Anda di halaman 1dari 4

KASUS GASTROINTESTINAL (KONSTIPASI)

Seorang ibu berusia 50 tahun datang ke apotek untuk membeli obat. Ibu tersebut mengeluhkan
susah buang air besar. Gejala tersebut semakin parah jika perasaannya tertekan (stress). Ibu
tersebut tidak sedang mengkonsumsi obat apapun dan tidak menderita penyakit lain. BP =
120/80 mmHG, BB = 55 kg

Jawaban:

Penyakit : Konstipasi karena stress

Konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan konsistensi feses yang padat dengan
frekuensi buang air besar lebih atau sama dengan 3 hari sekali.

1.1. Patofisiologi Konstipasi


Tekanan pada dinding rektum akan merangsang sistem saraf intrinsik rektum dan menyebabkan
relaksasi sfingter ani interna, yang dirasakan sebagai keinginan untuk defekasi. Sfingter anal
eksterna kemudian menjadi relaksasi dan feses dikeluarkan mengikuti persitaltik kolon melalui
anus
1.2. Faktor Penyebab Konstipasi
1.3.1 Gangguan fungsi yang meliputi: kelemahan otot abdomen, pengingkaran kebiasaan/
mengabaikan keinginan untuk defekasi, ketidakadekuatan defekasi (misalnya: tanpa
waktu, posisi saat defekasi, dan privasi), kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan defekasi
tidak teratur, dan perubahan lingkungan yang baru terjadi (LeMone & Burke, 2008).
1.3.2 Psikologis atau psikogenik yang meliputi: depresi, stres emosional, dan konfusi
mental(LeMone & Burke, 2008).
1.3.3 Farmakologis: penggunaan antasida (kalsium dan aluminium), antidepresan,
antikolinergik, antipsikotik, antihipertensi, barium sulfat, suplemen zat besi, dan
penyalahgunaan laksatif(Lewis, Heitkemper & Dirksen, 2000).
1.3.4 Mekanis: Ketidakseimbangan elektrolit, hemoroid, megakolon (penyakit Hirschprung),
gangguan neurologis, obesitas, obstruksi pascaoperasi, kehamilan, pembesaran prostat,
abses rektal atau ulkus, fisura anal rektal, striktur anal rektal, prolaps rektal, rektokel, dan
tumor(Simadibrata, 2006, dalam Sudoyo, dkk, 2006; Wilkinson, 2005).
1.3.5 Fisiologis: perubahan pola makan dan makanan yang biasa dikonsumsi,penurunan
motilitas saluran gastrointestinal, dehidrasi, insufisiensi asupan serat,insufisiensi asupan
cairan dan pola makan buruk (Smeltzer & Bare, 2008; Wilkinson, 2005).

1.3. Gejala dan Tanda Klinis


Gejala klinis konstipasi adalah frekuensi defekasi kurang dari tiga kali per minggu, nyeri
saat defekasi, tinja keras, sering mengejan pada saat defekasi dan perasaan kurang puas setelah
defekasi (Uguralp, 2003; Rajindrajtih, 2010). Keluhan lain yang biasa timbul adalah nyeri perut,
kembung, perdarahan rektum (tinja yang keluar keras dan kehitaman). Keluhan tersebut semakin
bertambah berat, bahkan sampai timbulnya gejala obsturksi intestinal (Van der Plas, 2010).
Tabel 1.1 Gejala dan Tanda Klinis Konstipasi (Van der Plas, 2010)
Gejala dan Tanda Klinis Persentase (%)
Anamnesis
Defekasi jarang 80-100
Feses keras 58-100
Nyeri saat defekasi 50-90
Feses lembek 35-96
Inkontinensia fekalis 45-75
Masalah psikologis 20-65
Nyeri perut 10-64
Anoreksia 10-47
Riwayat keluarga konstipasi 9-49
Kelainan traktus urinarius 5-43
Distensi abdomen 0-61
Muntah 8-10
Pemeriksaan fisik
Masa di rektum 28-100
Masa di abdomen 30-71
Fisura dan perdarahan rektum 5-55
Prolaps rektum 0-3
Pengobatan:

Diberikan dulcolax bisacodyl suppo 1 kali 10 mg sebelum tidur


Mekanismenya dengan cara merangsang otot-otot usus besar untuk mengeluarkan kotoran.
Konstipasi sendiri merupakan kondisi yang membuat frekuensi buang air besar kita menjadi di
bawah normal atau jarang (kurang dari tiga kali per minggu) dan tekstur tinja keras.
Cara pemakaian suppo : liat link d line
Naambah wawasan? http://www.aafp.org/afp/2005/1201/p2277.html
Melakukan terapi non-farmakologi diantaranya dengan memperbanyak konsumsi makanan yang
mengandung serat, minum air putih, olahraga (Leung et al., 2011), serta manajemen stress yang
merupakan penyebab konstipasi. Manajemen stress dapat dilakukan dengan menghindari faktor-
faktor yang dapat menyebabkan stress.

Monitoring:
a. Efek Terapi:
1) Frekuensi defekasi meningkat atau kembali normal.
2) Konsistensi feses kembali normal.

Anda mungkin juga menyukai