Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pencernaan 1

Dosen Pengajar :

Wiwit Dwi N. M. Kep

KELOMPOK 18

ARISTA ANGGRAINI (15.20.011)

DADANG SUSILO (15.20.015)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN dan NERS

TAHUN AJARAN 2017


DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI

MATERI ASUHAN KEPARAWATAN

A. Definisi..................................................................................................1
B. Klasifikasi..................................................................................................2
C. Etiologi............................................................................................4
D. Manifestasi Klinis..................................................................................5
E. Patofisiologi............................................................................................6
F. Pathway.................................................................................................9
G. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................10
H. Penatalaksanaan...............................................................................12
I. Komplikasi............................................................................................18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA HISPRUNG

A. Pengkajian............................................................................................19
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................23
C. Intervensi..............................................................................................24
D. Evaluasi................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA

i
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA HEMOROID

A. DEFINISI

Hemorhoid atau lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien, bukan
merupakan suatu keadaan yang patologis (tidak normal), namun bila sudah
mulai menimbulkan keluhan, harus segera dilakukan tindakan untuk
mengatasinya. Hemorhoid dari kata ''haima'' dan ''rheo''. Dalam medis, berarti
pelebaran pembuluh darah vena (pembuluh darah balik) di dalam pleksus
hemorrhoidalis yang ada di daerah anus. Dibedakan menjadi 2, yaitu
hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna yang pembagiannya berdasarkan
letak pleksus hemorrhoidalis yang terkena (Murbawani, 2006 dalam
Suprijono, 2009).

Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus


hemoroidalis. Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis,tetapi
karena sering menyebabkan keluhan pada pasien sehingga memberikan
manifestasi untuk di berikan intervensi.

Hemoroid merupakan gangguan yang umum, memengaruhi baik laki-laki


maupun perempuan pada usia berapapun, tetapi insidenya lebih tinggi pada
orang berusia 20 hingga 50 Pada usia diatas 50 tahun ditemukan 50%
populasi mengalami hemoroid (Black & Hawks, 2014).

Penyakit hemoroid merupakan gangguan anorektal yang sering ditemukan.


Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi dari pleksus arteri-vena di saluran
anus yang berfungsi sebagai katup untuk mencegah inkontinensia flatus dan
cairan. Hemoroid, dikenal di masyarakat sebagai penyakit wasir atau
ambeien, merupakan penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak
zaman dahulu (Sudarsono, 2015)

Hemorhoid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa pelebaran


pembuluh (dilatasi) vena. Pelebaran pembuluh vena yang terjadi di daerah
anus sering terjadi. Pelebaran tersebut disebut venecsia atau varises daerah
anus dan perianus. Pelebaran tersebut disebabkan oleh bendungan darah
dalam susunan pembuluh vena. Pelebaran pembuluh vena di daerah anus
sering disebut wasir, ambeien atau hemorhoid.

1
B. KLASIFIKASI HEMOROID

Berdasarkan letak terjadinya hemoroid dibedakan dalam dua klasifikasi,


yaitu:

1. Hemoroid Eksterna

Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan


pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mulokutan di
dalam jaringan di bawah epitelamus (Muttaqin & Sari, 2011).

Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis.


Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya merupakan suatu hematoma, walaupun disebut sebagai
hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri
dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Kadang kadang perlu membuang trombus dengan anestesi lokal, atau
dapat di obati dengan kompres duduk panas analgesik. Hemoroid
kronis atau skin tag biasanya merupakan sekuele dari hematom akut.
Hemoroid ini berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari
jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah (Price & Wilson, 2005).

Pleksus hemorrhoid eksterna, apabila terjadi pembengkakan maka


disebut hemorrhoid eksterna (Isselbacher, 2000 dalam Suprijono, 2009).
Ada 3 bentuk yang sering dijumpai:

1) Bentuk hemorrhoid biasa tapi letaknya distal linea pectinea.


2) Bentuk trombosis atau benjolan hemorrhoid yang terjepit.
3) Bentuk skin tags.

Biasanya benjolan ini keluar dari anus kalau penderita disuruh


mengedan, tapi dapat dimasukkan kembali dengan cara menekan
benjolan dengan jari. Rasa nyeri pada perabaan menandakan adanya
trombosis, yang biasanya disertai penyulit seperti infeksi, abses perianal
atau koreng. Ini harus dibedakan dengan hemorrhoid eksterna yang
prolaps dan terjepit, terutama kalau ada edema besar menutupinya.
Sedangkan penderita skin tags tidak mempunyai keluhan, kecuali kalau
ada infeksi.

2
Gambar 1. Gambaran hemoroid internal dan eksternal

Sumber: Suprijono, 2009


2. Hemoroid Internal
Hemoroid interna adalah pelebaran vena pada plekaus hemoroidalis
superior di atas garis mukokutan dan di tutupi oleh mukosa rektum
(Muttaqin & Sari, 2011).
Hemoroid interna l merupakan varises dari pleksus hemorodialis
superior yang terjadi diatas batas muko-kutaneus (linea pektinata,
hemoroid ini dilapisi oleh membran mukosa dan diinervasi oleh sistem
saraf otonom (Black & Hawks, 2014).
Hemoroid internal di bagi menjadi empat stadium

Kondisi Klinis
I Hemoroid interna dengan perdarahan segar tanpa nyeri pada waktu
defekasi.
II Hemoroid interna yang menyebabkan pendarahan dan mengalami
prolaps pada saat mengedan ringan tetapi dapat masuk kembali
secara spontan.
III Hemoroid interna yang mengalami pendarahan dan di sertai prolaps
dan di perlukan intervensi manual memasukkan ke dalam kanalis.
IV Hemoroid interna yang tidak kembali ke dalam atau berada terus-
menerus di luar.

3
C. ETIOLOGI

Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi media atau


penyakit koma namun ada beberapa predis posisi penting yang dapat
meningkatkan resiko hemoroid seperti berikut ini.

1. Peradangan pada usus , seperti pada kolitis ulseratif atau penyakit crohn.
2. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal.
3. Konsumsi makanan rendah serat.
4. Obesitas.
5. Hipertensi portal (Muttaqin & Sari, 2015).

Pada usia 50 tahun, hampir separuh populasi mengalami hemoroid.


Pembesaran dari hemoroid disebabkan oleh peningkatan tekanan intra-
abdomen. Konstipasi dengan mengejan dalam waktu lama, hal ini terjadi
karena mengejan yang terlalu kuat saat buang air besar akan meningkatnya
tekanan pada pembuluh darah vena didaerah anus sehingga akan
mengakibatkan terjadinya hemoroid.

Hal lain posisi BAB juga mempengaruhi Teori yang mendukung menurut
dr. Eka Ginanjar menyatakan bahwa dengan pemakaian jamban yang duduk
posisi usus dan anus tidak dalam posisi tegak, sehingga akan menyebabkan
tekanan dan gesekan pada vena di daerah rektum dan anus, hal ini dipertegas
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bifirda Ulima (2012) yang
menyatakan bahwa posisi BAB duduk merupakan faktor risiko untuk terjadi
hemoroid.

Obesitas, gagal jantung, faktor pekerjaan dan aktivitas seperti duduk


atau berdiri dalam waktu yang lama atau harus mengangkat barang berat juga
dapat meningkatkan insiden hemoroid. Radang adalah factor penting yang
menyebabkan vitalitas jaringan di daerah berkurang.

Kondisi apapun yang meningkatkan konstipasi, tekanan intra abdomen,


atau tekanan vena hemoroidalis dapat meningkatkan rekiko terjadinya
hemoroid. Pencegahan konstipasi dengan menambah serat dalam makanan
merupakan tindakan mengurangi resiko hemoroid yang sangat baik (Black &
Hawks, 2011).

4
D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi utama dari hemoroid eksternal yaitu massa yang membesar


pada anus. Hemoroid internal dicirikan oleh perdarahan dan prolaps (protrusi
keluar anus). Manifestasi lain berupa gatal pada anus dan konstipasi. Nyeri
dapat ditemukan jika ada trombosis yang berkaitan. Darah yang ditemukan
merah cerah dan dapat dilihan pada feses atau pada tisu toilet. Prolaps yang
terjadi pada kasus-kasus parah setelah olah raga atau berdiri yang lama.
Hemoroid dapat mengalami prolaps saat BAB dan kemudian kembali sendiri
secara spontan, atau klien harus memasukkanya secara manual dengan
tangan. Pada beberapa klien, hemoroid prolaps sepanjang waktu.

Hemoroid eksternal didiagnosis dengan pemeriksaan visual; hemoroid


internal didiagnosis melalui anamnesis, palpasi jari, anoskopi menggunakan
selang bolong yang diberi cahaya untuk melihat rectum, dan proktoskopi,
yang berguna untuk pemeriksaan rektum yang lebih lengkap. Minta klien
untuk mengejan selama pemeriksaan sehingga menyebabkan vena-vena
membesar, tang dapatmembantu proses diagnosis (Black & Hawks, 2014).

Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol


keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal penonjolan ini hanya terjadi
pada saat defekasi dan disusul oleh reduksi sesudah selesai defekasi. Pada
stadium yang lebih lanjut hemorrhoid interna didorong kembali setelah
defekasi masuk kedalam anus. Akhirnya hemorrhoid dapat berlanjut menjadi
bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak dapat terdorong masuk
lagi. Keluarnya mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan
ciri hemorrhoid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat
menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini
disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mucus.
Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang meluas dengan udem
meradang (Sjamsuhidajat, 1998).

Gejala yang paling sering ditemukan adalah perdarahan lewat dubur,


nyeri, pembengkakan atau penonjolan di daerah dubur, sekret atau keluar

5
cairan melalui dubur, rasa tidak puas waktu buang air besar, dan rasa tidak
nyaman di daerah pantat (Merdikoputro, 2006).

a. Derajat I : Hemoroid (+), prolaps (keluar dari dubur) (-).

b. Derajat II : Prolaps waktu mengejan, yang masuk lagi secara spontan.

c. Derajat III : Prolaps yang perlu dimasukkan secara manual.

d. Derajat IV : Prolaps yang tidak dapat dimasukkan kembali secara


manual (Merdikoputro, 2006).

Gambar 2. Hemoroid Grade

Sumber: 144 penyakit - blogger, 2014.

E. PATOFISIOLOGI

Menurut Muttaqin & Sari, (2011) Hemoroid dapat terjadi pada individu
yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami
pembesaran, peradangan, atau prolaps.

Sebagian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan


bentuk feses menjadi kecil, yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan
selama BAB. Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari
hemoroid , kemungkinan gangguan oleh venous recturn. Kehamilan atau
obesitas memberikan tegangan abnormal dari otot sfingter internal juga dapat
menyebabkan masalah hemoroid, mungkin melalui mekanisme yang sama .
penurunan venous recturn di anggap sebagai mekanisme aksi. Kondisi terlalu

6
lama duduk di toilet ( atau saat membaca ) di yakini menyebabkan penurunan
relatif venous recturn di daerah perianal (yang disebut dengan efek
tourniquet), mengakibatkan komesti vena dan terjadilah hemoroid. Kondisi
penuaan menyebabkan melemahnya struktur pendukung, yang memfasilitasi
prolaps. Melemahnya struktur o\pendukung sudah dapat terjafi pada awal
dekade ke tiga (Thornton, 2009 ).

Mengejan dan konstipasi telah lama di anggap sebagai penyebab dalam


pembentukan hemoroid. Kondisi ini mungkin benar, mungkin juga tidak
(Johanson, 1994). Pasien yang melaporkan hemaoid memiliki tonus kanal
istirahat lebih tinggi dari biasanya. Tonus istirahat setelah hemoroidektomi
lebih rendah daripada sebelum prosedur. Perubahan dalam tonus istirahat
adalah mekanisme aksi dilatasi (Gibbons,1988).

Hipertensi portal telah sering di sebutkan dalam hubungannya dengan


hemoroid. Perdarahan masif dari hemoroid pada pasien dengan hipertensi
portal biasanya bersifat masif (Hosking,1989). Varises anorektal merupakan
kondisi umum pada pasien dengan hipertensi portal. Varises terjadi di
midrektum, di antara sistem portal dan vena inverior rektal. Varises terjadi
lebih sering pada pasien yang non sirosis, dan mereka jarang mengalami
perdarahan (Chawla,1991).

Kondisi hemoroid dapat memberikan berbagai manifestasi klinis berupa


nyeri dan pendarahan anus. Hemoroid internal tidak menyebabkan sakit
ksrena berada di atas garis dentate dan tidak ada inerfasi saraf. Namun,
mereka mengalami perdarahan, prolaps, dan sebagai hasil dari deposisi dari
suatu ititasi kebagian sensitif kulit perianal sehingga menyebabkan gatal dan
iritasi. Hemoroid internal dapat menyebabkan rasa sakit perianal oleh prolaps
dan menyebabkan spasme sfingter di sekitar hemoroid. Spasme otot ini
mengakibatkan ketidak nyamanan di sekitarn anus (Duthie,1960). Hemoroid
internal juga dapat menyebabkan rasa sakit akut ketika terjadi inkar serata
atau strangulasi (Dodi,1986 ). Kondisi strangulasi dengan nekroses dapat
menyebabkan ketidak nyamanan lebih mendalam ketika kondisi ini
terjadi,sering menyebabkan kejang sfingter eksternal seiring dengan
trombosis. Trombosis eksternal menyebabkan nyeri akut.

7
Hemoroid internal yang paling sering meyebabkan perdarahan tanpa rasa
sakit pada saat buang air besar. Pendarahan umumnya merupakan tanda
pertama hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang keras dan vena
mengalami ruptur. Dengan yang keluar warna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses, mungkin hanya berupa garis pada feses atau kertas
pembersih sampai pada pendarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air
toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar
berwarna merah segar karena kaya akan zat asam. Pendarahan luas dan
intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan
darah arteri. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat
timbulnya anemia berat.

Hemoroid internal dapat mendepositkan lendir kejaringan perianal.


Lendir pada feses dapat menyebabkan dermatitis lokal, yang disebut pruritus
ani.

Hemoroid eksternal menyebabkan gejala dalam dua cara. Pertama,


trombosis akut yang mendasari vena hemoroid eksternal dapat terjadi.
Trombosis akut yang biasanya berkaitan dengan peristiwa tertentu, seperti
tenaga fisik, berusaha dengan mengejan, diare atau perubahan dalam diet.
Nyeri dari inervasi saraf oleh adanya didtensi dan edema. Rasa sakit
berlangsung selama 7-14 hari sesuai dengan resolusi trobosis.

Kondisi hemoroid eksternal memberikan manifestasi kurang higienis


akibat kelembapan dan rangsangan akumulasi mukus. Keluarnya mukus dan
terdapatnya fases pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid yang
mengalami prolaps menetap.

8
F. PATHWAY Sumber: Muttaqin & Sari, 2011

Konsumsi Terlalu lama duduk Kehamilan obesitas Peradangan pada usus,


makanan rendah di toilet (atau saat seperti kolitis, ulseratif,
serat membaca) atau penyakit Crohn

Feses kecil Penurunan relatif venous Peningkatan frekuensi BAB


dan mengejan return di daerah perineal
selama BAB (yang disebut dengan efek
tourniquet) Seringnya penggunaan otot-otot perineal

Peningkatan Pelebaran dari vena- Melemahnya struktur


vena porta vena didalam pleksus pendukung dan Kondisi
hemoroidalis memfasilitasi prolaps penuaan

Hemoroid Anoreksia

Nyeri Kompresi saraf Peradangan pada Intake nurisi tidak


lokal pleksus hemoroidalis adekuat

Perdarahan
anus feses Ruptur vena Prolaps pleksus Resiko
darah keluar anus ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
Anemia Intoleransi aktivitas

Resiko
Intervensi Intervensi bedah Gangguan Respon
infeksi
skleroterapi hemoroidektomi defekasi psikologi

Port de
Respon Preoperatif Kecemasan
entre
serabut lokal pemenuhan informasi

Luka Kerusakan jaringan Pascabedah


pascabedah lunak pascabedah

9
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar
hemotoksit dan adanya anemia.

2. Pemeriksaan Anoskopi

Gambar 3. Gambaran pemeriksaan anoskopi pada pasien hemoroid

Sumber: Kompasiana.com

Pemeriksaan dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid


internal yang tidak menonjol keluar. Anoskop diumasukkan dan diputar
untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid internal terlihat sebagai
struktur vaskular yang menonjol ke dalam lumen. Apa bila penderita
dimintanmengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata (Muttaqin & Sari, 2011).

Pada anoskopi, wasir internal yang muncul sebagai melebarnya


pembuluh darah biru keunguan, dan wasir internal yang prolaps muncul
berwarna merah muda gelap, berkilau, dan massa kadang-kadang lembut
pada margin anal. Hemoroid eksternal tampak berwarna merah muda
dengan konsistensi lembut. Beberapa ahli merekomendasikan
kolonoskopi untuk semua pasien yang berusia lebih dari 40 tahun yang
memiliki gejala hemoroid dan perdarahan (Sudarsono, 2015).

10
3. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa
keluhan bukan disebabkan oleh prows radang atau prowns keganasan di
tingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik
saja atau tanda yang menyertai.

4. Inspeksi
Pada inspeksi, hemorhoid eksterna mudah terlihat apalagi bila sudah
mengalami trombus, sedangkan hemorhoid eksterna sudah dapat terlihat
terlihat pada pemeriksaan, saat istirahat atau ketika berbaring.
Hemorhoid interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang
tertutup mukosa. Untuk membuat prolaps dapat dengan menyuruh pasien
untuk mengejan.

5. Rectal Toucher

Gambar 4. Gambaran pemeriksaan Rectal Toucher

Sumber: wordpress.com

Pada colok dubur, hemorhoid interna biasanya tidak teraba dan juga
tidak sakit. Dapat diraba bila sudah mengalami trombus atau sudah ada
fibrosis. Trombus dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar
yang lebar.

6. Pemeriksaan Feses

Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding).

11
H. PENATALAKSANAAN

1. Terapi Non Bedah


a. Tindakan Konservatif
Terapi hemoroid interna yang sistomatik harus ditetapkan secara
individual. Hemoroid adalah kondisi fisologis karenanya tujuan terapi
bukan untuk menghingkan plektus hemoroid, tetapi untuk
menghilangkan keluhan. Kebanyakan pasien hemoroid derajat
pertama dan kedua dapat ditolong dengan tindakan lokal yang
sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri
atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus
besar, namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengedan secara berlebihan. Supositoria dan salep anus
diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali anestatik dan
astrigen. Hemoroid internal yang mengalami prolaps oleh karena
edema umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul
dengan istirahat tirah baring dan kompres lokal untuk mengurangi
pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat
meringankan nyeri. Apa bila ada penyakit radang usus besar yang
mendasarinya, misalnya penyakit croh, tetapi medis harus di berikan
apa bila hemoroid menjadi sistomatik (Muttaqin & sari 2011).

Penatalaksanaan hemoroid pada umumnya meliputi modifikasi


gaya hidup, perbaikan pola makan dan minum dan perbaikan cara
defekasi. Diet seperti minum 3040 ml/kgBB/hari dan makanan tinggi
serat 20-30 g/hari. Perbaikan pola defekasi dapat dilakukan dengan
berubah ke jongkok pada saat defekasi. Penanganan lain seperti
melakukan warm sits baths dengan merendam area rektal pada air
hangat selama 10-15 menit 2-3 kali sehari.

Penatalaksanaan farmakologi untuk hemoroid adalah:


a. Obat-obatan yang dapat memperbaiki defekasi. Serat bersifat
laksatif memperbesar volume tinja dan meningkatkan peristaltik.

12
b. Obat simptomatik yang mengurangi keluhan rasa gatal dan nyeri.
Bentuk suppositoria untuk hemoroid interna dan ointment untuk
hemoroid eksterna.
c. Obat untuk menghentikan perdarahan campuran diosmin dan
hesperidin.
d. Obat analgesik dan pelembut tinja mungkin bermanfaat. Terapi
topikal dengan nifedipine dan krim lidokain lebih efektif untuk
menghilangkan rasa sakit daripada lidokain (Xylocaine). Pada
pasien hemoroid eksternal berat, pengobatan dengan eksisi atau
insisi dan evakuasi dari trombus dalam waktu 72 jam dari onset
gejala lebih efektif daripada pengobatan konservatif (Sudarsono,
2015).

b. Skleroterapi

Gambar 5. Tindakan Skleroterapi pada Hemoroid

Sumber: Sumber: Carolina, Syamsuri, Manawan, 2014.

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang,


misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan di berikan ke
submukosa d idalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid
internal dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian
menjadi fibrotik dan meninggalkan jaringan perut.

c. Ligasi
Pada hemoroid besar dan mengalami prolaps dapat ditangani
dengan ligasi gelang karet. Dengan bantuan anuskop, mukosa diatas
hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam
tabung ligator kusus. Gelang karet didorong dari ligator dan

13
ditempatkan secara tepat di sekeliling mukosa pleksus hemoroid
tersebut. (Peng, 2004).

Gambar 6. Pemeriksaan Ligasi pada Hemoroid

Sumber: Carolina, Syamsuri, Manawan, 2014.

2. Terapi Bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan
menahun dan pada penderita hemorhoid derajat III dan IV. Metode ini
mirip dengan infra merah. Hanya saja memiliki kelebihan dalam
kemampuan memotong. Prinsip utama hemorhoidektomi adalah eksisi
hanya pada jaringan dan harus digabung dengan rekonstruksi tunika
mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus
mukosa.

Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini, yaitu bedah
konvensional (menggunakan pisau atau gunting), bedah laser (sinar laser
sebagai alat pemotong), dan bedah stapler (menggunakan alat dengan
prinsip kerja stapler).

Bedah Konvensional

Saat ini ada tiga teknik yang biasa digunakan, yaitu :

1) Teknik Milligan Morgan


Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemorhoid di tiga tempat
utama. Teknik ini dikembangkan di Inggris pada tahun 1973. Basis
massa hemorhoid tepat diatas linea mukokutan dicengkram dengan
hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian di pasang transfiksi
catgut proksimal terhadap pleksus hemorhoidalis. Penting untuk

14
mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemorhoid eksterna.
Suatu insisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika
mukosa sekitar pleksus hemorhoidalis internus dan eksternus yang
dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemorhoid di eksisi
secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi catgut
maka hemorhoid eksterna dibawah kulit di eksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup
secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana. Biasanya tidak
lebih dari tiga kelompok hemorhoid yang dibuang pada satu waktu.
Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika
mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil
terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.

Gambar 7. Teknik Milligan Morgan pada Hemoroid

Sumber: JungHealth.com.

2) Teknik Whitehead
Teknik operasi Whitehead dilakukan pada hemorhoid yang
sirkuler dengan mengupas seluruh hemorhoidalis interna,
membebaskan mukosa dari submukosa dan melakukan reseksi
sirkuler terhadap mukosa di daerah tersebut. Lalu mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.

15
3) Teknik Langenbeck
Pada teknik operasi Langenbeck, vena hemorhoidalis interna
dijepit radier dengan klem. Dilakukan penjahitan jelujur dibawah
klem dengan chromic catgut no 2/0, kemudian eksisi jaringan diatas
klem, setelah itu, klem dilepas dan jepitan jelujur dibawah klem
diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan
tidak mengandung risiko pembentukan parut sekunder yang bisa
menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose
yang dalam karena sfingter ani harus benar-benar lumpuh.

a) Bedah Laser

Gambar 8. Bedah Laser pada Hemoroid

Sumber: jungHealt.com

Pada prinsipnya pembedahan ini sama dengan pembedahan


konvensional, hanya alat pemotongnya menggunakan laser
CO2. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga
tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka, dan nyeri
yang minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena
saraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus terdapat banyak saraf. Pada
bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali
karena pada saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka
akibat serabut saraf tidak mengerut, sedangkan selubungnya
mengerut. Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan
selubung saraf menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga

16
serabut saraf tidak terbuka. Untuk hemorhoidektomi, dibutuhkan
daya laser 12-14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas
operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4-6 minggu
luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan
rawat jalan.18

b) Bedah Stapler

Gambar 9. Teknik Bedah Stapler pada Hemoroid

Sumber: Agbo, 2011.

Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for


Prolapse Hemorrhoids (PPH) atau Hemorhoid Circular Stapler
(HCS). Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993 oleh
dokter berkebangsaan Italia yang bernama Longo, sehingga
teknik ini juga sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri
alat ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan
sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter,
terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.

Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemorhoid


dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan
mengembalikan jaringan hemorhoid ini ke posisi anatominya
semula karena jaringan hemorhoid ini masih diperlukan sebagai
bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.

Mula-mula jaringan hemorhoid yang prolaps didorong ke


atas dengan alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke
tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan

17
ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari
titanium, diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan dibagian atas
saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemorhoid
tersebut. Bagian jaringan hemorhoid yang berlebih masuk
kedalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada
ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih
secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemorhoid maka
suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan
hemorhoid mengempis dengan sendirinya.

Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi


anatomis, tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal
discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan diluar
daerah yang sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20-45
menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah
sakit semakin singkat.

I. KOMPLIKASI

Komplikasi dari hemorhoid yang paling sering adalah perdarahan,


trombosis dan strangulasi. Perdarahan terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemorhoid dapat pintasan portal sistemik pada
hipertensi portal, dan apabila hemorhoid semacam ini mengalami perdarahan
maka darah akan sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan
kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah
eritrosit yang diproduksi tidak dapat mengimbangi jumlah darah yang keluar.
Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan
pada penderita, walaupun kadar hemoglobin sangat rendah karena adanya
mekanisme adaptasi. Hemorhoid yang mengalami strangulasi adalah
hemorhoid yang mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh
sfingter ani. Keadaan trombosis dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan
dapat menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya sehingga
mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa
mengakibatkan kematian.

18
ASUHAN KEPERAWATAN PADA HEMOROID

A. PENGKAJIAN
Pengkajian hemoroid terdiri atas pengkajian anamnesis, dan pemeiksaan
fisik. Pada pengkajian anamnesis didapatkan sesuai dengan kondisi klinik
perkembangan penyakit.

1. Anamnesis
Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, suku bangsa, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.

a) Keluhan Utama Klien


Perhatikan adanya nyeri, perdarahan pada anus, dan merasa ada
benjolan di sekitar anus.

b) Riwayat kesehatan Sekarang


Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan utama pada klien.
Biasanya klien yang mengalami hemoroid, didapatkan mengeluh
terasa adanya tonjolan pada anus, terkadang merasa nyeri dan gatal
pada daerah anus. Selain itu, terkadang klien datang ke rumah sakit
dengan keluhan adanya perdarahan dari anus saat buang air besar
(BAB) yang menyebabkan klien menjadi anemia.

c) Riwayat Kesehatan Masa lalu


Tanyakan faktor predisposisi yang berhubungan dengan
hemoroid, seperti adanya hemoroid sebelumya, riwayat peradangan
pada anus, dan riwayat diet rendah serat.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga


Tanyakan apakah ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
hemoroid.

e) Pola Nutrisi dan Cairan


Klien yang mengalami hemoroid mempunyai kebiasaan makan
yang kurang serat dan jarang minum sehingga terjadi konstipasi

19
f) Pola Eliminasi
Klien yang mengalami hemoroid biasanya akan mengeluarkan
darah berwarna merah terang. Dan keenggaanan untuk BAB
sehingga terjadi konstipasi

g) Pola Istirahat dan Tidur


Klien yang mengalami hemoroid, pola istirahat tidurnya akan
terganggu hal ini berkaitan dengan rasa nyeri pada daerah anus.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keluhan umum : malaise, lemah, tampak pucat.
b. Tingkat kesadaran : komposmentis sampai koma.
c. Pengukuran antropometri : berat badan menurun.
d. Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, takhikardi,
hipotensi.
e. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala
a) Rambut
Rambut klien bersih, rambut hitam beruban, bentuk
kepala simetris, tidak ada benjolan maupun lesi, tidak ada
kelainan lain di kepala.
b) Mata
Bentuk kedua bola mata simetris, kelopak mata simetris,
bulu mata ada, konjungtiva pucat, reflek pupil normal,
terbukti saat memakai cahaya penlight didekatkan pupil
mengecil dan saat cahaya dijauhkan pupil kembali membesar.
Pergerakan bola mata pasien normal terbukti saat mata pasien
mengikuti arah jari pemeriksa. Ketajaman penglihatan klien
sudah rabun terbukti saat klien dianjurkan membaca klien
tidak tepat membaca kalimat tersebut. Saat dilakukan palpasi
tidak ditemukan kelainan.
c) Telinga
Kedua telinga simetris, telinga bersih tidak ada
sekret/kotoran maupun perdarahan, tidak ada lesi maupun

20
massa, tidak ada peradangan, pendengaran pasien terganggu,
terbukti saat pemeriksa berbicara pelan / normal klien kurang
mendengar dan harus diulangi dengan suara sedikit lebih
keras.
d) Hidung
Bentuk tulang hidung simetris, tidak ada pembengkakan,
tidak ada perdarahan maupun sekret / kotoran, tidak ada
massa dan nyeri di daerah hidung, penciuman klien normal,
terbukti saat klien dianjurkan mencium wewangian (parfum,
kayu putih, sabun) dan klien menjawab dengan tepat.
e) Mulut, Lidah, Gigi
Bibir simetris, warna bibir pucat, bibir lembab, tidak ada
lesi, mulut kotor, gigi sudah tidak utuh, warna gigi
kekuningan, ada karies, keadaan gigi kotor, tidak ada lesi di
daerah gusi, tidak ada pembengkakan dan nyeri di daerah
gusi.
Bentuk lidah normal, warna lidah pucat, tidak ada
kelainan di lidah. Saat dilakukan palpasi di rongga mulut
tidak ada pembengkakan maupun nyeri tekan.

Indra perasa klien masih normal, terbukti saat pemeriksa


memberikan perasa dan klien menjawab dengan tepat. Saraf
kranial hipoglosal klien normal, terbukti saat klien dapat
mengeluarkan dan menggerakan lidah. Gerak otot rahang
klien masih bekerja dengan baik.
2) Leher
a) Bentul leher normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada
massa, reflek menelan klien baik, saraf kranial asesori klien
baik, terbukti saat klien di minta untuk menengok ke kiri /
kanan kemudian ditahan oleh pemeriksa.
3) Dada, Payudara, dan Ketiak
a) Tidak ada kelainan di daerah dada, bentuk dada simetris,
ekspansi dada seimbang, terbukti saat pemeriksa merasakan

21
getaran dan keseimbangan di punggung klien saat klien
bernafas. Traktil fremitus klien seimbang terbukti saat
pemeriksa meletakan kedua tangan di punggung klien pada
saat klien mengucapkan bilangan tujuh tujuh. Suara
pernafasan jernih, tidak ada suara tambahan, irama nafas
klien teratur dan normal.
b) Tidak ada suara tambahan pada jantung, irama jantung teratur
dan normal.
c) Tidak ada edema di daerah payudara, bentuk payudara
simetris, tidak ada massa dan lesi, tidak ada keluaran di
daerah putting.
d) Tidak ada edema, massa maupun lesi di daerah ketiak, tidak
ada kelainan lain, tidak ada nyeri tekan.
4) Abdomen
a) Bentuk perut datar, simetris, tidak ada kelainan lain, tidak ada
nyeri tekan di daerah perut, bising usus klien normal yaitu
9x/menit, tidak ada keluhan saat diperkusi, perut tidak
kembung.
b) Posisi umbilikal normal, tidak ada peradangan ataupun
keluaran, keadaan umbilikal bersih, tidak ada kelainan lain
pada umbilikal.
5) Genitalia
a) Tidak ada kelainan pada genetalia, bentuk simeris tidak ada
varises, edema, tumor/ benjolan, infeksi, luka atau iritasi,
pengeluaran cairan atau darah
b) Pada pemeriksaan rektum normalnya tidak ada nyeri, tidak
terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan
pendarahan tetapi pada pasien dengan hemoroid di temukan
pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat
benjolan pada anus, nyeri pada anus, serta danya perdarahan.

22
6) Kulit dan Kuku
a) Warna kulit pucat, tidak ada lesi maupun edema, warna kuku
pucat hampir berwarna putih, bentuk kuku normal, kuku
tebal, tekstur kuku lembut, kelembapan kulit kurang, turgor
kulit normal, pengisian kapiler / capillary refill lambat yaitu
lebih dari 3 detik.
7) Ekstermitas
a) Atas
Bentuk kedua tangan simetris, tidak ada kelainan lain,
reflek bisep dan trisep klien normal, terbukti saat dilakukan
ketukan di lekukan sikut dan di sikut menggunakan reflek
hammer adanya gerakan spontan di ujung ekstermitas.
Tangan kanan klien terpasanng infus, tingkat kekuatan otot
klien 4 dari 5 (cukup kuat tetapi tidak dengan kekuatan penuh
dan dapat menahan tahanan)
b) Bawah
Bentuk kedua kaki simetris, tidak ada kelainan lain, reflek
patella normal terbukti saat dilakukan ketukan di lutut
menggunakan reflek hammer adanya gerakan spontan di
ujung ekstermitas. Reflek achilles normal terbukti saat
dilakukan ketukan dipergelangan kaki dan kemudian adanya
gerakan spontan pada kaki. Reflek plantar / babinski normal
terbukti saat telapak kaki di sentuh klien merasa geli. Tingkat
kekuatan otot kaki klien yaitu 5 dari 5 (kekuatan kontraksi
penuh dan dapat menahan tahanan dengan baik).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d kerusakan integrasi jaringan, respon pembedahan.


2. Pemenuhan informasi b.d adanya intervensi kemoterapi, radioterapi,
rencana pembedahan, dan rencana perawatan rumah.
3. Resiko tinggi infeksi b.d adanya portde entree luka pasca bedah.
4. Aktual/resiko tinggi ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d intake makanan yang adekuat.

23
5. Intoleransi aktivitas b.d cepat lelah, kelemahan fisik umum respons
sekuder dari anemia.
6. Kecemasan pasien dan keluarga b.d prognosis penyakit, rencana
pembedahan (Muttaqin & Sari, 2011).

C. RENCANA KEPERAWATAN

Nyeri b.d iritasi intestina respon pembedahan


Tujuan : dalam waktu 3 jam nyeri hemoroid dan 2x24 jam pascabedah nyeri
berkurang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi:
1. secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi
2. skala nyeri 0-1 (0-4)
3. TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks.
Intervensi Rasional
Jelaskan dan beritahu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologi relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah
dan noninvasif. menunjukkkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri
Lakukan menejemen keperawatan nyeri
meliputi :
1. Kaji nyeri dengan pendekatan Pendekatan PQRST dapat secara
PQRST (lihat tabel 2.1) kompeherensif menggali kondisi nyeri
pasien. Apabila pasien mengalami skala
nyeri 3 (0-4)
2. Ajurkan melakukan rendam bokong Rendam bokong dengan larutan PK dapat
menurunkan kolonisasi jamur pada area
perianal sehingga menurunkan stimulus
gatal atau nyeri pada hemoroid.
Mandi di bak mandi dengan air hangat
3. Anjurkan mandi rendam air hangat secara menurunkan nyeri perianal. Kondisi
ini akan meningkatkan relaksasi sfingter
dan menurunkan spasme dari perianal

24
yang menjadi stimulus nyeri sehingga
dapat menurunkan respon nyeri.
Pemberian es dapat meningkatkan
vasokontriksi lokal sehingga menurunkan
4. Beri es pada kindisi nyeri akibat rangsang nyeri dari trombus hemoroid.
thrombus pada hemoroid eksternal Istirahat secara fisiologis akan
menurunkan kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
5. Istirahatkan pasien pada saat nyeri metabolisme basal.
muncul Pengaturan posisi semifowler dapat
membantu merelaksasi otot-otot abdomen
pascabedah sehingga dapat menurunkan
6. Atur posisi fisiologis stimulus nyeri dari luka pascabedah
Meningkatkan intake oksigen sehingga
akan menurunkan nyeri sekunder dari
penurunan oksigen local
Distraksi pengalihan perhatian dapat
7. Ajarkan teknik relaksasi pernafasan menurunksn stimulis internal
dalam pada saat nyeri muncul

8. Ajarkan teknik distraksi pada saat


nyeri

Tingkatkan pengetahuan tentng sebab- Pengetahuan yang akan dirasakan


sebab nyeri dan menghubungkan berapa membantu mengurangi nyeri dan dapat
lama nyeri akan berlangsung membantu mengembalikan kepatuhan
pasien terhadap rencana teraupetik.
Kolaborasi degan tim medis untuk
pemberian:
1. Analgetik Analgetik diberikan untuk membantu
menghambat stimulus nyeri ke pusat
persepsi nyeri di kortek serebri sehingga

25
nyeri dapat berkurang.
2. Agen antidiare Agen diare terkadang diperlukan pada
pasien untuk menurunkan efek
hipermotilitas (Thornton, 2009)

Pemenuhan informasi b.d adanya evaluasi diagnostik, rencana pembedahan,


dan rencana perawatan di rumah
Tujuan dalam waktu 1x24 jam informasi kesehatan terpenuhi.
Kriteria evaluasi :
1. Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan
2. Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
prosedur diagnostik pembedahan kondisi sosial ekonomi pasien. Perawat
hemoroid dan rencana perawatan di menggunakan pendekatan yang sesuai
rumah. dengan kondisi individu pasien. Dengan
mengetahui tinggi pengetahuan tersebut
perawatan dapat lebih terarah dalam
memberikan pendidikan yang sesuai
dengan pengetahuan pasien secara efektif
dan efeksi.

Cari sumber yang meningkatkan Keluarga terdekat dengan perlu dilibatkan


penerimaan informasi. dalam pemenuhan informasi untuk
menurunkan resiko misinterpretasi
terhadap informasi yang diberikan.
Ajarkan toilet retraining Toilet retraining dilakukan dengan
mengingatkan kembali pada pasien bahwa
kamar mandi bukanlah perpustakaan.
Pasien tidak harus duduk di toilet cukup
lama untuk mengevakuasi isi usus dan
tidak berupaya untuk mengejan terlalu

26
kuat karena dapat menyebabkan hemoroid
membesar.
Jelaskan tentang terapi skleroterapi Peran perawat menklasifikasi pemberian
penjelasan medis mengenai terapi
skleroterapi. Skleroterapi adalah
penyuntikan larutan kimia kearea pleksus
hemoroidalis yang kemudian menjadi
fibrotik dan kemudian jaringan perut
sehingga tidak terjadi lagi pelebara vena.
Jelaskan tentang prosedur pembedahan Operasi hemoroid dapat dilakukan dengan
menggunakan anestasi lokal dengan obat
penenang IV. Regional atau teknik
anastesi umum juga digunakan.
1. Diskusikan jadwal pembedahan Pasien dan keluarga harus diberitahu
kapan waktu dimulainya pembedahan.
Apabila rumah sakit memiliki jadwal
kamar operasi padat, lebih baik pasien dan
keluarga diberitahu mengenai banyak
jadwal operasi yang telah ditetapkan
sebelum pasien.
2. Persiapan administrasi dan Pasiean sudah menyelesaikan administrasi
informed consent dan mengetahui secara finansial biaya
pembedahan. Pasien sudah dapat
menjelaskan tentang pembedahan
kolektomi atau kolostomi oleh tim bedah
dan menandatangani informed consent.
Pagi hari sebelum pembedahan maka
3. Persiapan intestinal lakukan pemberian laksatif salin ringan
dan pemberian dengan hati-hati enema
pembersih mungkin cukup diberikan pada
pasien.
Puasa dlakukan minimal 6-8 jam sebelim

27
4. Persiapan puasa dilakukan pembedahan.
Pencukuran area operasi dilakukan secara
5. Pencukuran area operasi hati-hati pada area perianal.

6. Persiapan istirahat dan tidur Istirhat merupakan hal yang paling penting
untuk penyembuhan normal. Kecemasan
tentang pembedahan dapat dengan mudah
mengganggu kemampuan untuk istirahat
atau tidur.
Beritahu pasien dan keluarga kapan Pasien akan mendapatkan manfaat bila
pasien sudah bisa dikunjungi mengetahui kapan keluarga dan temannya
dapat berkunjung setelah pembedaan.
Beritahu pasien tentang managemen Menejemen nyeri dilakukan untuk
nyeri keperawatan meningkatkan kontrol nyeri pada pasien.
Berikan informasi pada pasien untuk Keterlibatan pasien dan keluarga dalam
peawatan dirumah, meliputi: melakukan perawatan rumah pasca bedah
dapat meningkatkan kemandirian dalam
melakukan masalah yang sedang dihadapi.
1. Anjurkan untuk intervensi Hal-hal lain yang dapat dilakukan menurut
pencegahan resiko meliputi:
a) Makanlah berbagai jenis buah dan
sayuran setiap hari.
b) Hindari mengkonsumsi makanan
yang rendah serat. Diet tinggi serat
dapat meningkatkan pasase fese
sehingga konsentrasi feses lembek
padat terbentuk serta tidak
menstimulasi pelebaran pleksus vena.
2. Anjurkan untuk semampunya Beberapa agen nyeri farmakologi biasanya
melakukan managemen nyeri memberikan reaksi negatif pada
nonfarmakologik pada saat nyeri gastrointestinal.

28
Anjurkan kunjungan berkala Monitor pasien secara teratur sampai
mereka sembuh dan tidak memiliki gejala.
Berikan motivasi dan dukungan moral Intervensi dapat meningkatkan keinginan
pasien dalam peningkatan prosedur
pengembalian fungsi pascabedah
kolostomi.

Risiko tinggi infeksi b.d adanya port de entree luka pascabedah


Tujuan: dalam waktu 12X24 jam terjadi perbaikan pada integrasi jaringan lunak dan
tidak terjadi.
Kriteria evaluasi:
1. Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan
pada area luka pembedahan.
2. Leukosit dalam batas normal.
3. TTV dalam batas normal.
Intervensi Evaluasi
Kaji jenis pembedahan, waktu Mengidentifikasikan kemajuan atau
pembedahan, dan bedah dalam penyimpanan dari tujuan yang di
melakukan perawatan luka. harapkan

Jaga kondisi balutan dalam keadaan Kondisi bersih dan kering akan
bersih dan kering menghindari kontaminasi komensal-
yang akan memyebabkan proses
penyembuhan luka

Lakukan perawatan luka.


1. Lakukan perawatan luka steril pada Perawatan luka sebaiknya tdak
hari ke dua pascabedah dan di ulang dilakukan setiap hari, untuk mengurangi
setiap dua hari sekali pada luka kontak dengan luka yang steril, sehingga
abdomen. mencegah kontaminasi kuman pada luka
bedah.
2. Lakukan perawatan luka pada area Semua drain pascabedah gastrektomi

29
sekitar drain. merupakan material yang menjadi jalan
masuk kuman. Perawat melakukan
perawtatan luka setiap hari atau
disesuaikn dengan kondisi pembalut
drai, apabila kotor maka harus diganti.
3. Bersihkan luka dan cairan dengan Pembersihan debris dan kuman sekitar
cairan antiseptik jenis iodine luka dengan mengoptimalkan kelebihan
providum dengan cara swabbing dari dari iodine providum sebagai antiseptik
arah dalam ke luar dan dengan arah dalam keluar dapat
mencegah kontaminasi kuman ke
jaringan luka.
4. Bersihkan bekas sisa iodine Antiseptik iodine providum mempunyai
providum dengan alkohol 70% atau kelemahan dalam menurunkan proses
normal salin dengan cara swabbing epitalisasi jaringan sehingga
dari arah dalam ke luar memperlambat pertumbuhan luka, maka
harus dibersihkan dengan alkohol atau
normal salin.
5. Tutup luka dengan kassa steril dan Penutupan scara menyeluruh dapat
tutup seluruh permukaan kassa menghindari kontaminasi dari benda
dengan plester adhesif. atau udara bersentuhan dengan luka
bedah.

Aktual/resiko tinggi ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


b.d intake makanan yang adekuat.
Tujuan: setelah 324 jam pada pasien nonbedah dan setelah 724 jam pascabedah
asupan nutrisi dapat optimal dilaksanakan.
Criteria evaluasi:
1. Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat .
2. Terjadi penurunan gejala refluks esophagus, meliputi odinofagia berkurang,
pirosis berkurang, RR dalam batas normal 12-20x/mnt.
3. Berat badan pada hari ke-7 pascabedah meningkat 0,5 kg.

30
Intervensi Rasional
Intevensi nonbedah
1. Anjurkan pasien makan dengan Agar makanan dapat lewat dengan
perlahan dan mengunyah makanan mudah ke lambung.
dengan saksama.
2. Evaluasi adanya alergi makanan , dan Beberapa pasien mungkin mengalami
kontraindikasi terhadap makanan. alergi terhadap beberapa komponen
makanan tertentu dan beberapa penyakit
lain, seperti diabetes mellitus,
hipertensi,gout dan lainnya memberikan
manifestassi terhadap persiapan
komposisi makanan yang akan diberikan.
3. Sajikan makanan dengan cara yang Membantu meragsang nafsu makan.
menarik.
4. Fasilitasi pasien memperoleh diet Mempertimbangkan keinginan individu
biasa yang disukai pasien dapat memperbaiki asupan nutrisi.
5. Pantau intake dan output, anjurkan Berguna mengukur keefektifan nutrisi
untuk timbang berat badan secara dan dukungan cairan.
periodic
Intervensi pascabedah
1. Lakukan perawatan mulut. Intervensi ini untuk menurunkan risiko
infeksi oral.
2. Masukkan 10-20 ml cairan sodium Pembersihan ini selain untuk juga untuk
klorida setiap sif melalui selang meningktkan penyembuhan pada area
nasogastrik. pascagastrektomi.
3. Berikan nutrisi cairan melalui selang Pemberian nutrisi cair dilakukan untuk
nasogastrik atau atas instruksi medis memenuhi asupan nutrisi melalui
gastrointestinal. Pemberian nutrisi
melalui nasogastrik harus
dikolaborasikan dengan tim medis yang
merawat pasien

31
4. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan
jenis nutrisi yang akan digunakan komposisi dan jenis makanan yang akan
pasien. diberikan sesuai dengan kebutuhan hidup
5. Hindari makan 3 jam sebelum tidur Intervensi untuk mencegah terjadinya
refluks.

Intoleransi aktivitas b.d cepat lelah, kelemahan fisik umum respons sekuder dari
anemia.

Tujuan : dalam waktu 3 X 24 jam perawatan diri pasien optimal sesuai tingkat
toleransi
individu
Kriteria evaluasi :
1. Kebutuhan sehari-hari pasien dapat terpenuh
2. Pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan intoleransi
aktivitas
3. Pasien mampu mengidentifikasi metode untuk menurunkan intoleransi aktivirtas
4. Tidak terjadi komplikasi sekunder, seperti peningkatan frekuensi pernapasan dan
kelelahan berat setelah 3 menit pasien melakukan aktivitas
Intervensi Rasional
Kaji perubahan pada sistem saraf pusat Identifikasi terhadap kondisi penurunan
dan status kardiorepirasi tingkat kesadaran, khususnya pada pasien
kenker rektum dengan penurunan kalori
protein berat
Pantau respons individu terhadap Pamantauan yang dilakukan, meliputi hal-
aktvitas hal berikut :
a) Ukur nadi, tekanan darah, dan
pernapasan pada saat istirahat
b) Pertimbangkan frekuensi, irama, dan
kualitas
c) Ukur tanda-tanda vital segera setelah
aktivitas
d) Istirahatkan pasien selama 3 menit ukur

32
lagi tanda-tanda vital
e) Hentikan aktivitas pasien berespon
terhadap aktivitas dengan : adanya
keluhan nyeri dada, dispnea, vertigo,
atau konfusi, frekuensi nadi menurun,
tekanan darah sistolik menurun
f) Kurangi intensitas, frekuensi, atau
lamanya aktivitas jika : nadi lebih lama
dari 3-4 menit untuk kembali dal 6
denyut dari frekuensi nadi istirahat
frekuensi pernapasan meningkat
berlebihan setelah aktivitas, dan
terdapat tanda-tanda lain hipoksia
(misalnya : konfusi, vertigo)
Tingkatkan aktivitas secara bertahap a) Untuk pasien yang mengalami
penurunan kalori protein, mulai lakukan
rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari
b) Rencanakan waktu istirahat sesuai
dengan jadwal sehari-hari pasien
c) Pasien juga dudorang untuk membawa
jadwal akivitas dan sasaran aktivitas
fungsional
d) Tingkatkan toleransi terhadap aktivitas
dengan mendorong pasien melakukan
aktivitas lebih lambat
e) Anjurkan pasien untuk mengenakan
sepatu yang nyaman
Ajarkan mengenai metode penghematan a) Luangkan waktu istirahat selama
energi untuk aktivitas aktivitas, dalam interval selama siang
hari dan satu jam setelah makan
b) Lebih baik dari pada berdiri saat
melakukan aktivitas kecuali hal ini

33
memungkinkan
c) Saat melakukan tugas, istirahat setiap 3
menit selama 5 menit untuk
menurunkan kebutuhan suplai darah
dari jantung dan menurunkan kebutuhan
metabolisme hati
d) Hentikan aktivitas jika pasien keletihan
atau terlihat tanda-tanda sesak napas
Beriakn bantuan sesuai tingkat toleransi Teknin penghematan energi menurunkan
(makan, minum, mandi, berpakain, dan penggunaan energi
eliminasi)

Kecemasan pasien dan keluarga b.d prognosis penyakit, rencana pembedahan.

Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam pasien secara subjektif melaporkan rasa cemas
berkurang.
Kriteria Evaluasi :
1. Pasien mampu mengungkapkan prasaan nya kepada perawat.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan keterampiloan pemecahan masalahnya dan
perubahan koping yang digunakan sesuai situasi yang dihadapi.
3. Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan atau ketakutan dibawah standar
4. Pasien dapat rileks dan tidur atau sistirahat dengan baik.
Intervensi Rasional

1. Monitor respon fisik, seperti : Diguanakan dalam mengevaluasi derajat/


kelemahan, perubahan TTV, tingkat kesadaran / konsentrasi, khususnya
gerakan yang berulang-ulang serta ketika melakukan komunikasi verbal. Pada
catat kesesuaian respon verbal dan kondisi klinik, pasien biasanya merasa
non verbal selama komunikasi sedih akibat diagnosis penyakit dan
rencana pembedahan. Pasien yang
menjalani pembedahan untuk kolostomi
sementara dapat mengekspresikan rasa
takut dan masalah yang serupa dengan

34
individu yang memiliki stoma permanen.
2. Anjurkan pasien dan keluarga untuk Memeberikan kesempatan utnuk
mengungkapkan dan berkonsentrasi, kejelasan dan rasa takut
mengekspresikan rasa takutnya dan mengurangi cemas yang berlebihan
3. Beri dukungan prabedah Hubungan emosional yang baik antara
perawat dan pasien akan memengaruhi
penerimaan pasien dengan pembedahan.
Aktif mendengar semua kekhawatiran dan
keprihatinan pasien adalah bagian penting
dari evaluasi praoperatif. Keterbukaan
mengenai tindakan bedah yang akan
dilakukan pilihan anastesi dan perubahan
atau kejadian pascaoperatif yang
diharapkan akan menghilangkan banyak
ketakutan tak berdasar terhadap anastesi.
Bagi sebagian besar pasien pembedahan
adalah suatu peristiwa hidup yang
bermakna. Kemampuan perawat dan
dokter untuk memandang pasien dan
keluarganya sebagai manusia yang layak
untuk didengarkan dan dimintai pendapat,
ikut menetukan hasil pembedahan. Egbert
et al (1963, dikutip Gruendemman,2006)
memperlihatkan bahwa kecemasan pasien
yang dikunjungi dan dimintai pendapat
sebelum dioprasi akan berkurang saat tiba
dikamar operasi dibandingkan mereka
yang hanya sekedar diberi pramedikasi
dengan fenobarbital . kelompok yang
mendapat pramedikasi melaporkan rasa
mengantuk tetapi tetap cemas.
4. Bantu pasien meningkatkan citra Perubahan yang terjadi pada citra tubuh

35
tubuh dan beri kesempatan pasien dan gaya hidup sering sangat mengganggu,
mengungkapkan perasaan nya. oleh karena itu pasien memerlukan
dukungan empatis dalam mencoba
menyesuaikan nya. Oleh karena stoma
ditempatkan pada abdomen, pasien dapat
berfikir bahwa setiap orang akan melihat
ostomi. Perawat dapat membantu
mengurangi ktakutan ini dengan
memberikan informasi aktual tentang
prosedur pembedahan dan pembentukan
serta penatalaksanaan ostomi. Apabila
pasien menghendaki, diagram, foto dan
sladt dapat digunakan untuk menjelaskan
dan memperjelas. Pasien juga dapat
mengalami stres emosional, perawat perlu
mengulang beberapa informasi. Berikan
kesempatan pada pasien untuk mengajukan
pertanyaan.
5. Berikan privasi untuk orang Memberi waktu untuk mengekspresika
terdekat perasaan, menghilangkan cemas dan
perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan
teman-teman yang dipilih pasien yang
melayani aktifitas dan pengalihan (
misalnya membaca) akan menurunkan
perasaan terisolasi .
Kolaborasi : Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
1. Berikan anti cemas sesuai indikasi kecemasan.
contohnya diazepam.

36
D. EVALUASI

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah


sebagai berikut:

1. Informasi kesehatan terpenuhi.


2. Tidak mengalami injury pasca prosedur bedah reseksi kolon.
3. Nyeri berkurang atau teradaptasi.
4. Asupan nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individual.
5. Infeksi luka oprasi tidak terjadi.
6. Kecemasan berkurang.
7. Peningkatan konsep diri atau gambaran diri.
8. Peningkatan aktivitas.

37
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Managemen


Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Salemba Medika.

Carolina, L., Syamsuri, K., & Manawan, E. (2014). Hemoroid Dalam Kehamilan.
April 2014, MKS, Th. 46, No. 2.
(http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/article/download/2699/pdf), Diakses 27
April 2017 11.00

Emmanuel, A., & Inns, S. (2014). Lecture Notes: Gastroentrologi dan


Hepatologi. Jakarta: Erlangga.

Greenberg, M. I. (2007). Kedokteran Kedaruratan Greenberg Jilid 1. Jakarta:


Erlangga.

Masrul, Muthmainnah, A., & Zahari, A. (2015). Peranan Diet Rendah Serat
terhadap Timbulnya Hemoroid di RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas.
(http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/254/243), Diakses 27
April 2017 10.30

Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinik Konsep-


Konsep Penyakit. Jakarta: EGC.

Sudarsono, D. F. (2015). Diagnosa dan Penanganan Hemoroid. Maret 2015, J


MAJORITY, Vol 4, No. 6.
(http://jukeunila.com/wp-content/uploads/2016/03/Danar-Fahmi.pdf), Diakses 27
April 2017 11.30

Sunarto. (2016). Analisis Faktor Aktifitas Fisik Resiko Terjadi Hemoroid Di


Klinik Etika. Desember 2016, Jurnal Keperawatan Global, Volume 1, No. 2.
(http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/index.php/JKG/article/download/266/241),
Diakses 27 April 10.30

38
Suprijono, M. A. (2009). Hemoroid. Juni-Agustus 2009, Sultan Agung Vol XlIV,
No. 118.
(http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/download
/10/7), Diakses 27 April 2017 12.30

39

Anda mungkin juga menyukai