dan
Januari 2009
(1)
URAIAN UMUM
Januari 2009
1
Kata Pengantar
Jembatan merupakan bagian dari salah satu prasarana perhubungan yang pada
hakekatnya merupakan unsur penting dalam mendukung perekonomian dan
kehidupan masyarakat serta merupakan wahana dalam menciptakan kesatuan
dan persatuan bangsa dalam mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila
seperti termaktub di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Oleh karena itu, Direktorat Bina Teknik Ditjen Bina Marga sebagai institusi
terdepan dalam penyelenggaraan jembatan mempunyai tugas melaksanakan
pembinaan teknis penyelenggaraan jembatan. Perencanaan teknis jembatan
sebagai domain kegiatan dari Sub Direktorat Teknik Jembatan Dit. Bintek Ditjen.
Bina Marga meliputi Pengembangan gagasan (design development), Preliminary
Desain, Detail Engineering Design (DED) sampai dengan penyiapan rencana
kerja (shopdrawing).
i
Daftar Isi
ii
Daftar Gambar
Gambar 1-1. Keterkaitan berbagai pihak dalam mewujudkan produk infrastruktur .........................1-1/5
iii
Daftar Tabel
Tabel 2-1. Jenis Laporan yang harus diserahkan oleh Penyedia Jasa............................................2-4/7
Tabel 3-1. Daftar Kegiatan dan Pihak yang Terlibat dalam Survey Pendahuluan...........................3-6/6
Tabel 4-2. Daftar Kegiatan dan Pihak yang Terlibat dalam Survey Lalu Lintas...............................4-4/5
Tabel 5-1. Daftar Kegiatan dan Pihak yang Terlibat dalam Survey Geodesi...................................5-7/8
Tabel 6-1. Daftar Kegiatan dan Pihak yang Terlibat dalam Survey Geoteknik ................................6-5/7
Tabel 7-1. Daftar Kegiatan dan Pihak yang Terlibat dalam Survey Hidrologi ..................................7-5/6
iv
1. POS: Uraian Umum
URAIAN UMUM
A. Pendahuluan
Agar diperoleh mutu yang baik sesuai persyaratan yang diminta, perlu diterapkan
sistem manajemen mutu yang dituangkan dalam rencana mutu berupa Rencana
Mutu Pelaksanaan (RMP) maupun Rencana Mutu Kontrak (RMK) pada setiap
langkah pekerjaan mulai dari studi sosial ekonomi dan pra-studi kelayakan hingga
pekerjaan konstruksi dan supervisi.
B. Studi-Studi Pendukung
Dengan sistem yang ada yaitu IBMS dapat disusun rencana dan program
jembatan untuk jangka panjang (5 tahunan) dan program tahunan dengan
prosedur incremental economic analysis yaitu dengan membandingkan antara
adanya pelaksanaan dengan tidak adanya pelaksanaan dengan asumsi:
Biaya Investasi
Studi dan Kajian
Perencanaan Teknis
Pelaksanaan Fisik
Pemanfaatan
Resiko
WAKTU
Gambar 1-3. Perbandingan Tingkat Resiko Investasi vs terhadap Biaya Penyiapan Studi-Kajian
Pada gambar 3 terlihat bahwa kebutuhan biaya untuk studi dan kajian (dalam hal
ini Feasibility Study) relatif kecil dibandingkan resiko investasinya. Sehingga
Resiko kegagalan dan/atau ketidakoptimalan penyiapan perencanaan teknis lebih
kecil dibandingkan dengan kegagalan menyiapkan FS.
Konsep pengadaan perencanaan teknis yang ada sekarang masih belum optimal
sehingga setiap pengadaan DED perlu dilengkapi dengan kajian alternatif design.
Walaupun, pada tahap DED masih ada kegiatan pengembangan gagasan dan
pemilihan alternatif rencana, namun sifatnya sudah terbatas mengingat penyedia
jasa (konsultan perencana) yang terlibat akan melakukan kajian yang sudah
tertentu tanpa banyak alternatif. Hal ini akan membatasi pilihan alternatif yang
optimal baik dari segi efektivitas, efisiensi dan estetika bagi pengguna jasa.
D. Pelaksanaan Fisik
E. Pemanfaatan
Januari 2009
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A M A R G A
D I R E K T O R A T B I N A T E K N I K
Jl. Pattimura No. 20 Gd. Sapta Taruna Lt. VI Keb-Baru Telp/Fax (021) 7251544 - 7247283 Jkt 12110
2. POS: Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
A. Maksud
Dokumen ini dimaksudkan sebagai petunjuk umum dalam rangka penyiapan dan
penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk paket pekerjaan layanan
konsultan yang akan dilelangkan.
B. Tujuan
Dokumen ini dibuat dengan tujuan agar penyusunan KAK dapat lebih sistematis
dan jelas, sehingga tercipta pemahaman yang sama antara pemberi tugas dengan
penyedia jasa terhadap sasaran yang hendak dicapai untuk paket pekerjaan yang
akan dilelangkan.
C. Ruang Lingkup
Dokumen ini memuat acuan dasar penyusunan KAK di lingkungan Subdit Teknik
Jembatan.
D. Acuan Normatif
E. Pihak Terkait/Terlibat
4. Panitia Lelang
2 - 1/7
2. POS: Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
F. Prosedur
1. Umum
2 - 2/7
2. POS: Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
a) Maksud
b) Tujuan
c) Sasaran
d) Lingkup Kegiatan
e) Pengguna Jasa
f) Sumber Dana
Sumber dana yang membiayai paket pekerjaan ini adalah APBN Murni
dengan nilai Rp. ..
g) Tenaga Ahli
2 - 3/7
2. POS: Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
Tabel 2-1. Jenis Laporan yang harus diserahkan oleh Penyedia Jasa
2 - 4/7
2. POS: Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
2 - 5/7
2. POS: Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
1. Ketua Tim 1
3. Ahli Geodesi 1
4. Ahli Geoteknik 1
5. Ahli Hidrologi 1
2 - 6/7
2. POS: Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
L2 Komputer Supply
Biaya Pengolah Data
L3
1. Sewa computer
Biaya Telekomunikasi
L4 1. Telepon
2. Fax
Biaya Presentasi
1. Honor pembahas
L5 2. Penggandaan
3. Sewa infocus
4. Konsumsi pembahas
Biaya Pelaporan
1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Antara
3. Laporan Konsep Laporan Akhir
L6
4. Laporan Akhir
5. Executive Summary
6. Naskah Produk Akhir
7. CD Laporan Akhir
2 - 7/7
(3)
Januari 2009
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A M A R G A
D I R E K T O R A T B I N A T E K N I K
Jl. Pattimura No. 20 Gd. Sapta Taruna Lt. VI Keb-Baru Telp/Fax (021) 7251544 - 7247283 Jkt 12110
3. POS: Survai Pendahuluan
A. Maksud
Prosedur ini dimaksudkan sebagai tahap awal untuk mendapatkan data lapangan
yang diperlukan dalam proses perencanaan jembatan guna menentukan perkiraan
dan saran yang diusulkan sebagai bagian penting bahan kajian kelayakan teknis
perencanaan jembatan.
B. Lingkup
Prosedur ini memuat survey pendahuluan yang merupakan lanjutan setelah hasil
persiapan desain disetujui sebagai panduan pelaksanaan survey dilapangan yang
meliputi kegiatan studi literatur, koordinasi dengan instansi terkait, dan diskusi
perencanaan di lapangan.
C. Acuan
Dokumen kontrak.
1. Pemberi Tugas
2. Penyedia Jasa
a) Ketua Tim
3 - 1/6
3. POS: Survai Pendahuluan
E. Prosedur
a) Survey Geometrik
3 - 2/6
3. POS: Survai Pendahuluan
Dari hasil survey recon ini, secara kasar harus sudah bisa dihitung
perkirakan volume pekerjaan yang akan timbul serta bisa dibuatkan
perkiraan rencana biaya secara sederhana dan diharapkan dapat
mendekati desain final.
b) Survey Topografi
Kegiatan yang dilakukan pada survey topografi adalah
3 - 3/6
3. POS: Survai Pendahuluan
Dari hasil survey recon ini secara kasar harus sudah bisa dihitung
perkiraan volume pekerjaan yang akan timbul serta bisa dibuatkan
perkiraan rencana biaya secara sederhana dan diharapkan dapat
mendekati desain final.
e) Survey Hidrologi/Hidrolika
Kegiatan yang dilakukan pada survey Hidrologi/Hidrolika adalah
3 - 4/6
3. POS: Survai Pendahuluan
f) Survey Lingkungan
Kegiatan yang dilakukan pada survey dampak lingkungan adalah :
Pengamatan kondisi.
F. Pelaporan
Hasil dari lapangan harus dibuat dalam bentuk laporan lengkap yang berisi :
2. Foto dokumentasi
3 - 5/6
3. POS: Survai Pendahuluan
Pembuatan Laporan
3 - 6/6
(4)
Januari 2009
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A M A R G A
D I R E K T O R A T B I N A T E K N I K
Jl. Pattimura No. 20 Gd. Sapta Taruna Lt. VI Keb-Baru Telp/Fax (021) 7251544 - 7247283 Jkt 12110
4. POS: Survai Lalu Lintas
A. Maksud
Prosedur ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk melakukan survey volume lalu
lintas, serta menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan yang melewati ruas
jalan tertentu dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalu lintas harian rata-
rata sebagai dasar perencanaan jalan dan jembatan.
B. Ruang Lingkup
Prosedur ini memuat penyelidikan seluruh jenis kendaraan yang lewat pada suatu
ruas jalan.
C. Acuan
1. Pemberi Tugas
2. Konsultan
b). Engineer
c). Surveyor
E. Prosedur
4 - 1/5
4. POS: Survai Lalu Lintas
2. Pelaksanaan Survey
Pos Kelas A yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada ruas
jalan dengan jumlah lalu lintas yang tinggi dan mempunyai LHR >
10.000 kendaraan.
Pos Kelas B yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada ruas
jalan dengan jumlah lalu lintas yang sedang dan mempunyai 5.000 <
LHR < 10.000 kendaaan.
Pos Kelas C yaitu pos perhitungan lalu lintas yang terletak pada ruas
jalan dengan jumlah lalu lintas yang rendah dan mempunyai LHR <
5.000 kendaraan.
Lokasi pos harus mewakili jumlah lalu lintas harian rata-rata dari ruas
jalan, tidak terpengaruh oleh angkutan ulang alik yang tidak mewakili
ruas (commuter traffic).
c) Periode Perhitungan
Pos Kelas A
4 - 2/5
4. POS: Survai Lalu Lintas
Pos Kelas B
Pos Kelas C
4 - 3/5
4. POS: Survai Lalu Lintas
7a. Truk 3 sumbu adalah sebagai kendaraan barang dengan 3 sumbu yang letaknya
STRT dan SGRG (sumbu ganda roda ganda).
7b. Truk gandengan adalah sebagai kendaraan no. 6 dan 7 yang diberi gandengan
bak truk dan dihubungkan dengan batang segitiga. Disebut juga Full Trailer
Truck.
7c. Truk semi trailer atau truk tempelan adalah sebagai kendaraan yang terdiri dari
kepala truk dengan sumbu 2-3 sumbu yang dihubungkan secara sendi dengan
pelat dan rangka bak yang beroda belakang yang mempunyai 2 atau 3 sumbu
pula.
F. Pelaporan
Hasil dari lapangan harus dibuat dalam bentuk laporan lengkap yang berisi:
1. Foto dokumentasi
2. Data lapangan
3. Perhitungan
4 - 4/5
4. POS: Survai Lalu Lintas
Pelaksanaan survey
Pembuatan Laporan
4 - 5/5
(5)
Januari 2009
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A M A R G A
D I R E K T O R A T B I N A T E K N I K
Jl. Pattimura No. 20 Gd. Sapta Taruna Lt. VI Keb-Baru Telp/Fax (021) 7251544 - 7247283 Jkt 12110
5. POS: Survai Geodesi
A. Maksud
B. Ruang Lingkup
Prosedur ini memuat survey topografi yang dilakukan di sepanjang lokasi as jalan
pada jembatan yang sesuai dengan rencana lokasi jembatan yang dikehendaki.
Pertimbangan lokasi jembatan didasarkan pada rekomendasi dari Studi
Kelayakan.
C. Acuan
Dokumen kontrak
2. Penyedia Jasa
a) Team leader
b) Geodetic Engineer
c) Surveyor
E. Prosedur
Hal :5 - 1/8
5. POS: Survai Geodesi
2. Pelaksanaan Survey
a) Pekerjaan Perintisan
b) Pekerjaan pengukuran
Hal :5 - 2/8
5. POS: Survai Geodesi
Sisi poligon atau jarak antara titik poligon maksimal 100 meter
diukur dengan peges ukur (meteran).
a). Titik-titik ikat (BM) harus diukur sudutnya dengan alat yang sama
dengan alat pengukuran poligon, jaraknya diukur dengan pegas
(meteran)/jarak langsung, ketelitian poligon adalah sebagai
berikut :
Hal :5 - 3/8
5. POS: Survai Geodesi
3) Pengukuran Situasi
Alat yang digunakan adalah jenis Theodolit atau alat ukur lain
yang mempunyai ketelitian yang sama.
Hal :5 - 4/8
5. POS: Survai Geodesi
Patok Km dan Hm yang ada pada tepi jalan harus diambil dan
dihitung koordinatnya. Ini dimaksudkan untuk memperbanyak
titik referensi pada penemuan kembali sumbu jalan yang
direncanakan.
Hal :5 - 5/8
5. POS: Survai Geodesi
F. Pelaporan
1. Data pelaksanaan
Hal :5 - 6/8
5. POS: Survai Geodesi
10. Rekomendasi
Hal :5 - 7/8
5. POS: Survai Geodesi
Pelaksanaan survey
Pengambilan foto
survey
Pembuatan Laporan
Hal :5 - 8/8
(6)
Januari 2009
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A M A R G A
D I R E K T O R A T B I N A T E K N I K
Jl. Pattimura No. 20 Gd. Sapta Taruna Lt. VI Keb-Baru Telp/Fax (021) 7251544 - 7247283 Jkt 12110
6. POS: Survai Geoteknik
A. Maksud
B. Ruang Lingkup
C. Acuan
Dokumen Kontrak
E. Prosedur
a). Pengajuan lokasi, jenis survey, jumlah dan waktu pelaksanaan survey
oleh engineer kepada Team Leader dimaksudkan untuk mendapatkan
masukan dan persetujuan.
6 - 1/7
6. POS: Survai Geoteknik
6 - 2/7
6. POS: Survai Geoteknik
Alat tes sondir type Gouda atau sejenisnya, antara lain Dutch
Cone Penetrometer yang memakai sistem metrik dan harus
dilengkapi dengan Friction Jacket Cone, kapasitas tegangan konus
minimum 250 kg/cm2 dan kedalamannya dapat mencapai 25 m.
g). SPT dilakukan pada interval kedalaman 1,50 m s/d 2,00 m untuk
diambil contohnya (undisturbed dan disturbed).
h). Mata bor harus mempunyai diameter yang cukup untuk mendapatkan
undisturbed sample yang diinginkan dengan baik, dapat digunakan
mata bor steel bit untuk tanah clay, silt dan mata bor jenis core barrel.
6 - 3/7
6. POS: Survai Geoteknik
j). Untuk menentukan besaran index dan structural properties dari contoh-
contoh tanah, baik yang terganggu (disturbed) maupun yang asli
(undisturbed) tersebut di atas dan contoh material (quarry), maka
pengujian di laboratorium dikerjakan berdasarkan spesifikasi SNI, SK
SNI, AASHTO, ASTM, BS dengan urutan terdepan sebagai prioritas
pertamanya.
k). Laporan penyelidikan tanah dan material harus pula berisi analisa dan
hasil daya dukung tanah serta rekomendasi jenis pondasi yang sesuai
dengan daya dukung tanah tersebut dan hasil bor log dituangkan dalam
bentuk tabel/formulir bor log dan form drilling log yang dilengkapi
dengan keterangan/data diantaranya tentang tipe bor yang digunakan,
kedalaman lapisan tanah, tinggi muka air tanah, grafik log, uraian
lithologi, jenis sample, nilai SPT, tekanan kekuatan (kg/cm2), liquid/
plastis limit, perhitungan pukulan dan lain sebagainya.
F. Pelaporan
1. Data pelaksanaan
2. Peta situasi pelaksanaan yang menunjukkan secara jelas lokasi
pelaksanaan terhadap kota besar terdekat
3. Kondisi morfologi sepanjang lokasi
4. Kondisi badan jalan yang ada di sepanjang trase jalan
5. Batuan penyusun (stratigrafi) sepanjang trase jalan. Untuk peta penyebaran
batuan disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan
standar pewarnaan geologi dan diberi notasi
6 - 4/7
6. POS: Survai Geoteknik
6 - 5/7
6. POS: Survai Geoteknik
SIFAT KUAT
GESER TANAH
SIFAT
PEMAMPATAN
TANAH
KEPADATAN
13 Pemadatan
SIFAT
KELULUSAN
6 - 6/7
6. POS: Survai Geoteknik
Pelaksanaan survey
Pengujian sampel di
laboratorium
Pembuatan Laporan
6 - 7/7
(7)
Januari 2009
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A M A R G A
D I R E K T O R A T B I N A T E K N I K
Jl. Pattimura No. 20 Gd. Sapta Taruna Lt. VI Keb-Baru Telp/Fax (021) 7251544 - 7247283 Jkt 12110
7. POS: Survey Hidrologi
A. Maksud
B. Lingkup
Dokumen ini memuat penyelidikan data curah hujan, data bangunan pengaman
yang ada dan menentukan curah hujan rencana guna memberikan masukan
dalam proses perencanaan yang aman.
C. Acuan
1. Pemberi Tugas
2. Penyedia Jasa :
a. Ketua Tim
b. Ahli Hidrologi/Hidrolika
c. Surveyor
7 - 1/6
7. POS: Survey Hidrologi
E. Prosedur
2. Pelaksanaan Survey
7 - 2/6
7. POS: Survey Hidrologi
Cara statistik/kemungkinan-kemungkinan
7 - 3/6
7. POS: Survey Hidrologi
Cara hidrograf/sintetik
f. Dari hasil survey dan analisa yang dilakukan, antara lain dapat
ditentukan elevasi jembatan dan bangunan pengaman terhadap
gerusan, tumbukan air dan debris.
F. Pelaporan
1. Data Kegiatan
4. Analisis/perhitungan
7 - 4/6
7. POS: Survey Hidrologi
Catatan:
Pihak yang terkait adalah:
a. Koordinator Survey Lapangan
b. Engineer (Highway, Topography,
Geology, Hidrology, Environment)
c. Team Leader
d. Pemberi Tugas
7 - 5/6
7. POS: Survey Hidrologi
Pelaksanaan survey
Pembuatan Laporan
7 - 6/6
(8)
Januari 2009
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A M A R G A
D I R E K T O R A T B I N A T E K N I K
Jl. Pattimura No. 20 Gd. Sapta Taruna Lt. VI Keb-Baru Telp/Fax (021) 7251544 - 7247283 Jkt 12110
8. POS: Perencanaan Teknis Jembatan
A. Maksud
B. Maksud
C. Ruang Lingkup
D. Pihak Terkait/Terlibat
1. Pemberi Tugas
2. Penyedia Jasa
a. Ketua Tim
d. Ahli Geodesi
e. Ahli Geoteknik
f. Ahli Hidrologi
8 - 1/12
8. POS: Perencanaan Teknis Jembatan
h. Ahli Pondasi
3. Hasil perencanaan dan perhitungan harus disetujui dan disahkan oleh instansi
yang berwenang, seperti Departemen Pekerjaan Umum atau Dinas Pekerjaan
Umum di daerah. Bila perlu dapat dimintakan untuk diteliti banding atau diverifikasi
oleh pihak ketiga yang independen, sebelum dilakukan persetujuan dan
pengesahan oleh instansi yang berkompeten.
8 - 2/12
8. POS: Perencanaan Teknis Jembatan
F. Pokok-Pokok Perencanaan
3. Ekonomis
5. Kemudahan pemeliharaan
6. Estetika
1. Metodologi Perencanaan
8 - 3/12
8. POS: Perencanaan Teknis Jembatan
G. Kriteria Perencanaan
4. Metode dan asumsi dalam penentuan pemilihan type struktur atas, struktur bawah
dan pondasi
c. peraturan lain yang relevan dan disetujui oleh pemberi tugas, antara lain:
8 - 4/12
8. POS: Perencanaan Teknis Jembatan
I. Pembebanan jembatan
3. Beban hidup
4. Beban sementara
5. Beban-beban sekunder
J. Analisa Struktur
2. Analisis mencakup idealisasi struktur dan pondasi pada aksi beban rencana
sebagai suatu model numerik. Dari model tersebut gaya dalam dan deformasi
serta stabilitas keseluruhan struktur dapat dihitung. Pendekatan analisis dapat
menggunakan paket software struktur komersil yang mana terlebih dahulu
dilakukan validasi dengan menggunakan contoh-contoh yang diketahui (dapat
menggunakan contoh dari text book) dan dilakukan pengecekan secara manual
untuk menyakinkan keakuratan hasil analisis.
3. Untuk analisis struktur jembatan dapat dilakukan dengan pendekatan: (1) Linear
Elastik, (2) Linear Dinamik, (3) Non-linear elastic, (4) Response Spectrum, (5)
Time History Analysis atau (6) pendekatan Plastisitas. Penggunaan pendekatan
analisis plastis harus mendapat persetujuan dari pemberi tugas. Khusus untuk
jembatan bersifat fleksibel seperti jembatan gantung pejalan kaki, analisis
terhadap aeroelastik perlu dilakukan.
8 - 5/12
8. POS: Perencanaan Teknis Jembatan
b. Kendala geoteknik
c. Profil topografi
a. Profil topografi
d. Faktor ekonomis
8 - 6/12
8. POS: Perencanaan Teknis Jembatan
a. Kendala geometri
c. Kecepatan pelaksanaan
e. Pemeliharaan jembatan
f. Biaya konstruksi
c. Deformability, lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan harus
dihitung dengan cermat, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang
agar tidak melampaui nilai batas yang diijinkan oleh standar/peraturan yang
digunakan.
8 - 7/12
8. POS: Perencanaan Teknis Jembatan
8 - 8/12
8. POS: Perencanaan Teknis Jembatan
2) Pondasi caisson
8 - 9/12
8. POS: Perencanaan Teknis Jembatan
8 - 10/12
8. POS: Perencanaan Teknis Jembatan
10. Penggambaran
Gambar rencana harus ditampilkan dalam format yang sesuai dengan petunjuk
dari pengguna jasa dan/atau instansi yang berkompeten untuk pengesahan
dokumen perencanaan. Gambar rencana harus ditampilkan dalam format A3
untuk dokumen lelang dan Format A1 untuk keperluan kegiatan pelaksanaan
konstruksi di lapangan. Gambar rencana harus terdiri dari urutan sebagai berikut:
b. Daftar isi
c. Peta lokasi jembatan yang dilengkapi dengan peta jaringan jalan eksisiting dan
petunjuk arah utara mata angin
g. Gambar detail dengan skala 1:20, yang mencakup pelat lantai kendaraan,
struktur atas, struktur bawah dan pondasi jembatan
h. Gambar standar
Penyusunan spesifikasi teknik harus mengacu kepada gambar rencana dan harus
memperhatikan semua aspek pelaksanaan konstruksi serta dapat menjelaskan
secara rinci metode dan urutan pelaksanaan termasuk jenis dan mutu material
yang digunakan.
a. Dokumen Lelang
8 - 11/12
8. POS: Perencanaan Teknis Jembatan
Bab V : Spesifikasi
b. Pelaporan
1) Laporan Bulanan.
8 - 12/12
(9)
Januari 2009
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A M A R G A
D I R E K T O R A T B I N A T E K N I K
Jl. Pattimura No. 20 Gd. Sapta Taruna Lt. VI Keb-Baru Telp/Fax (021) 7251544 - 7247283 Jkt 12110
9.POS: Penyampaian Laporan DED Perencanaan Teknis Jembatan
A. Maksud
B. Tujuan
C. Acuan
2. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Pasal 9 ayat (5), tentang Pedoman
Pelaksanaan Barang/Jasa Pemerintah.
3. Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2006 Pasal 86 ayat (1) tentang Jalan.
D. Lingkup Kegiatan
1. Dokumen ini memuat tata cara penyiapan perencanaan struktur jembatan dalam
rangka persetujuan dari instansi yang berwenang, dalam hal ini Subdit Teknik
Jembatan, terutama dari segi teknis dan administrasi, antara lain berisi penjelasan
mengenai kelengkapan serta materi berkas perencanaan struktur, batasan-
batasan dalam analisis perencanaan struktur, metode uji beban dan kriteria
penilaian berkas perencanaan struktur.
9 - 1/9
9.POS: Penyampaian Laporan DED Perencanaan Teknis Jembatan
E. Ketentuan Umum
Jenis Bangunan
No Melakukan/Menyetujui Mengetahui Keterangan
Atas
Rangka, Gelagar Dua
Tumpuan & Balai
1 P2JJ -
Jembatan Sistem
Lantai.
Gelagar Menerus, Penyiapan Rencana
Pelengkung & Teknis
2 Jembatan Sistem P2JJ Bintek dibantu Tim Teknis/
Kabel serta Jembatan Konsultan Independent
Non-Standar lainnya. Proof Checker *)
Penyiapan Rencana
Semua Jenis Teknis
Jembatan termasuk Subdit Teknik dapat dibantu Tim
3 Bintek
dengan Sumber Jembatan Teknis/ Konsultan
Dana Loan. Independent Proof
Checker *)
*) tergantung pada kompleksitas struktur jembatan dan yang disiapkan dalam format Engineering
Procurement Contract/Turn-key.
Melakukan/
No Jenis Bangunan Atas Mengetahui Keterangan
Menyetujui
Rangka, Gelagar Dua
1 Tumpuan & Jembatan P2JJ Balai -
Sistem Lantai.
Subdit Teknik Penyiapan Rencana Teknis
2 Semua Jenis Jembatan. Bintek
Jembatan dapat dibantu Tim Teknis
9 - 2/9
9.POS: Penyampaian Laporan DED Perencanaan Teknis Jembatan
9 - 3/9
9.POS: Penyampaian Laporan DED Perencanaan Teknis Jembatan
b. Apabila berkas perencanaan tidak layak untuk diperiksa maka Subdit Teknik
Jembatan akan mengembalikan berkas perencanaan kepada Perencana
Struktur untuk diperbaki/dilengkapi.
c. Perencana Struktur bisa diminta untuk melengkapi laporan dan gambar secara
lengkap dan jelas apabila berkas laporan yang disampaikan dianggap tidak
lengkap.
9 - 4/9
9.POS: Penyampaian Laporan DED Perencanaan Teknis Jembatan
F. Ketentuan khusus
1. Kriteria Perencanaan
9 - 5/9
9.POS: Penyampaian Laporan DED Perencanaan Teknis Jembatan
3. Panduan Perencanaan
a. Metodologi Perencanaan
c. Beban hidup
d. Beban sementara
e. Beban-beban sekunder
d. Analisa Struktur
9 - 6/9
9.POS: Penyampaian Laporan DED Perencanaan Teknis Jembatan
k. Spesifikasi Teknik
6. Kelengkapan Dokumen
b. Laporan penyelidikan tanah (3 set), dengan jumlah dan kualitas tes harus
memadai, berikut analisis dan rekomendasinya. Dalam hal ini pihak Subdit
Teknik Jembatan dapat meminta tes tambahan
d. Gambar-gambar struktur
7. Laporan Perencanaan
a. Laporan perhitungan detail harus dalam bahasa Indonesia, jika diperlukan bisa
dalam bahasa Inggris
c. Laporan perhitungan harus jelas dan sistematis, diberi nomor halaman dan
daftar isi agar mudah dibaca dan diikuti jalan pikiran dari perencana
9 - 7/9
9.POS: Penyampaian Laporan DED Perencanaan Teknis Jembatan
c. Hasil kajian
g. Spesifikasi Teknik
8. Gambar-Gambar
b. Daftar isi
c. Peta lokasi jembatan yang dilengkapi dengan peta jaringan jalan eksisting dan
petunjuk arah utara mata angin
h. Gambar detail dengan skala 1:20, yang mencakup pelat lantai kendaraan,
bangunan atas, bangunan bawah dan pondasi jembatan
G. Legalisasi DED
9 - 8/9
9.POS: Penyampaian Laporan DED Perencanaan Teknis Jembatan
9 - 9/9
( 10 )
Januari 2009
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A M A R G A
D I R E K T O R A T B I N A T E K N I K
Jl. Pattimura No. 20 Gd. Sapta Taruna Lt. VI Keb-Baru Telp/Fax (021) 7251544 - 7247283 Jkt 12110
10. POS: Penyelenggaraan Jembatan Khusus
A. LATAR BELAKANG
Jembatan adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk melewati massa (lalu lintas, air) di
atas suatu penghalang. Semakin lebar halangan yang harus dilewati, makin besar
panjang jembatan yang dibutuhkan. Jembatan yang dibangun harus direncanakan untuk
mampu melewatkan lalu lintas yang dilayaninya dengan aman dan nyaman.
Jembatan merupakan bagian dari suatu ruas jalan, sehingga keberadaan suatu jembatan
tidak dapat berdiri sendiri melainkan bagian dari suatu sistem jaringan jalan. Prinsip dasar
dalam pembangunan jembatan adalah jembatan untuk jalan raya, tetapi bukan jalan
raya untuk jembatan. Dengan demikian perencanaan jembatan merupakan bagian dari
perencanaan jaringan jalan.
Jembatan khusus didefinisikan sebagai suatu jembatan yang memiliki bentang yang
panjang atau yang memiliki nilai strategi yang tinggi.
Salah satu tahapan penting dalam proses pembangunan jembatan adalah tahap Studi
Kelayakan, dimana semua aspek ditinjau untuk memastikan bahwa proses pembangunan
jembatan dapat dilanjutkan atau tidak serta untuk mengetahui kapan jembatan tersebut
dibutuhkan.
1. Definisi
Sesuai dengan istilah yang digunakan, studi kelayakan adalah suatu analisis terhadap
viability (diteruskan atau tidak) suatu ide. Fokus dari suatu studi kelayakan adalah
untuk mampu menjawab pertanyaan penting Should we proceed with the
10 - 2/13
10. POS: Penyelenggaraan Jembatan Khusus
proposed project idea?, sehingga segala aktivitas dalam studi kelayakan bertujuan
untuk membantu menjawab pertanyaan tersebut.
Mengetahui lebih awal bahwa suatu ide tidak bekerja sesuai yang diharapkan akan
dapat mencegah penggunaan uang, waktu dan sumber daya secara sia-sia.
Studi Kelayakan bukanlah suatu business plan, hal ini seringkali disalah artikan.
Studi Kelayakan memiliki fungsi investigasi, sedangkan business plan memiliki fungsi
planning/perencanaan yang berisikan langkah-langkah yang diperlukan untuk
mewujudkan suatu proposal dari suatu ide menjadi kenyataan.
Hasil dari studi kelayakan akan menjadi basis bagi business plan yang mulai
dipersiapkan jika sudah diketahui bahwa suatu alternatif itu layak untuk dilanjutkan.
Business plan berisikan blueprint dari project implementation.
Jika kita mengkaji investasi yang telah berhasil, akan kita temui bahwa rencana
investasi tidak akan dilakukan tanpa melalui proses penilaian terhadap hal-hal penting
dan menganalisis kemungkinan keberhasilan dari investasi yang akan dilakukan.
Karena itu Studi Kelayakan merupakan suatu langkah krisis dan penting dalam suatu
investasi. Jika dilaksanakan secara tepat akan memberikan investasi terbaik.
Berikut ini adalah alasan kenapa Studi kelayakan perlu untuk dilaksanakan:
10 - 3/13
10. POS: Penyelenggaraan Jembatan Khusus
Untuk kasus investasi jembatan khusus, studi kelayakan diperlukan karena alasan:
a. Biaya
Kegiatan jalan dan jembatan merupakan kegiatan yang memerlukan biaya yang
sangat besar, sehingga perlu dipastikan bahwa dana yang digunakan akan
memberikan hasil yang diharapkan.
b. Prioritas
Keterbatasan keuangan yang dimiliki baik oleh pemerintah maupun swasta
menyebabkan pentingnya memberikan skala prioritas untuk setiap penggunaan
dana pembangunan.
c. Dampak
Jalan dan jembatan merupakan infrastruktur publik yang memberikan pengaruh
yang sangat besar baik yang positif maupun negatif terhadap lingkungan di
sekitarnya.
d. Aspek Ekonomis
Pembangunan jalan dan jembatan tidak terlepas dari aspek ekonomi, apakah
investasi yang ditanamkan akan mendapatkan pengembalian yang diharapkan.
Secara umum suatu studi kelayakan terdiri atas 3 (tiga) komponen utama yaitu
a. Analisis Kebutuhan
Hal paling penting yang harus dikaji dalam suatu studi kelayakan adalah ada
tidaknya potensi kebutuhan akan investasi yang dimaksud. Misalnya untuk
kasus jembatan besar, perlu diketahui besarnya demand lalu lintas yang akan
menggunakan jembatan tersebut jika jembatan tersebut dibangun. Jika ternyata
kebutuhan tersebut tidak mencapai level yang diharapkan, maka rencana
investasi sebaiknya ditinjau kembali.
b. Kelayakan Teknis
Secara teknik perlu dilakukan kajian terhadap lokasi investasi yang tepat serta
solusi-solusi teknik dalam pelaksanaan tersebut. Untuk kasus jembatan khusus
perlu dicari lokasi terbaik jembatan, keterkaitan dengan jaringan jalan eksisting,
tipe struktur yang mungkin digunakan, biaya yang diperlukan, dan kemampuan
melaksanakan pekerjaan tersebut.
10 - 4/13
10. POS: Penyelenggaraan Jembatan Khusus
c. Kelayakan Finansial
Start-Up Costs
Operating Costs
Revenue Projections
Sources of Financing
Profitability Analysis
Hasil dari suatu studi kelayakan akan berisikan kajian secara mendalam atas berbagai
alternatif tersebut. Penentuan alternatif terbaik bukan merupakan target suatu studi
kelayakan, karena yang harus disajikan adalah atas masing-masing alternatif secara
mendalam. Adalah bukan tugas dari pelaksana studi kelayakan untuk menentukan
apakah investasi tersebut dihentikan atau diteruskan. Keputusan atas hal ini ada pada
pemberi pekerjaan.
Fixed Link adalah suatu pelaksanaan yang melibatkan investasi yang besar dan
sangat peting bagi lingkungan sekitarnya. Keberadaan Fixed Link akan memberikan
pengaruh terhadap pengembangan dari potensi yang ada di wilayah yang dilayani.
Karena itu tahapan-tahapan perencanaan harus dilakukan secara hati-hati dan
mendalam.
Secara garis besar tahapan pembangunan suatu fixed link terdiri dari 3 tahap utama
yaitu
10 - 5/13
10. POS: Penyelenggaraan Jembatan Khusus
Perkiraan Lokasi.
Pertimbangan terhadap lalu lintas lain jalur pelayaran kapal dan juga jalur
penerbangan pesawat.
Risk Policy.
International Convention.
b. Project Development
Melakukan estimasi terhadap lalu lintas. Untuk lalu lintas kereta api
harus ditentukan apakah jalur kereta api akan dibangun 1 atau 2
lintasan. Hal yang sama untuk lalu lintas jalan raya, apakah akan
dilewatkan dengan diangkut kereta, atau apakah disediakan lintasan
untuk lalu lintas kendaraan, serta berapa jalur dan lajur yang
10 - 6/13
10. POS: Penyelenggaraan Jembatan Khusus
Keputusan dapat diambil nanti pada tahap berikutnya jika data yang
dimiliki telah lebih lengkap dan memadai.
10 - 7/13
10. POS: Penyelenggaraan Jembatan Khusus
Conceptual Study
Conceptual Study adalah proses yang berulang dimana semua aspek yang
mungkin yang berpengaruh terhadap keberadaan project harus
dipertimbangkan, diberi bobot, dan diklarifikasi untuk mencapai solusi yang
paling mungkin bagi pemenuhan kebutuhan/tujuan bagi lokasi kegiatan.
Project Selection
10 - 8/13
10. POS: Penyelenggaraan Jembatan Khusus
Prosedur Pelelangan
Technical rangking yang diperoleh pada tahap Conceptual Study dan hasil
studi-studi di atas akan dimasukkan dalam pembentukkan Cost Benefit
model yang nantinya dijadikan dasar dalam menentukan solusi terpilih
adalah wewenang Owner. Solusi terpilih tersebut harus memperhitungkan
juga sudut pandang politik. Public Hearing merupakan salah satu cara
yang dilakukan untuk mencapai keputusan akhir. Hasilnya adalah The
solution of Chose SOLUSI YANG DIPILIH.
Procurement Strategy
Secara umum ada 3 strategi yang umum digunakan untuk kegiatan Fixed
Link, yaitu
Design Built Operate and Transfer (BOT), konsep ini hampir sama
dengan DB, perbedaannya adalah bahwa semua biaya ditanggung
oleh pihak yang diberi konsesi, dan pihak tersebut diberikan massa
konsesi sebelum diserahkan kepada pemerintah.
Tender Design
Tender Evaluation
Detailed Design
c. Construction
10 - 9/13
10. POS: Penyelenggaraan Jembatan Khusus
Secara umum pembangunan suatu jembatan dimulai dari tahap Studi Kelayakan
(Feasibility Study), namun mengingat suatu jembatan itu merupakan bangunan pelengkap
jalan, maka pendekatan yang dilakukan adalah melakukan studi kelayakan suatu ruas
jalan dimana jembatan berada. Kemudian apabila dari hasil kajian tersebut ternyata ruas
jalan tersebut layak untuk direalisasikan, maka dapat dilanjutkan untuk selanjutnya
dioperasikan serta dipelihara.
d. Design Development
e. Preliminary Design
f. D.s.b
Diharapkan dari studi tersebut, dengan memperhatikan pola sistem jaringan jalan dan
konsep tata ruang, maka khusus untuk pelaksanaan jembatan khusus akan didapatkan :
a. Kepastian Lokasi
Rekomendasi dari studi-studi tersebut di atas harus ditunjang dengan legal aspek seperti
persetujuan dari Departemen Perhubungan dalam hal penentuan Jalur Navigasi serta
persetujuan Departemen Pekerjaan Umum dalam hal keterkaitan dengan sistem jaringan
Prasarana dan sebagainya.
10 - 10/13
10. POS: Penyelenggaraan Jembatan Khusus
Selanjutnya setelah melalui rangkaian studi di atas, umumnya dilanjutkan dengan tahap
Engineering (Perencanaan teknis dan Studi-Studi lainnya) dan kajian masalah pendanaan
(Financial Aspect). Lamanya tahapan-tahapan pengadaan tersebut dalam kondisi normal
berkisar antara 3 sampai 4 tahun mulai dari Pra Studi Kelayakan sampai Tahap
Konstruksi, sebagaimana disajikan pada gambar di bawah. Sedangkan untuk Crash
Program, tahapan-tahapan tersebut dapat diselesaikan antara 1 sampai dengan 2 tahun.
1 tahun 3 tahun
4,0 6,0 %
a. Latar Belakang
Untuk mengetahui secara rinci semua asumsi yang digunakan dalam tahap perencanaan
serta untuk mendapatkan parameter-parameter penting bagi perencanaan jembatan,
diperlukan serangkaian technical study. Mengingat bentangan jembatan yang besar dan
umur rencana jembatan yang khusus, maka kebutuhan data-data perencanaan tersebut
harus didapat secara akurat.
10 - 11/13
10. POS: Penyelenggaraan Jembatan Khusus
Hasil Studi teknik tersebut akan menjadi dasar bagi perencana jembatan untuk melakukan
detailed engineering design.
o Untuk mengetahui kondisi angin, gelombang, pasang surut dan arus di lokasi
kegiatan.
Studi Scouring
Studi Geologi
Soil Investigation
o Melakukan analisis dan evaluasi tentang jenis pondasi dan daya dukung.
o Menyediakan data bagi studi teknis lain seperti Seismic Hazzard dan lain-lain.
10 - 12/13
10. POS: Penyelenggaraan Jembatan Khusus
Salitasi/salinitas (Keasinan)
Pergerakan Kapal
Kecepatan Angin
Tidal
Dan lain-lain
10 - 13/13