Otitis Media Supuratif Akut PDF
Otitis Media Supuratif Akut PDF
Otitis Media Supuratif Akut PDF
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga
tengah dalam waktu yang singkat yang berlangsung selama 3 minggu atau
kurang karena infeksi bakteri piogenik dan mengeluarkan nanah. Bakteri
piogenik sebagai penyebabnya yang tersering yaitu Streptokokus
hemolitikus, Stafilokokus aureus, dan Pneumokokus. Kadang-kadang
bakteri penyebabnya yaitu Hemofilus influenza, Escheria colli,
Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aerugenosa.
Hemofilus influenza merupakan bakteri yang paling sering kita temukan
pada pasien anak berumur di bawah 5 tahun.1,2,4
2.3 Epidemiologi
60-80% bayi memiliki paling sedikit satu episode OMSA, dan 90%
terjadi pada usia 2-3 tahun. Di Amerika Serikat angka kejadian tertinggi dari
OMSA terjadi pada usia 6-24 bulan, frekwensi OMSA terjadi pada masa
anak-anak, remaja dan dewasa, biasanya anak laki-laki lebih sedikit
dibandingkan dengan anak perempuan. Secara langsung atau tidak langsung
kerugian akibat OMSA untuk biaya pengobatan dan waktu yang hilang
untuk sekolah dan bekerja mendekati angka tiga milyar pada tahun 1995.
2.4 Etiologi
Kuman penyebab utama pada OMSA adalah bakteri pyogenik, seperti
Streptokokus haemolitikus, stafilakokus aureus, Pneumokokus. Selain itu
juga kadang-kadang ditemukan juga Haemopilus influenza, Esherichia colli,
streptokokus anhemolitikus, proteus vulgaris dan pseudomonas auregenosa.
Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia 5 tahun.
(Canter RJ).
2.5 Patofisiologi
Telinga tengah biasanya steril, suatu hal yang mengagumkan
menimbang banyaknya flora organisme yang terdapat di dalam nasopharing
dan faring. Gabungan aksi fisiologis silia, enzim penghasil mucus (misalnya
muramidase) dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme petahanan bila
telinga terpapar dengan mikroba kontaminan ini saat menelan. Otitis media
akut terjadi bila mekanisme fisiologis ini terganggu. Sebagai mekanisme
pelengkap pertahanan di permukaan, suatu anyaman kapiler sub epitel yang
penting menyediakan pula faktorfaktor humoral, leukosit polimorfonuklear
dan sel fagosit lainnya. Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu faktor
penyebab dasar pada otitis media akut.
Penyakit ini mudah terjadi pada bayi karena tuba eustachiusnya
pendek, lebar dan letaknya agak horizontal. Normalnya lapisan mukosa
pada telinga tengah menyerap udara pada telinga tengah, namun jika udara
tidak dapat dialirkan karena adanya obstruksi relatif tuba eusthachius maka
akan terjadi tekana negative dan menimbulkan effuse serosa. Efusi ini pada
telinga tengah merupakan media yang fertile untuk perkembangbiakan
mikroorganisme dan dengan adanya infeksi saluran napas atas dapat terjadi
invasi virus dan bakteri ke telinga tengah, berkolonisasi dan menyerang
jaringan dan menimbulkan infeksi. Meskipun infeksi saluran napas terutama
disebabkan oleh virus namun sebagian besar infeksi otitis media akut
disebabkan oleh bakteri piogenik. Bakteri yang sering ditemukan antara lain
Streptococcus pneumoniae, Haemophillius influenza dan Sterptococcus beta
hemolitikus. Sejauh ini Streptococcus pneumoniae merupakan organisme
penyebab tersering pada semua kelompok umur . Hemophilus influenza
adalah patogen yang sering ditemukan pada anak di bawah usia lima tahun,
meskipun juga merupakan patogen pada orang dewasa. Gejala klasik otitis
media akut antara lain berupa nyeri, demam, malaise dan kadang kadang
nyeri kepala di samping nyeri telinga; khusus pada anak anak dapat terjadi
anoreksia, mual dan muntah. Demam dapat tinggi pada anak kecil namun
dapat pula tidak ditemukan pada 30% kasus. Seluruh atau sebagian
membrane timpani secara khas menjadi merah dan menonjol dan pembuluh
pembuluh darah di atas membrane timpani dan tangkai maleus berdilatasi
dan menjadi menonjol. Secara singkatnya dapat dikatakan terdapat abses
telinga tengah.
Genetik, infeksi, imunologi dan lingkungan merupakan factor
presdiposisi pada anak-anak untuk terkena infeksi telinga. Pada banyak
kasus pencetus OMA disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas yang
mengakibatkan kongesti, bengkak dari mukosa nasalis, nasopharynx dan
tuba eustachius. Sumbatan dari isthmus tuba auditiva akibat dari
penimbunan secret dari telinga tengah: hasil perlawanan tubuh terhadap
bakteri atau virus yang berupa nanah sebagai penyebab utama OMA.
Perluasan radang atau infeksi dari hidung atau nasopharinx kedalam cavum
tympani dimungkinkan akibat ada hubungan langsung hidung dan cavum
tympani melalui tuba eustachius serta persamaan jenis mukosa antara kedua
tempat tersebut.
Pembengkakan pada jaringan sekitar saluran tuba eustachius dapat
menyebabkan lender yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah berkumpul di
belakang gendang telinga. Jika lender dan nanah bertambah banyak,
pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang
kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga
dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami
sekitar 24 db (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat
menyebabkan gangguan pendengaran hingaa 45 db (kisaran pembicaraan
normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat,
cairan yang banyak tersebut dapat merobek gendang telinga karena
tekanannya.
Pada anak lebih mudah terserang OMSA disbanding orang dewasa
karena beberapa hal :
System kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.
Saluran Eustachius pada anak masih lebih lurus secara horizontal dan
lebih pendek bila dibandingkan dengan orang dewasa sehingga ISPA
lebih mudah menyebar ke telinga tengah.
Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas berperan
dalam kekebalan tubuh) pada anak relative lebih besar disbanding orang
dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara eustachius sehingga
adenoid yang besar mengganggu terbukanya saluran eustachius. Selain
itu saluran eustachius sendiri dapat terinfeksi dimana infeksi tersebut
kemudian menyebar ketelinga tengah lewat saluran eustachius.
2.8 Diagnosis
Diagnosis OMSA harus memenuhi tiga hal berikut
A. Penyakitnya timbul mendadak (akut)
B. Ditemukanya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan disuatu rongga
tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di
antara tanda berikut:
1. Menggembungnya gendang telinga.
2. Terbatas/tidak gerakan gendang telinga.
3. Adanya bayangan cairan dibelakang gendang telinga.
4. Cairan yang keluar dari telinga.
C. Adanya tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan
adanya salah satu tanda berikut:
1. Kemerahan pada gendang telinga
2. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.
Anak dengan OMSA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat
menarik-narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah, serta
rewel. Namun gejala-gejala ini ( kecuali keluarnya cairan dari telinga) tidak
sepesifik untuk OMSA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata.
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop, dengan otoskop dapat
dilihat gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang
telinga menjadi kemerahan atau agak kuning atau suram, serta cairan di liang
telinga.
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan tympanosentesis
(penusukan terhadap gendang telinga). Namun tympanosintesis tidak
dilakukan pada sembarAng anak. Indikasi dilakukannya tympanosentesis
antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia 6 minggu dengan riwayat
perawatan intensif di rumah sakit anak dengan gangguan kekebalan tubuh,
anak yang tidak memberikan respon pada pemberian antibiotic atau dengan
gejala yang sangat berat dan komplikasi.
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan OMSA tergantung pada stadium penyakitnya.
A. Pada stadium oklusi tujuannya adalah mengembalikan fungsi tuba
eustachius secepatnya. Untuk itu digunakan tetes hidung yang berfungsi
sebagai vasokonstriktor untuk mengatasi penyempitan tuba akibat edema.
Obat yang dapat digunakan adalah solution efedrin 1% untuk orang
dewasa dan 0.25-0.5% untuk bayi danak-anak. Obat lain untuk mengatasi
ISPA misalnya golongan aspirin.
B. Pada stadium hiperemis, terapi yang di \berikan adalah antibiotic, obat
tetes hidung dan analgetik. Antibiotic yang dianjurkan adalah golongan
ampicillin dan penisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuscular
agar didapatkan kosentrasi yang lebih adekuat di dalam darah, pemberian
dianjurkan selama 7 hari. Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis 50-
100 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis.
C. Pada stadium supurasi, selain antibiotic, idealnya harus dilakukan
miringotomi, bila membrane masih utuh, sehingga rupture membrane
tympani dapat dihindari.
D. Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar, pengobatan
yang dilakukan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta
antibiotic yang adekuat.
E. Pada stadium resolusi ini penderita sudah tidak memerlukan obat-obatan
lagi, karena ISPA juga sudah sembuh. Penderita disarankan untuk
menjaga kebersihan telinga, tidak boleh kemasukan air atau dikorek-korek
guna menghindari kekambuhan.
2.9 Komplikasi
Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara
kronik dari satu atau dua telinganya. Jika gendang telinga telah pecah lebih
dari 2 minggu, resiko infeksi menjadi sangat umum. Umumnya penanganan
yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya selama
beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar.
Otitis media yang tidak diobati dapat mnyebar ke jaringan sekitar
telinga tengah, termasuk otak. Namun umumnya komplikasi ini jarang
terjadi, salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan
OMA yang tidak diobati.
Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan hilangnya
pendengaran permanent, cairan di telinga tengah dan otitis media kronik
dapat mngurangi pendengaran anak serta dapat menyebabkan masalah
dalam kemampuan bicara dan bahasa.
2.10 Prognosis
Prognosis pada OMA baik bila diberikan terapi yang adekuat (antibiotic
yang tepat dan dosis cukup).
DAFTAR PUSTAKA
1. Canter RJ. Acute suppurative otitis media. In : Kerr AG, ed. Scott Browns
Otolaryngology. Sixth edition. Vol. 3. Butterworth-Heinemann, London,
1997, 3/9/1-7.
2. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi
kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-62
3. Healy GB. Rosbe KW. Otitis Media and Middle Ear Effusions. In:
Ballengers Otorhinolarygology Head and Neck Surgery. Sixteenth edition.
BC Decker Inc. Ontario, 2003, 249-59.
4. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
5. Anatomy of Inner Ear. 2010;
http://galileo.phys.virginia.edu/classes/304/pix.htm
6. D. Steward Rowe. Acute Suppurative Otitis Media. Pediatric 1975:56:285.
Available at
http://pediatrics.aappublications.org/content/56/2/285.full.pdf+html
7. Sosialisman & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5.
8. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar,
Sp.THT (editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.
9. Kumar S, 1996, Surgical anatomy and Physiology, In Fundamental of Ear
Nose and Throat Disease and Head Neck Surgery, Ed 6, Calcuta, 17-36
10. Moore GF, Ogren FP, Yonkers AJ, 1989, Anatomy and Embriology of the
Ear, In Lee KJ (Ed). Text Book of Otolaryngology and Head and Neck
Surgery, Elseiver, New York, 1-22