Anda di halaman 1dari 17

Meningkatkan Daya Saing Produk UMKM Melalui Perbaikan Mutu Produk

Dengan Penerapan Manajemen Mutu Terpadu

(Penulis: Deddy Supriyadi)


Sudah dimuat di Jurnal Tri Dharma Peb 2010
Abstrak

Peran UMKM di Indonesia telah terbukti sangat penting sebagai


penyangga/penyelamat perekonomian Indonesia terutama pada saat krisis ekonomi.
Namun dilain pihak UMKM masih memiliki kelemahan dalam menjalankan
usahanya. Salah satu kelemahan yang sering ditemukan pada UMKM adalah
kelemahan dalam Mutu. Akibat kelemahan dalam mutu ini, maka UMKM menjadi
kurang mampu bersaing terutama di pasar global saat ini. Kelemahan dalam mutu
disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari sikap/kesadaran mutu, ketidaktahuan
maupun skill dan teknologi. UMKM perlu dan bisa meningkatkan mutu produknya
dengan tidak harus menerapkan teknologi yang tinggi dan biaya yang besar, yang
penting adalah adanya kesadaran dan kemauan untuk menghasilkan mutu produk
yang baik. Hal ini antara lain dapat ditempuh dengan cara menerapkan prinsip-prinsip
Manajemen Mutu Terpadu dalam menjalankan usahanya. Tulisan ini menyoroti
tentang masalah mutu produk UMKM dan penekanan mengenai pentingnya
memecahkan masalah tersebut serta gambaran langkah perbaikannya, melalui
penerapan Manajemen Mutu Terpadu.

Keyword: Nilai, Mutu, Perbaikan Mutu, Manajemen Mutu Terpadu, Daya Saing

I. Pendahuluan

Jumlah populasi UMKM pada tahun 2007 mencapai 49,8 juta unit usaha atau

99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya

mencapai 91,8 juta orang atau 97,3 persen terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia.

Sedangkan kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia

mencapai Rp 2.121,3 triliun atau 53,6 persen dari total PDB Indonesia, Selanjutnya

kontribusi dari UMKM terhadap ekspor nonmigas nasional mencapai Rp 142,8 triliun

atau 20 persen dari total ekspor non migas Indonesia.

Beberapa data statistik UMKM Indonesia di atas, antara lain menggambarkan

betapa pentingnya peran UMKM dalam Perekonomian Indonesia. UMKM memiliki

peran sebagai penyedia barang dan jasa, pencipta lapangan kerja, pemberi pendapatan

kepada masyarakat dan negara sampai kepada penghasil devisa. Namun demikian
UMKM masih tetap saja memiliki kelemahan dalam berbagai hal. Kelemahan ini

tentunya harus diperbaiki sehingga UMKM dapat mandiri, kuat dan tangguh memiliki

daya saing dan mampu menjalankan perannya dengan baik. Salah satu kelemahan

UMKM pada umumnya adalah kelemahan dalam mutu produk dan layanannya.

Apa sebenarnya yang dicari atau dipertimbangkan oleh konsumen pada saat

membeli suatu produk. Pada hakekatnya disadari atau tidak, setiap konsumen akan

berusaha untuk memaksimalkan nilai yang dapat diperolehnya dalam pembelian suatu

produk. Lalu apa sebenarnya nilai yang dimaksud, menurut Schroeder (1989) nilai

suatu produk, adalah perbandingan antara manfaat produk termasuk layanan yang

menyertainya dengan harga dari produk tersebut. Manfaat tersebut dapat berupa

kekuatan, daya tahan, kecepatan, kehalusan, keindahan, rasa, aroma, dan apapun yang

dipersepsikan berguna/diperlukan oleh konsumen, termasuk misalnya gengsi atau

prestise. Persepsi konsumen terhadap manfaat suatu produk dapat berbeda-beda.

Tetapi siapapun pada dasarnya akan berusaha untuk mendapatkan manfaat yang

sebaik-baiknya sebagaimana yang dipersepsikannya sepanjang memiliki kemampuan

untuk itu dengan harga yang serendah-rendahnya. Manfaat suatu produk sebagian

besar akan dicerminkan oleh mutu dari produk tersebut, karena mutu pada dasarnya

adalah persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi atau yang diminta oleh konsumen

yang kembali lagi dapat berupa kekuatan, daya tahan, keindahan dan sebagainya. Jadi

produk yang bermanfaat adalah produk yang bermutu. Maka dengan demikian untuk

meningkatkan nilai produk dapat ditempuh dengan: 1) memberikan manfaat yang

setinggi-tingginya bagi konsumen yang berarti memberikan mutu yang sesuai dengan

harapan konsumen bahkan melebihi sehingga ketika dibandingkan dengan harganya

memiliki rasio nilai yang tinggi, 2) dengan memberikan mutu yang relatif rendah saja

tetapi harga dari produk tersebut dapat ditekan lebih rendah lagi, sehingga tetap rasio
nilainya masih tinggi. Alternatif yang kedua ini antara lain yang terjadi pada produk-

produk China dibandingkan misalnya dengan produk-produk Jepang atau Eropa.

Sehingga meskipun mutunya (dalam arti kekuatan ) lebih rendah dari produk Jepang,

Eropa atau produk Indonesia tetapi tetap bisa bersaing, karena bisa jadi rasio nilainya

dipersepsikan masih cukup tinggi sehubungan dengan harga yang lebih rendah

tersebut. Selain itu manfaat produk lainnya seperti disain, penampilan dan sebagainya

yang sebenarnya merupakan dimensi-dimensi mutu juga masih dipersepsikan cukup

baik, sehingga produk China masih tetap bisa bersaing.

Penerapan strategi harga rendah dengan mutu yang rendah, dapat beresiko

dalam jangka panjang. Sebagaimana survey Indonesian Customer Staisfaction Index

(ICSI) yang dilakukan kepada konsumen di beberapa kota besar di Indonesia (Medan,

Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Makasar) setiapkali dilakukan survey

hasilnya selalu konsisten menunjukan bahwa kepuasan terhadap mutu adalah lebih

penting daripada kepuasan terhadap harga. Kepuasan terhadap mutu akan

memberikan keuntungan jangka panjang daripada kepuasan terhadap harga.

Permintaan untuk peningkatan mutu produk UMKM selain dari konsumen

langsung, juga datang dari berbagai pihak antara lain Presiden Yudhoyono sendiri

dalam beberapa kesempatan meminta kalangan industri nasional meningkatkan

penelitian dan pengembangan mutu produk, mengingat faktor itulah yang membuat

produk-produk Indonesia kalah bersaing dengan produk luar negeri. Permintaan untuk

peningkatan mutu produk UMKM Indonesia juga disampaikan oleh Ketua Asosiasi

Pengusaha Jepang-Indonesia Hajime Kinoshita dalam seminar perdagangan yang

digelar KBRI Tokyo, akhir November 2008, menyampaikan bahwa, Produk UMKM

Indonesia sebenarnya banyak peminatnya di Jepang, bahkan pasar negara-negara


maju lainnya, namun banyak kalangan pengusaha Jepang yang beranggapan bahwa

mutu produk UMKM Indonesia masih perlu ditingkatkan mutunya.

Beberapa permasalahan yang berhubungan dengan mutu produk UMKM,

antara lain:

Kesadaran Mutu dan Manajemen Mutu UMKM masih rendah

Belum memiliki standar mutu yang jelas untuk produk, proses, maupun input

produksi

Produk dan layanan tidak memenuhi standar mutu

Mutu produk dan layanan tidak konsisten.

Dari uraian di atas jelas bahwa peningkatan mutu produk UMKM sangat

diperlukan agar produk UMKM dapat menjadi tuan di negeri sendiri dan berdaya

saing tinggi di pasar internasional. Peningkatan mutu produk tersebut harus

sebanding dengan harganya, sehingga memberikan rasio nilai produk yang tinggi

serta sesuai dengan karakteristik dari target pasar yang dituju. Apabila hal ini dapat

dilakukan maka pada gilirannya UMKM Indonesia dapat menjadi UMKM yang

mandiri, tangguh, dan dapat menjadi penyangga/penyelamat bagi perekonomian

Indonesia.

II. Konsep Mutu

2.1.Pengertian Mutu

Mutu penting karena merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh

konsumen dalam melakukan pembelian barang dan jasa yang dibutuhkan atau

diinginkannya. Pada dasarnya disadari atau tidak disadari konsumen/pembeli akan

berusaha untuk mendapatkan produk yang bermutu sesuai dengan kemampuannya.

Dari survey yang pernah dilakukan menunjukan bahwa faktor yang membuat
konsumen loyal adalah terutama karena mutu produk yang memuaskannya. Dengan

demikian mutu juga berarti merupakan kekuatan untuk bersaing. Artinya perusahaan

yang memberikan produk dan layanan yang bermutu akan mampu merebut

pembeli/akan dipilih oleh konsumen diantara berbagai produk dan layanan sejenis

yang ditawarkan oleh banyak perusahaan di pasar. Selanjutnya apa sebenarnya yang

dimaksud dengan mutu. Berikut ini ada beberapa pengertian mutu yang disampaikan

oleh para ahli:

Mutu adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi

kebutuhan dan kepuasan pelanggan (Juran)

Mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yg

disyaratkan/distandarkan. Standar mutu meliputi bahan baku, proses,

produk jadi (Crosby)

Mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar/konsumen (Deming)

Mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction).

Suatu produk bermutu apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada

konsumen (Feigenbaum)

Meskipun tidak ada definisi mengenai mutu yang diterima secara universal, namun

dari kelima definisi di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam elemen-elemen

sebagai berikut: Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan,

Mutu mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan, selain itu Mutu

merupakan kondisi yang selalu berubah.

2.2. Perspektif dan Penilaian Mutu

Pandangan dan penilaian orang terhadap mutu, memang berbeda. Ada

beberapa persfektif mengenai mutu, yaitu:


1) Transcendental approach

Dalam pandangan ini mutu dianggap sebagai sesuatu yang sulit untuk disentuh

atau dilihat secara nyata, tetapi jelas ada. Contoh: cantik, indah dan harum,

menunjukan sesuatu yang bermutu, tetapi sulit untuk diukur/sangat relatif, setiap

orang bisa memiliki ukuran yang berbeda.

2) Product-based approach

Mutu dipandang dari persyaratan-persyaratan yang dimilikinya. Semakin lengkap

persyaratan yang dimiliki oleh suatu produk, maka produk tersebut dinilai

semakin bermutu.

3) User based approach

Mutu suatu produk dilihat dari sisi pemakai. Semakin cocok dengan harapan

pemakai dan semakin baik pengalaman pemakai terhadap produk tersebut, maka

produk tersebut akan dinilai bermutu.

4) Manufacturing based approach

Dalam perspektif ini mutu suatu produk dipandang dari proses produksinya.

Semakin baik proses produksi, atau memenuhi standar, maka produk tersebut akan

dinilai sebagai produk yang bermutu. Contoh: Produk Saus Tomat, akan dinilai

mutunya dari proses pembuatan Saus tersebut, yaitu misalnya apakah bahan

bakunya berasal dari tomat yang segar, bukan dari tomat yang sudah busuk, airnya

bersih, mesin untuk menggilingnya stainless yang higienis, dan seterusnya.

5) Value based approach

Dalam perspektif ini mutu suatu produk, dilihat dari perbandingan manfaat yang

dapat diberikan oleh suatu produk terhadap biaya/harga untuk mendapatkan


produk tersebut. Semakin tinggi rasio manfaat suatu produk terhadap harganya

maka akan dianggap semakin baik.

Selain adanya beberapa perspektif dalam melihat mutu, yang lebih penting lagi

dalam menilai bagaimana mutu suatu produk adalah dimensi-dimensi dari mutu

tersebut. Berdasarkan dimensi-dimensi mutu tersebut dapat diturunkan ukuran-ukuran

mutunya. Dimensi- dimensi mutu tersebut, meliputi: performa, keistimewaan,

keandalan, konformasi, daya tahan, kemampuan pelayanan, estetika, kualitas yang

dirasakan

Dalam menilai mutu suatu produk baik atau tidak baik, yang paling penting

adalah sejauhmana produk tersebut dapat memberikan manfaat kepada penggunanya

sesuai dengan fungsi utamanya. Sebab hal ini merupakan faktor yang mutlak yang

bila tidak dimiliki maka produk tersebut menjadi tidak berguna. Selanjutnya

keistimewaan adalah merupakan fungsi-fungsi tambahan yang akan menambah

kemanfaatan produk tersebut. Semakin banyak fungsi tambahan yang diberikan oleh

suatu produk diharapkan akan semakin bermanfaat bagi penggunanya, dan akhirnya

akan semakin memuaskan penggunanya. Namun demikian tentunya akan tergantung

pada relevansi fungsi-fungsi tambahan tersebut terhadap kebutuhan penggunanya.

Jika fungsi-fungsi tambahan tersebut relevan dengan kebutuhan penggunanya, maka

akan menambah nilai produk tersebut, menambah kepuasan bagi pemakainya dan

produk tersebut akan dinilai sebagai produk yang baik.

Keandalan mutu adalah konsistensi dari produk tersebut dalam memenuhi

janjinya. Produk dan layanan yang handal adalah produk dan layanan yang selalu

dapat memenuhi janjinya. Misalkan suatu usaha kecil menjanjikan produk makanan

dan layanannya yang cepat, bersih, sehat dan lezat, maka setiap saat konsumen akan

mendapatkan produk dan layanan dari perusahaan tersebut yang sebagaimana


dijanjikan. Jadi tidak kadang-kadang enak, kadang-kadang tidak enak atau kadang-

kadang cepat, kadang-kadang lebih lama. Jika demikian berarti produk dan

layanannya tidak handal.

Konformasi, artinya produk yang diterima oleh pelanggan sesuai, dalam arti

jumlah sesuai, ukurannya sesuai, tidak ada produk yang rusak atau cacat. Selanjutnya

daya tahan, estetika juga merupakan dimensi mutu yang penting untuk produk-produk

tertentu.

2.3. Standar Mutu

Perspektif dan dimensi mutu, harus diterjemahkan menjadi standar mutu, yaitu

berupa persyaratan-persyaratan mutu suatu produk dengan ukuran-ukurannya yang

jelas. Berdasarkan standar inilah akhirnya kita menilai bahwa produk bermutu atau

tidak. Jadi suatu Standar Mutu, tentunya harus mencerminkan harapan-harapan

konsumen terhadap suatu produk. Namun untuk dapat menghasilkan produk yang

memenuhi standar atau memiliki ciri-ciri yang diinginkan, diperlukan proses dan

input yang juga memenuhi standar. Selain itu beberapa segmen pasar tertentu menilai

mutu suatu produk tidak hanya dari produk jadi saja, tetapi juga dari prosesnya dan

inputnya. Dengan demikian maka standar-standar tersebut, meliputi: standar outcome,

standar output, standar proses dan standar input.

Standar outcome, adalah dampak/manfaat setelah dirasakan oleh konsumen,

yaitu konsumen merasa puas atau tidak puas. Sedangkan standar output adalah

persyaratan dan ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu produk/layanan hasil dari suatu

proses produksi/operasi. Sebagai ilustrasi dan benchmark, misalnya standar output

dari Pizza, adalah: lezat, hangat ketika disajikan, menarik tampilannya, harum

aromanya, dan seterusnya. Untuk mendapatkan produk yang memenuhi standar

output, maka proses dan inputnya harus memenuhi standar proses dan input. Jadi
untuk mendapatkan pizza yang memenuhi standar di atas, maka harus dilakukan

proses pembakaran yang memenuhi standar, misalnya lamanya pembakaran sekian

menit, dengan suhu sekian derajat. Demikian juga dengan proses-proses lainnya,

seperti proses pencampuran bahan-bahan, proses membuat adonan, proses untuk

menempatkan bahan-bahan untuk toping, dan lain-lain. Standar proses dan output ini

dapat dicapai jika input nya baik. Jadi dengan demikian input produksi Pizza tersebut

harus memenuhi standar. Misalnya telur, harus baik, sayurannya segar, terigunya dari

jenis tertentu dan tidak berbau, dan seterusnya.

Standar diperlukan selain sebagai ukuran untuk mutu, juga Standar dapat

memberikan manfaat, baik bagi internal perusahaan maupun eksternal, yaitu manfaat

untuk internal perusahaan, antara lain: Memudahkan para pekerja untuk melakukan

proses produksi, sarana untuk melakukan pengendalian produksi, proses produksi

menjadi lebih cepat. Sedangkan manfaat untuk eksternal, antara lain dapat

memudahkan konsumen menilai dan melakukan perbandingan mutu, untuk produsen

atau penjual dapat memudahkan malakukan koordinasi.

III. Penerapan Manajemen Mutu UMKM Untuk Meningkatkan Daya Saing

Manajemen Mutu mengalami suatu evolusi, diantaranya fase Pemerikasaan

Mutu, Pengendalian Mutu, Garansi Mutu dan yang sekarang ini adalah fase

Manajemen Mutu Terpadu. Adapun, Standar Nasional Indonesia (SNI), ISO,

Malcolm Baldrige Quality Award (MBNQA) dan lain-lain, prinsip-prinsip dasarnya

adalah Manajemen Mutu Terpadu. Usaha kecil saat sekarang dan ke depan harus lebih

baik lagi mengelola mutu produk dan layanannya untuk dapat memuaskan konsumen,

berdaya saing dan survive. Apalagi di era globalisasi ini, mutu merupakan salah satu

isu penting dalam bisnis yang semakin bersaing dan tuntutan konsumen yang semakin

tinggi.
Penerapan Manajemen Mutu terpadu, sebenarnya sekaligus tidak hanya untuk

menghasilkan produk yang bermutu dalam pengertian memenuhi ciri-ciri fisik produk

semata, tetapi termasuk di dalamnya mencapai efisiensi dalam proses produksi

tersebut juga efektivitas dan penyelesaiaan secara tepat waktu. UMKM seringkali

merasa khawatir bila mereka meningkatkan mutu produknya, maka biaya akan

meningkat, selanjutnya harga jual produk harus dinaikan dan akhirnya harga

produknya menjadi mahal dan tidak bersaing. Sebenarnya apabila dilakukan

penerapan Manajemen Mutu yang terpadu, memang bisa jadi akan meningkatkan

biaya-biaya pencegahan kegagalan dan biaya penilaian mutu, namun di sisi lain akan

mengurangi biaya kegagalan mutu, baik biaya kegagalan mutu internal, maupun biaya

kegagalan mutu eksternal. Sebaliknya tanpa penerapan Manajemen Mutu yang

Terpadu, biaya pencegahan kegagalan dan penilaian mutu akan rendah, tetapi risiko

kegagalan mutu akan tinggi. Dengan demikian secara keseluruhan total biaya mutu

bahkan akan lebih efisien dengan menerapkan manajemen mutu yang terpadu. Dilain

pihak mutu produk yang dihasilkan akan lebih baik, sehingga dihargai lebih tinggi,

lebih disukai oleh pasar dan lebih mampu bersaing dengan produk sejenis di pasar.

Secara skematis manfaat penerapan Manajemen Mutu Terpadu dapat digambarkan

seperti gambar di bawah ini.

P Harga yang
E lebih tinggi
Memperbaiki
R posisi
B persaingan
A Meningkatkan
I pangsa pasar
K Meningkatkan
A Pendapatan
N
Mengurangi
M kegagalan Mengurangi
Meningkatkan
U produk biaya operasi
Laba
T
U
Manajemen Mutu Terpadu bukan hanya untuk usaha besar, secara bertahap

usaha Kecil harus memulai berusaha agar produk dan layanannya dapat memenuhi

standar, seperti: SNI, ISO, demikian juga Label Halal, dan lain-lain. Untuk itu usaha

UMKM harus mulai menerapkan secara bertahap Manajemen Mutu yang Terpadu,

Langkah yang dapat dilakukan antara lain mulailah UMKM menerapkan prinsip-

prinsip Manajemen mutu terpadu seperti:

Fokus pada konsumen,

Mengembangkan kepemimpinan untuk mutu,

Menganggap mutu sebagai suatu isu strategis,

Memfokuskan seluruh fungsi organisasi pada perbaikan mutu

Mutu adalah tanggung jawab seluruh karyawan

Melakukan peningkatan mutu secara terus menerus

Memecahkan masalah mutu melalui kerjasama antara karyawan dan

manajemen

Fokus pada Konsumen

Fokus pada konsumen berarti menganggap konsumen itu penting, sehingga

harus dipuaskan harapannya. Untuk itu UMKM perlu memahami apa kebutuhan,

keinginan atau harapan konsumen tersebut. Sebab kepuasan konsumen pada dasarnya

akan diperoleh manakala apa yang diharapkan konsumen sama dengan kenyataan

yang didapatnya. Berarti produk dan layanan yang dibeli/diperoleh konsumen sama

dengan apa yang diharapkannya. Masalahnya setiap konsumen mungkin memiliki

harapan yang berbeda, disinilah perlu menetapkan pasar sasaran. Semakin jelas pasar

sasarannya, semakin jelas/semakin mudah untuk memahami apa yang diinginkan oleh

pasar sasaran tersebut, sehingga diharapkan akan semakin mampu untuk


memenuhinya dengan menciptakan/menawarkan produk dan layanan perusahaan

yang sesuai dengan harapan konsumen tersebut. Apabila hal ini dapat dilakukan,

maka pada gilirannya konsumen akan puas, bahkan sangat puas, karena produk dan

layanan yang diberikan melebihi apa yang diharapkannya. Dalam kontek inilah maka

mendisain produk dan layanan pada hakekatnya adalah menterjemahkan kebutuhan,

keinginan atau harapan konsumen ke dalam karakteristik teknis produk dan layanan,

sehingga produk dan layanan tersebut akan mencerminkan apa yang diharapkan

konsumen.

Kepemimpinan yang Berorientasi terhadap Mutu

Komitmen pemimpin sangat menentukan keberhasilan penerapan Manajemen

Mutu Terpadu. Jadi harus ada kesungguhan, keterlibatan secara langsung dari

pemimpin dalam menerapkan Manajemen Mutu Terpadu. Pemimpin perusahaan

harus mengembangkan suatu sikap tidak ada toleransi terhadap produk dan layanan

yang tidak memenuhi mutu. Pemimpin perusahaan juga berarti harus

mendorong/memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi dan

sebaliknya memberikan peringatan/sanksi terhadap karyawan yang hasil kerjanya

tidak bermutu. Selain itu komitmen pimpinan juga ditunjukkan dengan pengalokasian

sumber daya perusahaan yang berorientasi terhadap peningkatan mutu.

Mutu sebagai Isu Strategis

Mutu harus dipandang sebagai suatu yang strategis, artinya sesuatu yang

sangat penting, yang menentukan secara signifikan terhadap kelangsungan hidup

perusahaan. Mutu adalah faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam

keputusan pembelian mereka. Mutu adalah faktor yang paling penting yang akan

menentukan konsumen puas atau tidak puas terhadap produk dan layanan perusahaan.

Mutu juga sekaligus sebagai alat untuk bersaing. Perusahaan yang menawarkan
produk dan layanan dengan mutu yang lebih baik artinya perusahaan tersebut

memiliki keunggulan kompetitif untuk bersaing.

Memfokuskan seluruh fungsi organisasi terhadap Perbaikan Mutu

Seluruh fungsi organisasi (pemasaran, produksi, keuangan, dsb) harus

dirancang, dijalankan dan dikendalikan untuk melakukan dan menghasilkan produk

dan layanan yang bermutu.

Mutu adalah tanggung jawab seluruh karyawan

Seluruh karyawan harus bertanggung jawab terhadap mutu, karena apa yang

dikerjakan oleh setiap karyawan, baik langsung maupun tidak langsung pada

gilirannya semuanya akan mempengaruhi mutu. Tanggung jawab karyawan terhadap

mutu produk dan layanan perusahaan tentunya akan tergantung pada posisi karyawan

tersebut di perusahaan. Misalnya karyawan yang ditugaskan untuk membeli bahan

baku, bertanggungjawab untuk mendapatkan bahan baku yang baik, yang memenuhi

standar mutu yang telah ditetapkan, sehingga bahan baku tersebut dapat diproses

menjadi produk yang bermutu. Karyawan yang memproduksi bertanggung jawab agar

setiap tahapan dalam proses produksi tersebut terkendali sehingga proses tersebut

berjalan dengan baik dan dapat menghasilkan mutu produk yang baik. Karyawan yang

memasarkan pun tentunya harus menjaga mutu produk, sebab produk yang ada pada

bagian pemasaran untuk dipasarkan, bisa saja mutunya turun jika penanganan produk

tersebut oleh bagian pemasaran tidak dilakukan dengan baik. Jadi tanggung jawab

terhadap mutu bukan hanya tanggung jawab bagian Quality Control saja, tetapi

tanggung jawab semua bagian dan semua orang di dalam perusahaan. Karena semua

bagian dan semua orang di dalam perusahaan dapat memberikan kontribusi terhadap

mutu dan layanan perusahaan menjadi produk dan layanan yang baik atau sebaliknya.
Peningkatan Mutu Secara Terus Menerus

Perbaikan mutu harus dilakukan secara terus menerus. Hal ini penting untuk

dapat memenuhi keinginan konsumen yang setiap saat cenderung berubah dan

menghendaki mutu produk yang lebih baik. Dilain pihak pesaing berusaha untuk

menawarkan produk yang semakin baik untuk menarik konsumen. Jadi dengan

demikian perbaikan mutu yang terus menerus menjadi suatu keharusan. Mutu produk

sebenarnya merupakan suatu kondisi yang dinamis. Produk dengan spesifikasi

tertentu dianggap sebagai produk yang bermutu pada suatu masa, tetapi pada masa

yang lain produk tersebut bisa jadi ditinggalkan konsumennya, karena selera

ataustandar konsumen telah berubah dan telah ada produk lain yang lebih baik,

yang lebih dapat memenuhi harapan konsumen.

Memecahkan Masalah Mutu Melalui Kerjasama antar Karyawan

Pemecahan masalah mutu perlu dilakukan secara bersama. Sebab sebagaimana

telah disampaikan dimuka bahwa setiap orang di dalam perusahaan dapat

mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan perusahaan. Demikian pula untuk

melakukan perbaikan mutu, ini pun akan menyangkut setiap bagian di perusahaan

untuk merealisasikannya.

IV. Penutup

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan, bahwa:

1. Peran UMKM terbukti sangat penting sebagai penyangga perekonomian

Indonesia. Namun demikian UMKM di Indonesia masih menghadapi berbagai

permasalahan, antara lain adanya kelemahan dalam mutu, yaitu mutu produk

UMKM sering tidak konsisten dan belum memenuhi standar. Kelemahan tersebut
menjadikan UMKM kurang mampu memuaskan konsumen dan kurang mampu

bersaing.

2. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu bukan hanya untuk usaha besar dengan

teknologi yang canggih, tetapi UMKM pun perlu dan dapat menerapkan

Manajemen Mutu Terpadu.

3. Dengan menerapkan Manajemen Mutu Terpadu akan dapat meningkatkan biaya

perencanaan dan penilaian mutu, tetapi dilain pihak dapat menekan biaya

kegagalan mutu baik kegagalan internal maupun eksternal yang lebih besar,

Dengan demikian pada akhirnya dengan menerapkan Manajemen Mutu Terpadu

tidak hanya dapat meningkatkan mutu produk itu sendiri, tetapi sebenarnya adalah

dapat meningkatkan efisiensi. Sehingga dengan demikian dapat meningkatkan

daya saing.

4. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Manajemen Mutu Terpadu diharapkan

UMKM akan terbiasa mengelola mutu dengan baik, sehingga mutu menjadi

budaya perusahaan, dan manakala UMKM akan mendaftarkan SNI atau ISO tidak

terlalu sulit lagi.

4.2 Rekomendasi

Kelemahan dalam mutu pada UMKM ini tentunya harus diatasi agar UMKM

bisa survive, mandiri dan tangguh sehingga dapat menjadi tuan di negara sendiri dan

mampu bersaing di pasar global. Perbaikan yang perlu dilakukan antara lain, mulailah

UMKM secara bertahap menerapkan Manajemen Mutu Terpadu dalam menjalankan

usahanya. Hal ini dapat dilakukan paling tidak dimulai dengan kesadaran dan usaha

untuk menerapkan prinsip-prinsip Manajemen Mutu Terpadu, yaitu: 1) fokus kepada

konsumen, 2) mengembangkan sikap kepemimpinan yang berorientasi terhadap mutu,

3) memandang mutu sebagai isu strategis yang dapat menentukan kelangsungan hidup
perusahaan, 4) memfokuskan seluruh fungsi organisasi/perusahaan untuk

menghasilkan mutu produk dan layanan yang baik, 5) menanamkan sikap tanggung

jawab terhadap mutu menjadi tanggung jawab semua bagian/orang dalam perusahaan

dan 6) melakukan perbaikan secara terus menerus.

Jangan khawatir bahwa dengan menerapkan Manajemen Mutu Terpadu,

berarti akan meningkatkan biaya, tetapi sesungguhnya dapat meningkatkan nilai

produk, melalui peningkatan manfaat produk itu sendiri dan menekan terjadinya

kegagalan produk yang dapat menimbulkan biaya yang jauh lebih besar daripada

biaya yang ditimbulkan sebagai akibat menerapkan Manajemen Mutu Terpadu itu

sendiri.

Daftar Pustaka

1. Goetsch L. David, dan Davis B. Stanley, Introduction to Total Quality (Quality

Management for Production, Processing, amd Service) second edition, Prentice

Hall, Inc, New Jersey, 1997

2. Nasution M.N., Manajemen Mutu Terpadu, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005Suyadi

3. Prawirosentono Suyadi, Manajemen Mutu Terpadu, Bumi Aksara, Jakarta 2004

4. Render, Barry dan Heizer, Jay, Principles of Operation Management, Prenctice

Hall, Inc, Engelwoods Clif, NJ, 1997

5. Feigenbaum, A.V, Total Quality Contrl, edisi ke 3. New York, McGrew Hill,

1991.

Data Penulis

Nama Lengkap : Deddy Supriyadi, SE., MSc.


Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 10 Mei 1965
Alamat Rumah : Komplek Bumi Panyawangan, Jl. Bungur VI No. 4,
Cileunyi Bandung, Telp (022)7836822, HP
081221023229, E-mail: supriyadid@yahoo.com
Unit Kerja/Alamat Kantor : Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin)
Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor Bandung,40600
Telp (022)7796033, 7794444, Faks : (022) 7796033,
E-mail: ikopin-net@plasa.com

Anda mungkin juga menyukai