Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGGUNAAN LASER ABLATIF FRAKSIONAL PADA


KERIPUT DAN SKAR ACNE

DISUSUN OLEH
Monita Sugianto
131620160502

DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Sudigdo Adi, dr., SpKK(K)

PROGRAM PASCASARJANA
ANTI AGING & AESTHETIC MEDICINE
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
BAB II LASER ABLATIF FRAKSIONAL ................................................................................................. 3
II.1 MEKANISME KERJA ...................................................................................................................... 6
II.2 HISTOPATOLOGI ............................................................................................................................ 7
II.3 EFEK SAMPING ............................................................................................................................... 8
BAB III MACAM-MACAM LASER ABLATIF FRAKSIONAL .............................................................. 9
III.1 LASER CO2 FRAKSIONAL ........................................................................................................... 9
III.2 LASER ER: YAG ........................................................................................................................... 12
III.3 LASER FRAKSIONAL ERBIUM:YSGG ................................................................................. 13
BAB IV PETUNJUK PENGGUNAAN LASER........................................................................................ 15
IV.1 PROSEDUR SEBELUM TINDAKAN .......................................................................................... 15
IV.2 PROSEDUR INTRAOPERATIF ................................................................................................... 15
IV.3 PERAWATAN PASCA TINDAKAN ........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... ii

i
BAB I

PENDAHULUAN

Laser adalah suatu peralatan yang menghasilkan berkas sinar dengan panjang gelombang
tertentu atau warna yang bersifat sangat sejajar dan koheren.1 Panjang gelombang cahaya
tersebut diabsorpsi secara maksimal oleh komponen kulit yang akan diobati. Bila karakteristik
absorpsi jaringan target bertemu secara tepat dengan panjang gelombang yang paling ideal,
spesifisitas maksimal interaksi laser-jaringan akan muncul 2. Laser skin resurfacing dibagi
menjadi 3 kelompok utama, yaitu laser ablatif, laser non-ablatif, dan laser fraksional.3 Laser
ablatif resurfacing dengan laser pulsed carbon dioxide (CO2) atau "hot" erbium: yurium
aluminium garnet (Er: YAG) sangat efektif untuk photodamage yang berat dan kelemahan kulit
(skin laxity).1,3 Laser skin resurfacing teknik ablatif adalah laser dengan energi tinggi yang
menyebabkan ablasi fototermal. Hal ini karena dengan pemanasan cepat saat jaringan menyerap
cukup energi laser untuk menguapkan air dalam jaringan. Kerusakan juga terjadi pada jaringan
sekitar karena difusi termal dan pendaran sinar laser. Mekanisme LSR ablatif adalah ablasi
epidermis, kerusakan dermis, pemanasan dermis dengan remodelling kolagen, serta kontraksi
termal yang menyebabkan pengerutan kolagen sehingga terjadi pengencangan jaringan. Ablasi
epidermis dan kerusakan dermis selektif menyebabkan reepitelisasi dan penyembuhan luka
(wound repair) 4.

Figure 1. Perbandingan zona kerusakan


jaringan untuk berbagai sistem laser. A,
laser ablatif Konvensional membentuk
daerah makroskopik penguapan
epidermal lengkap dan variabel
kerusakan dermal dangkal dengan
disertai risiko penyembuhan tertunda
dan jaringan parut. B, laser nonablative
Konvensional meninggalkan epidermis
utuh dan menyebabkan daerah
makroskopik dermal kerusakan termal
di kedalaman bervariasi, tetapi
kurangnya kerusakan epidermal
dikaitkan dengan hasil klinis yang
sederhana. C, resurfacing fraksional
meninggalkan sebuah stratum korneum
utuh dan menciptakan zona mikroskopis

1
dari epidermal dan dermal yang mendalam kerusakan termal. D, ablatif resurfacing fraksional menciptakan zona
mikroskopis dari ablasi epidermal lengkap serta zona mikroskopis dari kulit ablasi yang mendalam5

Figure 2. perbandingan zona kerusakan pada berbagai jenis laser. Diunduh dari: https://encrypted-
tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR1t9pNn0GO-64oTRMP0ozbrQSt_0yvUYpvjpGKpgnQVHRrivll

Konsep Fractional Photothermolysis (FP) dikembangkan oleh Manstein et al. pada tahun
2004, didasarkan pada alasan bahwa kedalaman, dermal, pemanasan nonablative pada kulit bisa
memproduksi kolagen yang cukup dan remodelling untuk memperbaiki keriput, photodamage,
dan skar dengan efek samping minimal.1,6 Fractional photothermolysis berfungsi untuk
mengablasi jaringan dan menstimulasi remodeling kolagen. Juga dapat meningkatkan
neokolagenesis tanpa mengganggu jaringan sekitar yang normal.5 Mid-infrared, laser fraksional
nonablative heat diameter kecil (100-300 um), kedalaman (hingga 2 mm) bagian jaringan,
disebut zona MicroThermal (MTZs), dipisahkan dengan memvariasikan interval jembatan
jaringan yang utuh. Bagian jaringan yang terkoagulasi dihilangkan melalui epidermis sebagai
puing-puing nekrotik, sehingga menghilangkan sebagian kecil dari jaringan yang rusak dengan
setiap treatment laser. Studi histologis menunjukkan bahwa MTZs dari jaringan yang ditreatment
kemudian digantikan oleh jaringan yang baru, kolagen yang sehat. Hasil pengobatan dengan
penyembuhan yang cepat tanpa gangguan epidermal yang signifikan atau downtime dan
meningkatkan neo-collagenesis dibandingkan dengan laser nonablative tradisional. 1,6

2
BAB II

LASER ABLATIF FRAKSIONAL

Laser ablatif yang sering dipakai dalam terapi skar akne adalah laser CO2 dan
erbiumdoped yttrium aluminium garnet (Er:YAG). Laser skin resurfacing teknik ablatif telah
lama menggunakan laser karbon dioksida / CO2 sebagai baku emas. Laser yang dibangun pada
pertengahan 1990-an ini menunjukan efikasi yang baik sebagai modalitas terapi skar akne,
rhytides photodamage dan skar. Laser ablatif CO2 pertama kali dikenalkan tahun 1980-an dan
diciptakan berdasarkan prinsip fototermolisis selektif. Laser CO2 memiliki panjang gelombang
10600 nm dalam spektrum infrared dengan target kromofornya adalah air (koefisien absorpsi
800cm-1), serta berpenetrasi ke melanin dan hemoglobin. Laser CO2 resurfacing ablatif
tradisional efektif untuk terapi skar akne atrofi, namun mempunyai risiko tinggi terjadinya
komplikasi seperti infeksi, perubahan pigmentasi, terbentuknya skar dan eritema
berkepanjangan. Hal ini mengakibatkan dikembangkannya modalitas terapi baru yang lebih
aman6.

Sejak pengenalan laser fraksional pertama pada tahun 2004, beberapa alat telah
dikembangkan dengan menerapkan konsep fototermolisis fraksional. Karakteristik dari
fototermolisis fraksional adalah pembentukan dari zona mikroskopik dari kerusakan termal
dengan jarak antar jaringan yang rusak.5

Resurfacing secara fraksional merupakan variasi baru dalam teori fototermolisis selektif
dengan memakai microscopic treatment zones (MTZ) dalam mengatur luas, kedalaman, dan
densitas sinar laser pada jaringan.6 Microscopic treatment zones (MTZ) yang disebabkan oleh
pemanasan termal dan kerusakan jaringan berbentuk kolumnar dikelilingi epidermis dan dermis
hidup yang tidak terkena radiasi sinar laser sehingga memungkinkan terjadinya penyembuhan
secara cepat pada MTZ.7 Pada awalnya laser fraksional ablatif hanya merupakan modifikasi dari
laser CO2 tradisional atau Er:YAG dengan menghantarkan ukuran titik yang lebih kecil dan
memindai kepadatan yang lebih rendah, namun dengan kemajuan teknologi saat ini terdapat

3
sejumlah laser ablatif fraksional dengan penggabungan panjang gelombang, yaitu 10600 nm
CO2, 2940nm Er:YAG dan 2790 nm yttrium scandium-gallium-garnet (YSSG).1

Table 1. Teknolgi Laser Fraksional

Teknologi laser fraksional ablatif telah sukses digunakan sebagai terapi dari berbagai skar
termasuk skar akne, operasi dan traumatik, juga dalam terapi photoaging (rhytides, dyschromia,
lentigines, skin laxity) dan debulking.5 Terdapat bukti-bukti efikasi penggunaan pada cheilitis
aktinik, residu dari hemangioma infantil, terapi kosmetik dari kantong bawah mata dan
repigmentasi dari hipopigmentasi tipe delayed setelah paparan dari terapi laser resurfacing ablatif
total.

Laser resurfacing ablatif fraksional memberikan hasil berupa normalisasi dari topografi
permukaan kulit pada pasien skar atrofi dan hipertrofi. Pada penelitian terhadap 15 subjek
dengan tipe kulit I-IV dengan skar akne sedang sampai berat, semua pasien mengalami perbaikan
kedalaman skar akne rata-rata sebesar 66,8% setelah diterapi pada seluruh wajah dua sampai tiga
kali dengan laser CO2 fraksional. Setiap individu dalam penelitian ini juga mengalami perbaikan
sebesar 26-50% dalam hal tekstur ,atrofi dan keseluruhan skar. Laser CO2 ablatif fraksional
efektif dan dapat ditoleransi dengan aman dalam penggunaannya dalam terapi skar akne atrofi
pada orang asia. Perbaikan skar didapatkan sebesar 25-50% pada 85% subjek 6 bulan setelah sesi
terapi ke tiga.7

4
Laser ablatif fraksional juga dapat digunakan dalam terapi elevasi skar dimana
meningkatkan penhantaran obat topikal melalui peningkatan penetrasi transepidermal.
Contohnya adalah penggunaan laser ini bersamaan dengan topikal kortikosteroid telah
meningkatkan efek perataan dan penghalusan pada skar keloid dan hipertrofi.3

Laser fraksional ablatif memiliki zona mikroskopik ablatif dengan tetap mempertahankan
kulit normal di daerah sebelahnya. Laser ini menguapkan kolom mikroskopik jaringan dengan
berbagai tingkat koagulasi. Seperti perangkat laser fraksional nonablative, diameter, kedalaman,
dan densitas kolom jaringan ablasi (atau persentase cakupan luas permukaan) dapat divariasikan
dengan mengatur system laser.3

Figure 3. microbeams sinar laser menghasilkan kolom


ablasi jaringan dengan berbagai tingkat koagulasi
lateral. Kepadatan cakupan diubah dengan
memvariasikan pitch dari microbeams atau
meningkatkan jumlah laser yang lewati.1

Jenis cedera yang dibuat oleh laser ablatif fraksional juga akan bervariasi tergantung pada
jumlah koagulasi diproduksi di luar jaringan ablasi. Berdasarkan koefisien penyerapan air dari
panjang gelombang masing-masing, Er: YAG laser (~104/cm pada 2940 nm) menghasilkan
sedikitnya jumlah koagulasi atau sisa kerusakan termal (~10 m), laser CO2 (-103/cm di 10, 600
nm) menghasilkan jumlah koagulasi terbesar (~100 m), dan Er: YSSG Laser (102/cm pada 2790
nm) terletak di antara (~40 m) ketika fluens supra-ablatif digunakan dengan durasi tembakan
lebih pendek dari waktu relaksasi termal jaringan.1

Figure 4. Dari panjang gelombang laser ablatif, laser


erbium: yttrium aluminium garnet (Er: YAG)
memiliki koefisien penyerapan terbesar untuk air dan
akibatnya jumlah kerusakan termal lateral lebih
sedikit. Karbon dioksida (CO2) laser memiliki
koefisien penyerapan terendah untuk air dan
akibatnya jumlah dari kerusakan termal lateral
terbesar. Efek dari laser erbium tersebut: yttrium
skandium gallium garnet (Er: YSSG) terletak antara
dua panjang gelombang ini. 1

5
Luka-luka ablatif diciptakan oleh tembakan pendek laser fraksional Er: YAG
menghasilkan peningkatan perdarahan intra-operatif, tetapi mungkin memiliki keuntungan dalam
mengurangi risiko hiperpigmentasi pasca inflamasi pada pasien dengan jenis kulit yang lebih
gelap. Dengan memperpanjang durasi tembakan, luka yang dihasilkan oleh laser Er: YAG dapat
dibuat untuk mendekati seperti laser CO2. Semakin lama hasil durasi pulsa di zona yang lebih
besar dari koagulasi. Selain memberikan hemostasis, tampaknya bahwa volume besar koagulasi
jaringan colateral yang bermanfaat untuk mendorong peningkatan mengencangkan kulit.1

Waktu penyembuhan dan risiko terjadinya sikatriks pasca tindakan lebih sedikit
dibandingkan dengan laser ablatif konvensional. Laser teknik fraksional ablatif dalam terapi
sikatriks atrofik pasca akne Chapas dkk. melakukan penelitian terhadap 13 subyek (tipe kulit
Fitzpatrick I-IV) dengan sikatriks atrofik pasca akne derajat sedang sampai berat, yang diterapi
dengan 3 kali laser fraksional CO2 dengan interval 1 bulan. Parameter yang dipakai, yaitu spot
size 120 m, energi 20-100 mJ per pulse, dan densitas 200 MTZ/cm2 per pass. Sebagian besar
mendapatkan 2-3 pass. Pada sekitar 26-50% pasien terjadi perbaikan sikatriks dan tidak
ditemukan gangguan pigmentasi pada semua subyek penelitian. Pada laser fraksional ablatif,
koagulasi lebih dalam sampai 1600 m dapat secara aman dilakukan, tidak seperti laser CO2 dan
Er:YAG konvensional. Pada beberapa penelitian dilaporkan perbaikan klinis yang nyata dapat
dicapai setelah 1 atau 2 kali terapi dengan modalitas tersebut dan tidak terjadi hipopigmentasi
maupun sikatriks. 1,7

II.1 MEKANISME KERJA


Laser ablatif fraksional meningkatkan penampilan kulit dengan menghapus bagian-
bagian dari epidermis dan dermis sesuai dengan panjang pemanasan daerah MTZs dari epidermis
ke pertengahan atau dermis. Bagian dari epidermis dan dermis digantikan oleh respon
penyembuhan luka setelah cedera, mengganti jaringan yang rusak dengan yang sehat, fokus baru
dari epidermis dan dermis. Prosedur ini juga menghasilkan pengencangan kulit. Pengencangan
jaringan langsung terlihat selama aplikasi tembakan laser dan hasil dari hilangnya sedikit sumber
vaporisasi yang dibuat oleh laser dan dari penyusutan kolagen akibat panas. Pemanasan jaringan
pada 50-60 C menghasilkan sedikit perubahan dalam struktur triple helix molekul kolagen dan

6
menyebabkan molekul kolagen menyusut sekitar sepertiga panjang mereka. Daerah-daerah pada
dermis yang berubah akibat pemanasan diperkirakan memberikan kisi struktural untuk
pertumbuhan dan reorganisasi kolagen baru yang dihasilkan melalui perlukaan kulit. Pada
akhirnya, penggantian pada zona superficial samapai dalam pada dermis dengan yang baru,
molekul kolagen baru terorganisir dengan baik dan matriks ekstra-selular diperlukan untuk
perbaikan klinis jangka panjang dari bekas luka hipertrofik dan atrofi serta pada keriput dan
kerusakan kulit akibat surya. Perubahan histologis berkorelasi dengan peningkatan perbaikan
klinis yang diamati 3-6 bulan setelah perawatan laser. 1,5

II.2 HISTOPATOLOGI
Pada penelitian secara histologis terhadap jaringan kulit yang diterapi dengan laser
fraksional CO2 menggunakan parameter 30 W dan energi 5-40 mJ, didapatkan MTZ di
epidermis serta koagulasi dermis parsial yang meningkat kedalaman maupun luasnya sesuai
dengan peningkatan energi. Terdapat laporan bahwa kerusakan epidermis yang terjadi karena
laser fraksional ablatif akan diperbaiki oleh keratinosit sisi lateral MTZ dalam 24 jam pasca
tindakan laser.

Figure 5. proses penyembuhan


setelah terapi dengan laser
fraksional carbondioksida.5 Dalam
histology in vivo menunjukkan
proses penyembuhan luka setelah
20 mJ dari terapi ablatif Fraxel
(perbaikan). A, Pada 0 hari: ada
zona diskrit epidermal dan dermal
ablasi. B, Pada 2 hari setelah
terapi: ada invaginasi dari
epidermis ke dalam dermis ablasi
dan pembentukan debris nekrotik
mulai dari MENDs terlihat zona
perawatan membentuk lapisan baru C, Pada 1 minggu setelah
pengobatan: epidermis telah sepenuhnya membentuk
reepitelisasi dan yang dihasilkan MENDs telah dikelupas. D, 1
bulan setelah perawatan: epidermis invaginasi telah menutup
tapi zona koagulasi masih dalam perbaikan di dermis. E, Pada 3
bulan setelah pengobatan: baru terbentuk kolagen padat yang
terlihat di daerah yang dirawat.5

7
II.3 EFEK SAMPING
Efek samping yang sama ditimbulkan pada laser fraksional ablatif dibandingkan dengan
laser ablatif konvensional, tetapi lebih ringan karena adanya MTZ dan bukan ablasi total. Pada
kulit gelap, densitas dan energi menentukan risiko terjadinya hiperpigmentasi pasca tindakan
laser. Adanya sistem pendingin untuk mencegah pemanasan jaringan yang luas juga sangat
penting. Dengan menggunakan parameter yang tepat, risiko terjadinya hiperpigmentasi pasca
laser fraksional ablatif dapat dikurangi.

8
BAB III

MACAM-MACAM LASER ABLATIF FRAKSIONAL


III.1 LASER CO2 FRAKSIONAL
Laser CO2 memiliki panjang gelombang 10600 nm dengan kromofor air intraselular dan
ekstraselular dalam jaringan. Sel kulit mengandung 85-90% air. Agar residual thermal damage
(RTD) minimal, harus digunakan densitas power yang cukup untuk terjadinya vaporisasi
jaringan, pulse width kurang dari TRT, dan fluence dipilih hanya untuk denaturasi kolagen pada
bagian atas dermis. Laser CO2 pulsed energi tinggi dengan pulse duration kurang dari 1
milidetik dapat menembus kira-kira 20-30 m ke dalam jaringan dengan kerusakan termal
karena difusi panas sekitar 50-150 m. Ablasi total yang terjadi adalah ablasi epidermis dan
sebagian dermis. Karena laser CO2 mempunyai kemampuan koagulasi, maka biasanya tidak
disertai perdarahan. End point ditentukan oleh adanya daerah pucat pada usapan ringan di daerah
sikatriks atau berwarna kekuningan setelah dilakukan radiasi laser. Sebuah tembakan laser CO2
dengan fluence 4 -19 J/cm2 dapat mengablasi sampai kedalaman 20 40 m kulit. Kedalaman
penetrasi sinar dapat diatur dengan mengubah fluence dan durasi tembakan laser, mengubah hal
tersebut juga akan mengubah luas zona kerusakan termal atau residual thermal damage (RTD).
Pada fluence 5 J/cm2 (ambang batas vaporasi jaringan kulit) dengan pulse duration kurang dari 1
milidetik, residual thermal damage (RTD) sekitar 100-150 m. 1,8,9

Thermal relaxation time (TRT) adalah waktu yang dibutuhkan jaringan target untuk
kehilangan panas sebesar 50% ke jaringan sekitarnya, pada 20-30 m kulit TRT-nya sekitar 1
ms. Pemanasan selektif dari target kromofor (air) dicapai ketika durasi tembakan (pulse) lebih
pendek dari TRT. Ablasi total yang terjadi adalah ablasi epidermis dan sebagian dermis. Karena
laser CO2 mempunyai kemampuan koagulasi, maka biasanya tidak disertai perdarahan. Ketika
laser CO2 gagal menyalurkan fluence yang melewati ambang batas vaporisasi jaringan maka
terjadi proses koagulasi dan desikasi jaringan. Fluence dipengaruhi secara langsung oleh
diameter tembakan. Alat komersial yang tersedia biasanya disertai tembakan berdiameter kecil
9
(100-300 m) yang menghasilkan fluence yang tinggi dengan vaporisasi yang cepat. Tembakan
(pulse) dengan diameter yang lebih besar (2 mm) berakibat pemanasan termal dan hangus yang
lebih besar ketika tidak dengan cepat dipindahkan ke target yang lain. Sehingga agar residual
thermal damage (RTD) minimal, harus digunakan densitas power yang cukup untuk terjadinya
vaporisasi jaringan, pulse duration kurang dari thermal relaxation time (TRT), dan fluence dipilih
hanya untuk denaturasi kolagen pada bagian atas dermis. Durasi pulse yang semakin lama akan
meningkatkan zona kerusakan termal. Pada keadaan energy 30 mJ, ukuran spot 120 m dengan
durasi pulse 0.08 ms (< TRT kulit) berakibat zona kerusakan termal yang sempit, mengakibatkan
densitas yang akurat dan dapat diprediksi. Ketika durasi pulse ditingkatkan menjadi 0.30 ms
zona kerusakan termal menjadi lebih lebar. Pada suatu penelitian evaluasi dari laser CO2
fraksional pada skar akne (Saryazdi et.al, Iran, 2012) terhadap 15 wanita usia 20-40 tahun di
dengan menggunakan unit laser: eCO2 Lutronic (Korea, FDA approved) yang mengalami 3 sesi
dengan interval 1 bulan, didapatkan perbaikan skar akne sebesar 20-70% (objektif) dan 30-70%
(subjektif). Pada sesi pertama digunakan laser dengan fluence 70, densitas 150 dan diameter 4
mm circular spot pada skar akne atrofi. Pada sesi kedua dan selanjutnya digunakan fluence 70,
densitas 100 dan diameter 12 mm square spot. Terdapat penelitian lain yaitu evaluasi laser CO2
fraksional 10.600 nm sebagai terapi skar akne oleh Walgrave et.al (2009) pada 30 pasien usia 18-
75 tahun dan tipe kulit Fitzpatrick I-V dengan skar akne sedang sampai berat. Energi yang
digunakan berkisar dari 20- 100 mJ dengan total densitas 600- .600 MTZ/cm2, spot size 120 m
dan durasi pulse 0,7 ms. Sesi pertama energy yang digunakan antara 20-40 mJ/pulse, sesi kedua
antara 40-100 mJ/pulse. Perbaikan secara subjektif oleh pasien didapatkan lebih tinggi dari
penilaian oleh penilai. Pada kasus digunakan laser CO2 fraksional pada sesi pertama digunakan
parameter kekuatan 15 mJ/dot, fluence 76,43 J/mm2, area scan 1 cm2 (densitas 64 titik/ cm2)
berbentuk square, tingkat kedalaman 2, dilakukan sebanyak 1x pass. Pada sesi kedua digunakan
kekuatan 20 mJ/dot, fluence 101,9 J/mm2, area scan 1 cm2 (densitas 64 titik/ cm2) berbentuk
square, tingkat kedalaman 2, dilakukan sebanyak 1x pass.8

Kontraindikasi penggunaan laser CO2 fraksional meliputi infeksi bakteri, virus, dan
jamur yang aktif pada area yang akan diterapi laser, penggunaan isotretinoin oral dalam jangka
waktu 6 bulan sebelumnya (beberapa klinisi ada yang menyarankan 12 bulan). Kontraindikasi
relatif meliputi penyakit vascular kolagen, riwayat skar setelah laser resurfacing sebelumnya,
imunosupresi, riwayat keloid atau skar hipertrofi, sebelum terapi radiasi dan penyakit autoimun

10
lainnya (contoh vitiligo dan psoriasis).17 Pasien tidak mempunyai riwayat keloid, hipertrofi serta
penyakit sistemik dan autoimun yang merupakan kontraindikasi tindakan laser CO2 fraksional.

Efek samping yang tersering adalah hiperpigmentasi paska inflamasi (HPI). Efek
samping yang dapat terjadi meliputi erupsi akneiformis (5,3%), herpes simpleks (2,2%), infeksi
bakteri (1,8%), infeksi jamur (1,2%), eritema berkepanjangan lebih dari 1 bulan (0,85%) dan
dermatitis kontak (0,8%). Pada kasus tidak didapatkan efek samping setelah tindakan laser
pertama dan kedua. Pasien mengalami eritema paska tindakan selama 1 hari dan tidak didapatkan
tanda-tanda hiperpigmentasi paska inflamasi dan infeksi sekunder.9

Figure 6. Pre (kiri) dan post (kanan) dua


perawatan leher pria caucasian 74 tahun
dengan fototermolisis ablative fraksional
Smartxide DOT (DEKA) pada pengaturan
30W, 1500 mikrodetik, dan 500 m.8

Figure 7. Pre (kiri) dan post (kanan) dua


perawatan leher wanita Kaukasia 71 tahun
dengan fototermolisis ablatif fraksional,
Smartxide DOT (DEKA) pada pengaturan
30W, 500 mikrodetik, dan 500 um.

Figure 8. Smartxide DOT CO2 Laser

11
III.2 LASER ER: YAG
Laser Er:YAG punya efek ablatif yang lebih ringan daripada laser karbondioksida. Laser
Er:YAG memiliki panjang gelombang dalam interval spektrum infra merah, yaitu 2940 nm.
Kromofor targetnya juga air namun laser tipe ini memiliki absorpsi energi 16 kali lebih tinggi
daripada laser karbondioksida. Penetrasi dari laser ini lebih superfisial sehingga jaringan sekitar
yang ikut dirusak lebih minimal dan proses penyembuhannya juga lebih cepat. Kedalaman
penetrasi laser Er:YAG terbatas 2-5 m jaringan per J/cm2 dengan kerusakan termal karena
difusi panas sekitar 10-15 m. Dengan begitu laser tipe ini kurang baik jika dipakai untuk dermal
remodeling dan stimulasi kolagen. Pengobatan dengan laser tipe ini baik untuk skar tipe boxcar.
Efek samping yang mungkin dapat ditimbulkan antara lain kelambatan penyembuhan luka,
eritema, hiperpigmentasi atau hipopigmentasi, milia, infeksi dan edema. 1,9

Palomars fractional Er: YAG memiliki batang yang aktif dipompa oleh flashlamp
Xenon. Ada beberapa interchangeable optical tips yang menyediakan berbagai kepadatan (170-
1000 microbeams / cm2) dari focus microbeam array (setiap ~75-150 m diameter) sampai
dengan 12 mj / Microbeam energi. Kepadatan microbeams adalah untuk menjaga setiap optical
tip, tetapi total kepadatan microbeams yang disampaikan akan bervariasi tergantung pada jumlah
laser passes. Laser ini mengablasi jaringan hingga kedalaman 1.000 m tanpa koagulasi bila
digunakan dengan pulsewidth 0,25 ms, dan akan menghasilkan zona koagulasi hingga ~70 m
dengan 5-ms pulse durations. Optik lain menghasilkan ukuran spot 6-mm dengan pola "alur"
pola cedera searah atau, dengan masing-masing lebar alur berukuran 100-200 m dan kedalaman
350 m. Kepadatan pengobatan meningkat dengan menambahkan laser passes dengan orientasi
yang bervariasi dari pola linier. Interchangeable Optic lain menghasilkan pola ablasi macrobeam
yang biasa. 1

Sciton, Inc (ProFractional Palo Alto, Calif, Amerika Serikat) mengembangkan dua
microfractional handpieces pada unit dasar laser Er: YAG mereka. Satu handpiece menggunakan
spot 250-m untuk vaporisasi jaringan dari 25 sampai 1.500 m per pass dengan kepadatan
pengobatan (cakupan) dari 1,5% menjadi 60%. Yang lain menggunakan spot 430-m dengan
yang telah ditentukan baik 5,5% atau 11%. Yang terakhir menawarkan kemampuan untuk

12
menambahkan kedalaman koagulasi jaringan yang dipilih untuk ditingkatkan remodelling
kolagennya dengan memberikan serangkaian subablative laser pulses yang memanaskan
jaringan dengan tiga kedalaman yang dapat dipilih: level 1, sampai dengan 50 m; tingkat 2,
sampai dengan 100 m; dan level 3, hingga 150 m. Kedua handpieces menghasilkan ukuran
scan mulai dari 6 x 6 sampai 20 x 20 mm. 1
Almas fractional Er: YAG laser menghasilkan ablasi superficial jaringan epidermal.
Laser ini menggunakan mikrolensa yang disusun dalam sebuah matriks baik 9 x 9 microbeams
dengan energi hingga 17 mJ atau 7 x 7 microbeams dengan energi hingga 28 mJ. Alur yang
dihasilkan oleh laser ini, dengan ukuran kedalaman 120- 140 m dan dengan diameter 150 m,
pengobatan terbatas pada epidermis dan dermis papiler yang superficial. Kepadatan pengobatan
dapat ditingkatkan dengan menambahkan multiple passes. 1
Figure 9. laser erbium ; yttrium alumunium garnt dapat
menghasilkan koagulasi lateral dengan memperpanjang
pulsewidth. Ukuran 5ms adalah koagulasi substansial,
sedangkan durasi tembakan pada 0,25ms hampir
meghasilkan luka ablasi yang sempurna.1

Figure 10. sebelum (kiri) dan 3 bulan sesudahnya (kanan) sekali terapi dengan laser fraksional erbium: yttrium
alumunium garnet laser. 1

III.3 LASER FRAKSIONAL ERBIUM:YSGG

13
Cutera (Brisbane, California, USA) adalah perusahaan pertama yang mengembangkan
laser Er:YSGG untuk superficial skin resurfacing. Dengan koefisien penyerapan air kira-kira
sepertiga dari Er: YAG dan lima kali dari laser CO2, laser tersebut memvaporisasi jaringan
dengan zona koagulasi diantara CO2 dan short-pulsed, atau "dingin," laser Er: YAG. Pada tahun
2008 mereka mengembangkan laser fraksional Er:YSGG (Pearl) dengan pulse duration 600 s
dan ukuran spot 300 m. Ini menghasilkan scan kepadatan variabel dan pola hingga 12 x 14 mm,
terablasi hingga 100 m secara mendalam dengan zona pembekuan ~40 um.1

Figure 11. terapi rhytides dengan laser fractional erbium: yttrium scandium gallium garnet.

14
BAB IV

PETUNJUK PENGGUNAAN LASER

Prosedur tindakan meliputi persiapan sebelum tindakan, tindakan dan paska tindakan.

IV.1 PROSEDUR SEBELUM TINDAKAN

Ketika area tindakan cukup luas seperti area seluruh wajah atau leher, antibiotic
profilaksis dan terapi antiviral harus diberikan 1 hari sebelum tindakan, dan dilanjutkan untuk 5-
7 hari berikutnya. Laser resurfacing fraksional ablasi dapat terasa menyakitkan dan dokter harus
menggunakan beberapa pilihan anestesi, mulai dari kombinasi krem anestesi topical potensi
tinggi dengan obat sedative oral atau intramuscular dan obat analgesia sampai sedative intravena
ataupun general anesthesia. Derajat dari anesthesia tergantung dari densitas dan kedalaman
pengobatan dan toleransi pasien. Sebelum ke prosedur, kulit harus dibersihkan dan kemudian
dioles isopropyl alcohol untuk menhilangkan sisa-sisa anestesi topical. Mata pasien harus
diproteksi dengan kacamata stainless steel internal jika kulit kelopak mata yang akan diobati.
Kaca mata eksternal merupakan pelengkap yang lain. Pembersih asap harus digunakan selama
dilakukan tindakan laser karena semua laser ablative akan menghasilkan plume. 1,9

IV.2 PROSEDUR INTRAOPERATIF

Parameter tindakan dan jumlah passes sering bervariasi pada daerah wajah atau leher,
tergantung pada derajat kerusakan dan indikasi pengobatan. Ketika mengobati photodamage
sedang sampai berat atu skar, energy tinggi pulse dan densitas yang tinggi diperlukan. Parameter
pengobatan yang lebih rendah dilakukan pada kelopak mata, preauricular, garis rahang, dan kulit
leher. Hal ini membantu untuk menguraikan rencana pengobatan secara keseluruhan dengan
diagram sebelum memulai pengobatan. Karena laser fraksional tidak mengobati seluruh
permukaan kulit, pengobatan dengan laser nonablative untuk pembuluh darah dan lesi pigmen,
atau dengan laser ablative superficial, sering dilakukan selama sesi perawatan yang sama. Secara
umum, laser nonablative harus mendahului pengobatan Ablative fraksional, dan macroablation
dangkal harus mengikuti terapi fraksional dalam. Parameter pengobatan untuk perangkat

15
individu tidak dapat digeneralisasi, dan dokter harus terbiasa dengan pedoman pengobatan untuk
laser yang dia operasikan. 1,9

IV.3 PERAWATAN PASCA TINDAKAN

Sering aplikasikan es kompres selama 4-6 jam pertama setelah pengobatan membantu
mengurangi sensasi pembengkakan dan terbakar. kompres air dingin yang diterapkan selama 10-
15 menit 4-6 kali per hari selama pertama 2-3 hari, diikuti oleh aplikasi dari emolien seperti
petrolatum hidrofilik. 1,9

16
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Raulin C, Karsai S. Laser and IPL technology in dermatology and aesthetic medicine. Laser and
IPL Technology in Dermatology and Aesthetic Medicine. 2011. 1-419 p.

2. Agustine R, Yenny SW. Penggunaan Laser Pada Lesi Hiperpigmentasi. 2011;38(2):96103.

3. Alexiades-Armenakas MR, Dover JS, Arndt KA. The spectrum of laser skin resurfacing:
Nonablative, fractional, and ablative laser resurfacing. J Am Acad Dermatol. 2008;58(5):71937.

4. Puspasari N. TERAPI SKAR AKNE ATROFI DENGAN LASER CO2 FRAKSIONAL. 2016;
Available from:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved
=0ahUKEwiVu_rX95rTAhWIp48KHRgqAQcQFghPMAc&url=http%3A%2F%2Ferepo.unud.ac.
id%2F4812%2F1%2Fbc6d0601d039769f9d678a6fee6f963b.pdf&usg=AFQjCNHWgiuNDFb-
uv2rFJ4pKGhmTIXxvQ&sig2=K

5. Jih MH, Kimyai-Asadi A. Fractional Photothermolysis: A Review and Update. Semin Cutan Med
Surg. 2008;27(1):6371.

6. Tierney EP, Kouba DJ, Hanke CW. Review of fractional photothermolysis: Treatment indications
and efficacy. Dermatologic Surg. 2009;35(10):144561.

7. Brightman LA, Brauer JA, Anolik R, Weiss E, Karen J, Chapas A, et al. Ablative and Fractional
Ablative Lasers. Dermatol Clin. 2009;27(4):47989.

8. Tierney EP, Eisen RF, Hanke CW. Fractionated CO 2 laser. 2011;24(19):4153. Available from:
http://onlinelibrary.wiley.com.sci-hub.bz/doi/10.1111/j.1529-8019.2010.01377.x/pdf

9. Alster TS. Cutaneous resurfacing with CO2 and erbium: YAG lasers: preoperative, intraoperative,
and postoperative considerations. [Internet]. Vol. 103, Plastic and reconstructive surgery. plastic
and reconstructive surgery; 1999. p. 619-32-4. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9950554

ii

Anda mungkin juga menyukai