Dosen Pengajar :
KELOMPOK 18
COVER
DAFTAR ISI
A. Definisi..................................................................................................1
B. Klasifikasi..................................................................................................2
C. Etiologi............................................................................................4
D. Manifestasi Klinis..................................................................................5
E. Patofisiologi............................................................................................6
F. Pathway.................................................................................................9
G. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................10
H. Penatalaksanaan...............................................................................12
I. Komplikasi............................................................................................18
A. Pengkajian............................................................................................19
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................23
C. Intervensi..............................................................................................24
D. Evaluasi................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
i
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA HEMOROID
A. DEFINISI
Hemorhoid atau lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien, bukan
merupakan suatu keadaan yang patologis (tidak normal), namun bila sudah
mulai menimbulkan keluhan, harus segera dilakukan tindakan untuk
mengatasinya. Hemorhoid dari kata ''haima'' dan ''rheo''. Dalam medis, berarti
pelebaran pembuluh darah vena (pembuluh darah balik) di dalam pleksus
hemorrhoidalis yang ada di daerah anus. Dibedakan menjadi 2, yaitu
hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna yang pembagiannya berdasarkan
letak pleksus hemorrhoidalis yang terkena (Murbawani, 2006 dalam
Suprijono, 2009).
1
B. KLASIFIKASI HEMOROID
1. Hemoroid Eksterna
2
Gambar 1. Gambaran hemoroid internal dan eksternal
Kondisi Klinis
I Hemoroid interna dengan perdarahan segar tanpa nyeri pada waktu
defekasi.
II Hemoroid interna yang menyebabkan pendarahan dan mengalami
prolaps pada saat mengedan ringan tetapi dapat masuk kembali
secara spontan.
III Hemoroid interna yang mengalami pendarahan dan di sertai prolaps
dan di perlukan intervensi manual memasukkan ke dalam kanalis.
IV Hemoroid interna yang tidak kembali ke dalam atau berada terus-
menerus di luar.
3
C. ETIOLOGI
1. Peradangan pada usus , seperti pada kolitis ulseratif atau penyakit crohn.
2. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal.
3. Konsumsi makanan rendah serat.
4. Obesitas.
5. Hipertensi portal (Muttaqin & Sari, 2015).
Hal lain posisi BAB juga mempengaruhi Teori yang mendukung menurut
dr. Eka Ginanjar menyatakan bahwa dengan pemakaian jamban yang duduk
posisi usus dan anus tidak dalam posisi tegak, sehingga akan menyebabkan
tekanan dan gesekan pada vena di daerah rektum dan anus, hal ini dipertegas
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bifirda Ulima (2012) yang
menyatakan bahwa posisi BAB duduk merupakan faktor risiko untuk terjadi
hemoroid.
4
D. MANIFESTASI KLINIS
5
cairan melalui dubur, rasa tidak puas waktu buang air besar, dan rasa tidak
nyaman di daerah pantat (Merdikoputro, 2006).
E. PATOFISIOLOGI
Menurut Muttaqin & Sari, (2011) Hemoroid dapat terjadi pada individu
yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami
pembesaran, peradangan, atau prolaps.
6
lama duduk di toilet ( atau saat membaca ) di yakini menyebabkan penurunan
relatif venous recturn di daerah perianal (yang disebut dengan efek
tourniquet), mengakibatkan komesti vena dan terjadilah hemoroid. Kondisi
penuaan menyebabkan melemahnya struktur pendukung, yang memfasilitasi
prolaps. Melemahnya struktur o\pendukung sudah dapat terjafi pada awal
dekade ke tiga (Thornton, 2009 ).
7
Hemoroid internal yang paling sering meyebabkan perdarahan tanpa rasa
sakit pada saat buang air besar. Pendarahan umumnya merupakan tanda
pertama hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang keras dan vena
mengalami ruptur. Dengan yang keluar warna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses, mungkin hanya berupa garis pada feses atau kertas
pembersih sampai pada pendarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air
toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar
berwarna merah segar karena kaya akan zat asam. Pendarahan luas dan
intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan
darah arteri. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat
timbulnya anemia berat.
8
F. PATHWAY Sumber: Muttaqin & Sari, 2011
Hemoroid Anoreksia
Perdarahan
anus feses Ruptur vena Prolaps pleksus Resiko
darah keluar anus ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
Anemia Intoleransi aktivitas
Resiko
Intervensi Intervensi bedah Gangguan Respon
infeksi
skleroterapi hemoroidektomi defekasi psikologi
Port de
Respon Preoperatif Kecemasan
entre
serabut lokal pemenuhan informasi
9
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar
hemotoksit dan adanya anemia.
2. Pemeriksaan Anoskopi
Sumber: Kompasiana.com
10
3. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa
keluhan bukan disebabkan oleh prows radang atau prowns keganasan di
tingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik
saja atau tanda yang menyertai.
4. Inspeksi
Pada inspeksi, hemorhoid eksterna mudah terlihat apalagi bila sudah
mengalami trombus, sedangkan hemorhoid eksterna sudah dapat terlihat
terlihat pada pemeriksaan, saat istirahat atau ketika berbaring.
Hemorhoid interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang
tertutup mukosa. Untuk membuat prolaps dapat dengan menyuruh pasien
untuk mengejan.
5. Rectal Toucher
Sumber: wordpress.com
Pada colok dubur, hemorhoid interna biasanya tidak teraba dan juga
tidak sakit. Dapat diraba bila sudah mengalami trombus atau sudah ada
fibrosis. Trombus dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar
yang lebar.
6. Pemeriksaan Feses
11
H. PENATALAKSANAAN
12
b. Obat simptomatik yang mengurangi keluhan rasa gatal dan nyeri.
Bentuk suppositoria untuk hemoroid interna dan ointment untuk
hemoroid eksterna.
c. Obat untuk menghentikan perdarahan campuran diosmin dan
hesperidin.
d. Obat analgesik dan pelembut tinja mungkin bermanfaat. Terapi
topikal dengan nifedipine dan krim lidokain lebih efektif untuk
menghilangkan rasa sakit daripada lidokain (Xylocaine). Pada
pasien hemoroid eksternal berat, pengobatan dengan eksisi atau
insisi dan evakuasi dari trombus dalam waktu 72 jam dari onset
gejala lebih efektif daripada pengobatan konservatif (Sudarsono,
2015).
b. Skleroterapi
c. Ligasi
Pada hemoroid besar dan mengalami prolaps dapat ditangani
dengan ligasi gelang karet. Dengan bantuan anuskop, mukosa diatas
hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam
tabung ligator kusus. Gelang karet didorong dari ligator dan
13
ditempatkan secara tepat di sekeliling mukosa pleksus hemoroid
tersebut. (Peng, 2004).
2. Terapi Bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan
menahun dan pada penderita hemorhoid derajat III dan IV. Metode ini
mirip dengan infra merah. Hanya saja memiliki kelebihan dalam
kemampuan memotong. Prinsip utama hemorhoidektomi adalah eksisi
hanya pada jaringan dan harus digabung dengan rekonstruksi tunika
mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus
mukosa.
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini, yaitu bedah
konvensional (menggunakan pisau atau gunting), bedah laser (sinar laser
sebagai alat pemotong), dan bedah stapler (menggunakan alat dengan
prinsip kerja stapler).
Bedah Konvensional
14
mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemorhoid eksterna.
Suatu insisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika
mukosa sekitar pleksus hemorhoidalis internus dan eksternus yang
dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemorhoid di eksisi
secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi catgut
maka hemorhoid eksterna dibawah kulit di eksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup
secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana. Biasanya tidak
lebih dari tiga kelompok hemorhoid yang dibuang pada satu waktu.
Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika
mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil
terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.
Sumber: JungHealth.com.
2) Teknik Whitehead
Teknik operasi Whitehead dilakukan pada hemorhoid yang
sirkuler dengan mengupas seluruh hemorhoidalis interna,
membebaskan mukosa dari submukosa dan melakukan reseksi
sirkuler terhadap mukosa di daerah tersebut. Lalu mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.
15
3) Teknik Langenbeck
Pada teknik operasi Langenbeck, vena hemorhoidalis interna
dijepit radier dengan klem. Dilakukan penjahitan jelujur dibawah
klem dengan chromic catgut no 2/0, kemudian eksisi jaringan diatas
klem, setelah itu, klem dilepas dan jepitan jelujur dibawah klem
diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan
tidak mengandung risiko pembentukan parut sekunder yang bisa
menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose
yang dalam karena sfingter ani harus benar-benar lumpuh.
a) Bedah Laser
Sumber: jungHealt.com
16
serabut saraf tidak terbuka. Untuk hemorhoidektomi, dibutuhkan
daya laser 12-14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas
operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4-6 minggu
luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan
rawat jalan.18
b) Bedah Stapler
17
ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari
titanium, diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan dibagian atas
saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemorhoid
tersebut. Bagian jaringan hemorhoid yang berlebih masuk
kedalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada
ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih
secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemorhoid maka
suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan
hemorhoid mengempis dengan sendirinya.
I. KOMPLIKASI
18
ASUHAN KEPERAWATAN PADA HEMOROID
A. PENGKAJIAN
Pengkajian hemoroid terdiri atas pengkajian anamnesis, dan pemeiksaan
fisik. Pada pengkajian anamnesis didapatkan sesuai dengan kondisi klinik
perkembangan penyakit.
1. Anamnesis
Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, suku bangsa, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
19
f) Pola Eliminasi
Klien yang mengalami hemoroid biasanya akan mengeluarkan
darah berwarna merah terang. Dan keenggaanan untuk BAB
sehingga terjadi konstipasi
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keluhan umum : malaise, lemah, tampak pucat.
b. Tingkat kesadaran : komposmentis sampai koma.
c. Pengukuran antropometri : berat badan menurun.
d. Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, takhikardi,
hipotensi.
e. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala
a) Rambut
Rambut klien bersih, rambut hitam beruban, bentuk
kepala simetris, tidak ada benjolan maupun lesi, tidak ada
kelainan lain di kepala.
b) Mata
Bentuk kedua bola mata simetris, kelopak mata simetris,
bulu mata ada, konjungtiva pucat, reflek pupil normal,
terbukti saat memakai cahaya penlight didekatkan pupil
mengecil dan saat cahaya dijauhkan pupil kembali membesar.
Pergerakan bola mata pasien normal terbukti saat mata pasien
mengikuti arah jari pemeriksa. Ketajaman penglihatan klien
sudah rabun terbukti saat klien dianjurkan membaca klien
tidak tepat membaca kalimat tersebut. Saat dilakukan palpasi
tidak ditemukan kelainan.
c) Telinga
Kedua telinga simetris, telinga bersih tidak ada
sekret/kotoran maupun perdarahan, tidak ada lesi maupun
20
massa, tidak ada peradangan, pendengaran pasien terganggu,
terbukti saat pemeriksa berbicara pelan / normal klien kurang
mendengar dan harus diulangi dengan suara sedikit lebih
keras.
d) Hidung
Bentuk tulang hidung simetris, tidak ada pembengkakan,
tidak ada perdarahan maupun sekret / kotoran, tidak ada
massa dan nyeri di daerah hidung, penciuman klien normal,
terbukti saat klien dianjurkan mencium wewangian (parfum,
kayu putih, sabun) dan klien menjawab dengan tepat.
e) Mulut, Lidah, Gigi
Bibir simetris, warna bibir pucat, bibir lembab, tidak ada
lesi, mulut kotor, gigi sudah tidak utuh, warna gigi
kekuningan, ada karies, keadaan gigi kotor, tidak ada lesi di
daerah gusi, tidak ada pembengkakan dan nyeri di daerah
gusi.
Bentuk lidah normal, warna lidah pucat, tidak ada
kelainan di lidah. Saat dilakukan palpasi di rongga mulut
tidak ada pembengkakan maupun nyeri tekan.
21
getaran dan keseimbangan di punggung klien saat klien
bernafas. Traktil fremitus klien seimbang terbukti saat
pemeriksa meletakan kedua tangan di punggung klien pada
saat klien mengucapkan bilangan tujuh tujuh. Suara
pernafasan jernih, tidak ada suara tambahan, irama nafas
klien teratur dan normal.
b) Tidak ada suara tambahan pada jantung, irama jantung teratur
dan normal.
c) Tidak ada edema di daerah payudara, bentuk payudara
simetris, tidak ada massa dan lesi, tidak ada keluaran di
daerah putting.
d) Tidak ada edema, massa maupun lesi di daerah ketiak, tidak
ada kelainan lain, tidak ada nyeri tekan.
4) Abdomen
a) Bentuk perut datar, simetris, tidak ada kelainan lain, tidak ada
nyeri tekan di daerah perut, bising usus klien normal yaitu
9x/menit, tidak ada keluhan saat diperkusi, perut tidak
kembung.
b) Posisi umbilikal normal, tidak ada peradangan ataupun
keluaran, keadaan umbilikal bersih, tidak ada kelainan lain
pada umbilikal.
5) Genitalia
a) Tidak ada kelainan pada genetalia, bentuk simeris tidak ada
varises, edema, tumor/ benjolan, infeksi, luka atau iritasi,
pengeluaran cairan atau darah
b) Pada pemeriksaan rektum normalnya tidak ada nyeri, tidak
terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan
pendarahan tetapi pada pasien dengan hemoroid di temukan
pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat
benjolan pada anus, nyeri pada anus, serta danya perdarahan.
22
6) Kulit dan Kuku
a) Warna kulit pucat, tidak ada lesi maupun edema, warna kuku
pucat hampir berwarna putih, bentuk kuku normal, kuku
tebal, tekstur kuku lembut, kelembapan kulit kurang, turgor
kulit normal, pengisian kapiler / capillary refill lambat yaitu
lebih dari 3 detik.
7) Ekstermitas
a) Atas
Bentuk kedua tangan simetris, tidak ada kelainan lain,
reflek bisep dan trisep klien normal, terbukti saat dilakukan
ketukan di lekukan sikut dan di sikut menggunakan reflek
hammer adanya gerakan spontan di ujung ekstermitas.
Tangan kanan klien terpasanng infus, tingkat kekuatan otot
klien 4 dari 5 (cukup kuat tetapi tidak dengan kekuatan penuh
dan dapat menahan tahanan)
b) Bawah
Bentuk kedua kaki simetris, tidak ada kelainan lain, reflek
patella normal terbukti saat dilakukan ketukan di lutut
menggunakan reflek hammer adanya gerakan spontan di
ujung ekstermitas. Reflek achilles normal terbukti saat
dilakukan ketukan dipergelangan kaki dan kemudian adanya
gerakan spontan pada kaki. Reflek plantar / babinski normal
terbukti saat telapak kaki di sentuh klien merasa geli. Tingkat
kekuatan otot kaki klien yaitu 5 dari 5 (kekuatan kontraksi
penuh dan dapat menahan tahanan dengan baik).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
23
5. Intoleransi aktivitas b.d cepat lelah, kelemahan fisik umum respons
sekuder dari anemia.
6. Kecemasan pasien dan keluarga b.d prognosis penyakit, rencana
pembedahan (Muttaqin & Sari, 2011).
C. RENCANA KEPERAWATAN
24
yang menjadi stimulus nyeri sehingga
dapat menurunkan respon nyeri.
Pemberian es dapat meningkatkan
vasokontriksi lokal sehingga menurunkan
4. Beri es pada kindisi nyeri akibat rangsang nyeri dari trombus hemoroid.
thrombus pada hemoroid eksternal Istirahat secara fisiologis akan
menurunkan kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
5. Istirahatkan pasien pada saat nyeri metabolisme basal.
muncul Pengaturan posisi semifowler dapat
membantu merelaksasi otot-otot abdomen
pascabedah sehingga dapat menurunkan
6. Atur posisi fisiologis stimulus nyeri dari luka pascabedah
Meningkatkan intake oksigen sehingga
akan menurunkan nyeri sekunder dari
penurunan oksigen local
Distraksi pengalihan perhatian dapat
7. Ajarkan teknik relaksasi pernafasan menurunksn stimulis internal
dalam pada saat nyeri muncul
25
nyeri dapat berkurang.
2. Agen antidiare Agen diare terkadang diperlukan pada
pasien untuk menurunkan efek
hipermotilitas (Thornton, 2009)
26
kuat karena dapat menyebabkan hemoroid
membesar.
Jelaskan tentang terapi skleroterapi Peran perawat menklasifikasi pemberian
penjelasan medis mengenai terapi
skleroterapi. Skleroterapi adalah
penyuntikan larutan kimia kearea pleksus
hemoroidalis yang kemudian menjadi
fibrotik dan kemudian jaringan perut
sehingga tidak terjadi lagi pelebara vena.
Jelaskan tentang prosedur pembedahan Operasi hemoroid dapat dilakukan dengan
menggunakan anestasi lokal dengan obat
penenang IV. Regional atau teknik
anastesi umum juga digunakan.
1. Diskusikan jadwal pembedahan Pasien dan keluarga harus diberitahu
kapan waktu dimulainya pembedahan.
Apabila rumah sakit memiliki jadwal
kamar operasi padat, lebih baik pasien dan
keluarga diberitahu mengenai banyak
jadwal operasi yang telah ditetapkan
sebelum pasien.
2. Persiapan administrasi dan Pasiean sudah menyelesaikan administrasi
informed consent dan mengetahui secara finansial biaya
pembedahan. Pasien sudah dapat
menjelaskan tentang pembedahan
kolektomi atau kolostomi oleh tim bedah
dan menandatangani informed consent.
Pagi hari sebelum pembedahan maka
3. Persiapan intestinal lakukan pemberian laksatif salin ringan
dan pemberian dengan hati-hati enema
pembersih mungkin cukup diberikan pada
pasien.
Puasa dlakukan minimal 6-8 jam sebelim
27
4. Persiapan puasa dilakukan pembedahan.
Pencukuran area operasi dilakukan secara
5. Pencukuran area operasi hati-hati pada area perianal.
6. Persiapan istirahat dan tidur Istirhat merupakan hal yang paling penting
untuk penyembuhan normal. Kecemasan
tentang pembedahan dapat dengan mudah
mengganggu kemampuan untuk istirahat
atau tidur.
Beritahu pasien dan keluarga kapan Pasien akan mendapatkan manfaat bila
pasien sudah bisa dikunjungi mengetahui kapan keluarga dan temannya
dapat berkunjung setelah pembedaan.
Beritahu pasien tentang managemen Menejemen nyeri dilakukan untuk
nyeri keperawatan meningkatkan kontrol nyeri pada pasien.
Berikan informasi pada pasien untuk Keterlibatan pasien dan keluarga dalam
peawatan dirumah, meliputi: melakukan perawatan rumah pasca bedah
dapat meningkatkan kemandirian dalam
melakukan masalah yang sedang dihadapi.
1. Anjurkan untuk intervensi Hal-hal lain yang dapat dilakukan menurut
pencegahan resiko meliputi:
a) Makanlah berbagai jenis buah dan
sayuran setiap hari.
b) Hindari mengkonsumsi makanan
yang rendah serat. Diet tinggi serat
dapat meningkatkan pasase fese
sehingga konsentrasi feses lembek
padat terbentuk serta tidak
menstimulasi pelebaran pleksus vena.
2. Anjurkan untuk semampunya Beberapa agen nyeri farmakologi biasanya
melakukan managemen nyeri memberikan reaksi negatif pada
nonfarmakologik pada saat nyeri gastrointestinal.
28
Anjurkan kunjungan berkala Monitor pasien secara teratur sampai
mereka sembuh dan tidak memiliki gejala.
Berikan motivasi dan dukungan moral Intervensi dapat meningkatkan keinginan
pasien dalam peningkatan prosedur
pengembalian fungsi pascabedah
kolostomi.
Jaga kondisi balutan dalam keadaan Kondisi bersih dan kering akan
bersih dan kering menghindari kontaminasi komensal-
yang akan memyebabkan proses
penyembuhan luka
29
sekitar drain. merupakan material yang menjadi jalan
masuk kuman. Perawat melakukan
perawtatan luka setiap hari atau
disesuaikn dengan kondisi pembalut
drai, apabila kotor maka harus diganti.
3. Bersihkan luka dan cairan dengan Pembersihan debris dan kuman sekitar
cairan antiseptik jenis iodine luka dengan mengoptimalkan kelebihan
providum dengan cara swabbing dari dari iodine providum sebagai antiseptik
arah dalam ke luar dan dengan arah dalam keluar dapat
mencegah kontaminasi kuman ke
jaringan luka.
4. Bersihkan bekas sisa iodine Antiseptik iodine providum mempunyai
providum dengan alkohol 70% atau kelemahan dalam menurunkan proses
normal salin dengan cara swabbing epitalisasi jaringan sehingga
dari arah dalam ke luar memperlambat pertumbuhan luka, maka
harus dibersihkan dengan alkohol atau
normal salin.
5. Tutup luka dengan kassa steril dan Penutupan scara menyeluruh dapat
tutup seluruh permukaan kassa menghindari kontaminasi dari benda
dengan plester adhesif. atau udara bersentuhan dengan luka
bedah.
30
Intervensi Rasional
Intevensi nonbedah
1. Anjurkan pasien makan dengan Agar makanan dapat lewat dengan
perlahan dan mengunyah makanan mudah ke lambung.
dengan saksama.
2. Evaluasi adanya alergi makanan , dan Beberapa pasien mungkin mengalami
kontraindikasi terhadap makanan. alergi terhadap beberapa komponen
makanan tertentu dan beberapa penyakit
lain, seperti diabetes mellitus,
hipertensi,gout dan lainnya memberikan
manifestassi terhadap persiapan
komposisi makanan yang akan diberikan.
3. Sajikan makanan dengan cara yang Membantu meragsang nafsu makan.
menarik.
4. Fasilitasi pasien memperoleh diet Mempertimbangkan keinginan individu
biasa yang disukai pasien dapat memperbaiki asupan nutrisi.
5. Pantau intake dan output, anjurkan Berguna mengukur keefektifan nutrisi
untuk timbang berat badan secara dan dukungan cairan.
periodic
Intervensi pascabedah
1. Lakukan perawatan mulut. Intervensi ini untuk menurunkan risiko
infeksi oral.
2. Masukkan 10-20 ml cairan sodium Pembersihan ini selain untuk juga untuk
klorida setiap sif melalui selang meningktkan penyembuhan pada area
nasogastrik. pascagastrektomi.
3. Berikan nutrisi cairan melalui selang Pemberian nutrisi cair dilakukan untuk
nasogastrik atau atas instruksi medis memenuhi asupan nutrisi melalui
gastrointestinal. Pemberian nutrisi
melalui nasogastrik harus
dikolaborasikan dengan tim medis yang
merawat pasien
31
4. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan
jenis nutrisi yang akan digunakan komposisi dan jenis makanan yang akan
pasien. diberikan sesuai dengan kebutuhan hidup
5. Hindari makan 3 jam sebelum tidur Intervensi untuk mencegah terjadinya
refluks.
Intoleransi aktivitas b.d cepat lelah, kelemahan fisik umum respons sekuder dari
anemia.
Tujuan : dalam waktu 3 X 24 jam perawatan diri pasien optimal sesuai tingkat
toleransi
individu
Kriteria evaluasi :
1. Kebutuhan sehari-hari pasien dapat terpenuh
2. Pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan intoleransi
aktivitas
3. Pasien mampu mengidentifikasi metode untuk menurunkan intoleransi aktivirtas
4. Tidak terjadi komplikasi sekunder, seperti peningkatan frekuensi pernapasan dan
kelelahan berat setelah 3 menit pasien melakukan aktivitas
Intervensi Rasional
Kaji perubahan pada sistem saraf pusat Identifikasi terhadap kondisi penurunan
dan status kardiorepirasi tingkat kesadaran, khususnya pada pasien
kenker rektum dengan penurunan kalori
protein berat
Pantau respons individu terhadap Pamantauan yang dilakukan, meliputi hal-
aktvitas hal berikut :
a) Ukur nadi, tekanan darah, dan
pernapasan pada saat istirahat
b) Pertimbangkan frekuensi, irama, dan
kualitas
c) Ukur tanda-tanda vital segera setelah
aktivitas
d) Istirahatkan pasien selama 3 menit ukur
32
lagi tanda-tanda vital
e) Hentikan aktivitas pasien berespon
terhadap aktivitas dengan : adanya
keluhan nyeri dada, dispnea, vertigo,
atau konfusi, frekuensi nadi menurun,
tekanan darah sistolik menurun
f) Kurangi intensitas, frekuensi, atau
lamanya aktivitas jika : nadi lebih lama
dari 3-4 menit untuk kembali dal 6
denyut dari frekuensi nadi istirahat
frekuensi pernapasan meningkat
berlebihan setelah aktivitas, dan
terdapat tanda-tanda lain hipoksia
(misalnya : konfusi, vertigo)
Tingkatkan aktivitas secara bertahap a) Untuk pasien yang mengalami
penurunan kalori protein, mulai lakukan
rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari
b) Rencanakan waktu istirahat sesuai
dengan jadwal sehari-hari pasien
c) Pasien juga dudorang untuk membawa
jadwal akivitas dan sasaran aktivitas
fungsional
d) Tingkatkan toleransi terhadap aktivitas
dengan mendorong pasien melakukan
aktivitas lebih lambat
e) Anjurkan pasien untuk mengenakan
sepatu yang nyaman
Ajarkan mengenai metode penghematan a) Luangkan waktu istirahat selama
energi untuk aktivitas aktivitas, dalam interval selama siang
hari dan satu jam setelah makan
b) Lebih baik dari pada berdiri saat
melakukan aktivitas kecuali hal ini
33
memungkinkan
c) Saat melakukan tugas, istirahat setiap 3
menit selama 5 menit untuk
menurunkan kebutuhan suplai darah
dari jantung dan menurunkan kebutuhan
metabolisme hati
d) Hentikan aktivitas jika pasien keletihan
atau terlihat tanda-tanda sesak napas
Beriakn bantuan sesuai tingkat toleransi Teknin penghematan energi menurunkan
(makan, minum, mandi, berpakain, dan penggunaan energi
eliminasi)
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam pasien secara subjektif melaporkan rasa cemas
berkurang.
Kriteria Evaluasi :
1. Pasien mampu mengungkapkan prasaan nya kepada perawat.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan keterampiloan pemecahan masalahnya dan
perubahan koping yang digunakan sesuai situasi yang dihadapi.
3. Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan atau ketakutan dibawah standar
4. Pasien dapat rileks dan tidur atau sistirahat dengan baik.
Intervensi Rasional
34
individu yang memiliki stoma permanen.
2. Anjurkan pasien dan keluarga untuk Memeberikan kesempatan utnuk
mengungkapkan dan berkonsentrasi, kejelasan dan rasa takut
mengekspresikan rasa takutnya dan mengurangi cemas yang berlebihan
3. Beri dukungan prabedah Hubungan emosional yang baik antara
perawat dan pasien akan memengaruhi
penerimaan pasien dengan pembedahan.
Aktif mendengar semua kekhawatiran dan
keprihatinan pasien adalah bagian penting
dari evaluasi praoperatif. Keterbukaan
mengenai tindakan bedah yang akan
dilakukan pilihan anastesi dan perubahan
atau kejadian pascaoperatif yang
diharapkan akan menghilangkan banyak
ketakutan tak berdasar terhadap anastesi.
Bagi sebagian besar pasien pembedahan
adalah suatu peristiwa hidup yang
bermakna. Kemampuan perawat dan
dokter untuk memandang pasien dan
keluarganya sebagai manusia yang layak
untuk didengarkan dan dimintai pendapat,
ikut menetukan hasil pembedahan. Egbert
et al (1963, dikutip Gruendemman,2006)
memperlihatkan bahwa kecemasan pasien
yang dikunjungi dan dimintai pendapat
sebelum dioprasi akan berkurang saat tiba
dikamar operasi dibandingkan mereka
yang hanya sekedar diberi pramedikasi
dengan fenobarbital . kelompok yang
mendapat pramedikasi melaporkan rasa
mengantuk tetapi tetap cemas.
4. Bantu pasien meningkatkan citra Perubahan yang terjadi pada citra tubuh
35
tubuh dan beri kesempatan pasien dan gaya hidup sering sangat mengganggu,
mengungkapkan perasaan nya. oleh karena itu pasien memerlukan
dukungan empatis dalam mencoba
menyesuaikan nya. Oleh karena stoma
ditempatkan pada abdomen, pasien dapat
berfikir bahwa setiap orang akan melihat
ostomi. Perawat dapat membantu
mengurangi ktakutan ini dengan
memberikan informasi aktual tentang
prosedur pembedahan dan pembentukan
serta penatalaksanaan ostomi. Apabila
pasien menghendaki, diagram, foto dan
sladt dapat digunakan untuk menjelaskan
dan memperjelas. Pasien juga dapat
mengalami stres emosional, perawat perlu
mengulang beberapa informasi. Berikan
kesempatan pada pasien untuk mengajukan
pertanyaan.
5. Berikan privasi untuk orang Memberi waktu untuk mengekspresika
terdekat perasaan, menghilangkan cemas dan
perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan
teman-teman yang dipilih pasien yang
melayani aktifitas dan pengalihan (
misalnya membaca) akan menurunkan
perasaan terisolasi .
Kolaborasi : Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
1. Berikan anti cemas sesuai indikasi kecemasan.
contohnya diazepam.
36
D. EVALUASI
37
DAFTAR PUSTAKA
Carolina, L., Syamsuri, K., & Manawan, E. (2014). Hemoroid Dalam Kehamilan.
April 2014, MKS, Th. 46, No. 2.
(http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/article/download/2699/pdf), Diakses 27
April 2017 11.00
Masrul, Muthmainnah, A., & Zahari, A. (2015). Peranan Diet Rendah Serat
terhadap Timbulnya Hemoroid di RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas.
(http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/254/243), Diakses 27
April 2017 10.30
38
Suprijono, M. A. (2009). Hemoroid. Juni-Agustus 2009, Sultan Agung Vol XlIV,
No. 118.
(http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/download
/10/7), Diakses 27 April 2017 12.30
39