Anda di halaman 1dari 14

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Gangguan Pendengaran Akibat Bising :


Tinjauan Beberapa Kasus

Jacky Munilson, Yan Edward, Al Hafiz


Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas - RSUP Dr. M. Djamil Padang

Abstrak
Telinga melalui suatu proses pendengaran yang kompleks merupakan pintu
masuk komunikasi dan informasi. Lingkungan kerja yang bising dapat menyebabkan
gangguan pendengaran yang permanen. Program-program pencegahan harus
dilakukan untuk menghindari gangguan pendengaran akibat bising.
Deteksi dini berupa pemeriksaan audiometri nada murni dilakukan secara
berkala minimal sekali dalam setahun pada pekerja dengan lingkungan kerja yang
bising. Pemeriksaan ini sangat diperlukan untuk mengetahui perubahan ambang
dengar pekerja tersebut. Konseling dan pendidikan kesehatan harus dilakukan pada
semua pekerja yang memiliki risiko tinggi terjadinya gangguan pendengaran akibat
bising.
Telah dilaporkan enam kasus gangguan pendengaran akibat bising. Enam
kasus gangguan pendengaran akibat bising pada pemeriksaan audiometri nada
murni terdapat gambaran khas takik pada frekuensi 4.000 Hz.

Kata kunci : Gangguan pendengaran, bising, audiometri nada murni.

Abstract
Ear has function as the channel of communication and information through the
complex of auditory process. Occupational noise can make a permanent lose of hearing.
A preventive program should be established considering the amount of damage the
noice induced hearing loss.
Preventive program like a periodic pure tone audiometric measurements should
be carried out among workers, at least one per year specially for workres in noise
occupational. Adequate counselling and health education should be conducted annually
for all factory stuff with high risk to noise induced hearing loss.
Six cases of noise induced hearing loss were reported. Six cases lose of hearing
caused by occupational noise in a long time. The audiogram in case of noise induced
hearing loss is characterized a dip in 4.000 Hz frequency.

Key words : Hearing loss, noise, pure tone audiometry.

PENDAHULUAN satu efek dari sektor industri dapat


Kemajuan teknologi di sektor menimbulkan gangguan pendengaran
industri, telah berhasil menciptakan atau ketulian pada seseorang yang
berbagai macam produk mesin yang bekerja atau berada di lingkungan
dalam pengoperasiannya seringkali industri.1
menghasilkan polusi suara atau Gangguan pendengaran akibat
timbulnya bising di tempat kerja. Suara bising dapat terjadi secara mendadak
bising atau polusi suara, sebagai salah atau perlahan, dalam waktu hitungan

1
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

bulan sampai tahun. Hal ini sering tidak pendengaran. Dalam perjalanannya
disadari oleh penderitanya, sehingga getaran bunyi akan mengalami
pada saat penderita mulai mengeluh penguatan melalui efek pengungkit
kurang pendengaran, biasanya sudah rantai tulang pendengaran yang
dalam stadium yang tidak dapat memberikan penguatan sebesar 1,3 kali
disembuhkan (irreversible). Pada kasus- dan efek hidrolik membran timpani
kasus tertentu, gangguan pendengaran sebesar 17 kali. Total penguatan bunyi
akibat bising mulai berlangsung antara yang terjadi sebesar 25 sampai 30 dB.
6 sampai 10 tahun lamanya setelah Penguatan bunyi ini diperlukan agar
terpajan bunyi yang keras.1,2,3 bunyi mampu merambat terus ke
perilimfe. Getaran bunyi yang telah
Anatomi dan Fisiologi Pendengaran diperkuat selanjutnya menggerakkan
stapes yang menutup foramen ovale.
Pada frekuensi sonik gerakan perilimfe
dalam skala vestibuli menyebabkan
getaran langsung ke arah skala media
dan menekan membran basilaris.6,7
Gerakan membran basilaris akan
menyebabkan gesekan membran
tektoria terhadap rambut sel-sel
sensoris. Pergerakan sel rambut
menyebabkan perubahan kimiawi yang
akhirnya menghasilkan listrik biologik
dan reaksi biokimiawi pada sel sensorik
Gambar 1. Telinga Dalam.6 sehingga timbul muatan listrik negatif
pada dinding sel. Ujung saraf VIII yang
Telinga dalam terletak di pars menempel pada dasar sel sensorik akan
petrosa atau pars piramida tulang menampung mikroponik yang
temporal dan terdiri dari koklea, terbentuk. Lintasan impuls auditori
vestibulum dan tiga buah kanalis selanjutnya menuju ganglion spiralis
semisirkularis. Koklea merupakan korti, saraf VIII, nukleus koklearis di
bagian telinga dalam yang terdapat pada medula oblongata, kolikulus superior,
pars petrosa tulang temporalis. Organ korpus genukulatum medial, korteks
korti terletak pada membran basilaris auditori di lobus temporalis serebri.6,7
yang merupakan struktur yang
mengandung sel-sel reseptor LAPORAN KASUS
pendengaran, terbentang dari basis
sampai apeks koklea.4,5 Laporan Kasus 1
Bunyi yang dilepaskan dari Seorang pasien laki-laki umur 52
sumber bunyi, akan dihantarkan melalui tahun datang ke poliklinik Neurotologi
udara sehingga mencapai aurikula. THT RSUP Dr. M. Djamil Padang, yang
Selanjutnya diteruskan ke telinga dirujuk dari poliklinik sebuah
tengah melalui meatus akustikus perusahaan semen di kota P untuk
eksternus dan akan menggetarkan pemeriksaan tes pendengaran. Pasien
membran timpani. Disini terjadi tidak mengeluhkan adanya gangguan
penguatan bunyi sebesar 15 dB pada pendengaran, telinga berdenging
frekuensi antara 2 sampai 5 kH. maupun keluhan lainnya pada telinga.
Selanjutnya getaran bunyi akan melalui Tidak ada riwayat menderita penyakit
media padat yaitu tulang-tulang

2
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

yang menahun dan konsumsi obat Laporan Kasus 3


dalam jangka waktu yang lama. Seorang pasien laki-laki umur 55
Pasien bekerja di bagian tahun datang ke poliklinik Neurotologi
pengecekan akhir (Quality Control), 9 THT RSUP Dr. M. Djamil Padang, rujukan
jam sehari (dari jam 8 pagi sampai jam poliklinik sebuah perusahaan untuk
17 sore). Pasien telah bekerja di bagian dilakukan tes pendengaran. Pasien
tersebut selama 28 tahun. mengeluhkan telinga kanan dan kiri
Pada pemeriksaan status lokalis agak berkurang pendengarannya sejak
THT, ditemukan hasil dalam batas 1 bulan terakhir. Riwayat telinga kanan
normal. Pemeriksaan penunjang berupa berair sejak umur 10 tahun. Sekarang
audiometri nada murni didapatkan tidak berair. Tidak ada riwayat
telinga kanan tuli konduktif ringan, menderita penyakit yang menahun dan
ambang dengar 27,5 dB dengan takik konsumsi obat dalam jangka waktu yang
pada frekuensi 4.000 Hz (50 dB). Pada lama.
telinga kiri ambang dengar 20 dB Pasien bekerja di bagian mesin
dengan takik pada frekuensi 4.000 Hz pengepakan semen selama 9 jam
(35 dB). sehari. Pasien telah bekerja pada bagian
tersebut selama 29 tahun.
Laporan Kasus 2 Pada pemeriksaan status lokalis
Seorang laki-laki umur 54 tahun THT, pada telinga kanan ditemukan
datang ke poliklinik Neurotologi THT perforasi subtotal dan tidak ditemukan
RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan cairan. Pada telinga kiri dalam batas
membawa rujukan poliklinik normal. Hidung dan tenggorok tidak
perusahaan semen di kota P untuk tes ditemukan kelainan.
pendengaran. Pasien tidak mengeluhkan Dari pemeriksaan audiometri
adanya penurunan pendengaran, telinga nada murni didapatkan telinga kanan
berdenging atau keluhan lainnya pada tuli konduktif derajat sedang dengan
telinga. Tidak ada riwayat telinga berair ambang dengar 50 dB dengan
atau trauma pada kedua telinga. Tidak penurunan di frekuensi 4.000 Hz (85
ada riwayat menderita penyakit atau dB) dan 8.000 Hz (95 dB). Pada telinga
konsumsi obat dalam jangka waktu yang kiri tuli konduktif derajat ringan dengan
lama. ambang dengar 30 dB, penurunan di
Pasien bekerja pada bagian frekuensi 4.000 Hz (50 dB) dan 8.000
pengeboran bahan baku semen di bukit Hz (65 dB).
kapur. Lama bekerja 9 jam sehari.
Pasien telah bekerja di bagian Laporan Kasus 4
pengeboran 26 tahun. Seorang pasien laki-laki umur
Pada pemeriksaan status lokalis 33 tahun, datang ke poliklinik
THT ditemukan dalam batas normal. Neurotologi THT RSUP Dr. M. Djamil
Pemeriksaan audiometri nada murni untuk tes pendengaran. Pasien tidak
telinga kanan tuli sensorineural ringan, mempunyai keluhan pendengaran atau
ambang dengar 27,5 dB dengan keluhan telinga lainnya. Tidak ada
penurunan pada frekuensi 3.000 Hz (55 riwayat menderita penyakit atau
dB) dan 4.000 Hz (60 dB). Pada telinga konsumsi obat dalam jangka waktu yang
kiri, tuli konduktif ringan ambang lama.
dengar 32,5 dB dengan penurunan pada Pasien bekerja di bagian mesin
frekuensi 3.000 Hz (60 dB) dan 4.000 Hz produksi semen selama 13 tahun,
(50 dB). selama 9 jam sehari.

3
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Pada pemeriksaan lokalis THT Laporan Kasus 6


tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan Seorang pasien laki-laki umur 35
audiometri nada murni didapatkan tahun, datang ke poliklinik Neurotologi
telinga kanan ambang dengar normal THT RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan
17,5 dB dengan penurunan pada membawa rujukan Poliklinik
frekuensi 4.000 Hz (50 dB) dan 8.000 Hz perusahaan semen dengan keluhan
(45 dB). Sedangkan telinga kiri ambang pendengaran kedua telinga berkurang.
dengar normal 22,5 dB dengan Tidak ada riwayat infeksi di kedua
penurunan pada frekuensi 4.000 Hz (50 telinga sebelumnya. Begitu juga dengan
dB) dan 8.000 Hz (40 dB). riwayat trauma pada kedua telinga.
Tidak ada riwayat menderita penyakit
Laporan Kasus 5 atau konsumsi obat dalam jangka waktu
Seorang pasien laki-laki umur 37 yang lama.
tahun, datang ke poliklinik Neurotologi Pasien telah bekerja di bagian
THT RSUP Dr. M. Djamil dengan keluhan mesin pemotongan kertas semen,
pendengaran kedua terasa berkurang. selama 20 tahun. Bekerja selama 7-11
Tidak ada riwayat keluar cairan dari jam dalam sehari.
kedua telinga atau riwayat trauma Pemeriksaan status lokalis THT
sebelumnya. Tidak ada riwayat didapatkan dalam batas normal.
menderita penyakit yang menahun dan Pemeriksaan audiometri nada murni
konsumsi obat dalam jangka waktu yang didapatkan telinga kanan tuli
lama. sensorineural sedang berat 56,25 dB
Pasien merupakan seorang dengan takik pada frekuensi 4.000 Hz
tentara pada bagian infantri. Telah (75 dB). Telinga kiri tuli sensorineural
bertugas selama 15 tahun. Sering ringan 31,25 dB dengan takik pada
terpajan bunyi keras dari letusan frekuensi 4.000 Hz (45 dB).
senjata seperti meriam dan pelontar
roket. Salah satu senjata bahkan dapat DISKUSI
terdengar dari jarak 300 meter. Bising didefinisikan sebagai
Pasien sudah terbiasa memakai suara yang dihasilkan oleh gelombang
pelindung telinga dari bunyi tersebut akustik dengan intensitas dan frekuensi
dengan selonsong peluru. yang acak. Seperti yang terdapat dalam
Pasien latihan militer gabungan industri, bising adalah suara yang tidak
secara rutin sebanyak 3 kali setahun, diinginkan dan merupakan energi yang
masing-masing selama 1 bulan. Selama terbuang. Dua aspek gelombang tekanan
latihan sering terpajan bunyi keras dari yang penting untuk terjadinya ketulian
letusan senjata. akibat paparan bising: 1). Frekuensi,
Pada pemeriksaan fisik THT yaitu jumlah fluktuasi dalam satu detik,
tidak ditemukan kelainan. Audiometri 2). Tingkat tekanan suara yang
nada murni telinga kanan didapatkan menandakan besarnya fluktuasi.5
ambang dengar normal 23 dB dengan Prevalensi terjadinya gangguan
penurunan pada frekuensi 4.000 Hz (45 pendengaran akibat bising dari tahun ke
dB) dan 8.000 Hz (50 dB). Sedangkan tahun cenderung meningkat. Viraporn8
telinga kiri tuli sensorineural ringan menemukan angka prevalensi gangguan
32,5 dB dengan takik pada frekuensi pendengaran akibat bising di Thailand
4.000 Hz (65 dB). meningkat dari tahun 1988 (28,1%) ke
tahun 2001 (35,2%).
Pada tinjauan beberapa kasus ini,
5 kasus berasal dari bising akibat pabrik

4
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

dan 1 kasus bising akibat non pabrik ketulian akibat pajanan bising, atau tuli
(anggota militer). Hampir di semua mendadak akibat ledakan hebat,
negara industri, gangguan pendengaran dentuman, tembakan pistol, serta
akibat bising telah menjadi suatu trauma langsung ke kepala dan telinga.
masalah yang serius dan menghabiskan Trauma akustik berarti kerusakan pada
banyak biaya di tengah masyarakat. Di elemen saraf di telinga dalam akibat
Amerika Serikat, berdasarkan National pajanan energi akustik yang kuat dan
Institute for Deafness and tiba-tiba.7 Pada kasus ini yang terkena
Communication Disorders (NIDCD) dan hanya telinga kiri (tuli saraf ringan 32,5
Occupational Safety and Health dB). Satu atau kedua telinga dapat
Administrasion (OSHA) mengatakan terkena dan dapat merupakan tuli
bahwa lebih 30-40 juta masyarakat AS konduktif atau tuli sensorineural.7
terpajan bunyi bising, dan setengah Militer adalah salah satu bidang yang
diantaranya adalah pekerja aktif, berisiko tinggi terjadinya trauma
sehingga gangguan pendengaran akibat akustik.10
bising ini merupakan penyakit akibat Dilihat berdasarkan jenis
kerja yang menghabiskan cukup banyak kelaminnya, angka kejadian gangguan
biaya kesehatan. Bidang pekerjaan pendengaran akibat bising ini lebih
seperti militer, pabrik, konstruksi, sering terjadi pada laki-laki
pertanian, pertambangan terutama yang dibandingkan pada perempuan, dengan
berada di negara berkembang rasio 9,5 : 1.11 Usia rata-rata terjadinya
melaporkan perlunya program gangguan ini berkisar pada usia
konservasi pendengaran akibat bising.2,9 produktif yaitu antara usia 20-50
Terdapat 2 jenis kelainan yang tahun.11 Pada laporan kasus ini, semua
berhubung dengan pemaparan bising penderita adalah laki-laki dan berusia
yaitu trauma akustik dan gangguan antara 30-55 tahun. Guerra3 di Brazil
pendengaran akibat bising (noise juga melaporkan pekerja usia di atas 50
induced hearingloss/NIHL). Keduanya tahun, memiliki prevalensi kejadian
mengakibatkan kerusakan pendengaran gangguan akibat bising sebesar 48,4%.
dengan menyebabkan beberapa Dari keluhan telinga, ada 3
kerusakan pada telinga, terutama kasus yang datang dengan keluhan
telinga dalam. Kerusakan telinga dalam telinga mereka berkurang
sangat bervariasi dari kerusakan ringan pendengarannya. Seperti yang
pada sel rambut sampai kerusakan total dikatakan Fox, apabila telinga normal
organ korti. Segera setelah terjadi terpajan bising pada intensitas yang
pemaparan bising yang mendadak dan merusak selama periode waktu yang
merusak, sel-sel dan jaringan telinga lama, akan terjadi penurunan
dalam mengalami trauma, degenerasi pendengaran yang temporer, yang akan
atau perbaikan. Paparan bising pada menghilang setelah beristirahat
fase akut dengan intensitas paparan beberapa menit atau beberapa jam.
140 dB atau lebih, menyebabkan trauma Kurang pendengaran temporer ini
akustik segera dan seketika terjadi merupakan fenomena yang fisiologis
kurang pendengaran.7 dan disebut sebagai perubahan ambang
Dari 6 kasus ini, dapat kita temporer (Temporary threshold shift).
kelompokkan menjadi dua yaitu 1 Diduga terjadi perubahan metabolik di
kasus (anggota militer) sebagai trauma sel rambut, perubahan kimia di dalam
akustik dan 5 kasus ketulian akibat cairan telinga dalam atau perubahan
pemaparan bising. Istilah trauma vaskuler di telinga dalam. Adaptasi
akustik dipakai untuk menyatakan merupakan fenomena yang segera

5
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

terjadi, ketika bunyi sampai ke telinga pembagian level kebisingan di berbagai


dan meninggikan ambang dengar.5 jenis industri (dalam desibel)1:
Bila pemaparannya lebih lama o Industri tekstil 102 114
dan atau intensitasnya lebih besar, akan o Industri kimia 93 103
tercapai suatu tingkat ketulian yang o Mesin pertanian 90 102
tidak dapat kembali lagi ke pendengaran o Tambang minyak 90 119
semula. Keadaan itu dinamakan ketulian o Lalu lintas padat 60 102
akibat bising (noise induced hearing loss) o Stasiun kereta api 90 102
atau perubahan ambang dengar
permanen (permanent threshold Pekerja ini bekerja rata-rata 9
shift/PSS).5 jam sehari. Berdasarkan kutipan Fox
Stadium dini dari tuli akibat dari Ballenger, untuk kebisingan di atas
pemaparan bising ditandai dengan 100 dB, hanya boleh terpajan tidak
kurva ambang pendengaran yang curam boleh lebih dari 2 jam per hari. Pekerja
pada frekuensi 3.000 Hz dan 8.000 Hz, ini lebih dari 9 jam per hari, merupakan
biasanya timbul pertama kali pada suatu faktor risiko untuk terjadinya
frekuensi 4.000 Hz. Pada fase dini ketulian akibat bising.5,7
mungkin pekerja hanya mengeluh Tabel 1. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja
tinitus, suara yang teredam, rasa tidak yang Diperkenankan.13
nyaman di telinga atau penurunan
pendengaran yang temporer, yang
terasa pada waktu bekerja atau pada
waktu akan meninggalkan tempat kerja,
tetapi kemudian pendengaran terang
kembali setelah beberapa jam jauh dari
lingkungan bising.5
Keluhan nyeri telinga dan vertigo
jarang ditemukan. Selama paparan
bising berlangsung, ketulian menyebar Pada tabel 1 di atas terlihat
ke dua arah tetapi hanya ada sedikit bahwa untuk pekerja yang bekerja 8
efek pada pendengaran. Gangguan jam per hari secara terus menerus
pendengaran biasanya tidak disadari dengan waktu kerja 75% maka harus
sampai ambang pendengaran bunyi memiliki waktu istirahat sebesar 25%.
nada percakapan 500, 1.000, 2.000 dan Pada pekerja dalam laporan kasus ini
3.000 Hz lebih dari 25 dB.5 hanya memiliki waktu istirahat selama
Ketulian berat dapat timbul pada 30 menit sampai 60 menit selama 9 jam
frekuensi 3.000-8.000 Hz, mungkin bekerja dalam sehari. Hal ini merupakan
menyebabkan keluhan subjektif sedikit faktor risiko terjadinya kelelahan
saja mengenai perubahan pendengaran. termasuk gangguan pendengaran.13
Awal dan perkembangan tuli saraf
akibat bising lambat dan tidak jelas, dan
pekerja mungkin tidak sadar akan
gangguan pendengarannya atau tidak
peduli. Secara otoskopik gendang
telinga tampak normal.
Penderita bekerja di pabrik
semen. Pabrik semen termasuk industri
kimia sumber kerusakan pendengaran
akibat bising. Dari Subroto, ada

6
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Tabel 2. Nilai Ambang Kebisingan.13 melampaui NAB, juga ditetapkan waktu


pemajanan per harinya.12,13
Intensitas Karena terkendala izin dari pihak
Waktu Pemajanan
Kebisingan perusahaan atau atasan, maka tidak
per Hari
dalam dB
semua tempat pasien ini bekerja dapat
8 jam 85
diukur tingkat kebisingannya. Berikut
4 88 ini adalah daftar nilai ambang
2 91 kebisingan di beberapa titik pekerja
1 94 pada pabrik semen X, tempat pasien-
30 menit 97 pasien ini bekerja. Waktu pengukuran
15 100 pada siang hari.
7,5 103
Intensitas
3,75 106
Tempat Kebisingan
1,88 109 (dB)
0,94 112 Mesin Pengolahan 80 - 81
28,12 detik 115 dan Gear Box
Pembersihan (gas) 90 - 95
14,06 118
Packer (alat 78 - 80
7,03 121 pengisian ke kantong
3,52 124 semen)
1,76 127 Screw Conveyor (alat 83 -84
0,88 130 transportasi semen)
Ruang Mesin 92
0,44 133
Mesin Truck 99 106
0,22 136
Compressor 94 - 96
0,11 139
Tidak boleh terpajan lebih dari
140 dB walaupun sesaat Pada tabel di atas terlihat masih
ada beberapa tempat di area pabrik
yang tingkat kebisingannya di atas
Dalam menentukan Nilai Ambang ambang yang dibolehkan. Seperti pada
Batas (NAB) tiap negara juga berbeda ruang mesin tingkat kebisingannya 92
misalnya1: dB.
Belgia dan Brasil 80 dB. Dilihat dari lama bekerjanya,
Denmark, Finlandia, Italia, Swedia, pada tinjauan kasus ini, semua di atas
Swiss dan Rusia 85 dB. 10 tahun (13-29 tahun). Sesuai juga
Australia (hanya Tasmania), dengan penelitian yang dilakukan
Kanada, Jerman, Inggris, Amerika Guerra di Meksiko yang mendapatkan
Serikat dan Jepang 90 dB. 38,7% dari pekerja yang mengalami
Lokakarya Hiperkes di Bogor gangguan pendengaran akibat bising,
tanggal 18-22 Februari 1974 telah telah bekerja di atas 20 tahun.
memutuskan NAB untuk kebisingan Sedangkan terbanyak kedua (20%)
suara di perusahaan-perusahaan telah bekerja antara 11-20 tahun.3
sebesar 85 dB. Hal ini dikuatkan oleh Sedangkan menurut Joem, telinga yang
adanya Keputusan Menteri Tenaga Kerja terpajan bising lebih dari 10-15 tahun,
Republik Indonesia no. KEP- akan meningkatkan risiko terjadinya
51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang gangguan pendengaran akibat bising.14
Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, Semua pasien memakai alat
dimana NAB kebisingan ditetapkan pelindung telinga berupa ear plug dan
sebesar 85 dB. Kebisingan yang ear muff. Tapi dari anamnesis

7
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

didapatkan bahwa pasien sering pertimbangan kembali dalam memakai


melepas alat pelindung telinga karena alat pelindung pendengaran.
alasan kerusakan pada alat pelindung Kasus ke-6, penderita mengalami
tersebut sehingga tidak berfungsi lagi tuli saraf sedang berat (56,25 dB) pada
dengan baik. Sedangkan untuk telinga kanan sehingga sudah
penggantian alat sering membutuhkan mengganggu pendengarannya.
waktu yang lama. Pada laporan kasus Pertimbangan untuk pemakaian alat
ini, untuk pasien yang belum ada bantu dengar dapat dilakukan.
keluhan (kasus 1, 2 dan 4), dianjurkan Penderita gangguan pendengaran
untuk memakai alat pelindung telinga dengan ambang dengar 55-70 dB
yang sesuai dengan standar kesehatan. memerlukan alat bantu dengar untuk
Hal ini sangat penting dilakukan sebagai memudahkan berkomunikasi.18
upaya untuk menyelamatkan Di Indonesia telah dibuat aturan
pendengaran yang masih baik. Sesuai tentang penetapan NAB ini yang
dengan yang dikatakan oleh Mathur6, dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja
bahwa pendengaran yang telah nomor KEP-51/MEN/1999.
terganggu akibat bising tidak dapat Perlindungan pekerja seharusnya lebih
disembuhkan. Usaha pengobatan dan terjamin dengan adanya peraturan ini.
pencegahan ditujukan untuk mencegah Adanya sanksi terhadap perusahaan
kerusakan lebih lanjut pada sel rambut yang kurang memperhatikan
luar dari koklea.15 keselamatan pekerja termasuk
Untuk kasus ke-3, gangguan pendengaran merupakan hal yang harus
pendengaran akibat bising yang disertai dipertimbangkan.
infeksi telinga tengah, dengan Sedangkan bagi pekerja baik
audiometri tuli konduktif sedang berat, yang belum atau sudah terpajan bising
dianjurkan untuk tindakan operasif diberikan perlindungan menurut tata
sehingga ambang dengarnya diharapkan cara medis berupa: 12,14
dapat lebih baik. Infeksi telinga tengah 1). Pengendalian analisa bising (control
dengan gangguan konduksi sedang of noise exposure):
berat, dianjurkan untuk dilakukan a. Program analisa bising/noise
terapi pembedahan. Menurut Probst analysis
dkk16, ketika infeksi telinga tengah telah - Mengukur intensitas bising dan
kering selama lebih kurang 3 bulan, frekuensinya. Tujuannya untuk
operasi penutupan membran timpani mendapat catatan tentang keadaan
telah dapat dilakukan. maksimum, rata-rata, minimum,
Kasus ke-5, dimana pasien fluktuasi jenis intermitensi dan
merupakan seorang anggota militer, ketetapan (steadiness) bising. Untuk
akan lebih sulit untuk menganjurkan pengukuran bising dipakai alat
pemakaian alat pelindung pendengaran Sound Level Meter (SLM). Ada yang
karena berhubungan dengan mobilitas dilengkapi dengan Octave Band
atau pergerakan selama latihan. Tapi Analyser/OBA. Alat SLM dan OBA
seperti yang disampaikan oleh tersebut tidak dapat dipergunakan
Budiyanto 17 bahwa angka kejadian untuk pengukuran-pengukuran
trauma akustik pada taruna Akademi impulse noise.
Polisi Semarang semakin meningkat - Mencatat jangka waktu terkena
sesuai dengan tingkatan kelas atau bising (noise exposure time).
sangat dipengaruhi oleh frekuensi dan Makin tinggi intensitas bising,
lama latihan. Kenyataan ini harus jadi jangka waktu terkena yang
diizinkan menjadi semakin pendek.

8
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Seperti untuk sound level 115 dB, 2). Pengukuran pemeriksaan


waktu terkena yang diizinkan hanya pendengaran para pekerja dengan
15 menit sehari. Bahkan untuk audiometri nada murni, yang terdiri
sound level 140 dB, tidak boleh atas:
terpajan walaupun sesaat.13 a. Pengukuran pendengaran sebelum
b. Pengurangan jumlah bising di karyawan diterima bekerja di
sumber bising. Di sini termasuk lingkungan bising (pre employment
pengurangan bising di tahap hearing test). Termasuk masyarakat
perencanaan mesin dan bangunan, yang berada di lingkungan bising
di mana mesin di tempatkan diperiksa pendengarannya.
(engineering control program). b. Pengukuran pendengaran secara
c. Pengurangan jumlah bising yang berkala dan teratur, misalnya 6
dirambatkan melalui udara. bulan sekali. Agar didapatkan
Pemasangan peredam, penyekat gambaran-gambaran dasar dari
mesin dan bahan-bahan penyerap kemampuan pendengaran pekerja
suara. dan masyarakat di lingkungan
d. Alat-alat pelindung telinga (ear bising.
protector) untuk para karyawan: Dalam pemeriksaan audiometri
- Yang paling sederhana adalah perlu diperhatikan faktor-faktor:
dengan menggunakan kapas. Kapas Usia.
ini dapat mengurangi 10-15 dB Lama kerja atau tinggal di
pada frekuensi 1.000-1.800 Hz. lingkungan bising.
- Ear plug/mold. Suatu alat yang Lama kerja atau tinggal di
dimasukkan ke dalam telinga, dapat lingkungan bising sebelumnya.
dibuat dari karet. Mold dapat Kebiasaan sehari-hari, merokok,
mengurangi sebesar 30-40 dB, memakan obat menahun yang
dicetak sesuai kontur telinga. bersifat ototoksik, minuman
- Ear muff/valve, dapat menutup beralkohol.
sendiri bila ada suara yang keras, 3). Merubah tata cara kerja jika
dan membuka sendiri bila suara diperlukan dan dapat dilaksanakan
kurang kerasnya. seperti merubah daftar-daftar kerja
- Helmet, suatu penutup kepala yang dan waktu bekerja pekerja digilir.
melindungi kepala sekaligus sebagai 4). Rehabilitasi, tentu saja disesuaikan
pelindung telinga. dengan kemampuan keuangan
e. Edukasi tentang bahaya bising. perusahaan. Tapi penekanan bahwa
Program ini harus dapat mencapai mencegah ketulian adalah lebih
hasil agar masyarakat mengerti tepat dan lebih mudah serta lebih
serta rela mengusahakan baik daripada mengobati suatu
perlindungan terhadap bising. ketulian akibat bising yang sudah
Pemasangan poster dan tanda pada permanen.
daerah bising adalah salah satu
usaha yang dapat dilakukan. DAFTAR PUSTAKA
f. Penyelidikan dan penelitian 1. Nandi SS, Dhatrak SV. Occupational Noise
terhadap bising. Induced Hearing Loss in India. India Journal
Agar ditemukan teknik of Occupational and Environment Medicine,
August 2008. vol 12, issue 2. 53-56.
perlindungan baru yang lebih 2. Lynch ED, Kil J. Compounds for the
menjamin keamanan para pekerja Prevention and Treatment of Noise Induced
dan masyarakat dari gangguan Hearing Loss. Drug Discovery Today,
bising. October 2005. vol. 10, no. 19. 1291-98.

9
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

3. Guerra MR, Laurenco PMC, Teresa M et al. Akhir PPDS I Bagian IKTHT-KL FK
Prevalence of Noise Induced Hearing Loss in Undip/RS. Dr. Kariadi Semarang. 2003.
Metallurgical Company. Rev Saude Publica 18. Ricketts TA et al. Hearing Aids and Assitive
Brazil, 2005. vol. 39, no.2. 1-7. Listening Devices. Bailey BJ, Johnson JT et al
4. Dhingra PL. Hearing Loss. Disease of Ear, editors. Otolaryngology Head and Neck
Nose and Throat, 4th Edition. Noida: Surgery, 4th Ed Vol 1. Philadelphia:
Elsivier, 2009. 30-40. Lippincott Williams & Wilkins, 2006. 2280-
5. Alberti PW. Occupational Hearing Loss. 93.
Snow JB editor. Ballengers Manual of
Otorhinolaryngology Head and Neck
Surgery. London: BC Decker, 2002. 110-21.
6. Mathur NN, Roland PS. Inner Ear, Noise
Induced Hearing Loss. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/8
57365-overview, Article last update July 16,
2009. January 2011.
7. Dobie RA. Noise Induced Hearing Loss.
Bailey BJ, Johnson JT et al editors.
Otolaryngology Head and Neck Surgery, 4th
Ed Vol 1. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins, 2006. 2190-201.
8. Viraporn A. Evaluation of Noise Induced
Hearing Loss with Audiometer and
Distortion Product Otoacoustic Emissions. J
Med Assoc Thai, 2008. vol. 91, no. 7. 1066-
71.
9. Prevention of Noise Induced Hearing Loss.
Report of a WHO-PDH Informal
Consultation. Geneva, 28-30 October 1997.
1-54.
10. Altmann J. Acoustic Weapons A
Prospective Assessment. Science & Global
Security, 2001. vol. 9. 165-234.
11. Ologe FE, Olajide TG et al. Deterioration of
Noise Induced Hearing Loss among Bottling
Factory Workers. The Journal of
Laryngology & Otology, 2008. vol. 122. 786-
794.
12. Wiyadi MS. Pemeliharaan Pendengaran di
Industri. Cermin Dunia Kedokteran, 1987.
no.47. 28-31.
13. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI no.
KEP-51/Men/1999 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
14. Joem. Noise Induced Hearing Loss. Joem
Council on Scientific Affairs, June 2003. vol.
45, no. 6. 579-81.
15. Wu TN, Chou FS, Chang PY. A Study of Noise
Induced Hearing Loss and Bloood Pressure
in Steel Mill Workers. In : Int Arch Occup
Environ Health, 1987. 59. 529-36.
16. Probst R et al. Otitis Media. In: Basic
Otorhinolaryngology: A Step by Step
Learning Guide. New York: Thieme, 2006.
238-49.
17. Budiyanto A. Trauma Akustik Akibat
Latihan Menembak Pada Taruna Akademi
Kepolisian Semarang. Laporan Penelitian

10
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Tabel 1.

Pemeriksaan Fisik
Umur Jenis Keluhan Keluhan Keluhan Riwayat
No. Nama
(tahun) Kelamin Pendengaran Hidung Tenggorok Penyakit
Telinga Hidung Tenggorok

1. Tn. AS 52 Laki laki -- -- -- -- T.d.k T.d.k T.d.k

2. Tn. DN 54 Laki laki -- -- -- -- T.d.k T.d.k T.d.k

AD :
Pendengaran Telinga kanan
Perforasi
3. Tn. SA 55 Laki laki telinga kanan -- -- berair sjk T.d.k T.d.k
subtotal,
berkurang umur 10 thn
sekret (-)

4. Tn. JF 33 Laki laki -- -- -- -- T.d.k T.d.k T.d.k

Pendengaran
5. Tn. T 37 Laki laki kedua telinga -- -- -- T.d.k T.d.k T.d.k
berkurang
Pendengaran
6. Tn. W 35 Laki laki kedua telinga -- -- -- T.d.k T.d.k T.d.k
berkurang

11
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tabel 2.

Rerata Audiometri Nada Murni


Lama
Nama - Terpapar
No. Pekerjaan Bagian Bekerja Keterangan
Umur Bising /
(tahun) AD AS
24 jam

Laboratorium Tuli konduktif ringan Ambang dengar normal


Buruh Pabrik Kerja 6 hari
1. Tn. AS - 52 (Quality 28 9 jam 27,5 dB 20 dB
Semen dlm seminggu
Control) Takik pd frek. 4.000 Hz Takik pd frek. 4.000 Hz
Tuli sensorineural ringan Tuli konduktif ringan
Pengeboran
Buruh Pabrik 27,5 dB 32,5 dB Kerja 6 hari
2. Tn. DN - 54 Bahan baku 26 9 jam
Semen Turun pd frek. 3.000 & Turun pd frek. 3.000 Hz dlm seminggu
Semen
4.000 Hz & 4.000 Hz
Tuli konduktif sedang Tuli konduktif ringan
Buruh Pabrik Mesin 50 dB 30 dB Kerja 6 hari
3. Tn. SA - 55 29 9 jam
Semen produksi Turun pd frek. 4.000 & Turun pd frek. 4.000 & dlm seminggu
8.000 Hz 8.000 Hz
Ambang dengar normal Ambang dengar normal
Buruh Pabrik Mesin 17,5 dB 22,5 dB Kerja 6 hari
4. Tn. JF - 33 13 9 jam
Semen produksi Turun pd frek. 4.000 & Turun pd frek. 4.000 Hz dlm seminggu
8.000 Hz & 8.000 Hz
Ambang dengar normal Latihan rutin
6 jam Tuli sensorineural ringan
23 dB 3x setahun,
5. Tn. T - 37 Tentara Infantri 15 (08.00 - 32,5 dB
Turun pd frek. 4.000 Hz & selama 1
14.00) Takik pd frek. 4.000 Hz
8.000 Hz bulan
Tuli sensorineural Tuli sensorineural
Mesin
Buruh Pabrik sedang berat ringan Kerja 6 hari
6. Tn. W - 35 Pemotongan 20 7 11 jam
Semen 56,25 dB 31,25 dB dlm seminggu
Kertas
Takik pd frek. 4.000 Hz Takik pd frek. 4.000 Hz

12
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Lampiran
Audiometri Kasus 1

Audiometri Kasus 2

Audiometri Kasus 3

13
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Audiometri Kasus 4

Audiometri Kasus 5

Audiometri Kasus 6

14

Anda mungkin juga menyukai