Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang PKL

Kesehatan merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan

kualitas sumber daya manusia. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,

jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial

dan ekonomis. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera maka

kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan secara terus menerus termasuk

derajat kesehatannya.

Meningkatkan derajat kesehatan manusia dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya yaitu dengan membangun sarana-

sarana kesehatan yang merata dan terjangkau oleh pemerintah dan masyarakat

termasuk swasta secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan sehingga

masyarakat dapat menikmati pelayanan kesehatan dengan baik dan optimal,

dengan adanya pembangunan sarana-sarana kesehatan tersebut pemerintah dan

masyarakat mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk

hidup sehat.

Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang diperlukan dalam

menunjang upaya pelayanan kesehatan. Apotek adalah suatu tempat dilakukannya

pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan lainnya

kepada masyarakat. Pengertian ini didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas

1
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan

dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

Pekerjaan kefarmasian menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009

yaitu meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas

resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan

obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian

dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu

mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan,

menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan

keabsahannya terjamin. Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi

pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik

negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah

serta memperoleh izin dari Suku Dinas Kesehatan setempat.

Institusi Pendidikan Program Studi DIII Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Klaten bertanggung jawab untuk

menghasilkan tenaga farmasi yang profesional, etis dan berwawasan nasional

dalam jumlah yang mencukupi serta mampu mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan tetap berpegang teguh pada iman dan taqwa

kepada Allah SWT.

Untuk dapat menghasilkan tenaga farmasi jenjang Diploma III yang

sesuai dengan kebutuhan konsumen (pelayanan pemerintah, swasta, industri,

2
masyarakat dan sektor lain) serta perkembangan ilmu dan teknologi maka perlu

dilaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Praktek Kerja Lapangan

(PKL) merupakan kegiatan pendidikan bagi program studi DIII Farmasi. Melalui

PKL diharapkan mahasiswa dapat mengenal secara langsung ditempat pengabdian

masyarakat serta mengenal permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya.

PKL sebagai bentuk kegiatan dilingkup kerja dan pendidikan, guna

mempersiapkan mahasiswa menjadi tenaga kesehatan yang mandiri serta

bertanggung jawab.

B. Tujuan PKL

1. Tujuan Umum

a. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian berkualitas, yaitu

tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan

etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja.

b. Membekali mahasiswa dengan keterampilan yang menyeluruh terkait

dengan ilmu yang dibutuhkan dalam lingkup kerja lingkungan apotek.

c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pendidikan dan

pelatihan tenaga kerja yang berkualitas.

d. Melatih dan mengembangkan sumber daya manusia tentang obat-

obatan melalui sarana dan fasilitas yang terdapat dalam Apotek

Jatinom Farma dapat memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja

profesional di masa yang akan datang.

3
2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa

1) Melatih mahasiswa untuk mengerti dan menghayati tentang :

a) Cara berpikir dan bekerja secara interdisipliner dan sektoral.

b) Kegunaan hasil pendidikannya bagi pembangunan di bidang

farmasi.

c) Kesulitan yang dihadapi oleh instansi tempat PKL.

2) Meningkatkan pola pikir mahasiswa dalam menelaah dan

memecahkan masalah yang ada dalam masyarakat secara

pragmatis ilmiah.

3) Memberikan keterampilan pada mahasiswa untuk melaksanakan

program-program pengembangan dan pembangunan di bidang

farmasi.

4) Membina mahasiswa untuk menjadi seorang inovator dan

problem solver serta sifat mandiri.

5) Dapat menambah wawasan, pengalaman dan mengembangkan

ilmu pengetahuan yangdiperoleh khususnya tentang pelayanan

kefarmasian di Apotek Jatinom Farma.

b. Lembaga Pendidikan (Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah

Klaten) :

1) Memberikan umpan balik untuk bahan penyempurnaan sistem

pendidikan Prodi D III Farmasi yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

4
2) Mempererat dan meningkatkan kerjasama secara intensif dan

berkesinambungan antar pihak lembaga pendidikan dan institusi

terkait.

3) Staf pengajar akan memperoleh berbagai kasus atau masalah yang

dapat digunakan sebagai bahan studi lanjut.

4) Laporan PKL ini menyediakan informasi bagi masyarakat tentang

pelayanan kefarmasian di Apotek Jatinom Farma.

c. Instansi PKL

1) Memperoleh bantuan tenaga dan pikiran untuk merencanakan

serta melaksanakan kegiatan atau program farmasi.

2) Meningkatkan cara berpikir, bersikap dan bertindak yang bersifat

partisipatif sejalan dengan pembangunan bidang farmasi.

3) Membantu memecahkan permasalahan terutama masalah teknis

yang dihadapi oleh unit-unit kerja tempat PKL.

4) Memberikan informasi tentang pelayanan kefarmasian di Apotek

Jatinom Farma.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu sarana pelayanan

kefarmasian tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker. Pekerjaan

kefarmasian yang dimaksud adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu

sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan

informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Pekerjaan kefarmasian juga meliputi dalam pengadaan sediaan farmasi, produksi

sediaan farmasi, distribusi atau penyaluran sediaan farmasi, dan pelayanan dalam

sediaan farmasi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

No.1027/MenKes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,

yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

kepada masyarakat. Menurut Undang-Undang RI No.36 tahun 2009 tentang

Kesehatan, yang dimaksud dengan perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan

peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sediaan

farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.

6
Apotek merupakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang wajib

menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu

baik. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker di apotek merupakan

bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam

melakukan pekerjaan kefarmasiannya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

B. Tugas dan Fungsi Apotek

Apotek adalah suatu tempat atau terminal distribusi obat dan perbekalan

farmasi yang dikelola oleh apoteker dan menjadi tempat pengabdian profesi

apoteker sesuai dengan standar dan etika kefarmasian.

Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah:

1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan Apoteker.

2. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian

3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi

antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.

4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,

serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

7
C. Syarat Apotek

Berdasarkan PerMenKes Nomor 1332/Menkes/SK/X/20002 di sebutkan bahwa :

1. Untuk mendapatkan izin apotek, apotek/apoteker yang bekerja sama dengan

pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat,

perlengkapan termasuk persediaan farmasi dengan perbekalan lainya yang

merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan

pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.

3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan

farmasi.

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek

adalah :

1. Tempat / Lokasi

Menurut Menteri Kesehatan RI No. 278 Tahun 1981 dinyatakan bahwa

yang dimaksud dengan lokasi apotek adalah tempat bangunan apotek didirikan,

lokasi apotek yang baru atau berpindah, jumlah dan jarak minimal antar apotek

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.Penentuan lokasi yang harus menjadi

pertimbangan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan adalah

jumlah penduduk, jumlah dokter yang praktek, sarana pelayanan kesehatan

lainnya, hygiene lingkungan dan faktor-faktor yang terkait setelah adanya

otonomi daerah maka faktor jarak sudah tidak dipermasalahkan lagi.

8
2. Bangunan

Bangunan apotek adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk

mengelola apotek. Berdasarkan Keputusan Menkes No. 278 Tahun 1981,

bangunan apotek harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Bangunan apotek mempunyai ukuran sekurang-kurangnya 50 m2 terdiri dari

ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan resep, ruang administrasi, ruang

penyimpanan obat, tempat pencucian alat dan toilet (WC).

b. Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut:

1) Dinding harus kuat dan tahan air, permukaan sebelah dalam rata, tidak

mudah mengelupas dan mudah dibersihkan.

2) Langit-langit harus terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan

permukaan sebelah dalam berwarna terang.

3) Atap tidak boleh bocor, terbuat dari genteng, sirap atau bahan lain yang

memadai.

4) Lantai tidak boleh lembab, terbuat dari ubin atau bahan lain yang memadai.

c. Apotek memiliki sumber air yang memenuhi persyaratan kesehatan.

d. Bangunan apotek harus memiliki ventilasi dan sanitasi yang baik, serta

memenuhi persyaratan hygiene lainnya.

e. Harus memiliki penerangan yang cukup sehingga dapat menjamin pelaksanaan

tugas dan fungsi apotek dengan baik.

f. Harus ada alat pemadam kebakaran sekurang-kurangnya dua buah dan masih

berfungsi dengan baik.

9
g. Apotek harus memasang papan nama yang terbuat dari seng atau bahan lainnya

yang memadai dengan ukuran minimal panjang 60 cm, tebal 5 cm, dan lebar 55

cm, papan nama harus memuat nama apotek, nama APA, nomor surat izin

apotek (SIA), nomor telepon apotek.

3. Perlengkapan Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 278 Tahun 1981, yang dimaksud

perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang digunakan untuk melaksanakan

pengelolaan apotek.

Pada Bab IV Pasal 7 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 278 Tahun 1981, suatu

apotek harus memiliki perlengkapan sebagai berikut:

a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan.

b. Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan kesehatan di bidang farmasi.

c. Tempat penyimpanan khusus untuk narkotika.

d. Tempat penyimpanan khusus untuk racun.

e. Alat dan perlengkapan laboratorium.

f. Kumpulan perundang-undangan yang berkaitan dengan apotek.

g. Farmakope Indonesia dan Ekstra Farmakope Indonesia edisi terbaru serta buku

lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

10
4. Tenaga Kerja / Personalia Apotek

Personil apotek terdiri dari :

a. Apoteker Pengelola Apotek ( APA ) adalah apoteker yang telah diberi

surat izin apotek ( SIA ).

b. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek

mendampingi apoteker pengelola apotek dan menggantikannya pada jam-

jam tertentu pada hari buka apotek.

c. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan apoteker

pengelola apotek selama apoteker pengelola apotek tersebut tidak berada

di tempat lebih dari 3 bulan berturut-turut, telah memiliki surat ijin kerja,

dan tidak bertindak sebagai apoteker pengelola apotek di apotek lain.

d. Asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai

asisten apoteker.

Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek

terdiri dari :

a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten

apoteker,namun keberadaannya tidak harus ada, tergantung keperluan

apotek itu sendiri.

b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan

dan pengeluaran uang.

11
c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek

dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan

apotek.

D. Perizinan Apotek

Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian

wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin

sebagaimana dimaksud berupa:

1. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian.

2. SIPA bagi apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian.

3. SIK bagi apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas

produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran, atau

4. SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan

kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.

SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan

kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas

kefarmasian. Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian

berupa puskesmas dapat menjadi apoteker pendamping di luar jam kerja. SIPA

bagi Apoteker pendamping dapat diberikan paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas

pelayanan kefarmasian. SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga)

tempat fasilitas kefarmasian. SIPA, SIK, atau SITTK dapat dikeluarkan oleh

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian

dilakukan. SIPA, SIK, atau SIKTTK masih tetap berlaku sepanjang

12
STRA/STRTTK masih berlaku dan tempat praktek/bekerja masih sesuai dengan

yang tercantum dalam SIPA, SIK, atau SIKTTK.

Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek

(SIA) yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada

apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk

mendirikan apotek di suatu tempat tertentu. Wewenang pemberian SIA

dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota (Dinkes Kabupaten/Kota). Kepala Dinkes Kabupaten/Kota wajib

melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin dan

pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri Kesehatan dan tembusan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Selanjutnya, Kepala Dinas Kesehatan

wajib melaporkan kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan

dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah:

1. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari

kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada

Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM) untuk melakukan

pemeriksaan terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.

13
3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-

lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan

setempat.

4. Dalam hal pemeriksaaan tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat

membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala

Dinas Propinsi.

5. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan

pemeriksaan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

mengeluarkan SIA.

6. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Balai POM masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja

mengeluarkan Surat Penundaan.

7. Dalam Surat Penundaan, Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi

persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu

satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan.

8. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi

persyaratan Apoteker Pengelola Apotek dan atau persyaratan apotek, atau

lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-

14
lambatnya dua belas hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai

dengan alasan-alasannya.

Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain, yaitu mengadakan kerja

sama dengan Pemilik Sarana Apotek, maka harus memenuhi ketentuan sebagai

berikut:

1. Pengguna sarana yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja

sama antara apoteker dan pemilik sarana.

2. Pemilik sarana yang dimaksud, harus memenuhi persyaratan tidak pernah

terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat

sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan.

15
BAB III

TINJAUAN UMUM APOTEK JATINOM FARMA

A. Profil Apotek

Nama Apotek : Apotek Jatinom Farma

Alamat : Jl. Raya Jatinom Boyolali, Tangkilan,

Jatinom, Klaten

Telepon : (0272) 337492

Dibentuk : 2002

APA : M. Arif Munandar, S. Farm .,Apt

SIA : 50317 / 004 / 2011

SIPA : 19830201 / SIPA_33.10 / 2017 / 1429

B. Sejarah Apotek

Apotek Jatinom Farma didirikan oleh M. Arif Munandar S.Farm., Apt.

pada tahun 2002. Apotek Jatinom Farma berlokasi di Jl. Raya Jatinom Boyolali,

Tangkilan, Jatinom, Klaten. Apotek Jatinom Farma berdiri berdasarkan semakin

tingginya angka kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Apotek sebagai salah

satu tempat pendistribusian obat dan alat kesehatan yang resmi harus dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat dan alat kesehatan.

Apotek Jatinom Farma merupakan salah satu dari sarana kesehatan yang

berada di Kabupaten Klaten, yang bertujuan untuk menciptakan daerah yang cinta

akan kesehatan dan mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat

16
Klaten. Apotek Jatinom Farma merupakan apotek pionir (pemula) di daerah

Jatinom yang diharapkan dapat memberikan layanan sediaan farmasi yang

optimal serta peluang bisnis yang besar dari segi ekonomi.

C. Jam Kerja

Pelayanan kesehatan di Apotek Jatinom Farma berlangsung selama 24 jam.

Shift Pagi : 07.30 - 14.30 WIB

Shift Siang : 14.30 20.00 WIB

Shift Malam : 20.00 07.30 WIB

Pelaksanaan PKL

Tanggal pelaksanaan PKL : 14 Agustus 16 September 2017

Hari pelaksanaan : Senin - Minggu

Waktu pelaksanaan

Shift Pagi : 07.30 14.30 WIB

Shift Siang : 14.30 20.00 WIB

17
D. Tata Ruang

Apotek Jatinom Farma memiliki bangunan seluas 109 m2.

RUANG RUANG
RUANG KANTOR
IBADAH
BEKAM

RUANG DAPUR
TUNGGU
RUANG
AKUPUNTUR

TOILET
RUANG
PENYIMPANAN
OBAT

RUANG
PELAYANAN OBAT

TEMPAT PARKIR

18
E. Struktur Organisasi

APOTEKER PENGELOLA
APOTEK

M. Arif Munandar, S. Farm.,


Apt

ASISTEN APOTEKER

Vera, Amd. Farm

KOORDINATOR

Siti Istiqomah, S. Kep. Ners

KIMIA OBAT BEBAS

Siti Istiqomah S. Kep. Ners Hastuti Dwi Utami Amk

ALKES HERBAL

Ana Mustofa, Amk Eva Puspita, Amd., Jamu

AKUPUNTUR KLINIK

Arga Yudhistira, Amd., Akp Herlina Nugrahadistya, Amk

Hanifah, Amd., Akp Arga Yudhistira, Amd., Akp

KONSINASI

Dinda Putri Dwisari

19

Anda mungkin juga menyukai