas
pemebelajaran perlu dipilih jenis kegiatan atau tugas yang sifatnya menarik atau menyenangkan
bagi peserta didik di samping juga bersifat menantang. Pelaksanaan kegiatan hendaknya bervariasi,
tidak selalu harus di dalam kelas, diberikan tugas yang dikerjakan di luar kelas seperti di
perpustakaan, dan lain-lain. Penerapan model belajar sambil bekerja (learning by doing) sangat
dianjurkan, di jenjang sekolah dasar antara lain dilakukan belajar sambil bernyanyi atau belajar
sambil bermain. Untuk lebih mengaktifkan peserta didik secara merata dapat diterapkan pemberian
tugas pembelajaran secara individu atau kelompok belajar (group learning) yang didukung adanya
fasilitas/sumber belajar yang cukup. Sekiranya tersedia dianjurkan penggunaan media pembelajaran
sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat lebih efektif.
h. Penilaian hasil belajar dilakukan serius, obyektif, teliti dan terbuka
Penilaian hasil belajar yang tidak serius akan sangat mengecewakan peserta didik, dan hal itu akan
memperlemah semangat belajar. Karena itu, agar kegiatan penilaian ini dapat membangun
semangat belajar para peserta didik maka hendaknya dilakukan serius, sesuai dengan ketentuannya,
jangan sampai terjadi manipulasi, sehingga hasilnya dapat obyektif. Hasil penilaiannya diumumkan
secara terbuka atau yang lebih baik dibuatkan daftar kemajuan hasil belajar yang ditempel di kelas.
Dari daftar kemajuan belajar tersebut setiap peserta didik dapat melihat prestasi mereka masing-
masing tahap per tahap.
Jika siswa belum biasa bekerja efektif dalam kelompok, maka guru boleh menetapkan tugas masing-
masing anggota kelompok dengan mempertim-bangkan beberapa hal seperti;
1. kelompok itu kecil (dua sampai tiga siswa) dan guru menetapkan anggota kelompok
2. tugas itu dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat saja
3. tugas itu sederhana
4. perintah-perintah jelas dan diberikan selangkah-demi-selangkah
5. guru perlu menyediakan sumber belajar
6. guru menerangkan dengan jelas peran setiap siswa di dalam kelompok
7. penilaian bersifat informal dan guru perlu membahas dan mendiskusikan tugas itu dengan siswa.
8. Hal penting dari tugas ini adalah belajar bekerjasama. Untuk siswa-siswa yang sudah lebih
berpengalaman bekerja dengan cara ini, guru dapat menetapkan tugas dan karakteristik kelompok
yang lebih tinggi/ komplek seperti,
9. kelompok dapat lebih besar dan kadang-kadang siswa boleh memilih siapa anggota kelompoknya
10. tugas dapat ditambahkan lebih banyak, tetapi dengan batas waktu yang jelas dan ditetapkan
oleh guru
11. tugas dapat dibagi dalam bagian-bagian atau merupakan suatu pilihan dari sejumlah pilihan yang
ditetapkan guru
12. beberapa perintah/instruksi pengerjaan tugas membolehkan siswa untuk memberikan saran,
misalnya dalam pendekatan, memilih metode eksperimen, atau memutuskan bentuk produk
pekerjaan yang akan mereka hasilkan
13. beberapa sumber belajar dapat dipilih oleh siswa
14. peran siswa dalam kelompok dapat beragam dan beberapa keputusan tentang peran ini dapat
dibuat oleh siswa-siswa
15. penilaian dapat dibicarakan dengan siswa melalui diskusi informal dengan kriteria terstruktur
formal, serta penilaian individual atau kelompok dapat dilakukan kondisi ini, keterampilan
bekerjasama turut dikembangkan. Kalau kemandirian siswa/ kelompok mulai tampak, tugas dapat
ditingkatkan menjadi tugas-tugas yang lebih luwes, yang mulai melimpahkan sebagian tugas dan
penyelesaiannya kepada siswa/ kelompok. Dengan cara seperti ini, siswa akan terdorong untuk
melakukan kegiatan lebih mandiri yang dicirikan dengan beberapa hal antara lain;
16. mereka memutuskan jumlah dan anggota kelompok
17. tugas dapat tersebar untuk masa yang panjang atau lama melalui siswa-siswa berunding dengan
guru membahas jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
18. tugas mungkin rumit, para siswa perlu memilah-milah perincian setepatnya dari beberapa bagian
pekerjaan
19. sumber belajar dapat meliputi beragam media dan bahan
20. peran setiap siswa dalam kelompok ditetapkan secara musyawarah untuk mufakat (konsensus) (
Harlen, W. 1987: 9-12)
Sosok kepribadian guru yang ideal menurut Islam telah ditampakkan pada keguruan Rasullulah Saw.
Yang bersumber dari Alquran, tentang kepribadian Rasulullah Saw. Ini, Alquran surat Al-Ahzab
(33);21 menegaskan: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah Saw. Itu suri teladan yang baik
bagimu. Sebagai guru penddikan agama Islam, sudah sewajarnya apabila keguruan Rasulullah Saw.
Diimplementasikan dalam praktik pembelajaran.
Ada bebarapa perilaku guru yang disarankan untuk diimplementasikan agar pengajaran yang efektif
bisa terwujud, dan bisa memancing apersepsi anak didik, perilaku tersebut adalah:
a. Menggunakan suatu system aturan tertentu dalam menghadapi hal-hal atau prosedur tertentu.
b. Mencegah agar perilaku siswa yang salah tidak berketerusan.
c. Mengarahkan tindakan dengan disiplin secara tepat.
d. Bergerak ke seluruh ruang kelas untuk mengamati siswa.
e. Situasi-situasi yang menggangu diatasi dengan cara-carayang bijaksana (dengan cara-cara non
verbal, isyarat, pesan-pesan, kedekatan, kontak mata, dan lain-lain).
f. Memberikan tugas-tugas yang menarik minat siswa, terutama apabila mereka bekerja secara
bebas.
g. Menggunakan cara yang memungkinkan siswa melaksanakan tugas-tugas belajar dengan arahan
seminimal mungkin.
h. Memanfaatkan waktu pembelajaran sebaik mungkin dan siswa harus terlibat aktif dan produktif
dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran.
i. Menggunakan cara-cara tertentu untuk mendapatkan perhatian siswa.
j. Tidak memulai berbicara kepada kepada kelas sebelum semua siswa memeberikan perhatian.
k. Menggunakan suatu system pemeriksaan tugas-tugas.
l. Menghubungkan bahan yang diajarkan dengan aktifitas yang harus dilakukan siswa.
m. Menggunakan teknik-teknik yang memberikan kemudahan perpindahan secara beragsur dari
aktifitas yang konkret ke yang lebih abstrak.
n. Menggunakan campuran pertanyaan dari peringkat yang rendah dan tinggi.
o. Menyadari apa yang sedang berlangsung di dalam kelas.
Dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran.
Menunjukkan sikap memelihara, menerima, dan menghargai anak.
Memberikan respon yang memdai terhadap makna, perasaan, dan penggalaman peserta didik.
Mengarahkan pertanyaan kepada banyak siswa yang berbeda-beda, dan bukan hanya kepada siswa
tertentu.
Menggunakan berbagai teknik untuk membantu siswa dalam memperbaiki respons yang keliru atau
salah.
Memberikan penghargaan dan ganjaran untuk memotivasi siswa.
Menggunakan kritik yang halus dalam mengomunikasikan harapan kepada siswa yang lebih
pandai.
Menerima insiatif siswa yang disampaikan melalui pertanyaan, bahasan, atau saran-saran. (Surya:
1997: 144-115)
B. Memanfaatkan Teknik Alat Bantu yang Akseptabel
Ada beberapa macam alat Bantu yang dapat diterima oleh siswa, agar mereka mudah memahami
pelajaran diantaranya adalah:
a. Audio-Visual
Cara ini menyajikan contoh situasi nyata atau contoh situasi buatan dalam sajian tayangan hidup
(film). Tentu saja, cara ini lebih mudah menjadi pengalaman belajar kalau sajian tayangan
mengandung unsur cerita yang berkaitan dengan pengalaman dan imajinasi siswa. Pencapaian
kompetensi tentang sikap/attitude seperti pada mata pengajaran Kewarganegaraan dan Pendidikan
Agama, akan sangat membantu kalau dikemas dalam suatu cerita tayangan hidup yang menyentuh
dimensi emosi dan perasaan. Alat audio visual dapat membantu anak-anak belajar dengan
menyajikan dalam bentuk yang kongkrit. Film, film strip, model-model, dan lain memepermudah
pengertian tentang konsep dan proses tertentu. Pengalaman belajar berupa eksperimen dalam
laboratorium bermanfaat sekali untuk memahami ide atau pengartian yang sulit. (Brooks, J.G. &
Brooks, M.G. 1993: 9)
Tak semua murid sanggup belajar dengan cara verbal yang abstrak. Alat audio-visual diperlukan
untuk membantu mereka. Akan tetapi tak semua bahan harus disampaikan secara kongkrit.
Kebanyakan pelajar dapat dan harus disampaikan secara verbal akan tetapi untuk bagian-bagian
tertentu alat audio-visual atau alat intruksional pada umumnya sangat berguna untuk
mempermudah dan memepercepat pemahaman bagi murid-murid tertentu.apa yang dikemukakan
diatas merupakan usaha uantuk mempertinggi mutu mengajar agar murid-murid dapat memahami
apa yang diajarkan tanpa komunikasi yang baik antara guru dan murid proses mengajar-belajar tidak
akan berjalan dengan efektif. Sekalipun terdapat komunikasi yang baik masih dapat diharapkan
bahwa selalu terdapat kekurang pahaman. Itu sebabnya perlu adanya evaluasi untuk membantu
menemukan kekurangan atau kesalahan murid yang dinginkan sebagai Feedbeck atau umpan balik
agar dapat membantu tiap anak secara individual untuk mengatasi kesulitan belajar dan memahami
dengan mencari jalan-jalan lain yang lebih sesuai bagi mereka, tersedia berbagai lat intruksional
membuka jalan bagi guru untuk mencari metode-metode lain untuk membantu murid-muridnya.
Dengan demikian guru maupun murid tak perlu lekas putus asa atau jengkel bila dengan metode
tertentu tidak tercapai keberhasilan yang harapkan dan jika tidak berhasil menurut cara tertentu
masih banyak bagian-bagian lain yang tersedia, bahkan dapat di cari cara-cara baru. Membantu
murid bearti memberikan kesanggupan menolong diri sendirir mengatsasi kesuliatannya sendiri
serta kemampuan untuk belajar sendiri. Karena itu guru senantiasa membantu murid untuk
mengenal proses belajar, cara belajar atau belajar-belajar yang membawanya kepada penguasaan
bahan sampai taraf yang setinggi-tingginya. Dengan demikian perkembangan akan menjadi self
propelling growt yaitu berkembang atas dorongan dan kemauan sendiri yang kita harapkan akan
berlangsung sepanjang hidup. (Nazulia, 1982: 43)
b. Visualisasi Verbal
Cara ini banyak berkaitan dengan membaca buku pelajaran, buku sumber, ensiklopedia, lembar
kegiatan/lembar kerja, carta, grafik, table. Pada beberapa buku biasanya tidak hanya menyajikan
uraian teks, tetapi juga dilengkapi dengan beragam ilustrasi (gambar). Dengan demikian, siswa yang
memiliki daya abstraksi lemah dapat terbantu dengan keberadaan ilustrasi/gambar tersebut.
c. Audio Verbal
Guru terbiasa menggunakan cara audio-verbal dalam bentuk ceramah. Pada keadaan ini, siswa
senantiasa diam-pasif sambil mendengarkan penjelasan guru. Kekurangan atau kelemahan cara ini
adalah ada sebagian siswa tidak mudah untuk menyamakan informasi yang diceramahkan guru
dengan pengetahuan awal siswa. Kalau keadaan ini berkelanjutan, peristiwa belajar cenderung tidak
berlangsung. Untuk mengatasinya, guru harus mengurangi cara ini, atau kalau terpaksa perlu
berceramah cukup antara 20 25 menit saja dan diselingi dengan kegiatan yang mendorong Lihat
Raba Bau Rasa. Materi yang diceramahkan pun perlu kontekstual dengan pengalaman sebagian
besar siswa. ( Harlen, W. 1987: 12)
1. Buku pelajaran, tak semua sama baiknya, hendaknya ada beberapa buku yang harus dimiliki dalam
satu pelajaran karena dalam buku yang satu mungkin lebih jelas dan mudah dipahami dalam buku
yang lain.
2. Buku kerja, di samping buku pelajaran ada buku kerja untuk membantu murid mengenang dan
mengelolah buah pikiran pokok dari buku pelajaran.
3. Media cetak, seperti buku, modul dan lain-lain. (Nazulia, 1982: 45)
Dalam mengelola kegiatan pembelajaran, guru perlu merencanakan tugas dan alat belajar yang
menantang, pemberian umpan balik, dan penyediaan program penilaian yang memungkinkan semua
siswa mampu unjuk kemampuan/ mendemonstrasikan kinerja (performance) sebagai hasil belajar.
Inti dari penyediaan tugas menantang ini adalah penyediaan seperangkat pertanyaan yang
mendorong siswa bernalar atau melakukan kegiatan ilmiah. Para ahli menyebutkan jenis pertanyaan
ini sebagai pertanyaan produktif. Karena itu, dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran ini guru
perlu memiliki kemampuan merancang pertanyaan produktif dan mampu menyajikan pertanyaan
sehingga memungkinkan semua siswa terlibat baik secara mental maupun secara fisik.
Dengan demikian, sedikitnya ada tiga hal strategis yang perlu dikuasai guru dalam pengelolaan
kegiatan pembelajaran yaitu, penyediaan pertanyaan yang mendorong berpikir dan berproduksi,
penyediaan umpan balik yang bermakna, dan penyediaan penilaian yang memberi peluang semua
siswa mampu melakukan unjuk-perbuatan.

Penyediaan Pertanyaan yang Mendorong Siswa Berpikir dan Berproduksi

Alat mengajar yang paling murah tetapi ampuh adalah bertanya. Pertanyaan dapat membuat siswa
berpikir. Apa tujuan Saudara sebagai guru bertanya kepada siswa?

Tujuan bertanya Mengharap jawaban benar?

Seberapa besar kemungkinan siswa menjawab jika mereka tidak yakin jawabannya benar?

Merangsang siswa berpikir dan berbuat? Akibatnya siswa sering tak berani menjawab pertanyaan
guru sekalipun jawabannya mudah

jika salah satu tujuan mengajar adalah mengembangkan potensi siswa untuk berpikir, maka tujuan
bertanya hendaknya lebih pada merangsang siswa berpikir. Merangsang berpikir dalam arti
merangsang siswa menggunakan gagasan sendiri dalam menjawabnya bukan mengulangi gagasan
yang sudah dikemukakan guru. Kategori pertanyaan yang termasuk jenis pertanyaan ini antara lain
pertanyaan produktif, terbuka, dan imajinatif. Pertanyaan ini dapat digunakan untuk tujuan
merangsang siswa berpikir.
Pertanyaan hendaknya dirumuskan sedemikian rupa sehingga siswa melakukan kegiatan meramal
(prediksi), mengamati (observasi), menilai diri/ karya sendiri (introspeksi), atau menemukan
pola/hubungan. Ada yang menyatakan Jika Anda mengajukan pertanyaan yang baik, sungguh Anda
telah mengajar secara baik. Tujuan guru bertanya hendaknya tidak sekedar, bahkan mungkin harus
dihindari, mengharapkan jawaban benar, tetapi lebih untuk merangsang siswa berpikir dan berbuat.
Mengharapkan jawaban benar hanya akan membuat siswa tidak berani menjawab jika mereka tidak
merasa yakin bahwa jawabannya benar. Berikut kategori pertanyaan beserta contohnya yang
diperkirakan dapat merangsang siswa berpikir.

Kategori Arti Contoh

Terbuka Pertanyaan yang memiliki lebih dari satu jawaban benar 1. Mengapa Ibukota Indonesia
Jakarta ?
2. Apa yang akan terjadi jika di kota besar tidak ada pemulung sampah?

Produktif Pertanyaan yang hanya dapat dijawab melalui pengamatan, percobaan, atau penyelidikan.
1. Apa perbedaan gerak bekicot di lantai licin dengan di lantai kasar?
2. Berapa banyak biji buah pepaya ini?
Imajinatif / Interpretatif Pertanyaan yang jawaban nya diluar benda / gambar / kejadian yang
diamati (Diperlihatkan gambar gadis termenung di pinggir laut)
1. Apa yang dipikirkan gadis itu?
2. Mengapa ia berdiri di situ?
(Brooks, J.G. & Brooks, M.G. 1993: 12)

C. Menggunakan Metode yang Bervariasi


Dengan cara mengajar yang biasa guru tidak akan mencapai penguasaan tuntas oleh murid. Usaha
guru itu harus di Bantu dengan mengunakan bantuan seperti feedback atau umpan balik yang
terperinci kepada guru maupun murid, sumber dan metode-metode pengajaran tamabahan di mana
saja diperlukan usaha tambahan itu dimaksud untuk memperbaiki mutu pengajaran dan
meningkatkan kemampuan anak memahami apa yang diajarkan dan dengan demikian mengurangi
jumlah waktu untuk menguasai bahan pelajaran sepenuhnya.
Feedback atau umpan balik diberikan melalui test-test formatif. Mula-mula bahan pelajaran di bagi
dalam satuan-satuan pelajaran. Suatu satuan pelajaran misalnya meliputi bahan pelajaran satu baba
atau buku yang dapat dikuasai dalam waktu satu atau dua minggu. Test formatif itu bersifat
diagnostik dan serentak menunjukan kemajuan atau keberhasilan anak.
Test formatif ini bermacam-macam fungsinya:
1. test formatif mempercepat anak belajar dan memberikan motivasi untuk bekerja dengan
sungguh-dungguh dalam waktu secukupnya. Test formatif itu menjamin bahwa tugas pelajaran
tertentu di kuasai sepenuhnya sebelum beralih kepada tugas berikutnya.
2. test formatif di berikan untuk menjamin bahwa semua anak menguasai sepenuhnya syarat-syarat
atau bahan apersepsi yang diperlukan untuk memahami bahan pelajaran yang baru. Pada tarap
permulaan pelajaran baru test formatif lebih sering diberikan untuk menjamin penguasaan bahan
yang diperlukan untuk memahami pelajaran itu selanjutnya. Pada akhir tiap satu pelajaran, test
formatif merupakan alat Bantu untuk menjamin penguasaan atas bahan itu secara tertentu.
3. test formatif juga berguna bagi mereka yang telah memiliki bahan apresepsi yang diperlukan
untuk memberi rasa kepastian atas penguasaannya, dengan demikian ia mempunyai rasa percaya
akan diri sendiri yang lebih terutama untuk menghadapi pelajaran selanjutnya.
4. bagaimana murid yang masih kurang menguasai bahan pelajaran test formatif merupakan alat
untuk meningkatkan di mana sebetulnya letak kesulitannya. Jadi test formatif adalah alat untuk
mendiagnosisi kelemahan, kesulitan dan kekurangan murid, sehingga ia dapat memperbaikinya,
disamping menunjukan kekurangan murid perlu pula diberikan petunjuk bagaimana caranya ia dapat
memperbaikinya.
5. test formatif sebaiknya jangan disertai oleh angka. Tujuan yang harus di capai adalah penguasaan
penuh. Test formatif dimaksudkan sebagai alat assessment yaitu memperoleh keterangan dengan
maksud perbaikan, karena itu test formatif merupakan bagian yang integral dari proses belajar.
Penguasaan tuntas tidak mungkin tanpa test formatif.
6. test formatif juga memberikan umpan balik pada guru, ia mengetahui dimana terdapat
kelemahan-kelemahan dalam metodenya mengajar sehingga ia dapat memperbaikinya atau mencari
metode lain (Nazulia, 1982: 47-49)
Banyak sekali metode-metode yang dapat digunakan dalam menimbulkan feedback antara lain:
1. Belajar kelompok, belajar atau saling membantu dalam pelajaran. Merid sering lebih paham akan
apa yang disampaikan oleh temannya, dari pada guru, biasa cara belajar yang digunakan oleh murid
lebih mudah ditangkap oleh murid lain. Maka memanfaatkan batuan murid dapat meningkatkan
pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran.
2. Bantuan tutor, yaitu orang yang dapat membantu murid secara individual. Sebaiknya orang itu
jangan gurunya sendiri sehingga ia dapt memberi bantuan dengan cara yang lain dari pada guru itu.
Hendaknya di usahakan agar murid selekas mungkin dapat membebaskan diri dari bantuan tutor.
Jadi tutor harus mendidik anak agar dapat belajar sendiri.
3. Pelajaran beprogram, ini juga merupakan bantuan agar murid menguasai bahan pelajaran melalui
langkah-langkah pendek, tanpa bantuan guru pelajar akan mengalami kesulitan dalam memahami
pelajaran. (Syaipul Bahri Djamarah, 2002: 25)
Secara singkat dan umum, metode serimg dipahami sebagai cara atau jalan yang ditempuh
seseorang dalam melakuan suatu kegiatan. Berkaitan dengan psikologi belajar, termasuk psikologi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, metode-metode tertentu untuk memgumpulkan berbagai
data dan informasi penting yang bersifat psikologis dan berkaitan dengan kegiatan proses
pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, termasuk proses pembelajaran pendidikan agama
Islam, sangat banyak data psikologis. Data itu bisa dikumpulkn dengan berbagai cara
Riset-riset psikologi berkenaan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dapat memanfaatkan
berbagai metode tertentu seperti:
Metode Eksperimen
Pada prinsipnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan
eksperimenter di dalam laboratorium atau ruang tertentu lainnya. Teknik pelaksanaan metode
eksperimen dengan menyesuaikan data yang akan diangkat, seperti data pendengaran siswa,
penglihatan siswa dan gerak mata siswa ketika sedang membaca. Selain itu eksperimen dapat pula
digunakan untuk mengukur kecepatan bereaksi seorang peserta didik terhadap stimulus tertentu
dalam proses belajar.
Alat utama yang sering digunakan dalam eksperimen pada jurusan psikologi pendidikan atau fakultas
psikologi di berbagai universitas terkemuka adalah computer dengan berbagai programnya, seperti
program cognitive psychology test. Metode eksperimen bagi para psikolog, termasuk psikologi
pendidikan, dianggap sebagai metode pilihan, artinya lebih utama untuk digunakan dalam berbagai
riset.
Metode Kuesioner
Penggunaan metode kuesioner dalam riset-riset pendidikan termasuk pendidikan islam dan psikologi
pembelajran Pendidikan Agama Islam, relative lebih menonjol apabila dibandingkan penggunaan
metode-metode lainnya.
Metode Studi Kasus
Riset Psikologi Pembelajaran Pendidkan Agama Islam selain menggunakan metode studi kasus. Studi
kasus (Icase study) dalam kakian psikologi merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan
untuk memperoleh gambaran yang terperinci mengenai aspek-aspek psikologi seoarang siswa atau
sekelompok siswa tertentu.
Metode Klinis
Metode klinis (clinical method) hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis atau psikiater. Dalam
metode ini, terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-cara
memberi perlakuan pemulihan (psychological treatment) terhadap kelainan jiwa tersebut.
Dalam pelaksanaan penggunaan metodeklinis, peneliti menyediakan benda-benda dan memberi
tugas-tugas serta pertanyaan-petanyaan tertentu yang boleh diselesaikan oleh anak secara bebas
menurut persepsi dan kehendaknya.selanjutnya, setelah data dari hasil penyelidikan pertama
diangkat dan diberi perlakuan khusus, peneliti mengajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan
untuk mendukung data yang dihimpun sebelumnya.
Yang perlu dicatat adalah metode klinis pada umumnya hanya diberlakukan untuk menyelidiki anak
atau individu yang mengalami penyimpangan perilaku psikologi termasuk perilaku maladaptive
behavior atau misbehavior.
Oleh karena itu, penggunaan sarana dan cara yang dikaitkan dengan metode eksperimen yang
dilakukan dalam laboratorium, metode klinis juga mementingkan intensitas dan ketelitian yang
sungguh-sungguh. Sasaran yang akan dicapai oleh peneliti dengan menggunakan meode klinis,
terutama untuk memastikan sebab-sebab timbulnya ketidaknormalan perilaku seseorang siswa atau
kelompok kecil siswa. Seterusnya, berdasarkan kepastian faktor penyebab itu, peneliti berupaya
memilih dan menentukan cara mengatasi penyimpangan perilaku tersebut.
Metode Observasi Naturalistik
Metode obsevasi naturalistik merupakan jenis obsevasi yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini,
peneliti berada di luar objek yang diteliti atau ia tidak menampakkan diri sebagai orang yang
melakukan penelitian. Awalnya, metode naturalistik lebih banyak digunakan oleh para ahli ilmu
hewan untuk mempelajari perilaku hewan tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, metode
observasi naturalistic digunakan oleh para psikolog perkembangan, psikolog kongnitif, an psikolog
pendidikan.
Seorang peneliti atau guru yang menjai asistennya dapat mengaplikasikan metode ini lewat kegiatan
belajar mengajar atau belajar mengajar dalam kelas-kelas regular, yakni kelas tata dan biasa, bukan
kelas yang diadakan secara khusus. Selama proses belajar mengajar berlansung, jenis perilaku siswa
diteliti, (misalnya kecepatan membaca), dicatat dalam lembaran format observasi yang khusus
dirancang sesuai dengan data dan informasi yang akan dihimpun. (Hamalik, 1992:15)
Beberapa contoh keragaman pengalaman belajar yang mungkin dipilih guru untuk beberapa mata
pelajaran meliputi antara lain;
1. Menggubah syair lagu dan bernyanyi
2. Melakukan Permainan
3. Bermain peran
4. Diskusi (bertanya, menjawab, berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah)
5. Menggambar dan mengarang
6. Menulis prosa, puisi, pantun, gurindam
7. Membaca bermakna
8. Menyimak untuk menangkap gagasan pokok
9. Mengisi teka teki
10. Mengajukan pertanyaan penelitian
11. Mengajukan pendapat dengan alasan yang logis
12. Mengomentari
13. Bercerita
14. Mendengarkan cerita
15. Mengamati persamaan dan perbedaan untuk mencari ciri benda
16. Mendengarkan penjelasan sambil membuat catatan penting
17. Membuat rangkuman/ sinopsis
18. Mendemonstrasikan hasil temuan
19. Mencari pemecahan soal-soal Matematika
20. Membuat soal cerita
21. Mengukur panjang, berat, suhu
22. Merencanakan dan melakukan percobaan
23. Merencanakan dan melakukan penelitian sederhana
24. Membuat buku harian
25. Membuat kamus
26. Melakukan simulasi dengan komputer
27. Mengelompokkan sambil mengidentifikasi (mengenali ciri) benda
28. Mengumpulkan dan mengoleksi benda dengan karakteristiknya
29. Membuat komik
30. Membuat ramalan dan berekstrapolasi
31. Membuat grafik
32. Membuat diagram
33. Membuat charta atau grafik
34. Membuat jurnal
35. Menyiapkan dan melaksanakan pameran
36. Menggunakan alat (alat ukur, alat potong, alat tulis)
37. Praktek ibadah
38. Praktek menjadi khatib/ pendeta
39. Praktek berceramah
40. Praktek budi pekerti
41. Membuat poster
42. Membuat model (seperti kotak, silinder, kubus, segitiga, lingkaran)
43. Menata pajangan
44. Menata buku perpustakaan
45. Membuat daftar pertanyaan untuk wawancara
46. Melakukan wawancara
47. Membuat denah
48. Membuat catatan hasil penjelasan/ hasil pengamatan
49. Membaca kamus
50. Mencari informasi dari ensiklopedia
51. Melakukan musyawarah
52. Mengunjungi dan menemukan alamat situs website
53. Bernegosiasi
54. Mendiskusikan wacana dari media cetak/ media elektronik
55. Membuat cergam
56. Membuat resensi buku
57. Mengkritisi suatu artikel
58. Mengkaji pola tulisan suatu artikel
59. Menulis artikel ilmiah popular
60. Membuat kamus
61. Membuat ensiklopedia
62. dapat ditambahkan sejumlah kegiatan lain yang mengerahkan keterampilan berpikir dan
mengaplikasikan pengetahuan yang sudah diketahui. (Ibrahim, 2003: 23)
Kerja praktik selalu menjadi bagian penting dari pembelajaran beberapa mata pelajaran, khususnya
mata pelajaran sains. Namun, kerja praktik tradisional pola-resep atau dengan selangkah-demi-
selangkah bukanlah strategi belajar yang efektif.
Ada beberapa cara yang menjamin bahwa siswa-siswa secara aktif terlibat dalam kerja praktik
mereka dan bahwa mereka belajar dari pengalaman itu. Cara cara itu antara lain adalah;
1. Satu strategi sederhana adalah memberi para siswa perintah-perintah dalam suatu susunan acak.
Mereka diberitahu apa yang mereka coba temukan dan kemudian diminta untuk memisahkan
perintah-perintah ke dalam susunan yang dapat dikerjakan sebelum mereka memulai eksperimen.
2. Sebelum memulai eksperimen, mereka hendaklah diminta untuk meramalkan hasil-hasilnya. Pada
waktu hasil-hasil sudah diperoleh, mereka diminta untuk memutuskan apakah hasil-hasil sesuai atau
tidak dengan ramalan-ramalan mereka. Jika hasil-hasil sesuai dengan ramalan, maka mereka
hendaklah menjelaskan mengapa mereka mengharapkan hasil-hasil itu. Jika hasil-hasil tidak sesuai
dengan harapan, siswa hendaklah diminta untuk memikirkan-ulang metode eksperimen untuk
memutuskan apakah ramalan yang salah atau terdapat kesalahan dalam cara pelaksanaan prosedur
eksperimen.
3. Mereka dapat diberi suatu kumpulan peralatan yang tepat dan suatu pertanyaan untuk diselidiki.
Kelas dapat mendiskusikan jenis data yang perlu dikumpulkan. Kemudian, mereka merancang
prosedur eksperimennya sendiri, mengumpulkan data dan selanjutnya menyusun suatu kesimpulan.
4. Mereka dapat diberi pertanyaan penelitian eksperimen terbuka (tidak terbatas), yakni diberi
hanya rincian topik yang sedang dibicarakan dan mungkin beberapa gagasan tentang beberapa
aspek topik yang akan mereka selidiki. dalam kegiatan seperti itu, mereka perlu merumuskan
hipotesis, merancang metode eksperimen, memilih peralatan yang tepat, mengumpulkan data,
mengatur data dan menyusun suatu kesimpulan. (Soemanto Wasty, 2003: 43)
Kesimpulan
Teknik-teknik mendapatkan umpan balik, bagaimana memancing apersepsi anak didik,
memanfaatkan teknik alat Bantu yang akseptabel, menggunakan metode yang bervariasi, saya dapat
menyimpulkan bahwa ada beberapa cara dan metode-metode untuk memancing apersepsi anak
didik diantarnaya: menggunakan suatu system aturan tertentu dalam menghadapi hal-hal atau
prosedur tertentu, mencegah agar perilaku siswa yang salah tidak berketerusan, mengarahkan
tindakan dengan disiplin secara tepat, memberikan tugas-tugas yang menarik minat siswa, terutama
apabila mereka bekerja secara bebas, memberikan penghargaan dan ganjaran untuk memotivasi
siswa, menggunakan kritik yang halus dalam mengomunikasikan harapan kepada siswa yang lebih
pandai, menerima inisiatif siswa yang disampaikan melalui pertanyaan, bahasan, atau saran-saran.
Memanfaatkan teknik alat Bantu yang akspektabel diantaranya: menggunakan alat-alat seperti
audio-visual, visualisasi verbal, audio verbal, buku pelajaran, buku kerja, media cetak, dan lagi alat
Bantu yang paling penting dan murah adalah pertanyaan. Dengan alat Bantu pertanyaan kita akan
lebih mudah memahami apakah anak didik memang benar-benar memahami apa yang kita ajarkan
dengan baik.
Menggunakan Metode yang bervariasi antara lain: dengan menggunakan metode Menggubah syair
lagu dan bernyanyi, melakukan Permainan , bermain peran, diskusi (bertanya, menjawab,
berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah), menggambar dan mengarang, menulis prosa,
puisi, pantun, gurindam, membaca bermakna, menyimak untuk menangkap gagasan pokok, mengisi
teka teki, mengajukan pertanyaan penelitian ,mengajukan pendapat dengan alasan yang logis,
mengomentari, bercerita, mendengarkan cerita, mengamati persamaan dan perbedaan untuk
mencari ciri benda, mendengarkan penjelasan sambil membuat catatan penting, membuat
rangkuman/ synopsis, mendemonstrasikan hasil temuan, mencari pemecahan soal-soal Matematika,
membuat soal cerita, mengukur panjang, berat, suhu, merencanakan dan melakukan percobaan,
dan jika ini di hubungkan dengan pendidikan Islam, maka tentunya semuanya harus dilandasi nilai
KeIslaman, yaitu dengan memberikan teladan yang baik dan menyelesaikan semua masalah dengan
lemah-lembut dan bermusyawarah sesuai dengan tuntunan Agama Islam.
Daftar Pustaka
1. Brooks, J.G. & Brooks, M.G., In Search of Understanding The Case for Constructivist Classrooms.
USA: ASCD, 1993.
2. Djamarah Bahri Syaipul, Strategi Belajar mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2002
3. Hamalik, O, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1992
4. Harlen, W., Primary science taking the plunge. London: Heinemann Educational Books Ltd, 1987
5. Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.
6. Nazulia, Berbagai Pendekatan dalam Proses belajar dan mengajar, Bina Aksara, Jakarta, 1982.
7. Roijakkers, Mengajar dengan Sukses, Grafindo, Jakarta, 1993.
8. Surya, Psikologi Pembelajaran dan pengajran, Remadja Rosda Karya, bandung, 1997.
9. Soemanto Wasty, Psikologi Pendidkan,rineka Cipta, 2003.
10. Tohirin, Psikologi Pembelajaran PAI, rineka Cipta, Jakarta, 2005.

Anda mungkin juga menyukai