Mutu Produk Umkm
Mutu Produk Umkm
Keyword: Nilai, Mutu, Perbaikan Mutu, Manajemen Mutu Terpadu, Daya Saing
I. Pendahuluan
Jumlah populasi UMKM pada tahun 2007 mencapai 49,8 juta unit usaha atau
99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya
mencapai 91,8 juta orang atau 97,3 persen terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia.
mencapai Rp 2.121,3 triliun atau 53,6 persen dari total PDB Indonesia, Selanjutnya
kontribusi dari UMKM terhadap ekspor nonmigas nasional mencapai Rp 142,8 triliun
peran sebagai penyedia barang dan jasa, pencipta lapangan kerja, pemberi pendapatan
kepada masyarakat dan negara sampai kepada penghasil devisa. Namun demikian
UMKM masih tetap saja memiliki kelemahan dalam berbagai hal. Kelemahan ini
tentunya harus diperbaiki sehingga UMKM dapat mandiri, kuat dan tangguh memiliki
daya saing dan mampu menjalankan perannya dengan baik. Salah satu kelemahan
UMKM pada umumnya adalah kelemahan dalam mutu produk dan layanannya.
Apa sebenarnya yang dicari atau dipertimbangkan oleh konsumen pada saat
membeli suatu produk. Pada hakekatnya disadari atau tidak, setiap konsumen akan
berusaha untuk memaksimalkan nilai yang dapat diperolehnya dalam pembelian suatu
produk. Lalu apa sebenarnya nilai yang dimaksud, menurut Schroeder (1989) nilai
suatu produk, adalah perbandingan antara manfaat produk termasuk layanan yang
menyertainya dengan harga dari produk tersebut. Manfaat tersebut dapat berupa
kekuatan, daya tahan, kecepatan, kehalusan, keindahan, rasa, aroma, dan apapun yang
Tetapi siapapun pada dasarnya akan berusaha untuk mendapatkan manfaat yang
untuk itu dengan harga yang serendah-rendahnya. Manfaat suatu produk sebagian
besar akan dicerminkan oleh mutu dari produk tersebut, karena mutu pada dasarnya
adalah persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi atau yang diminta oleh konsumen
yang kembali lagi dapat berupa kekuatan, daya tahan, keindahan dan sebagainya. Jadi
produk yang bermanfaat adalah produk yang bermutu. Maka dengan demikian untuk
setinggi-tingginya bagi konsumen yang berarti memberikan mutu yang sesuai dengan
memiliki rasio nilai yang tinggi, 2) dengan memberikan mutu yang relatif rendah saja
tetapi harga dari produk tersebut dapat ditekan lebih rendah lagi, sehingga tetap rasio
nilainya masih tinggi. Alternatif yang kedua ini antara lain yang terjadi pada produk-
Sehingga meskipun mutunya (dalam arti kekuatan ) lebih rendah dari produk Jepang,
Eropa atau produk Indonesia tetapi tetap bisa bersaing, karena bisa jadi rasio nilainya
dipersepsikan masih cukup tinggi sehubungan dengan harga yang lebih rendah
tersebut. Selain itu manfaat produk lainnya seperti disain, penampilan dan sebagainya
Penerapan strategi harga rendah dengan mutu yang rendah, dapat beresiko
(ICSI) yang dilakukan kepada konsumen di beberapa kota besar di Indonesia (Medan,
hasilnya selalu konsisten menunjukan bahwa kepuasan terhadap mutu adalah lebih
langsung, juga datang dari berbagai pihak antara lain Presiden Yudhoyono sendiri
penelitian dan pengembangan mutu produk, mengingat faktor itulah yang membuat
produk-produk Indonesia kalah bersaing dengan produk luar negeri. Permintaan untuk
peningkatan mutu produk UMKM Indonesia juga disampaikan oleh Ketua Asosiasi
digelar KBRI Tokyo, akhir November 2008, menyampaikan bahwa, Produk UMKM
antara lain:
Belum memiliki standar mutu yang jelas untuk produk, proses, maupun input
produksi
Dari uraian di atas jelas bahwa peningkatan mutu produk UMKM sangat
diperlukan agar produk UMKM dapat menjadi tuan di negeri sendiri dan berdaya
sebanding dengan harganya, sehingga memberikan rasio nilai produk yang tinggi
serta sesuai dengan karakteristik dari target pasar yang dituju. Apabila hal ini dapat
dilakukan maka pada gilirannya UMKM Indonesia dapat menjadi UMKM yang
Indonesia.
2.1.Pengertian Mutu
Mutu penting karena merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh
konsumen dalam melakukan pembelian barang dan jasa yang dibutuhkan atau
Dari survey yang pernah dilakukan menunjukan bahwa faktor yang membuat
konsumen loyal adalah terutama karena mutu produk yang memuaskannya. Dengan
demikian mutu juga berarti merupakan kekuatan untuk bersaing. Artinya perusahaan
yang memberikan produk dan layanan yang bermutu akan mampu merebut
pembeli/akan dipilih oleh konsumen diantara berbagai produk dan layanan sejenis
yang ditawarkan oleh banyak perusahaan di pasar. Selanjutnya apa sebenarnya yang
dimaksud dengan mutu. Berikut ini ada beberapa pengertian mutu yang disampaikan
Mutu adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi
konsumen (Feigenbaum)
Meskipun tidak ada definisi mengenai mutu yang diterima secara universal, namun
dari kelima definisi di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam elemen-elemen
sebagai berikut: Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan,
Mutu mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan, selain itu Mutu
Dalam pandangan ini mutu dianggap sebagai sesuatu yang sulit untuk disentuh
atau dilihat secara nyata, tetapi jelas ada. Contoh: cantik, indah dan harum,
menunjukan sesuatu yang bermutu, tetapi sulit untuk diukur/sangat relatif, setiap
2) Product-based approach
persyaratan yang dimiliki oleh suatu produk, maka produk tersebut dinilai
semakin bermutu.
Mutu suatu produk dilihat dari sisi pemakai. Semakin cocok dengan harapan
pemakai dan semakin baik pengalaman pemakai terhadap produk tersebut, maka
Dalam perspektif ini mutu suatu produk dipandang dari proses produksinya.
Semakin baik proses produksi, atau memenuhi standar, maka produk tersebut akan
dinilai sebagai produk yang bermutu. Contoh: Produk Saus Tomat, akan dinilai
mutunya dari proses pembuatan Saus tersebut, yaitu misalnya apakah bahan
bakunya berasal dari tomat yang segar, bukan dari tomat yang sudah busuk, airnya
Dalam perspektif ini mutu suatu produk, dilihat dari perbandingan manfaat yang
Selain adanya beberapa perspektif dalam melihat mutu, yang lebih penting lagi
dalam menilai bagaimana mutu suatu produk adalah dimensi-dimensi dari mutu
dirasakan
Dalam menilai mutu suatu produk baik atau tidak baik, yang paling penting
sesuai dengan fungsi utamanya. Sebab hal ini merupakan faktor yang mutlak yang
bila tidak dimiliki maka produk tersebut menjadi tidak berguna. Selanjutnya
kemanfaatan produk tersebut. Semakin banyak fungsi tambahan yang diberikan oleh
suatu produk diharapkan akan semakin bermanfaat bagi penggunanya, dan akhirnya
akan menambah nilai produk tersebut, menambah kepuasan bagi pemakainya dan
janjinya. Produk dan layanan yang handal adalah produk dan layanan yang selalu
dapat memenuhi janjinya. Misalkan suatu usaha kecil menjanjikan produk makanan
dan layanannya yang cepat, bersih, sehat dan lezat, maka setiap saat konsumen akan
kadang cepat, kadang-kadang lebih lama. Jika demikian berarti produk dan
Konformasi, artinya produk yang diterima oleh pelanggan sesuai, dalam arti
jumlah sesuai, ukurannya sesuai, tidak ada produk yang rusak atau cacat. Selanjutnya
daya tahan, estetika juga merupakan dimensi mutu yang penting untuk produk-produk
tertentu.
Perspektif dan dimensi mutu, harus diterjemahkan menjadi standar mutu, yaitu
jelas. Berdasarkan standar inilah akhirnya kita menilai bahwa produk bermutu atau
konsumen terhadap suatu produk. Namun untuk dapat menghasilkan produk yang
memenuhi standar atau memiliki ciri-ciri yang diinginkan, diperlukan proses dan
input yang juga memenuhi standar. Selain itu beberapa segmen pasar tertentu menilai
mutu suatu produk tidak hanya dari produk jadi saja, tetapi juga dari prosesnya dan
yaitu konsumen merasa puas atau tidak puas. Sedangkan standar output adalah
persyaratan dan ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu produk/layanan hasil dari suatu
dari Pizza, adalah: lezat, hangat ketika disajikan, menarik tampilannya, harum
output, maka proses dan inputnya harus memenuhi standar proses dan input. Jadi
untuk mendapatkan pizza yang memenuhi standar di atas, maka harus dilakukan
menit, dengan suhu sekian derajat. Demikian juga dengan proses-proses lainnya,
menempatkan bahan-bahan untuk toping, dan lain-lain. Standar proses dan output ini
dapat dicapai jika input nya baik. Jadi dengan demikian input produksi Pizza tersebut
harus memenuhi standar. Misalnya telur, harus baik, sayurannya segar, terigunya dari
Standar diperlukan selain sebagai ukuran untuk mutu, juga Standar dapat
memberikan manfaat, baik bagi internal perusahaan maupun eksternal, yaitu manfaat
untuk internal perusahaan, antara lain: Memudahkan para pekerja untuk melakukan
menjadi lebih cepat. Sedangkan manfaat untuk eksternal, antara lain dapat
Mutu, Pengendalian Mutu, Garansi Mutu dan yang sekarang ini adalah fase
adalah Manajemen Mutu Terpadu. Usaha kecil saat sekarang dan ke depan harus lebih
baik lagi mengelola mutu produk dan layanannya untuk dapat memuaskan konsumen,
berdaya saing dan survive. Apalagi di era globalisasi ini, mutu merupakan salah satu
isu penting dalam bisnis yang semakin bersaing dan tuntutan konsumen yang semakin
tinggi.
Penerapan Manajemen Mutu terpadu, sebenarnya sekaligus tidak hanya untuk
menghasilkan produk yang bermutu dalam pengertian memenuhi ciri-ciri fisik produk
tersebut juga efektivitas dan penyelesaiaan secara tepat waktu. UMKM seringkali
merasa khawatir bila mereka meningkatkan mutu produknya, maka biaya akan
meningkat, selanjutnya harga jual produk harus dinaikan dan akhirnya harga
penerapan Manajemen Mutu yang terpadu, memang bisa jadi akan meningkatkan
biaya-biaya pencegahan kegagalan dan biaya penilaian mutu, namun di sisi lain akan
mengurangi biaya kegagalan mutu, baik biaya kegagalan mutu internal, maupun biaya
Terpadu, biaya pencegahan kegagalan dan penilaian mutu akan rendah, tetapi risiko
kegagalan mutu akan tinggi. Dengan demikian secara keseluruhan total biaya mutu
bahkan akan lebih efisien dengan menerapkan manajemen mutu yang terpadu. Dilain
pihak mutu produk yang dihasilkan akan lebih baik, sehingga dihargai lebih tinggi,
lebih disukai oleh pasar dan lebih mampu bersaing dengan produk sejenis di pasar.
P Harga yang
E lebih tinggi
Memperbaiki
R posisi
B persaingan
A Meningkatkan
I pangsa pasar
K Meningkatkan
A Pendapatan
N
Mengurangi
M kegagalan Mengurangi
Meningkatkan
U produk biaya operasi
Laba
T
U
Manajemen Mutu Terpadu bukan hanya untuk usaha besar, secara bertahap
usaha Kecil harus memulai berusaha agar produk dan layanannya dapat memenuhi
standar, seperti: SNI, ISO, demikian juga Label Halal, dan lain-lain. Untuk itu usaha
UMKM harus mulai menerapkan secara bertahap Manajemen Mutu yang Terpadu,
Langkah yang dapat dilakukan antara lain mulailah UMKM menerapkan prinsip-
manajemen
harus dipuaskan harapannya. Untuk itu UMKM perlu memahami apa kebutuhan,
keinginan atau harapan konsumen tersebut. Sebab kepuasan konsumen pada dasarnya
akan diperoleh manakala apa yang diharapkan konsumen sama dengan kenyataan
yang didapatnya. Berarti produk dan layanan yang dibeli/diperoleh konsumen sama
harapan yang berbeda, disinilah perlu menetapkan pasar sasaran. Semakin jelas pasar
sasarannya, semakin jelas/semakin mudah untuk memahami apa yang diinginkan oleh
yang sesuai dengan harapan konsumen tersebut. Apabila hal ini dapat dilakukan,
maka pada gilirannya konsumen akan puas, bahkan sangat puas, karena produk dan
layanan yang diberikan melebihi apa yang diharapkannya. Dalam kontek inilah maka
keinginan atau harapan konsumen ke dalam karakteristik teknis produk dan layanan,
sehingga produk dan layanan tersebut akan mencerminkan apa yang diharapkan
konsumen.
Mutu Terpadu. Jadi harus ada kesungguhan, keterlibatan secara langsung dari
harus mengembangkan suatu sikap tidak ada toleransi terhadap produk dan layanan
tidak bermutu. Selain itu komitmen pimpinan juga ditunjukkan dengan pengalokasian
Mutu harus dipandang sebagai suatu yang strategis, artinya sesuatu yang
keputusan pembelian mereka. Mutu adalah faktor yang paling penting yang akan
menentukan konsumen puas atau tidak puas terhadap produk dan layanan perusahaan.
Mutu juga sekaligus sebagai alat untuk bersaing. Perusahaan yang menawarkan
produk dan layanan dengan mutu yang lebih baik artinya perusahaan tersebut
Seluruh karyawan harus bertanggung jawab terhadap mutu, karena apa yang
dikerjakan oleh setiap karyawan, baik langsung maupun tidak langsung pada
mutu produk dan layanan perusahaan tentunya akan tergantung pada posisi karyawan
baku, bertanggungjawab untuk mendapatkan bahan baku yang baik, yang memenuhi
standar mutu yang telah ditetapkan, sehingga bahan baku tersebut dapat diproses
menjadi produk yang bermutu. Karyawan yang memproduksi bertanggung jawab agar
setiap tahapan dalam proses produksi tersebut terkendali sehingga proses tersebut
berjalan dengan baik dan dapat menghasilkan mutu produk yang baik. Karyawan yang
memasarkan pun tentunya harus menjaga mutu produk, sebab produk yang ada pada
bagian pemasaran untuk dipasarkan, bisa saja mutunya turun jika penanganan produk
tersebut oleh bagian pemasaran tidak dilakukan dengan baik. Jadi tanggung jawab
terhadap mutu bukan hanya tanggung jawab bagian Quality Control saja, tetapi
tanggung jawab semua bagian dan semua orang di dalam perusahaan. Karena semua
bagian dan semua orang di dalam perusahaan dapat memberikan kontribusi terhadap
mutu dan layanan perusahaan menjadi produk dan layanan yang baik atau sebaliknya.
Peningkatan Mutu Secara Terus Menerus
Perbaikan mutu harus dilakukan secara terus menerus. Hal ini penting untuk
dapat memenuhi keinginan konsumen yang setiap saat cenderung berubah dan
menghendaki mutu produk yang lebih baik. Dilain pihak pesaing berusaha untuk
menawarkan produk yang semakin baik untuk menarik konsumen. Jadi dengan
demikian perbaikan mutu yang terus menerus menjadi suatu keharusan. Mutu produk
tertentu dianggap sebagai produk yang bermutu pada suatu masa, tetapi pada masa
yang lain produk tersebut bisa jadi ditinggalkan konsumennya, karena selera
ataustandar konsumen telah berubah dan telah ada produk lain yang lebih baik,
melakukan perbaikan mutu, ini pun akan menyangkut setiap bagian di perusahaan
untuk merealisasikannya.
IV. Penutup
4.1 Kesimpulan
permasalahan, antara lain adanya kelemahan dalam mutu, yaitu mutu produk
UMKM sering tidak konsisten dan belum memenuhi standar. Kelemahan tersebut
menjadikan UMKM kurang mampu memuaskan konsumen dan kurang mampu
bersaing.
2. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu bukan hanya untuk usaha besar dengan
teknologi yang canggih, tetapi UMKM pun perlu dan dapat menerapkan
perencanaan dan penilaian mutu, tetapi dilain pihak dapat menekan biaya
kegagalan mutu baik kegagalan internal maupun eksternal yang lebih besar,
tidak hanya dapat meningkatkan mutu produk itu sendiri, tetapi sebenarnya adalah
daya saing.
UMKM akan terbiasa mengelola mutu dengan baik, sehingga mutu menjadi
budaya perusahaan, dan manakala UMKM akan mendaftarkan SNI atau ISO tidak
4.2 Rekomendasi
Kelemahan dalam mutu pada UMKM ini tentunya harus diatasi agar UMKM
bisa survive, mandiri dan tangguh sehingga dapat menjadi tuan di negara sendiri dan
mampu bersaing di pasar global. Perbaikan yang perlu dilakukan antara lain, mulailah
usahanya. Hal ini dapat dilakukan paling tidak dimulai dengan kesadaran dan usaha
3) memandang mutu sebagai isu strategis yang dapat menentukan kelangsungan hidup
perusahaan, 4) memfokuskan seluruh fungsi organisasi/perusahaan untuk
menghasilkan mutu produk dan layanan yang baik, 5) menanamkan sikap tanggung
jawab terhadap mutu menjadi tanggung jawab semua bagian/orang dalam perusahaan
produk, melalui peningkatan manfaat produk itu sendiri dan menekan terjadinya
kegagalan produk yang dapat menimbulkan biaya yang jauh lebih besar daripada
biaya yang ditimbulkan sebagai akibat menerapkan Manajemen Mutu Terpadu itu
sendiri.
Daftar Pustaka
5. Feigenbaum, A.V, Total Quality Contrl, edisi ke 3. New York, McGrew Hill,
1991.
Data Penulis